Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TL 3202
TUGAS 01-Pendahuluan
PUSTAKA, METODOLOGI, PRA PERENCANAAN
Anggota Kelompok :
15312028
2. Tania Alpiani
15312030
3. Kezia Theresia
15312032
4. Aji Gumelar
15312034
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Menentukan sistem air buangan yang tepat untuk wilayah Kebon kembang
2. Menentukan sistem jaringan perpipaan yang efektif untuk menyalurkan air
buangan di wilayah kebon kembang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal
dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada
umumya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan
bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain
mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair
yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri,
bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin
ada (Notoatmodjo, 2003).
Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha atau
kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan
asrama. Beberapa bentuk dari air limbah ini berupa tinja, air seni, limbah
kamar mandi, dan juga sisa kegiatan dapur rumah tangga.
Jumlah air limbah yang dibuang akan selalu bertambah dengan meningkatnya
jumlah penduduk dengan segala kegiatannya. Apabila jumlah air yang
dibuang berlebihan melebihi dari kemampuan alam untuk menerimanya maka
akan
terjadi
kerusakan
lingkungan.
Lingkungan
yang
rusak
akan
digunakan, terlebih dahulu harus dilakukan analisis terhadap kondisi umum, batasanbatasan yang ada dan potensi yang dimiliki daerah pelayanan.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20715/3/Chapter%20II.pdf,diakses
pada tanggal 4 Februari 2015, pukul 21.00).
1.
Air hujan yang berlebihan (excess rainfall), yang dibicarakan dalam drainase
2.
Air limbah, yaitu air bekas pemakaian aktivitas masyarakat, baik oleh
Aritmatika
Geometrik
Linier
Eksponensial
Logaritmik
Least Square
Dengan:
T0 = tahun awal
Dengan:
n = jangka waktu
Metode proyeksi yang dipilih adalah metode dengan nilai standar deviasi terendah
dan koefisien korelasi paling besar. Pola perkembangan kota sesuai dengan fungsi
kota di masa mendatang juga dijadikan acuan dalam menentukan metode proyeksi.
Pada umumnya fungsi sebuah kota dapat menunjukkan kecenderungan pertambahan
penduduk di masa mendatang.
(http://jujubandung.wordpress.com/2012/06/02/kebutuhan-air-minum-di-wilayahperencanaan-studi-kasus/, diakses tanggal 4 Februari 2015 pukul 11.00)
2.3Sistem Penyaluran Air Buangan
Kekurangannya :
Pada penerapan sistem setempat ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi
(DPU, 1989), antara lain :
Cubluk tunggal
Cubluk tunggal dapat digunakan untuk daerah yang memiliki tinggi muka
air tanah >1 m dari dasar cubluk.Cocok untuk daerah dengan kepadatan <200
jiwa/ha.Pemakaian cubluk tunggal dihentikan setelah terisi 75 %.
Cubluk Kembar
Cubluk kembar dapat digunakan untuk daerah dengan kepadatan
penduduk < 50 jiwa/ha dan memiliki tinggi muka air tanah > 2 m dari dasar cubluk.
Pemakaian lubang cubluk pertama dihentikan setelah terisi 75%, dan selanjutnya
lubang cubluk kedua dapat disatukan.Jika lubang cubluk kedua terisi 75%, maka
lumpur tinja yang ada di lubang pertama dapat dikosongkan secara manual dan dapat
digunakan untuk pupuk tanaman.Setelah itu lubang cubluk dapat difungsikan
kembali.
2.
Tangki Septik
Tangki septik merupakan suatu ruangan yang terdiri atas beberapa
kompartemen
yang
berfungsi
sebagai
bangunan
pengendap
untuk
menampung/mengolah air limbah domestik dengan kecepatan alir yang sangat lambat
sehingga member kesempatan untuk terjadinya pengendapan terhadap suspense
benda-benda padat dan kesempatan dekomposisi bahan-bahan organik oleh mikroba
anaerobik. Proses ini berjalan secara alamiah yang sehingga memisahkan antara
padatan berupa lumpur yang lebih stabil serta cairan (supernatant). Proses anaerobic
yang terjadi juga menghasilkan biogas yang dapat dimanfaatkan. Untuk mendapat
proses yang baik, sebuah tangki septik haruslah hampir terisi penuh dengan cairan,
oleh karena itu tangki septik haruslah kedap air (Sugiharto 1987).
Cairan yang terolah akan keluar dari tangki septik sebagai efluen dan gas yang
terbentuk akan dilepas melalui pipa ventilasi. Sementara lumpur yang telah matang
(stabil) akan mengendap didasar tangki dan harus dikuras secara berkala setiap 2-5
tahun bergantung pada kondisi. Efluen masih membutuhkan pengolahan yang lebih
lanjut. Pengolahan lanjutan yang dapat digunakan adalah sumur resapan dan small
bore sewer. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan tangki septik
(Gambar 2.2):
Cocok diterapkan di daerah yang memiliki kepadatan penduduk < 500 jiwa/ha.
3. Beerput
Sistem ini merupakan gabungan antara bak septik dan peresapan. Oleh karena
itu bentuknya hampir sama seperti sumur peresapan.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh sistem beerput antara lain :
Tinggi air pada sumur beerput pada musim kemarau tidak kurang dari 1,2 m
dari dasar.
Apabila sumur tersebut dibuat bulat, maka diameternya tidak boleh kurang
dari 1 m dan apabila dibuat segi empat maka sisi harus lebih besar dari 0,9 m.
Slope pipa harus diatur sehingga V cleansing terpenuhi (0,6 m/detik). Aliran
dalam saluran harus memiliki tinggi renang agar dapat mengalirkan padatan.
Peraturan jaringan saluran akan sulit jika dikombinasikan dengan saluran small
bore sewer, karena dua sistem tersebut membawa air buangan dengan karakteristik
berbeda sehingga tidak boleh ada cabang dari sistem konvensional bersambung ke
saluran small bore sewer.
Daerah yang cocok untuk penerapan sistem penyaluran secara konvensional (DPU,
1989) :
Daerah yang sudah mempunyai sistem jaringan saluran konvensional atau dekat
dibangun jaringan saluran, akan diperlukan lahan untuk pembuangan dan pengolahan
sendiri.
penduduk menggunakan air tanah, serta lahan untuk pembuatan sistem setempat
sangat sulit dan permeabilitas tanah buruk.
Gambar 1.2. Contoh Layout Saluran Shallow Sewerage pada Perumahan Tak Teratur
(A) dan Teratur (B) (Mara, 1996)
Biaya pembuatan shallow sewerage lebih murah bila dibandingkan dengan
penyaluran secara konvensional dan bahkan mungkin lebih murah daripada sistem
sanitasi setempat (Gambar 3.2).Biaya murah ini dikarenakan penggalian yang
dangkal, pipa yang digunakan berdiameter kecil dan unit pengawasan yang sederhana
dalam tempat manhole yang tidak besar.
tidak dirancang untuk self cleansing, dari segi ekonomis sistem ini lebih murah
dibandingkan dengan sistem konvensional.
Daerah pelayanannya relatif lebih kecil, pipa yang dipasang hanya pipa persil dan
servis yang menuju lokasi pembuangan akhir, pipa lateral dan pipa induk tidak
diperlukan, kecuali untuk beberapa daerah perencanaan dengan kepadatan penduduk
sangat tinggi dan timbulan air buangan yang sangat besar.
Sistem ini dilengkapi dengan instalasi pengolahan sederhana.
Syarat yang harus dipenuhi untuk penerapan sistem ini :
Aliran yang terjadi dalam pipa tidak harus memenuhi kecepatan self cleansing
Cocok untuk daerah dengan kerapatan penduduk sedang sampai tinggi terutama
daerah yang telah menggunakan tangki septik tapi tanah sekitarnya sudah tidak
mampu lagi menyerap effluen tangki septik.
Sistem kombinasi ini cocok diterapkan di daerah yang dilalui sungai yang airnya tidak
dimanfatkan lagi oleh penduduk sekitar, dan di daerah yang untuk program jangka
panjang direncanakan akan diterapkan saluran secara konvensional, karena itu pada
tahap awal dapat dibangun saluran pipa induk yang untuk sementara dapat
dimanfaatkan sebagai saluran air hujan.
1.Pipa Persil
Pipa persil adalah pipa saluran yang umumnya terletak di dalam rumah dan langsung
menerima air buangan dari instalasi plambing bangunan.Memiliki diameter 3 4,
kemiringan pipa 2%. Teknis penyambungannya dengan pipa servis;
membentuk
sudut 45 dan apabila perbandingan antara debit dari persil dengan debit dari saluran
pengumpul kecil sekali maka penyambungannya tegak lurus.
2. Pipa Servis
Pipa servis adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari pipa persil yang
kemudian akan menyalurkan air buangan tersebut ke pipa lateral. Diameter pipa
servis sekitar 6 8, kemiringan pipa 0,5 1 %. Lebar galian pemasangan pipa
servis minimal 0,45 m dan dengan kedalaman benam awal 0,6 m. Sebaiknya pipa ini
disambungkan ke pipa lateral di setiap manhole.
3. Pipa Lateral
Pipa lateral adalah pipa saluran yang menerima aliran dari pipa servis untuk dialirkan
ke pipa cabang, terletak di sepanjang jalan sekitar daerah pelayanan. Diamter awal
pipa lateral minimal 8, dengan kemiringan pipa sebesar 0,5 1%.
4.Pipa Cabang
Pipa cabang adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari pipa-pipa lateral.
Diameternya bervariasi tergantung dari debit yang mengalir pada masing-msing pipa.
Kemiringan pipa sekitar 0,2 1%.
5.Pipa Induk
Pipa induk adalah pipa utama yang menerima aliran air buangan dari pipa-pipa
cabang dan meneruskannya ke lokasi instalasi pengolahan air buangan. Kemiringan
pipanya sekitar 0,2 1%.
2.5
Pola-pola jaringan yang umum diterapkan pada sistem penyaluran air buangan (D A.
Okun, Community of Waste Water Treatment and Disposal,1975) :
Pola ini dapat diterapkan untuk sistem jaringan penyaluran air buangan pada sistem
terpisah maupun tercampur, namun pada pola ini banyak diperlukan Bangunan
Pengolahan Air Buangan (BPAB).
Pola Interceptor
Pola interceptor adalah pola sistem campuran terkendali yaitu ke dalam pipa
riol
hulu
dimasukkan
sejumlah
tertentu
air
hujan
dengan
pemasukkan
terkendali.Ujung akhir riol hulu didesain melintas di atas riol interceptor, sedangkan
outfall bypassnya menuju badan air penerima terdekat.Pola ini cocok untuk
diterapkan di daerah pantai.
Pola Zona
Pola zona atau wilayah adalah pola yang diterapkan pada daerah pelayanan
yang terbagi dua oleh adanya sungai di daerah pelayanan, dimana pipa penyebrangan
atau siphon tidak mungkin atau sangat mahal untuk dibangun.
Pola Kipas
Pola kipas adalah pola yang dapat diterapkan pada daerah pelayanan yang terletak di
suatu lembah.Pada pola ini pengumpulan aliran ke arah dalam dapat melalui lebih dari
dua cabang saluran, yang kemudian bersatu dalam pipa utama menuju suatu outfall
atau BPAB.
Pola Radial
Pada pola radial, pengumpulan aliran dilakukan ke segala arah ke arah luar dimulai
dari daerah tinggi, jalur yang ditempuh pendek-pendek sehingga diperlukan banyak
BPAB.Pola jaringan riol ini dapat dilihat pada Gambar 1.3.
a) Pola Interceptor
c) Pola Kipas
d) Pola Radial
Segi konstruksi.
Bentuk saluran yang banyak digunakan dalam jaringan pengumpul air buangan adalah
lingkaran dan bulat telur.
1. Bentuk Lingkaran
Saluran bentuk lingkaran lebih banyak digunakan pada kondisi debit aliran konstan
dan aliran tertutup.
Kondisi umum pengaluran saluran bulat lingkaran adalah :
V max tercapai pada saat d = 0.815 D
Q max tercapai pada saat d = 0.925 D
Biasanya pipa persil dan servis berbentuk bulat lingkaran.
2.
Saluran bentuk bulat telur, digunakan pada kondisi debit aliran tidak konstan dengan
aliran tertutup dimana kondisi :
Vmax tercapai pada saat d = 0.89 D
Q max tercapai pada saat d = 0.94 D
Umumnya pipa bulat telur ini digunakan untuk pipa lateral, cabang, dan induk.
Sukar diperoleh
Satuan panjang pipa bulat telur lebih pendek daripada pipa bulat lingkaran
sehingga pemasangannya tidak efisien.
Jenis sambungan dan kemudahan pemasangannya serta kedap air dan mudah
diperoleh di pasaran.
Tersedianya pekerja terampil dan tenaga ahli dalam riolering sehingga dapat
memilih pipa yang tepat dan ekonomis.
Dalam penyaluran air buangan ada beberapa bahan pipa yang biasa digunakan, yaitu :
Berikut adalah tabel perbandingan bahan saluran yang dapat dijadikan pertimbangan
dalam pemilihan bahan saluran :
Tabel 1Perbandingan Bahan Saluran.
(Sumber : Qasim, Sewerage and Treatment Plant)
Bahan
1. Reinforced
Diameter Panjang
(inch)
(m)
12 - 144
1.27.4
Korosif
Standar
Kekuatan
erosi
ASTMC76
Concrete
2. Tanah Liat
dan
Tidak
Jenis
sambungan
Kuat
Bell spigot
Mudah
Mortar,
pecah
rubber
tahan
4 - 48
1-2
ASTMC700
Tahan
gasket
3. Pipa
4 - 42
AWWAC400
Asbes
4. Cast Iron
Tidak
Kuat
tahan
2 - 48
6.1
AWWAC100
Colar,
rubber ring
Tidak
Sangat
Bell spigot,
tahan
kuat
flanged
mechanical
5. Pipa Baja
8 - 252
1.2-4.6
AWWAC200
Tidak
Kuat
tahan
6. PVC
4 - 15
3.2
ASTMD302
tahan
Bell spigot,
socket,
Cukup
Flexible
rubber,
gasket
7. HDPE
6 - 36
6.3
ASTM
Tahan
D3212
Kuat
Rubber
gasket, tight
bell,
coupler.
Perletakan saluran dilakukan di tengah jalan, bila di bagian kiri dan kanan
Perletakan saluran dilakukan pada jalan yang pada satu bagian sisi mempunyai
jumlah rumah yang lebih banyak daripada sisi lainnya , saluran ditempatkan pada sisi
jalan dengan jumlah rumah terbanyak.
Saluran dapat diletakkan pada kiri dan kanan jalan jika di kedua sisi jalan
Untuk jalan dengan letak rumah atau bangunan di satu sisi lebih tinggi dari sisi
lainnya, perletakan saluran dilakukan pada sisi jalan yang mempunyai elevasi lebih
tinggi.
Untuk jalan dengan kondisi jumlah bangunan sama banyak di kedua sisinya
dan mempunyai elevasi lebih tinggi dari jalan, maka penempatan saluran dilakukan di
tengah jalan.
Pipa persil
Pipa servis
Kedalaman akhir benam maksimum pipa induk dan cabang disyaratkan tidak
lebih dari 7 meter jika lebih dari 7 meter maka harus dinaikkan dengan pompa.
Sedangkan kedalaman awal pipa induk dan cabang adalah 1.2 meter, jika kurang dari
1.2 meter maka butuh drop manhole.(Pramadhita,2006)
BAB III
METODOLOGI PERENCANAAN
Diskusi Kelompok
Studi Literatur
Survey&wawancara
Menghitung proyeksi
penduduk
Menghitung timbulan
air buangan
Analisa dan
pembahasan
Merencanakan desain
saluran air buangan
Penyusunan laporan
1.
Diskusi kelompok
Diskusi kelompok dilakukan untuk menentukan daerah observasi sistem saluran air
buangan dan penyusunan draft untuk wawancara. Daerah yang akan kami observasi
adalah daerah Tamansari-UNISBA.
2.
Studi literatur
Mencari semua pustaka yang berhubungan dengan desain penyaluran
air buangan.Baik itu berupa buku, catatan kuliah, jurnal, majalah, artikel, maupun
data internet.
Semuanya dapat diakses melalui perpustakaan, internet, maupun layanan publik.
Mencari data-data apa saja yang diperlukan dan dimana kita bisa memperolehnya.
3.
area dan untuk memperoleh data kuantitatif seperti jumlah warga, banyaknya rumah,
banyaknya fasilitas umum (sekolah, masjid, pasar, fasilitas kamar mandi umum, dll).
Oleh karena itu diperlukan koordinasi dengan pihak warga seperti RT atau RW agar
pengambilan data dapat berjalan lancar.
4.
Data proyeksi penduduk selama 20 tahun ke depanakan membantu dan berguna dalam
menentukan dimensi saluran yang akan didesain dan banyaknya material yang akan
digunakan sehingga dapat disusun anggaran dana yang dibutuhkan.
5. Menghitung timbulan air buangan
Setelah mendapatkan hasil proyeksi pernduduk selama 20 tahun serta dari
literatur, hasil yang didapat digunakan untuk menentukan timbulan air buangan. Data
yang didapat dijadikan acuan dalam menentukan desain bangunan saluran air
buangan.
5.
Rencana sistem saluran air buangan yang kami desain berdasarkan pertimbangan
kondisi eksisting dan biaya yang efisien.
7.
Penyusunan laporan
Data dan desain yang telah diolah dan dibahas, disusun dalam bentuk laporan yang
baik.Termasuk di dalamnya pendahuluan, kondisi eksisting, perhitungan, data &
analisa, serta rencana desain.Penyusunan yang sistematis akan membuat desain
terlihat solid dan sempurna.
BAB IV
Penekanan biaya
Periode perencanaan yang panjang akan menambah nilai investasi. Biaya
Mempermudah evaluasi
Periode perencanaan yang dibagi empat tahap akan mempermudah dalam
Untuk
menghitung
proyeksi
penduduk
di
wilayah
Metode Aritmatik
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Jumlah Penduduk
(Jiwa) (Po)
826
836
846
857
868
879
890
901
913
924
R
r
Po
Pr
Std. Deviasi
Pertambahan
Penduduk
0
10.40162539
10.53268587
10.66539771
10.79978173
10.93585897
11.0736508
11.2131788
11.35446485
11.49753111
98.47417523
8.206181269
8739.410733
728.2842277
12.16931456
Tn-To
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pn
826
834
842
850
858
867
875
883
891
899
Pn-Po
0
-2.1954441
-4.5219487
-6.9811652
-9.5747656
-12.304443
-15.171913
-18.17891
-21.327194
-24.618544
(Pn-Po)^2
(Pn-Po)^2
0
4.819974896
20.44802027
48.73666713
91.67613678
151.3993257
230.1869398
330.4727829
454.8492026
606.0726992
1938.661749
Metode Geometrik
Jumlah Penduduk
(Jiwa) (Po)
826
836
846
857
868
879
890
901
913
924
8739.410733
728.2842277
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Po
Pr
2
3968903.353
r^2
2411094.026
0.392503719
Standar
Deviasi
429.1628987
(Pn-Pr)
(Pn-Po)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
r
r
Rasio Pertambahan
Penduduk
1
0.012443215
0.012443215
0.012443215
0.012443215
0.012443215
0.012443215
0.012443215
0.012443215
0.012443215
1.111988939
0.092665745
Pn
Pn-Pr
Pn-Po
825.53
902.02
985.61
1076.9
1176.7
1285.8
1404.9
1535.1
1677.4
1832.8
97.2416
173.74
257.326
348.659
448.454
557.498
676.646
806.834
949.087
1104.52
0
66.09634
139.1504
219.8173
308.8132
406.9207
514.995
633.9707
764.8691
908.8065
Tn-To
Jumlah
Penduduk (Jiwa)
826
836
846
857
868
879
890
901
913
924
8739.410733
728.2842277
330720.5588
158.944569
420.9161451
67.06212712
Metode Eksponensial
x^2
x*y
Pn (Jiwa)
Pn-Po
(Pn-Po)^2
1
4
9
16
25
36
49
64
81
100
x
y
825.5258
1671.855
2539.38
3428.502
4339.627
5273.167
6229.544
7209.184
8212.522
9240
55
8739.411
488
555
622
689
756
823
890
957
1024
1092
3025
-337.548
-280.887
-224.358
-167.961
-111.699
-55.5723
0.41621
56.26516
111.9728
167.5374
113938.4
78897.54
50336.34
28210.86
12476.56
3088.277
0.173231
3165.768
12537.91
28068.79
x^2
x*y
385
48969.31
(Pn-Pr)^2 (Pn-Po)^2
9455.9282
30185.436
66216.809
121562.82
201111.27
310803.64
457849.27
650981.86
900766.87
1219969.5
0
4368.726
19362.82
48319.64
95365.61
165584.5
265219.9
401918.8
585024.8
825929.3
Tahun (x)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Po
Pr
(Pn-Po)
St. Dev
b
ln a
a
Jumlah Penduduk
(Jiwa) (Po=y)
826
836
846
857
868
879
890
901
913
924
8739.410733
728.2842277
12372045.55
972.1557554
0.474831575
3.467327207
32.05096226
ln y
x^2
x ln y
Pn
6.7160205
6.7285418
6.7410631
6.7535844
6.7661057
6.7786269
6.7911482
6.8036695
6.8161908
6.8287121
x
x^2
1
4
9
16
25
36
49
64
81
100
55
385
6.71602
13.4571
20.2232
27.0143
33.8305
40.6718
47.538
54.4294
61.3457
68.2871
51.5297
82.8466
133.196
214.145
344.29
553.53
889.935
1430.79
2300.34
3698.35
ln y
x ln y
67.72366
373.5132
Pn-Po (Pn-Po)^2
-774
-753.08
-713.26
-642.98
-523.64
-325.33
0
529.639
1387.84
2774.35
599069.97
567130.81
508745.69
413423.93
274193.67
105840.12
0
280517.29
1926087.7
7697036.4
Metode Logaritmik
Jumlah
Tahun (x) Penduduk (Jiwa)
(Po=y)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Po
Pr
(Pn-Pr)
826
0
836
0.69315
846
1.09861
857
1.38629
868
1.60944
879
1.79176
890
1.94591
901
2.07944
913
2.19722
924
2.30259
8739.410733
ln x
728.2842277 (lnx)^2
2
424684.9377
327029.2323
(Pn-Po)
2
ln x
R
Std. Deviasi
b
a
y ln x
(ln x)^2
y ln x
Pn (Jiwa)
Pn-Pr
Pn-Po
0
0.48045
1.20695
1.92181
2.59029
3.2104
3.78657
4.32408
4.8278
5.3019
15.1044
27.6502
0
579.421
929.932
1188.23
1396.87
1574.71
1731.73
1873.88
2004.97
2127.59
377.551
570.695
683.676
763.838
826.016
876.819
919.773
956.981
989.801
1019.16
-350.73
-157.59
-44.608
35.5534
97.7316
148.535
191.488
228.697
261.516
290.875
-447.97
-265.23
-162.78
-93.288
-41.909
-2.042
29.838
55.833
77.298
95.159
(Pn-Pr)^2 (Pn-Po)^2
123013.5
24834.5
1989.891
1264.047
9551.473
22062.62
36667.84
52302.12
68390.83
84608.12
200681
70348.49
26498.66
8702.625
1756.402
4.169855
890.2998
3117.3
5975.006
9055.232
13407.3
0.229948597
158.0550527
278.6466146
377.551442
Hasil rekapitulasi nilai r2 dan standar deviasi dari masing masing meode
adalah sebagai berikut :
Metode
Aritmatik
Geometrik
Regresi Linear
Eksponensial
Logaritmik
r^2
1
0.9877
1
0.7651
0.9057
STDEV
12.16931456
429.1628987
158.944569
972.1557554
158.0550527
Dari data diatas metode aritmatik sangat sesuai digunakan pada perhitungan
proyeksi di daerah Cisitu Baru dikarenakan jumlah penduduknya yang tidak terlalu
banyak dan juga pertumbuhan penduduknya dari tahun ke tahun tidak terlalu pesat.
Berikut contoh dan hasil perhitungan dengan menggunakan metode aritmatik :
Contoh Perhitungan Data
1. Proyeksi penduduk metode aritmatik
Perhitungan untuk tahun 2015
Pn = P0 + (r x t)
P0
= pertambahan penduduk
= P2015-P2014 = 924-913
= 11
= x = 98,474
= R/12 = 98,474/12
= 8,206
= tahun ke- x
= Tn-T0 = 9
= P0 + (r x t)
= 826 + (8,206 x 9)
= 899 jiwa
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
Pn
826
834
842
850
858
867
875
883
891
899
908
916
924
932
940
949
957
965
973
981
990
998
1006
1014
1022
1031
1039
1047
1055
1064
111668
7500
119168
95334
4.3.3 Perhitungan Jumlah Air Buangan Periode 5 Tahunan Sampai dengan Tahun
2035
Tahun 2020
Jumlah Penduduk Total (Jiwa)
Blok
jenis rumah
presentase
(%)
Permanen
Semi-Permanen
Non-Permanen
Permanen
Semi-Permanen
Non-Permanen
Permanen
Semi-Permanen
Non-Permanen
Permanen
Semi-Permanen
Non-Permanen
940
100%
0%
0%
100%
0%
0%
100%
0%
0%
100%
0%
0%
Standar
Penduduk
Kebutuhan
Kebutuhan Air
(jiwa)
Air (L/hari)
(L/orang/hari)
135
0
0
257
0
0
235
0
0
313
0
0
150
90
30
150
90
30
150
90
30
150
90
30
20250
0
0
38550
0
0
35250
0
0
46950
0
0
Persen
Pelayanan
(%)
70%
0%
0%
70%
0%
0%
70%
0%
0%
70%
0%
0%
Kebutuhan
Terlayani
(L/hari)
Total
kebutuhan
Air (L/hari)
14175
0
0
26985
0
0
24675
0
0
32865
0
0
14175
26985
24675
32865
Total
Timbulan Air
Buangan
(L/hari)
11340
0
0
21588
0
0
19740
0
0
26292
0
0
78960
Tahun 2025
Jumlah Penduduk Total (Jiwa)
Blok
jenis rumah
981
presentase
(%)
Permanen
Semi-Permanen
Non-Permanen
Permanen
Semi-Permanen
Non-Permanen
Permanen
Semi-Permanen
Non-Permanen
Permanen
Semi-Permanen
Non-Permanen
100%
0%
0%
100%
0%
0%
100%
0%
0%
100%
0%
0%
Standar
Persen
Kebutuhan
Total
Timbulan Air
Penduduk
Kebutuhan
Kebutuhan Air
Pelayanan
Terlayani
kebutuhan
Buangan
(jiwa)
Air (L/hari)
(L/orang/hari)
(%)
(L/hari)
Air (L/hari)
(L/hari)
140
150
21000
80%
16800
13440
0
90
0
0%
0
16800
0
30
0
0%
0
269
150
40350
80%
32280
25824
0
90
0
0%
0
32280
0
0
30
0
0%
0
0
245
150
36750
80%
29400
23520
0
90
0
0%
0
29400
0
0
30
0
0%
0
0
327
150
49050
80%
39240
31392
0
90
0
0%
0
39240
0
0
30
0
0%
0
0
Total
94176
Tahun 2030
Jumlah Penduduk Total (Jiwa)
jenis rumah
Blok
A
1022
presentase
(%)
Permanen
Semi-Permanen
Non-Permanen
Permanen
Semi-Permanen
Non-Permanen
Permanen
Semi-Permanen
Non-Permanen
Permanen
Semi-Permanen
Non-Permanen
100%
0%
0%
100%
0%
0%
100%
0%
0%
100%
0%
0%
Standar
Persen
Kebutuhan
Total
Timbulan Air
Penduduk
Kebutuhan
Kebutuhan Air
Pelayanan
Terlayani
kebutuhan
Buangan
(jiwa)
Air (L/hari)
(L/orang/hari)
(%)
(L/hari)
Air (L/hari)
(L/hari)
146
150
21900
90%
19710
17520
0
90
0
0%
0
19710
0
30
0
0%
0
280
150
42000
90%
37800
30240
0
90
0
0%
0
37800
0
0
30
0
0%
0
0
255
150
38250
90%
34425
27540
0
90
0
0%
0
34425
0
0
30
0
0%
0
0
341
150
51150
90%
46035
36828
0
90
0
0%
0
46035
0
0
30
0
0%
0
0
Total
112128
Tahun 2035
Jumlah Penduduk Total (Jiwa)
jenis rumah
Blok
A
Permanen
Semi-Permanen
Non-Permanen
Permanen
Semi-Permanen
Non-Permanen
Permanen
Semi-Permanen
Non-Permanen
Permanen
Semi-Permanen
Non-Permanen
1063
presentase
(%)
100%
0%
0%
100%
0%
0%
100%
0%
0%
100%
0%
0%
Standar
Persen
Kebutuhan
Total
Timbulan Air
Penduduk
Kebutuhan
Kebutuhan Air
Pelayanan
Terlayani
kebutuhan
Buangan
(jiwa)
Air (L/hari)
(L/orang/hari)
(%)
(L/hari)
Air (L/hari)
(L/hari)
152
150
22800
95%
21660
17328
0
90
0
0%
0
21660
0
30
0
0%
0
292
150
43800
95%
41610
33288
0
90
0
0%
0
41610
0
0
30
0
0%
0
0
265
150
39750
95%
37762,5
30210
0
90
0
0%
0
37762,5
0
0
30
0
0%
0
0
354
150
53100
95%
50445
40356
0
90
0
0%
0
50445
0
0
30
0
0%
0
0
Total
121182
Contoh Perhitungan :
Kebutuhan Air (L/hari) tahun 2035 (Blok A rumah permanen)
=penduduk*standar kebutuhan air
=152*150=22800 L/hari
Kebutuhan Terlayani (L/hari) tahun 2035 (Blok A Rumah Permanen)
=persen pelayanan*Kebutuhan air
=95%*22800=21660L/hari
Total Kebutuhan air (L/hari) tahun 2035 Blok A
=keburuhan terlayani (L/hari)(permanen+semi-permanen+non-permanen)
=21660+0+0=21660 L/hari
Timbulan Air Buangan (L/hari) Tahun 2035 Blok A
=0.8*Kebutuhan Air Terpenuhi
=0.8*21660=17328L/haru
Total Air Buangan (L/hari) Tahun 2035
= Total Air Buangan (Blok A+B+C+D) (L/Hari)
=17328+33288+30210+40356=121182 L/hari
Penggunaan Lahan
Sekolah
Masjid/Sarana Ibadah
Penggunaan Lahan
Sekolah
Masjid/Sarana Ibadah
Penggunaan Lahan
Sekolah
Masjid/Sarana Ibadah
Penggunaan Lahan
Sekolah
Masjid/Sarana Ibadah
Jumlah
Unit
350 Murid
200 m2
Jumlah
Unit
350 Murid
200 m2
Jumlah
Unit
350 Murid
200 m2
Jumlah
Unit
350 Murid
200 m2
Tahun 2020
Standar Kebutuhan Kebutuhan
Persen
Kebutuhan
Total Kebutuhan
Timbulan Air
Air (L/unit/hari)
Air (L/hari) Pelayanan (%) Terpenuhi (L/hari) Terpenuhi (L/hari) Buangan (L/hari)
10
3500
70%
2450
2450
1960
20
4000
70%
2800
2800
2240
Tahun 2025
Standar Kebutuhan Kebutuhan
Persen
Kebutuhan
Total Kebutuhan
Timbulan Air
Air (L/unit/hari)
Air (L/hari) Pelayanan (%) Terpenuhi (L/hari) Terpenuhi (L/hari) Buangan (L/hari)
10
3500
75%
2625
2625
2100
20
75%
3000
4000
3000
2400
Tahun 2030
Standar Kebutuhan Kebutuhan
Persen
Kebutuhan
Total Kebutuhan
Timbulan Air
Air (L/unit/hari)
Air (L/hari) Pelayanan (%) Terpenuhi (L/hari) Terpenuhi (L/hari) Buangan (L/hari)
10
3500
80%
2800
2800
2240
20
80%
3200
4000
3200
2560
Tahun 2035
Standar Kebutuhan Kebutuhan
Persen
Kebutuhan
Total Kebutuhan
Timbulan Air
Air (L/unit/hari)
Air (L/hari) Pelayanan (%) Terpenuhi (L/hari) Terpenuhi (L/hari) Buangan (L/hari)
10
3500
85%
2975
2975
2380
20
85%
3400
4000
3400
2720
Contoh Perhitungan :
Kebutuhan Air (L/hari) Tahun 2035 Sekolah
=Jumlah murid*standar kebutuhan air sekolah
=3500*10=35000L/hari
Kebutuhan Air (L/hari) Tahun 2035 Masjid
=Luas masjid*standar kebutuhan air masjid
=200*20=4000L/hari
Kebutuhan Terpenuhi (L/hari) Tahun 2035 Sekolah
=Kebutuhan air (L/hari)*Persen Pelayanan (%)
=3500*85%=2975L/hari
Kebutuhan Terpenuhi (L/hari) Tahun 2035 Masjid
=Kebutuhan air (L/hari)*Persen Pelayanan (%)
=4000*85%=3400L/hari
Timbulan Air Buangan (L/hari) Tahun 2035 Sekolah
=80%*Total Kebutuhan Air Terpenuhi
=0.8*2975=2380L/hari