Perio Print
Perio Print
PENDAHULUAN
A. Pengertian Periodonsia
Sebelum membahas apa itu Periodonsia sebaiknya kita mengenal dahulu apa
itu Periodonsium, Periodontics dan Periodontologi.
Periodonsium adalah jaringan yang mendukung dan mengelilingi gigi geligi
yang mencakup gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal dan sementum.
Periodonsium terdiri dari jaringan keras dan lunak yang berfungsi untuk
mempertahankan gigi pada tempatnya dan juga menjadi tempat tertanam gigi
tersebut.
Periodontologi didefinisikan oleh AAP (The American Academy of
Periodontology) sebagai kajian ilmiah mengenai Periodonsium dalam keadaan
sehat dan sakit. Didalam buku Periodontics Grant, Stent dan Everett
mendefinisikan Periodontologi sebagai ilmu klinis yang berkaitan dengan
Periodonsium dalam keadaan sakit dan sehat.
Periodontics berdasarkan terminology dari The American Academy of
Periodontology (AAP), didefinisikan sebagai cabang Kedokteran Gigi yang
berkaitan dengan diagnosis dan perawatan dari penyakit yang melibatkan jaringan
yang mendukung dan mengelilingi gigi. Sedangkan Grant, Stent dan
EverettPeriodontics adalah praktek atau aplikasi dari ilmu Periodontologi.
menjelaskan bahwa
Periodonsia adalah suatu istilah tunggal yang dirangkum dari istilah
Periodontologi dan Periodontics. Hal ini berdasarkan pada kesepakatan pengasuh
mata kuliah Periodonsia dari enam Fakultas Kedokteran Gigi pada Konsorsium
Ilmu Kesehatan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI di tahun 1993, yang
mana pada konsorsium tersebut Periodonsia didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari jaringan Periodonsium (gingival, tulang alveolar, ligament
periodontal dan sementum) dalam keadaan normal maupun menyimpang, dan
1 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
2 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
muda dengan seluruh gigi goyang. Gangguan rasa yang diakibatkan oleh penyakit
ini juga sangat bervariasi. Ada penderita yang merasa tidak terganggu, tetapi juga
banyak yang merasa tersiksa seperti sakit menjalar ke belakang kepala disertai
tidur terganggu.
Periodontitis sangat umum, dan secara luas dianggap sebagai dunia penyakit
paling umum kedua, setelah karies gigi, dan di Amerika Serikat memiliki
prevalensi 30-50% dari populasi, tetapi hanya sekitar 10% memiliki bentuk yang
parah. Studi menemukan hubungan antara asal etnis dan penyakit periodontal. Di
Amerika Serikat, memiliki prevalensi tinggi penyakit periodontal dibandingkan
dengan individu Latin serta non-Hispani. Dalam populasi Israel, individu Yaman,
Afrika Utara, Asia, memiliki prevalensi tinggi penyakit periodontal daripada
individu dari keturunan Eropa. Di Indonesia penyakit periodontal menduduki
urutan ke dua utama yang masih merupakan masalah di masyarakat. Beberapa
survei menyatakan bahwa penyakit gigi dan mulut menyerang 90% masyarakat
Indonesia dan sekitar 86%-nya menderita penyakit periodontal. Pada orang
dewasa berusia 17-22 tahun hampir 100% menderita gingivitis.
Adapun beberapa bakteri yang paling banyak pada periodontitis adalah
Porphyromonas gingivalis, Actinobacillus actinomycetemcomitans, Bacteroides
Forsythus, Campylobacter Rectus, Prevotella intermedia, dan Fusobacterium
nucleatum yang menyebabkan respons inflamasi dan menyebabkan destruksi
jaringan periodontal.
Bakteri-bakteri tersebut merupakan anggota flora normal dalam rongga mulut,
yang kemudian jika ditemukan dalam jumlah besar dapat mengakibatkan
terjadinya ketidakseimbangan dalam rongga mulut sehingga bisa menyebabkan
penyakit periodontal.
B. .Macam-macam Jaringan Periodontal
Macam-macam jaringan periodontal terdiri dari :
a. Gingiva
3 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
4 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
permukaan luar tulang yang terdiri dari lapisan luar yang terdiri dari jaringan
kolagen dan bagian terdiri dari serabut elastik lempeng cortical oral maupun
vestibular langsung bersatu dengan maksila maupun mandibula.
c. Ligamentum Periodontal
Ligamentum periodontal merupakan jaringan pengikat yang mengisi
ruangan antara permukaan gigi dengan dinding soket, mengelilingi akar gigi
bagian koronal dan turut serta mendukung gingival. Ligamentum periodontal
merupakan struktur jaringan penyangga gigi yang mengelilingi akar gigi dan
melekatnya ke tulang alveolar. Ligamentum ini melanjutkan diri dengan jaringan
ikat gingiva dan berhubungan dengan sumsum melalui kanalis vaskuler yang ada
pada bone proper .
d. Sementum
Sementum merupakan suatu lapisan jaringan kalsifikasi yang tipis dan
menutupi permukaan akar gigi. Sementum ini akan berbatasan dengan dentin dan
email, maupun ligament periodontal, strukturnya mempunyai banyak persamaan
dengan struktur tulang. Sementum merupakan jaringan mesenchymal yang tidak
mengandung pembuluh darah/saraf dan mengalami kalsifikasi serta menutupi
permukaan akar gigi anatomis. Selain melapisi akar gigi, sementum juga
berperanan didalam mengikatkan gigi ke tulang alveolar, yaitu dengan adanya
serat utama ligementum periodontal yang tertanam didalam sementum (serat
sharpey). Sementum ini tipis pada daerah dekat perbatasannya dengan enamel dan
makin
menebal
kearah
apex
gigi.
Berdasarkan
morphologinya
sementum dibagi menjadi dua tipe yaitu sementum. Asesuler (sementum primer)
dan sementum seluler (sementum sekunder).
Sementum aseluler adalah sementum yang pertama kali terbentuk,
menutup kurang lebih sepertiga servikal atau hingga setengah panjang akar, dan
tidak mengandung sel-sel. Sementum ini dibentuk sebelum gigi mencapai bidang
oklusal, ketebalannya berkisar antara 30 230 m. Disini serat Shrapey
merupakan struktur utamanya, yang peran utamanya mendukung gigi. Sementum
5 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
seluler terbentuk setelah gigi mencapai bidang oklusal, bentuknya kurang teratur
(ireguler) dan mengandung sel-sel (sementosit) pada rongga-rongga yang
terpisah-pisah (lakuna-lakuna) yang berhubungan satu sama lain melalui
anastomosis kanalikuli. Dibanding dengan sementum aseluler, sementum seluler
kurang terkalsifikasi dan hanya sedikit mengandung serat Sharpey .
3. Proses Terjadinya Radang Jaringan Penyangga Gigi (Periodontal)
Ternyata bahwa radang jaringan penyangga gigi hanya terjadi apabila plak
dibiarkan menumpuk pada permukaan gigi, terutama pada permukaan yang
berbatasan dengan gusi. Bakteri pada plak akan mengeluarkan racun yang
merangsang gusi sehingga timbul radang gusi. Makin lama, proses radang akan
menjalar sepanjang akar gigi dan merusak jaringan pengikat akar gigi dan tulang
alveoli. Tidak ada rasa sakit sebagai pertanda adanya radang, akibatnya proses
penyakit dapat berjalan bertahun-tahun lamanya tanpa disadari oleh penderita.
Akhirnya gigi menjadi goyah dan mengganggu di waktu mengunyah sehingga
perlu dicabut. Gigi yang utuh dan goyah sering terjadi pada orang yang berusia
diatas 40 tahun, dianggap sebagai hal yang wajar. Sebenarnya ini bukan hal yang
wajar, tetapi akibat dari proses pembusukan jaringan penyangga gigi akibat plak
yang dibiarkan menumpuk bertahun-tahun.
6 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
gigi tiruan ?
Apakah pasien menderita penyakit sistemik?
Bagaimana kekooperatifan pasien?
8 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: dukungan tulang yang
sedikit adequat, beberapa gigi goyang, furcation involvolment grade I,
kemungkinan pemeliharaan yang adequat, kerja sama pasien diterima, terdapat
faktor sistemik/ lingkungan yang terbatas.
d. Poor prognosis ( prognosis jelek )
Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: kehilangan tulang yang
moderat-cepat,
terdapat
kegoyangan
gigi, furcation
involvolment
grade
I dan II,kesulitan dalam pemeliharaan dan atau kerja sama pasien yang ragu-ragu,
terdapat faktor sistemik/ lingkungan.
e. Questionable prognosis ( prognosis yang dipertanyakan )
Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: Kehilangan tulang yang
cepat,furcation involvolment grade II dan III, kegoyangan gigi, daerahnya sulit
dijangkau, terdapat faktor sistemik/ lingkungan.
f. Hopeless prognosis ( prognosis tanpa harapan )
Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: kehilangan tulang yang
cepat, daerahnya tidak dapat dilaukan pemeliharaan, indikai pencabutan, terdapat
faktor sistemik/ lingkungan yang tidak terkontrol.
Berkaitan dengan penentuan prognosis, dalam beberapa kasus disarankan
untuk menentukan prognosis sementara sambil menunggu terapi fase I selesai dan
dievaluasi. Terapi fase I dimaksud adalah kontrol plak, kontrol diet, skeling dan
penghalusan akar, koreksi restorasi, perawatan karies, perawatan antimikroba,
terapi oklusal, gerakan ortodonti ringan dan splinting sementara.
Lesi yang lanjut, apabila aktif dapat cepat berkembang menjadi kelompok
prognosis yang tidak ada harapan, sedang pada lesi yang sama yang dalam
keadaan tenang sering masih dapat bertahan untuk waktu yang lebih lama
sehingga diperlukan terapi fase I lebih dahulu. Terapi fase I paling tidak,
9 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
sementara dapat mengubah lesi aktif menjadi pasif, dan ini merupakan alasan
mengapa disarankan untuk menentukan prognosis sementara terlebih dahulu.
D. Rencana Perawatan di bidang Periodonsia
Dalam penanganan kasus periodontal, apabila diagnosis penyakit sudah
ditegakkan dan prognosis diramalkan maka langkah berikutnya adalah
merencanakan
perawatan
yang
akan
dilakukan
terhadap
kasus
tersebut. Rencana perawatan suatu kasus adalah merupakan cetak biru (blue print)
bagi penanganan kasusnya. Dalam rencana perawatan tersebut tercakuplah semua
prosedur yang diperlukan untuk menciptakan dan memelihara kesehatan
periodonsium, antara lain: keputusan mengenai gigi mana yang dipertahankan dan
gigi mana yang harus dicabut, tehnik yang dipilih untuk terapi periodontal, perlu
atau tidaknya prosedur bedah mukogingival atau rekonstruktif dan koreksi
oklusal, tipe retorasi yang akan dibuatkan, dan gigi yang akan digunakan sebagai
gigi sandaran (abutment).
Rencana perawatan yang disusun bukanlah suatu rencana yang bersifat
final. Perkembangan yang terjadi selama perawatan berjalan yang belum
terdeteksi sebelumnya, bisa menyebabkan harus dimodifikasinya rencana
perawatan yang telah disusun. Namun demikian, sudah menjadi ketentuan
bahwa perawatan
disusunnya rencana
periodontal
perawatan,
tidak
dibenarkan
kecuali
untuk
perawatan
dimulai
emergensi.
sebelum
Perawatan
10 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
dipertahankan adalah lebih penting artinya dari jumlah gigi yang dipertahankan
tersebut. Dalam merencanakan perawatan periodontal, titik tolaknya adalah gigi
mana yang dapat dipertahankan dengan tingkat keraguan yang minimal dan
rentang keamanan yang maksimal. Gigi yang berdasarkan penilaian prognosisnya
lebih menjurus ke prognosis tidak ada harapan sebenarnya tidak bermanfaat untuk
dipertahankan, meskipun gigi tersebut bebas dari karies. Gigi dengan kondisi yang
demikian akan menjadi sumber gangguan bagi pasien dan mengancam kesehatan
periodonsium.
Rencana Induk Untuk Perawatan Yang Komprehensif
Rencana perawatan periodontal diarahkan untuk suatu perawatan yang
komprehensif, yang mengkoordinasikan semua prosedur perawatan guna
menciptakan gigi geligi yang berfungsi baik dalam lingkungan periodonsium yang
sehat. Rencana induk bagi perawatan periodontal terdiri dari perawatan dengan
tujuan yang berbeda bagi setiap pasien sesuai dengan kebutuhannya masingmasing. Penyusunan rencana induk tersebut adalah didasarkan antara lain pada
diagnosis kasusnya, aktivitas penyakit, serta indikasi tehnik perawatan yang
dipilih.
Tujuan utama dari perawatan yang komprehensif adalah penyingkiran inflamasi
gingiva dan koreksi kondisi yang menyebabkan atau memperparah inflamasi
tersebut. Untuk mencapai tujuan ini, tergantung pada kasusnya, prosedur yang
dilakukan adalah:
-
dilakukan),
Penyingkiran saku periodontal
Penciptaan kontur gingiva dan hubungan mukogingival yang kondusif
11 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
Kondisi sistemik pasien pun perlu dievaluasi, karena kondisi tersebut dapat:
-
perawatan
- Mempengaruhi respon periodonsium terhadap perawatan,
Menyulitkan bagi usaha mempertahankan hasil perawatan.
Bagi pasien yang demikian perlu dilakukan konsultasi dengan dokter
umum atau dokter spesialis yang terkait. Setelah selesainya terapi periodontal
aktif perlu pula dilakukan terapi periodontal suportif (supportive periodontal
therapy) agar hasil perawatan dapat terpertahankan. Prosedur yang tercakup
kedalamnya adalah instruksi control plak, kunjungan berkala secara teratur
dengan interval kunjungan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien, dan
kondisi restorasi yang kemungkinan dapat mempengaruhi periodonsium.
Sekuens Prosedur Perawatan
Perawatan periodontal bukanlah suatu perawatan dental yang berdiri sendiri. Agar
perawatan periodontal berhasil baik, terapi periodontal haruslah mencakup
prosedur-prosedur kedokteran gigi lainnya sesiuai dengan kebutuhan pasien.
Semua prosedur perawatan, baik prosedur yang termasuk bidang Periodonsia
maupun prosedur yang bukan bidang Periodonsia disusun dalam sekuens (urutan)
sebagai mana yang dikemukakan di bawah ini (yang dicetak miring adalah
prosedur yang bukan bidang Periodonsia).
-
Fase preliminari/pendahuluan
Perawatan kasus darurat (emerjensi)
Dental atau periapikal
Periodontal
Lain-lain
12 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
Pencabutan gigi dengan prognosis tidak ada harapan, dan pemasangan gigi tiruan
sementara (bila diperlukan karena alasan tertentu)
Terapi fase I (fase etiotropik)
-
Kontrol plak
Kontrol diet (bagi pasien dengan karies rampan)
Penskeleran dan penyerutan akar
Koreksi restorasi dan protesa yang mengiritasi
Ekskavasi karies dan restorasi (sementara atau permanen, tergantung
Pengecekan kembali
Kedalaman saku dan inflamasi gingiva
Plak, kalkulus dan karies
Bedah periodontal
Perawatan saluran akar
Restorasi final
Gigi tiruan cekat dan lepasan
Pemeriksaan peridontal
Kunjungan berkala
Plak dan kalkulus
13 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
mengenai gigi yang masih mungkin untuk dipertahankan dan dapat dipergunakan
semaksimal mungkin. Jangan memulai penjelasan dengan hal-hal yang kurang
menguntungkan seperti: Gigi yang ini harus dicabut. Hal yang demikian akan
menimbulkan kesan negatif pada pasien yang akan mengurangi motivasinya untuk
menjalani perawatan. Kepada pasien dijelaskan bahwa pada prinsipnya akan
diusahakan untuk mempertahankan sebanyak mungkin gigi. Dalam memberikan
penjelasan, pembicaraan jangan terlalu dititikberatkan kepada masalah giginya
yang goyang. Pada pasien perlu ditekankan bahwa tujuan perawatan adalah untuk
mencegah agar gigi geliginya tidak mengalami kerusakan periodonsium yang
parah seperti halnya gigi yang telah goyang.
14 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
3.
pasien bahwa perawatan terdiri dari prosedur-prosedur yang terpisah, yang dapat
dipilih-pilih oleh pasien. Apabila diindikasikan restorasi dan pembuatan gigi
tiruan, harus dijelaskan bahwa prosedur tersebut adalah sama pentingnya dengan
penyingkiran inflamasi dan saku periodontal bagi kesehatan gusinya. Dalam
menjelaskan rencana perawatan harus dihindari penjelasan seperti: Setelah
perawatan gusi saudara selesai, nanti akan dibuatkan restorasi dan/atau gigi
tiruan, karena hal tersebut memberikan kesan seolah-olah prosedur-prosedur
tersebut tidak saling berkaitan. Sejak awal pasien harus memahami paket
perawatan yang harus dijalaninya agar perawatan kasusnya tuntas.
Adalah menjadi tanggungjawab dokter gigi untuk menasehati pasien mengenai
pentingnya perawatan periodontal. Namun demikian, perawatan baru bisa berhasil
apabila pasien cukup berminat untuk mempertahankan gigi aslinya. Pasien yang
tidak punya keinginan mempertahankan gigi aslinya dan tidak merasa sayang
apabila gigi aslinya dicabut, bukanlah kandidat pasien periodontal yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
I.
IDENTITAS
Nama penderita
Pekerjaan/ Telp
Alamat
Umur
: 19 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
15 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
16 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
melihat (inspeksi ),
Dalam pemeriksaan umum ini kita harus menilai keadaan pasien secara umum
dan mengukur tanda-tanda vital pasien. Keadaan pasien secara umum yaitu
menilai keadaan pasien seperti sakit tampak ringan/sedang/berat/normal, yaitu
dilihat dari cara berjalannya, keadaan rambut, dan keadaan kulit. Sedangkan
pada pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi :
a. Mengukur tekanan darah
Mengukur tekanan darah dengan cara lebar manset 2/3 lebar lengan, posisi
pasien duduk/berbaring kemudian pada lengan kanan atau kedua lengan,
dipompa secepat mungkin sampai 20-30 mm di atas hilangnya nadi A.
Radialis. Menempatkan stetoskop dengan benar dan menurunkan
permukaan air raksa dengan kecepatan 3 mm/detik serta mendengarkan
bunyi dengan seksama. Tekanan darah normal, diambil ketika istirahat
sebesar 120/ 80 mm Hg atau lebih rendah. Pada pasien kemarin tekanan
darahnya 120/85 mmHg, pasien tersebut dikatakan normal.
b. Mengukur Respirasi
Mengukur respirasi dengan cara
19 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
20 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
tuberkulosa dan lain sebagainya. Jika terdapat nyeri tekan pada pasien, umumnya
disebabkan karena adanya peradangan atau proses pendarahan.
Cara memeriksa kelenjar ini adalah operator berada di sebelah kanan belakang
pasien, pasien menoleh ke kiri untuk memeriksa limfonodi kanan dan menoleh ke
kanan untuk memeriksa linfonodi kiri. Operator menggunakan dua jari bagian
dalam yaitu tengah dan telunjuk. Operator harus merasakan apakah kelenjar
tersebut teraba atau tidak. Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata pasien kami
tidak menimbulkan gejala-gejala abnormal, artinya kelenjar submandibularis dan
submentalis pada pasien adalah normal baik itu yang sinister maupun dekster.
Intra Oral
CPITN (Community Periodontal Index for Treatment Needs)
Pengertian CPITN atau Community Periodontal Index for Treatment
Needs adalah indeks resmi yang digunakan oleh WHO untuk mengukur kondisi
jaringan periodontal serta perkiraan akan kebutuhan perawatannya dengan
menggunakan WHO Periodontal Examining Probe (Probe WHO).
1. Sistem pemberian skore adalah:
kode 0 tidak ada poket atau perdarahan pada gingiva saat penyondean
kode 1 perdarahan gingiva pada saat penyondean
kode 2 kalkulus supra plus minus subgingiva
kode 3 poket sedalam 4- 5 mm
kode 4 poket lebih dari sama dengan 6 mm
2. Gigi geligi dibagi menjadi enam segmen atau sekstan ( empat gigi
posterior dan dua gigi anterior) di mana pada setiap segmen terdapat
satu atau bebrapagigi yang tidak perlu dicabut.
3. Bila digunakan untuk tujuan epidemiologi, biasanya dilakukan
pemeriksaanterhadap 10 gigi tertentu. Bila digunakan untuk tujuan
perawatan enam gigiindeks diperiksa pada anak-anak dan remaja
sedangkan untuk individu dewasasemua gigi diperiksa.
4. Rencana perawatan ditentukan dengan berlandaskan pada:kode 0 tidak
memerlukan perawatankode 1 memerlukan perbaikan perawatan gigi
di rumahkode 2 dan 3 memerlukan perawatan skalling dan perbaikan
21 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
Gigi 11
0
Gigi 31
1
Gigi 26
2
Gigi 36
2
KRITERIA
NILAI
Calculus Stain Index diperoleh dengan cara menjumlahkan debris skor atau
kalkulus skor tiap permukaan gigi dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa
Calculus skor = jumlah skor kalkulus
jumlah gigi yg diperiksa
KRITERIA SKOR CSI:
Skor 0 0,6
baik (good)
sedang (fair)
buruk (poor)
Pada skill lab yang kelompok kami lakukan, dengan pasien Tn. Syamsul Bahri
yang kami periksa pada seluruh gigi bagian bukal-palatal dan bukal-lingual
didapatkan:
23 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
RA
RB
24 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
Keadaan gigi pasien pada rahang atas, di bagian fasial terdapat ketidaktepatan
kontak oklusi, dimana mesial gigi 16 bertanda ( = ), yang berarti, gigi 16 tidak
memiliki kontak oklusi dengan gigi antagonisnya, yaitu gigi 46. Kemudian, bukal
gigi 23 pada pasien tidak memiliki kontak proksimal (
) dengan gigi
antagonisnya, gigi 33. Dan pada gigi 24 merupakan gigi yang malposisi (Ma).
Pada gigi 26, ditemukan adanya gigi yang goyang derajat 3.
Selain itu, posisi dan kurvatur margin gingival pada gigi Rahang Atas bagian
fasial masih normal. Posisi dasar poket pada gigi 17, dan gigi 16 berada sekitar 12 mm, sedangkan posisi dasar poket pada gigi 15, 14, 13, 12, 11, 21, 22, 23, 24,
dan gigi 25 berada sekitar 1 mm. Untu dasar poket gigi 26 dan gigi 27 berada
sekitar 2 mm.
c. Rahang Bawah Facial
D
Terdapat diastema pada mesial gigi 47 dan pada distal gigi 45 yang sisebabkan
oleh tanggalnya gigi 46
Terdapat gigi karies (D) , yaitu gigi 36 dan gigi 37
d. Rahang Bawah Lingual
Pada pemeriksaan keadaan gigi dan jaringan periodontal bagian lingual rongga
mulut menggunakan kaca mulut dan dilihat apakah terdapat kelainan seperti
25 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
adanya gigi karies, gigi yang mengalami malposisi, gigi yang telah dicabut
maupun indikasi cabut, gigi goyang, impaksi, serta gigi yang menglami oklusi
karena traumatik, gigi yang tidak memiliki kontak oklusi maupun proksimal, dan
adanya kontak proksimal yang tidak baik.
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh kelompok kami, pada gigi
rahang bawah bagian lingual didapatkan:
Bahwa pada gigi 46 sudah tidak ada sebab gigi tersebut telah dicabut.
Oleh sebab itu pada gigi 47 dan 45 tidak terdapat kontak proksimal sebab gigi
sebelahnya yaitu gigi 46 telah tidak ada.
Dan pada gigi 44 terdapat karies superficial.
Sedangkan pada gigi yang lain tidak terdapat kelainan.
26 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
27 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
28 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
29 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
30 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
31 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
32 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
33 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Gingivitis, Periodontitis. Available at (online):
http://www.totalkesehatananda.com/Gingivitis 1htlm (9 Nov 2009).
Carranza FA. Newman MG. Takei HH. 2006. Clinical Periodontology. 9th ed
Philadelpia: WB Saunders Co; p. 74.
Manson J.D. dan Eley B.M. 1993. Buku Ajar Periodonti. Edisi kedua p.45,
Hipokrates Jakarta.
34 |L a p o r a n s k i l l a b p e r i o d o n s i a t u t o r i a l 2