Kontusio serebral merupakan cedera intraaksial yang paling banyak terjadi. Laserasi
otak murni jarang dan khas terjadi hanya pada cedera kepala berat (sering fatal).
I.Terminologi
Pada dasarnya kontusio serebral adalah memar otak. Keadaan ini berkembang
waktu demi waktu dan sering terlihat jelas pada scan yang tertunda daripada
gambaran awal. Kontusio serebral juga disebut gryal crest injuries (2-57). Istilah
gliding pada kontusio kadang kadang digunakan untuk menggambarkan kontusio
parasagital.
II.
Etiologi
Kebanyakan kontusio serebtal merupakan hasil dari cedera tumpul pada
kepala atau cedera non-missile. Cedera kepala tertutup menyebabkan perubahan tibatiba pada deselerasi dan momentum angular. Otak secara tiba-tiba dan bertabrakan
melawan tepi tulang atau bagian yang keras, bagian yang tajam dari falx serebri dan
tentorium serebeli. Umumnya, tekanan pada fraktur cranium secara langsung merusak
bagian dasar otak.
III.
Patologi
a. Lokasi
Kontusio merupakan cedera pada permukaan otak yang melibatkan substansia
grisea dan berbatasan dengan substansia alba subkortikal (2-57), (2-58), (2-59).
2-58. Otopsi menunjukkan petekie () dan 2-59. Otopsi menunjukkan kontusio luas
kontusio kortikal
(
), SAH
padaprediksi
frontal (lokasi) yang
dengan
perluasan SAH
Bahan-bahan
ini sangatluas
berkarakteristik,
memiliki
tertinggi.
berdekatan dengan sulkus (
), (Courtesy fokal berdekatan sulkus akibat trauma ().
Setengahnya
hampil melibatkan lobus temporalis.
Ujung
temporal,
baik lateral
R. Howlett, MD)
(Courtesy
R. Howlett,
MD)
Gyrus yang cembung, corpus callosum dorsal, dorsolateral dari otak tengah dan
serebelum tempat yang kurang terjadi kontusio serebral. Lobus occipital juga
jarang terlibat bahkan relatif dengan cedera kepala berat tertutup.
b. Ukuran dan Besar
Kontusio serebral bervariasi dalam ukuran dari lesi sangat kecil hingga hematoma
besar (2-59). Ukuran ini hampir selalu multiple dan sering bilateral (2-62).
Kontusio dapat terjadi pada arah 1800 berlawanan dengan tempat trauma secara
langsung (pukulan mendadak) yang biasanya disebut lesi contre-coup
membentuk
Manifestasi Klinik
a. Epidemiologi dan Demografi
Kontusio serebral dilaporkan kira-kira setengah dari seluruh lesi trauma
parenkim. Terjadi pada semua golongan usia, dari anak-anak hingga orang tua.
Puncak usia dari 15-24 tahun dengan perbandingan M : F yaitu 3 : 1.
b. Gambaran Klinik
Gejala awal sangat bervariasi dari tampak kebingungan, kejang, atau
obtundation. Dibandingkan dengan Diffuse Axonal Injuries, kontusio serebral
seringkali digabungkan dengan penurunan kesadaran atau lesi otak akibat trauma
(trauma brainsterm atau axonal injuries)
c. Riwayat Penyakit
Memburuknya status neurologic paling banyak terjadi pada pasien usia tua.
Pasien dengan kontusio luas, awalnya Glasgow Coma Scores (GCS) turun,
terjadi koagulopati, dan adanya hematoma subdural yang mudah mengakibatkan
perburukan klinis. Jika kontusio ringan, awalnya GCS baik dan tidak ada
perburukan klinik dalam 48 jam berarti tidak memerlukan pembedahan.
Pada pasien dengan perluasan hematoma memerlukan intervensi bedah yang
terjadi kira-kira 20% dari pasien yang hanya mendapakan terapi konservatif.
Pasien yang perburukan klinisnya sulit untuk digambarkan maka harus dilakukan
pengulangan foto.
d. Pilihan Terapi
Imaging
a. Gambaran Umum
Dalam pemilihan waktu yang baik, kontusio kortikal menjadi terlihat jelas pada
gambaran foto. Kemajuan radiologi dapat terlihat tanpa kecuali. Hampir setengah
dari seluruh pasien menunjukkan peningkatan ukuran dan besar lesi setelah 24
48 jam. Walaupun tidak ada perburukan klinis perlu di dokumentasi hal tersebut.
b. Temuan CT
Scan awal yang dilakukan segera setelah cedera kepala tertutup mungkin
memberikan gambaran normal. Kebanyakan memberikan gambarab abnormal
dengan adanya tanda peteki hemoragik di sekitar puncak gyrus hingga calvaria
(2-63). Gabungan peteki hemoragik dan edema memberi gambaran hipodens.
Lesi berbunga seringkali terjadi dan menunjukkan peningkatan hemoragik
yang progresif, edema dan efek lain. Lesi kecil dapat bergabung membentuk
hematoma fokal luas. Perkembangan lesi baru juga tidak ditemukan pada
gambaran foto awal.
c. Temuan MR
FLAIR Scan lebih sensitive untuk mendeteksi edema kortikal dan hemoragik
subarachnoid akibat trauma, keduanya terlihat hiperintens fokal. T2 (GRE,SWI)
sensitif untuk hemoragik parenkim. Gambaran berbunga khas pada lesi akut
(2-64B).
Kontusio
hemoragik
terjadi
diikuti
oleh
hematoma
parenkim
dengan
berkembangnya T1. Atrofi, demyelinasi dan mikroglial terlihat pada FLAIR dan
T2W1. Berkurangnya volume parenkim dengan pembesaran ventrikular dan
sulkus biasanya terjadi.
DWI pada pasien dengan kontusio kortikal menunjukkan batasan difus pada area
sel yang mati. DTI dapat memperlihatkan kerusakan substansia alba akibat
trauma kepala bahkan MR standar pun normal.
VI.
Diagnosa Banding
Diagnosa banding mayor dari kontusio kortikal adalah diffuse axonal injury (DAI).
Kedua kontusio serebral dan DAI sering ada pada pasien cedera kepala sedang.
Kontusio cenderung pada superficial, berlokasi mendekati puncak gyrus. DAI
umumnya banyak ditemukan dalam corona radiata dan mendekati traktus substansia
alba seperti kapsul internal dan corpus callosum.
Kontusio kortikal berat dengan hematoma mungkin sulit untuk membedakan laserasi
otak pada gambaran foto. Laserasi otak terjadi ketika trauma berat menganggu
bagian dasar otak.
Lobus pecah merupakan manifestasi berat terbanyak dari laserasi otak (2-65), (266). Di sinilah lobus sebagian besar sudah terganggu, dengan hematoma luas dan
hemoragik subarachnoid akibat trauma. Pada beberapa kasus khususnya tekanan
akibat fraktur cranium, arachnoid juga terjadi laserasi dan perdarahan dari lobus
yang pecah sehingga memperluas secara langsung ruang subdural, membentuk
hematoma subdural.
BAGIAN ILMU RADIOLOGI
JOURNAL READING
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
NOVEMBER 2014
Disusun Oleh:
Chresta D. Illintutu (2008-83-048)
Supervisor :
dr. H. M. Manuputty, Sp. Rad