Anda di halaman 1dari 8

Gravity adalah film drama luar angkasa 3D tahun 2013 yang ditulis, diproduseri, disunting,

dan disutradarai Alfonso Cuarn. Film ini dibintangi Sandra Bullock dan George Clooney
yang berperan sebagai astronot yang selamat dari bencana wahana antariksa.
Cuarn menulis naskahnya bersama putranya, Jons, dan berusaha mengembangkan proyek
ini di Universal Studios. Setelah hak proyeknya dijual, proyek ini justru mendapat perhatian
Warner Bros. Studio ini mendekati sejumlah aktris sebelum akhirnya menetapkan Bullock
sebagai pemeran utama wanita. Robert Downey, Jr. juga sempat terlibat sebagai pemeran
utama pria sebelum meninggalkan proyek ini dan digantikan oleh Clooney.
Gravity menjadi film pembuka 70th Venice International Film Festival pada bulan Agustus
2013. Tayang perdana di Amerika Utara diselenggarakan tiga hari kemudian di Telluride Film
Festival. Film ini dirilis besar-besaran di Amerika Serikat dan Kanada tanggal 4 Oktober 2013
dan Filipina tanggal 3 Oktober 2013.
Sinopsis dan alur cerita
Insinyur biomedis Dr. Ryan Stone menjalani misi antariksa pertamanya ditemani astronot
veteran Matt Kowalski yang memimpin ekspedisi terakhirnya. Saat sedang jalan-jalan di
angkasa, Mission Control di Houston memperingatkan Stone dan Kowalski bahwa serpihan
hasil uji anti-satelit Rusia beterbangan menabrak satelit-satelit lain, sehingga menciptakan
kehancuran berantai yang menghasilkan badai sampah besar yang bergerak ke arah mereka.
Serpihan tersebut merusak wahana antariksa Explorer, menghancurkan sebagian besar
wahananya, dan membuat mereka berdua terjebak di luar angkasa dengan suplai udara yang
terbatas. Satelit yang menjembatani komunikasi antara kedua astronot dan Mission Control
ikut hancur.
Stone lepas kendali setelah terpisah dari lengan palka kargo Explorer. Kowalski
menyelamatkan Stone dengan ransel pendorong yang terpasang di baju astronotnya. Sambil
terikat satu sama lain, mereka kembali ke Explorer dan melihat kerusakannya terlalu masif
dan seluruh awak di sana tewas. Mereka memutuskan memakai ransel pendorong ke Stasiun
Luar Angkasa Internasional (ISS) yang letaknya dekat di orbit. Kowalski memperkirakan
mereka punya waktu luang 90 menit sebelum badai sampah menyelesaikan orbitnya dan
menghantam mereka.
Dalam perjalanan ke ISS, kedua astronot membicarakan kehidupan Stone di Bumi dan
kematian putrinya dalam kecelakaan di halaman sekolah. Saat mereka mendekati ISS, mereka
melihat awak ISS telah dievakuasi menggunakan salah satu modul Soyuz dan wahana lainnya
rusak akibat badai sampah. Tanpa udara dan listrik, mereka berusaha berpegangan pada benda
apapun di ISS sambil menabraknya. Sebuah panel surya memutus tali yang mengikat mereka
berdua. Pada saat-saat terakhir, kaki Stone terbelit tali parasut yang terhubung dengan Soyuz
dan ia mampu memegang tali penghubung baju Kowalski. Massa Kowalski mempertegang
tali parasut yang membelit kaki Stone. Menyadari bahwa ISS yang rusak ini tergeser terus
dari orbitnya dan molekul udaranya menciptakan drag besar bagi kedua astronot ini, Kowalski
mengorbankan dirinya supaya Stone bisa selamat. Ketika Kowalski terbang jauh, ia
memberitahu Stone melalui radio bahwa kerusakan Soyuz membuatnya tidak mungkin turun
ke Bumi dengan selamat, ia bisa menggunakannya untuk terbang ke Tiangong yang diduga
memiliki modul lain yang bisa diterbangkan ke Bumi.

Ketika Stone berusaha memisahkan Soyuz dari stasiun, ia menyadari kabel parasutnya masih
terikat dengan ISS. Ia berjalan ke luar untuk membebaskan kapsulnya dan berhasil tepat
sebelum badai serpihan kembali dan menghancurkan stasiun luar angkasa. Stone meluruskan
jalur terbangnya ke Tiangong dan melihat bahwa tangki bahan bakarnya kosong. Karena
merasa terjebak, Stone menyerah. Alih-alih menunggu keracunan karbon dioksida, ia
berusaha bunuh diri secara perlahan dengan melakukan dekompresi kabin supaya mengalami
hipoksia tanpa perlu kesakitan. Saat ia mulai kehilangan kesadaran akibat menipisnya
oksigen, Stone melihat Kowalski di luar kapsul. Kowalski memasuki kapsul dan
memberitahunya untuk memakai roket pemulangan kapsul untuk bergerak ke Tiangong. Ia
lalu menghilang layaknya halusinasi. Stone mengembalikan level oksigennya dan mengikuti
sarannya untuk terbang ke stasiun luar angkasa Cina.
Menyadari akan meleset beberapa meter dari stasiun, Stone pun membuka palka Soyuz ketika
kapsulnya masih bertekanan dan ia terlempar jauh. Ia terbang ke Tiangong menggunakan
tabung racun api sebagai pendorong alternatifnya, kemudian masuk kapsul Shenzhou ketika
Tiangong mulai terbakar di lapisan atmosfer teratas karena tergeser dari orbit stabilnya akibat
badai serpihan satelit. Ketika ia turun ke Bumi, Stone menangkap suara Mission Control
melalui radio. Mereka melacak kapsulnya dan mengirimkan tim penyeamat.
Shenzhou jatuh di sebuah danau di wilayah tak berpenghuni. Saat kapsulnya tenggelam, Stone
harus melepaskan baju astronotnya dan berenang ke tepian. Sisa-sisa Tiangong dan serpihan
satelit lainnya tampak terbakar di atmosfer. Stone mencapai tepi danau dan berjalan tertatihtatih sambil menyesuaikan diri dengan gravitasi Bumi.
Pemeran

Sandra Bullock sebagai Dr. Ryan Stone


George Clooney sebagai Matt Kowalski

Ed Harris sebagai Mission Control (suara)

Orto Ignatiussen sebagai Aningaaq (suara)

Paul Sharma sebagai Shariff (suara)

Amy Warren sebagai Kapten Explorer (suara)

Basher Savage sebagai Kapten Stasiun Luar Angkasa Rusia (suara)

Tema
Meski berlatar luar angkasa, film ini memiliki cerita perjuangan bertahan hidup setelah
kandas di alam liar dan mengisahkan perubahan psikologis dan ketabahan pasca-bencana.
Cuarn menggunakan Stone untuk mengilustrasikan kekosongan pikiran, kegigihan,
pelatihan, dan improvisasi di hadapan isolasi dan konsekuensi hukum Murphy yang
mematikan.
Walaupun film ini tidak berusaha menyaingi filosofi 2001: A Space Odyssey atau Solaris,
Cuarn memunculkan sejumlah adegan yang memperlihatkan Stone mengalami devolusi
dengan meringkuk seperti janin setelah masuk ISS dan berevolusi kembali dengan merangkak
keluar dari danau dan berdiri di tanah.

Film ini juga memakai tema-tema spiritual seperti hilangnya makna kematian putri Ryan yang
tidak disengaja, keinginan untuk selamat di hadapan kematian yang mustahil terelakkan, dan
ketidakmungkinan untuk diselamatkan. Kekacauan terjadi namun tidak ada saksi mata yang
bisa memperkuat kesaksian astronot yang selamat.
Pengaruh adegannya dipertegas dengan berpindah-pindah antara sudut pandang objektif dan
subjektif, sisi terang planet dan sisi gelap luar angkasa, badai serpihan mematikan yang acak
namun bisa ditebak, dan kesunyian angkasa yang hampa udara diiringi musik film.
Film ini memiliki beberapa adegan yang direkam sangat lama tanpa gangguan untuk menarik
perhatian penonton dan diselingi oleh adegan-adegan klaustrofobik di dalam baju astronot dan
kapsul angkasa.
Cuarn juga terinspirasi oleh film-film klasik luar angkasa lainnya dengan menetapkan Ed
Harris sebagai pengisi suara Mission Control (sama seperti perannya di Apollo 13), evokes
Sigorney Weavers vulnerable Ripley from Alien, serta penggunaan racun api di luar angkasa
dari WALL-E.
Pengembangan Produksi
Proyek ini dikembangkan di Universal Pictures selama beberapa tahun, namun akhirnya dijual
ke studio lain dan diterima Warner Bros. Pada Februari 2010, proyek ini menarik perhatian
Angelina Jolie yang sebelumnya menolak ambil peran dalam sekuel Wanted.
Pada akhir Februari, ia meninggalkan proyek, salah satu alasannya adalah studio tidak mau
memenuhi tarifnya sebesar $20 juta yang baru saja ia terima setelah membintangi dua film
terbarunya. Ia menerima $19 juta di untuk The Tourist dan lebih dari $20 juta untuk Salt. Ia
juga meninggalkan proyek ini karena akan terlibat sebagai sutradara film perang Bosnia, In
the Land of Blood and Honey. Pada bulan Maret, Robert Downey, Jr. dipertimbangkan untuk
dijadikan pemeran tokoh utama pria.
Pada pertengahan 2010, Marion Cotillard menguji peran utama wanitanya. Pada Agustus
2010, Scarlett Johansson dan Blake Lively juga ikut menguji tokoh utamanya. Bulan
Septembernya, Cuarn mendapat persetujuan dari Warner Bros. untuk menawarkan peran ini
tanpa uji layar kepada Natalie Portman yang mendapat pujian atas film terbarunya, Black
Swan. Portman meninggalkan proyek ini karena jadwalnya yang tabrakan. Warner Bros.
kemudian menawarkan peran ini kepada Sandra Bullock. Bulan November 2010, Downey
meninggalkan proyek ini untuk membintangi How to Talk to Girls, sebuah proyek yang
dikembangkan dan disutradarai Shawn Levy. Pada bulan Desember, seiring masuknya
Bullock sebagai pemeran utama, George Clooney menjadi pengganti Downey.
Salah satu tantangan besar bagi kru film adalah cara merekam adegan panjang di lingkungan
tanpa gravitasi. Akhirnya kru memutuskan memakai CGI untuk adegan jalan-jalan di angkasa
dan robot otomotif untuk memindah-mindahkan tokoh Bullock di dalam stasiun luar angkasa.
Ini berarti awal dan akhir rekamannya harus direncanakan sebelumnya agar robotnya bisa
diprogram terlebih dahulu.
Perekaman

Gravity memiliki anggaran produksi sebesar $100 juta dan difilmkan secara digital. Fotografi
utamanya dimulai pada akhir Mei 2011. Adegan-adegan aslinya direkam di Pinewood dan
Shepperton Studios di Britania Raya dan efek visualnya ditangani TIm Webber di Framestore
London.
Efek 3D dirancang dan diurus oleh Chris Parks. Sebagian besar efek 3D-nya dibuat melalui
stereoskopi grafis komputer di Framestore dan sisanya menjalani alih format di Prime Focus,
London dibantu Framestore. Pengurus efek di Prime Focus adalah Richard Baker. Perekaman
dimulai di London bulan Mei 2011.
Film ini memiliki sekitar 200 potongan adegan, sangat sedikit jika dibandingkan dengan
kebanyakan film dengan durasi seperti ini. Meski trailer pertamanya mengandung suara
ledakan, Cuarn mengonfirmasi bahwa adegan angkasa di filmnya tidak bersuara: Mereka
membuat [suara] ledakan [di trailer-nya]. Setahu kami tidak ada suara di luar angkasa. Kami
tidak akan menambah suara di filmnya.
Banyak adegan Bullock direkam dengan cara memasukkannya ke sebuah rig mekanik
raksasa. Masuk ke rig tersebut memakan waktu sehingga Bullock memilih berada di
dalamnya selama 9 sampai 10 jam sehari, berkomunikasi dengan kru di luar dengan headset.
Pembuatan adegan ini menurut Cuaron menjadi dasar tantangan terbesar bagi dirinya, yaitu
membuat studionya menarik dan tidak memunculkan rasa klaustrofobia. Kru film berusaha
mewujudkannya dengan membuat perayaan besar-besaran saat Bullock tiba di studio setiap
harinya. Mereka juga menjuluki rig ini Sandys cage dan memberinya papan nama yang
terang.
Musik untuk film Gravity
Spiegel im Spiegel yang ditulis oleh komponis Estonia Arvo Prt tahun 1978 dipakai di
sebagian besar trailer resminya.
Musik film Gravity digubah oleh Steven Price. Album runut bunyinya dirilis secara digital
pada 17 September 2013 dan secara fisik pada 1 Oktober 2013 oleh WaterTower Music. Pada
tanggal 5 September 2013, potongan runut bunyi selama 23 menit dirilis di Internet.
Rilis
Gravity dirilis di teater 3D dan IMAX 3D tanggal 4 Oktober 2013. Film ini rencananya dirilis
tanggal 21 November 2012, namun dipindah ke tahun 2013 untuk merampungkan tahap
pasca-produksinya.
Pendapatan
Laporan awal menyebut bahwa film ini menghasilkan $40 juta pada hari pertamanya di
Amerika Utara. Film ini menghasilkan $1,4 juta pada pemutaran Kamis malam dan meroket
menjadi $17,5 juta pada hari Jumatnya. Film ini menjadi langsung menjadi film pembuka
Oktober terbesar sepanjang masa dengan penghasilan $55,55 juta. Dari pendapatan kotor
akhir pekan pertamanya, 80 persennya berasal dari bioskop 3D dengan total $44 juta. Jumlah
tadi sudah termasuk hasil pemutaran IMAX 3D sebesar $11,2 juta (20 persen dari total
penghasilan), jumlah terbesar yang pernah diterima film yang rilis perdananya menghasilkan
lebih dari $50 juta.

Tanggapan kritikus
Gravity tayang perdana di 70th Venice International Film Festival pada tanggal 28 Agustus
dan menadpatkan pujian universal dari para kritikus dan penontonnya. Mereka memuji akting,
pengarahan, skenario, sinematografi, efek visual, desain produksi, penggunaan 3D, dan musik
gubahan Steven Price.
Agregator ulasan film Rotten Tomatoes melaporkan bahwa 98% kritikus memberi ulasan
yang positif untuk film ini berdasarkan 217 ulasan dengan nilai Certified Fresh dan nilai
rata-rata 9,1/10. Konsensus situsnya adalah: Gravity besutan Alfonso Cuarn adalah film
tegang fiksi ilmiah yang mengerikan dan menegangkan yang disutradarai dengan sangat
cerdas dan memiliki visual yang menakjubkan.
Di Metacritic, film ini mendapatkan skor 96 dari 100 (pujian universal) berdasarkan 47
ulasan. Pemungutan suara CinemaScore yang daidakan pada minggu pertama rilisnya
menghasilkan nilai A- dalam skala A+ sampai F.
Di Variety, Justin Chang berpendapat bahwa film ini mengembalikan rasa takjub, teror, dan
harapan ke layar lebar yang bisa membuat para kritikus dan penonton di seluruh dunia
terpesona. Richard Corliss dari Time menyatakan bahsa, Cuarn menunjukkan hal-hal yang
tidak mungkin terjadi namun bisa terjadi di langit hampa yang menakutkan sekaligus indah di
atas kita. Jika film-film masa lampau sudah terabaikan, Gravity memperlihatkan kejayaan
masa depan sinema kepada kita. Film ini begitu menegangkan dalam berbagai tingkatan.
Karena Cuarn adalah visioner perfilman yang paling disegani, Anda tidak akan bosan
melihat filmnya.
Ia juga mengatakan bahwa, Selain teknologi, Cuarn memainkan sudut pandang dengan
berani dan cerdas: dalam satu adegan Anda berada di dalam helm Ryan ketika ia menjelajahi
alam tanpa suara, lalu dengan perpindahan yang halus Anda sudah berada di luar untuk
melihat reaksi Ryan. Efek 3D-nya, yang ditambahkan dalam proses pascaproduksi, memiliki
pengaruh luar angkasanya sendiri: badai serpihan mengarah ke Anda ditambah kesadaran si
astronot bahwa ia benar-benar sendirian di luar angkasa.
Film ini dipuji oleh sutradara James Cameron yang mengatakan, Aku rasa inilah fotografi
angkasa terbaik yang pernah dilakukan. Aku pikir inilah film angkasa terbaik yang pernah
dibuat dan inilah film yang kutunggu-tunggu dari dulu.
Penghargaan
Di luar penghargaan dalam Oscar 2014, film ini memenangkan Future Film Festival Digital
Award di 2013 Venice Film Festival. Bullock dianugerahi Best Actress Award di 2013
Hollywood Film Festival atas penampilannya yang luar biasa di Gravity dan pemeranan
berlapisnya yang mengesankan dan emosional yang lagi-lagi membuktikan bahwa ia adalah
salah satu aktris paling disegani dan ternama di Hollywood.
Akurasi ilmiah
Film ini dipuji karena realisme ceritanya dan secara keseluruhan mematuhi prinsip-prinsip
fisika meski ada beberapa adegan yang kurang akurat dan berlebihan.

Teleskop Antariksa Hubble (HST), yang pada awal film terlihat sedang diperbaiki, memiliki
orbit 350 mil di atas Bumi. ISS memiliki orbit elips 220 mil di atas Bumi, sedangkan satelit
komunikasi (yang dihancurkan oleh serpihan satelit Rusia) mengorbit di ketinggian 22.500
mil. Karena itu mustahil berpindah dari orbit Hubble ke ISS dengan Manned Maneuvering
Unit.

Rasanya tidak berlebihan jika saya menobatkan Gravity sebagai film sci-fi terbaik tahun ini.
Penantian selama tujuh tahun pasca Children of Men yang membuat saya bergidik terbayar
tuntas dengan film sci-fi thriller yang bersettingkan di luar angkasa ini. Berterimakasihlah
kepada Alfonso Cuarn, sineas asal Meksiko yang memulai karirnya dengan perlahan-lahan
dari mulai short film sampai TV series dan akhirnya meninggalkan jejak lewat film road
trip klasiknya, Y Tu Mam Tambinini selalu berusaha meningkatkan kualitas karyakaryanya yang dapat dikatakan hampir tanpa cela. Identik dengan teknik single take-nya yang
menawan, seperti yang Alfonso lakukan di Children of Men yang stunning itu, kini ia
kembali dengan amunisi penuh. Lupakan single take di adegan klimaks Children of Men,
siap-siap dengan 17 menit single take di opening scene Gravity yang akan membuat anda
mengangaseolah-olah sedang terapung di luar angkasa.
Gravity sendiri dibuka dengan cerita yang sederhana, yaitu ketika seorang first-timer
astronot bernama Ryan Stone (Sandra Bullock) dan seorang astronot veteran bernama Matt
Kowalski (George Clooney) sedang bertugas memperbaiki teleskop Hubble di luar angkasa.
Pekerjaan yang sebenarnya bisa dilakukan dengan santai dan tanpa terburu-buru itu berubah
menjadi menegangkan ketika ada serpihan satelit yang hancur bergerak menuju arah dimana
Ryan dan Matt sedang melakukan tugasnya. Lalu, bagi anda yang sudah menonton trailernya
yang banyak itu, akan menyaksikan kengerian yang dihadapi oleh Ryan dan Matt ketika
mereka terpisah dari pesawat ulang aliknya karena hantaman badai serpihan satelit tersebut,
apakah mereka akan kembali ke bumi dengan selamat atau hanya terombang ambing di luar
angkasa sampai ajal menjemput?
Ya, ini adalah sebuah kisah sederhana yang disuguhkan dengan sangat menegangkan, dapat
dikatakan apa yang terjadi pada Ryan dan Matt bisa saja terjadi pada kehidupan nyata, karena
peristiwa badai serpihan satelit yang hancur ini didasarkan pada teori Kessler Syndrome yang
digagas oleh seorang ilmuwan NASA. Jadi bayangkan saja jika anda berada di atas sana
sendirian, terombang ambing di gravitasi nol dengan tabung oksigen yang mulai menipis.
Sesak nafas rasanya ketika memikirkan apa yang dialami oleh Ryan dan Matt disana.
Sesak nafas ini benar-benar saya rasakan langsung ketika menonton film yang berdurasi 90
menit ini. Alfonso dan para tim dibalik pembuatan film ini berhasil melakukan tugasnya
dengan sangat amat baik! Mereka berhasil menghadirkan suasana yang dapat dikatakan
mendekati suasana asli di luar angkasa. Mungkin anda masih ingat dengan tagline In space
no one can hear you scream? Ya, Gravity berhasil mendefinisikan ulang tagline film Alien
tersebut dengan sempurna. Kengerian yang saya saksikan di Gravity dihadirkan dengan
sangat gamblang, tanpa suara, sunyi tapi mematikan dan membuat jantung saya berdegap
kencang ketika melihat dua astronot ini berusaha menyelamatkan diri di luar angkasa yang tak
bertuan itu.
Standing applause harus diberikan kepada departemen suara yang berhasil meracik setiap
keluaran suara yang didengar penonton dengan sempurna di Gravity. Apalagi ketika film ini
banyak memainkan point of view-nya Ryan Stone, saya seolah-olah seperti Sandra Bullock
yang sedang berada dalam situasi genting. Selain itu, scoring yang digubah oleh Steven Price
berhasil membuat mood saya naik turun, apalagi ketika film ini akan mendekati klimaksnya,
saya seperti ikut di dalam cerita survival dua astronot ini.
Jangan lupakan juga sinematografi menawan yang berhasil dihadirkan oleh sang DoP
Emmanuel Lubezki. Pemandangan bumi, bintang sampai matahari yang terbit benar-benar
memanjakan mata saya, apalagi kalau anda menonton film ini di bioskop IMAX, saya jamin

anda akan merasakan sensasi melayang-layang di luar angkasa yang sebenarnya. Dibalik
badai yang destruktif tersebut, Alfonso dan tim tetap menyuguhkan sebuah pemandangan luar
biasa indah atau bahasa kerennyavisually stunning!
Terakhir tentu saja adalah alur ceritanya yang sederhana tapi mempunyai makna yang
membekas. Dengan bantuan sang anak, Jons Cuarn, Gravity menjadi sebuah film yang sarat
akan makna kelahiran kembali yang sejak semula sudah digagas oleh Alfonso. Terlihat jelas
dari karakter wanita yang mendapat porsi besar di film yang katanya sudah memecahkan
rekor penghasilan terbesar di minggu pertama rilis bulan Oktober sepanjang masa ini. Ya,
karakter Sandra Bullock jika anda perhatikan dari awal sampai akhir, dari keraguan sampai
keoptimisan, anda akan merasa ini semua seperti sebuah proses kelahiran kembali manusia
yang turun ke bumi, dengan figur wanita atau seorang ibu yang melahirkan anak-anaknya
untuk hidup di dunia. Gravity mempunyai sebuah pesan moral sederhana yang mendalam dan
emosionil, walaupun mungkin terdengar klise, jika kita tidak bisa move on dari peristiwa
buruk yang pernah menimpa, mungkin kita tidak akan pernah merasakan seperti dilahirkan
kembali, bukan?
So, Sandra Bullock for Oscar? Why not! Hanya mengandalkan kekuatan akting dua aktor dan
aktrisnya, Gravity making mengukuhkan bahwa suasana sepi bukan berarti tidak
menegangkan jika dibantu dengan performa kedua bintangnya yang mumpuni. Sekali lagi,
Sandra Bullock berhasil menunjukan penampilan terbaiknya setelah The Blind Side yang
pernah dibintanginya. Kesendirian, keputusasaan sampai kepasrahan tersampaikan dengan
sempurna lewat gestur dan ekspresi artis yang akan menginjak usia 50 tahun ini. Sama halnya
dengan George Clooney, aktor yang terkenal dengan rambut putihnya ini berhasil menjadi
karakter penyeimbang yang selalu mencairkan ketegangan yang dialami oleh Ryan Stone
dalam situasi seburuk apapun. Tidak sedikit dialog-dialog yang dilontarkan oleh aktor yang
memulai karirnya di TV series ini memancing tawa para penonton, tapi karakter periangnya
juga yang membuat turning point film ini, sebuah adegan yang sarat akan makna spiritual
dan dapat dikatakan menjadi sebuah adegan yang akan membekas di kepala para penonton
setelah keluar dari bioskop.
Well, apalagi yang bisa saya katakan, kalau anda belum sempat menonton Gravity, tolong
sempatkan. Saya sangat menganjurkan anda menonton film ini dalam format 3D dan di
bioskop yang memiliki tata suara mumpuni, seperti IMAX misalnya. Jika tidak, akan sangat
disayangkan, karena anda akan melewatkan sebuah sejarah baru dalam dunia sinema. Sebuah
terobosan baru dalam industri film, dimana teknologi 3D di film ini bukan hanya gimmick
semata, tapi juga penunjang keseluruhan aspek visual dan cerita yang selama ini jarang kita
dapatkan di film-film yang dipaksa untuk terlihat seperti ini. what can I say, a breakthrough
and breathtaking masterpiece from Alfonso Cuarn, or simply, my best sci-fi movie of 2013.
MUST A SEE!

Anda mungkin juga menyukai