Anda di halaman 1dari 11

PRESENTASI KASUS

Non Spesific Uretritis (NSU)


Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan kepaniteraan klinik Bagian
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :
ELIYA ANDRIYANI
NIM : 2009 031 0022
Diajukan Kepada :
dr. Lucky Handaryati, Sp.KK

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2014

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan laporan kasus dengan judul

Non Spesific Uretritis (NSU)

HARI/TANGGAL
.. /

September 2014

Menyetujui
Dokter pembimbing/Penguji

dr. Lucky Handaryati, Sp.KK

BAB I
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama

: Arif Nugroho

Umur

: 25 tahun

Jenis kelamin : laki-laki


Alamat

: Salatiga

2. Problem
Anamnesis

Keluhan Utama
: Sakit saat Buang Air Kecil.
RPS : BAK terasa nyeri, perih dan panas sejak 2 minggu
yang lalu. Keluhan disertai keluarnya cairan kental yang
keluar kewaktu-waktu terutama saat malam hari. Tidak ada
keluhan demam sebelumnya. Keluhan baru dirasakan pertama
kali. Sebelumnya pasien berhubungan dengan pacar 1 bulan
yang lalu. Pasien sudah berobat dan didiagnosis sebagai
gonorea dan sudah diterapi dengan Baquinor 2x500mg, Dolos
3x500mg, keluhan membaik, namun saat obat habis keluhan
kambuh lagi.
RPD : RPK : Pasien mengaku tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit serupa. Penyakit Menular Seksual pada
Pasangan tidak diketahui.

3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran

: Baik
: Composmentis
3

Pemeriksaan Status Dermatologis:


Predileksi
: alat kelamin
Efloresensi :
Orifisium uretra eritematus.
Duh/secret uretra berwarna putih atau seropurulent jumah sedikit.
4. Kesimpulan Pemeriksaan
Diagnosis Banding :
1. Non Spesific Uretritis (NSU)
2. Gonorrhea (GO)

Diagnosis
Berdasarkan anamnesis pasien mengeluh nyeri saat BAK yang terasa perih dan panas
sejak 2 minggu serta disertai cairan yang keluar dari alat kelamin sewaktu-waktu.
Terdapat riwayat pasien berhubungan dengan pasangan sekitar 1 bulan yang lalu. Pasien
sudah diterapi sebelumnya, tapi keluhan kambuh lagi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
Orifisium uretra sedikit eritematus tapi tidak edem, Duh/secret uretra berwarna putih
atau seropurulent jumlah sedikit/ecoulement(-). Maka pasien ini dapat didiagnosis
dengan Non Spesific Uretritis (NSU)

Terapi
R/ Azitromicin 500mg no.IV
S 1 dd tab I
R/ Doksisiklin 100mg no.XIV
S 2 dd caps I

Edukasi
Jangan berhubungan dengan pasangan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Non Specific Urethritis
Definisi: penyakit kelamin akibat hubungan seksual yang ditandai dengan adanya
peradangan pada uretra, tetapi tidak ditemukan adanya kuman patogen sebagai

penyebabnya.
Penyebab:

1. Chlamydia trachomatis
2. Ureaplasma urealyticum
3. Corynebacterium vaginalis
4. Alergi
5. Bakteri staphylococcus

Gejala klinis
a. Masa tunas: 7-14 hari
b. Gejala:
Pria: dysuria ringan, perasaan tidak enak di uretra, sering kencing, dan
keluarnya duh tubuh seropurulen. secret uretra yang keluar sifatnya encer, pagi
hari kelihatan lebih jelas.
Wanita: lebih sering terjadi pada serviks uteri disbanding di vagina, kelenjar
bartholini, atau uretra. Gejala asimptomatik, sebagian kecil dengan keluhan
keluarnya duh tubuh vagina, dysuria ringan, sering kencing, nyeri di daerah
pelvis dan disparenia.

Laboratorium:
Dapat dilakukan pengecatan Gram pada apusan sekret uretra/sekret serviks uteri
bila ditemukan Leukosit PMN>5/LPB atau dengan spesimen urin ditemukan
Leukosit PMN>10/LPB
Tidak dijumpai Diplokokus Gram Negatif Intraseluler (DGNI)
Direct fluorescent antibody (DFA)
5

Enzyme immunoassay/enzyme linked immunosorbent assay (eia/elisa)


Penatalaksanaan
Tetrasiklin HCl: 4x500mg/hari selama 1 minggu atau 4x250mg sehari selama 1-2
minggu.
Eritromicin: 4x500mg/hari selama 1-2 minggu (untuk penderita yang tidak tahan

tetrasiklin, wanita hamil dan anak <12 tahun)


Kotrimokzasol forte 2x1tab/hari selama 10-14hari
Doksisiklin 100mg tab 2x1tab/hari selama 7 hari
Azitromisin 1 gram dosis tunggal
Ofloksasin 2x200mg sehari selama 10 hari.

2. Gonorrhea
Penyebab: Neisseria gonorrhoeae.
Masa inkubasi penyakit: 2-5 hari (1-14 hari)
Neisseria gonorrhoeae merupakan suatu kuman gram negative, berbentuk biji kopi,
letaknya intra atau ekstra seluler dan bersifat tahan asam. Gonorrhea yang resisten
terhadap penisilin disebut penicillinase produsing Neisseria gonorrhoeae (P.P.N.G)
Gejala klinis
Pada laki-laki
Keluhan sakit waktu kencing
Orifisium uretra yang oedem

Pada wanita
Biasanya asimptomatik
dan Ada servisitis dengan gejala keputihan
6

eritematus/Ektropion
Secret uretra yang purulent/Ecoulement

Komplikasi: bartolinitis dan penyakit


radang panggul

Pemeriksaan laboratorium
Sediaan langsung: sediaan diwarnai dengan gram untuk melihat adanya kuman
diplococcus gram negative (DGNI), berbentuk biji kopi yang terletak intra dan ekstra
seluler. Serta pada apusan sekret uretra/sekret serviks uteri bila ditemukan Leukosit

PMN>5/LPB atau dengan spesimen urin ditemukan Leukosit PMN>10/LPB


Percobaan dua gelas (tes Thomson)
Kultur
Tes definitive (dari hasil kultur yang positif): tes oksidasi, tes fermentasi, tes beta-

lactamase.
Diagnosis
Anamnesis adanya coitus suspectus, fellatio atau cunilingus
Gejala klinis
Pemeriksaan laboratorium yang positif: bakteri diplococcus gram negative

Penatalaksaan
Gonorrhea tanpa komplikasi (cerviks, uretra, rectum dan faring)
A. Amoxicilin 3gram oral single dose
B. Ampicilin 3,5gram oral single dose
C. Thiamphenicol 2,5-3,5mg oral single dose
D. Kanamycin injeksi 1 gram-2 gram
Gonorrhea dengan infeksi sistemik
A. Meningitis dengan endocarditis
Ceftriaxone 1-2gr IV setiap 12 jam, untuk menigngitis dilanjutkan 10-14 hari dan
untuk endocarditis diteruskan paling sedikit 4 minggu.
B. Artritis, tenosynovitis dan dermatitis
- ciprofloksasin 500mg iv setiap 12 jam
- ofloxacine 400mg setiap 12 jam
- cefotaxime 1 gr iv setiap 8 jam
- Ceftriaxone 1 gram im/iv tiap 24 jam
Gonorrhea pada bayi dan anak
A. Sepsis, Artritis, Meningitis atau abses kulit kepala pada bayi
Ceftriaxone 25-50 mg/kg/hari Im/iv 1 kali sehari selama 7 hari.
Cefotaxime 25 mg/kg/im/iv setiap 12 jam selama 7 hari
Bila terbukti meningitis lama pengobatan menjadi 10-14 hari.
B. Vulvovaginitis, Cervicitis, Urethritis, Faringitis atau Proctitis pada anak
Ceftriaxone 125mg im single dose
Untuk anak dengan berat badan >45kg obat dan dosis obat sama seperti pada
orang dewasa.
7

C. Bakteriemi atau arthritis pada anak


ceftriaxone 50mg/kg (maks. 1 gram untuk bb<45 kg dan 2 gram untuk bb>45
kg) im.iv 1 kali sehari selama 7 hari atau 10-14 hari untuk bb>45 kg.

Gonorrhea pada wanita hamil


- ceftriaxone 250ml im single dose
- Amoksisilin 3 gr + probenesid 1 gram

3. Terapi yang digunakan


a. Azytromicin 500mg
Azitromisin merupakan golongan makrolid dengan aktivitas lebih rendah
terhadap kuman gram positif tetapi lebih aktif terhadap kuman gram negative.
Azitromicin diindikasikan untuk infeksi klamidia daerah genital tanpa
komplikasi4.
b. Doksisiklin
Doksisiklin adalah golongan tetrasiklin berspectrum luas dan merupakan
pilihan untuk infeksi yang disebabkan Chlamydia4.

BAB III
PEMBAHASAN
Pasien didiagnosis dengan Non Spesific Uretritis (NSU) berdasarkan hasil anamnesis
dan gambaran klinis yang didapat. Dari anamnesis tersebut didapatkan pasien mengeluh nyeri
saat BAK yang terasa perih dan panas serta disertai cairan yang keluar dari alat kelamin sejak
2 minggu yang lalu. Terdapat riwayat pasien berhubungan dengan pasangan sekitar 1 bulan

yang lalu. Pasien sudah berobat dan didiagnosis sebagai gonorea dan sudah diterapi dengan
Baquikor dan Dolos. Sedangkan, pada pemeriksaan fisik didapatkan Orifisium uretra
eritematus, Duh/secret uretra berwarna putih/seropurulent jumah sedikit. Ecoulement(-) dan
Ektropion (-).
Terapi yang diberikan pada pasien ini yaitu azitromicin 1x1 tab selama 4 hari dan
Doksisiklinn 2x1 caps selama 7 hari. Pemberian terapi ini dilakukan dengan alasan pada
pasien dengan riwayat gonorea sering diikuti dengan infeksi lainnya. Infeksi nongonorea
selalu membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengalami pemnyembuhan. Pasien
dengan gonorea yang masih bergejala setelah pengobatan perlu dievaluasi dengan kultur dan
isolasi untuk tes kepekaan antimikroba. Urethritis persisten, servisitis atau prostitis mungkin
disebabkan oleh C. Trachomatis atau mikroorganisme lain. Azitromycin dan Doksisiklin
termasuk antibiotic yang efektif untuk membunuh bakteri C. Trachomatis. Sehingga Pada
infeksi chlamydia bersamaan, regimen yang direkomendasikan adalah antimikroba
azitromisin dan doksisiklin.
Berdasarkan European Guideline on the management of non-gonococcal urethritis,
2009 bahwa pemberian azitromicin 500mg diikuti 250mg per hari selama 4 hari atau
moxifloxacin 400mg sehari selama 10 hari dapat mengobati seluruh pasien uritritis non
gonorea persisten. Dimana survey retrospective juga mendapatkan hasil bahwa keberhasilan
terapi 76% dengan azithromycin (1g single dose sama efektifnya dengan terapi 5 hari dan
100 % dengan moxifloxacin 400 mg perhari selama 7. Namun, karena tingginya resistensi
setelah penggunaan azitromicin single dose, maka beberapa ahli merekomendasikan terapi
azitromicin selama 5 hari.

BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis menderita urethritis


nonspesifik. Pada pasien ini diberikan terapi antimikroba azitromisin dan doksisiklin, terapi
ini sudah sesuai karena pada pasien ini sebelumnya sudah diterapi dengan terapi gonorrhea
dimana pasien dengan infeksi gonorrhea sering bersamaan dengan infeksi chlamydia
trachomatis yang menyebabkan urethritis persisten. Urethritis non gonorea selalu
membutuhkan waktu penyembuhan yang lebih lama. Sehingga, pemberian azitromisin dan
doksisiklin sudah direkomendasikan sebagai obat yang efektif untuk penatalaksaan urethritis
persisten tersebut.

10

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, A, Hamzah, M., dkk, 2009, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 5 th ed, Balai
Penerbitan FKUI, Jakarta.
2. Mulyono, 1986, Pedoman Pengobatan Penyakit Kulit dan Kelamin, 1 st ed, Median
Mulya Jaya, Jakarta.
3. Siregar, R, S., 2005, Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, 2 nd ed, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
4. Yulinah, Elin, dkk. 2009. ISO Farmakoterapi. ISFI Penerbitan. Jakarta
5. Shahmanesh, Mohsen. 2009. European Guideline on the management of non-

gonococcal urethritis. Paris, France

11

Anda mungkin juga menyukai