103216-Hilda Nurul Mawaddah-Fitk PDF
103216-Hilda Nurul Mawaddah-Fitk PDF
Oleh
Hilda Nurul Mawaddah
NIM: 107013000687
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432H./2011M.
ABSTRAK
HILDA NURUL MAWADDAH (107013000687). Peningkatan
Keterampilan Menulis Narasi dengan Media Teks Wacana Dialog: Penelitian
Tindakan pada Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta
Tahun Pelajaran 2011-2012. Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2011.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII-2 Madrasah Tsanawiyah Negeri
38 Jakarta. Materi yang disampaikan yaitu mengenai keterampilan menulis
karangan narasi dengan penggunaan media teks wacana dialog. Penelitian ini
dimulai dari tanggal 15 Juli 2011 sampai dengan 21 dan 22 Juli 2011. Instrumen
yang digunakan adalah tes berupa observasi guru, observasi siswa, jurnal siswa,
catatan lapangan, dan lembar tes kemampuan (wadah siswa untuk menulis
karangan narasi).
Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang memerlukan latihan
agar dapat dikuasai dengan baik. Banyak hal yang harus diperhatikan dalam
mempelajari keterampilan menulis, antara lain seperti pilihan kata, ejaan,
keterkaitan, gaya bahasa, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pembelajaran menulis
harus mendapatkan perhatian lebih, agar keterampilan menulis yang dianggap
rumit ini dapat dikuasai dengan mudah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan kelas, yaitu suatu penelitian yang dilakukan sebagai upaya untuk
mengatasi permasalahan yang hadir di dalam kelas. Metode yang dilakukan
peneliti terdiri dari empat tahap, antara lain: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,
dan refleksi. Keempat tahap tersebut merupakan kesatuan siklus yang akan
berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah yang sama, yang
kemudian difokuskan pada pembelajaran menulis karangan narasi sebagai aplikasi
dari keterampilan menulis, tentunya dengan menggunakan media teks wacana
dialog.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis
karangan narasi mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Peningkatan
tersebut dapat dilihat dari nilai karangan siswa mulai dari siklus ke-1 sampai ke-2.
Adapun nilai rata-rata siklus ke-1 adalah 75,18, dan siklus ke-2 mengalami
peningkatan dari siklus sebelumnya 80,99.
Berdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada
umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi karangan,
pengembangan penokohan, dan pengembangan latar atau setting. Namun dengan
pembelajaran menggunakan media teks wacana dialog, kekurangan dan kesalahan
siswa tersebut dapat dikurangi, serta mampu membuat siswa menjadi lebih mudah
dalam mengembangkan karangan narasi.
Kata kunci: Keterampilan menulis, karangan, narasi, dan wacana dialog.
KATA PENGANTAR
Segala puji milik Allah Swt yang telah mengajarkan manusia dengan
qolam, yang mengajarkan manusia segala sesuatu yang belum diketahuinya.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw yang
dijadikan sebagai teladan terbaik bagi segenap manusia, juga kepada segenap
keluarga dan sahabatnya yang selalu menjaga kemurnian sunnah-nya.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian
sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini
belumlah sempurna, karena dalam proses penulisannya, peneliti tidak luput dari
berbagai hambatan dan rintangan. Tanpa bantuan dan peran serta berbagai pihak,
karya ini tidak mungkin terwujud. Apresiasi dan terima kasih yang setinggitingginya peneliti sampaikan kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam
penulisan skripsi ini. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih tersebut peneliti
sampaikan kepada:
1. Ibu Nurlena Rifai, MA,Ph.D., selaku Dekan FITK UIN Jakarta;
2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., selaku Ketua Jurusan PBSI;
3. Bapak Drs. Ramlan Abdul Gani, M.A., selaku dosen pembimbing yang
sangat
berpengaruh
dalam
penyelesaian
skripsi
ini,
serta
telah
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ........... ii
DAFTAR ISI .... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN .. vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......1
B. Identifikasi Masalah ....6
C. Pembatasan Masalah ....6
D. Perumusan Masalah .7
E. Tujuan Penulisan .............................................................7
F. Manfaat Penelitian ...8
G. Tinjauan Pustaka ..9
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Konsep Dasar Keterampilan Menulis ... 12
B. Karangan.... 18
C. Menulis Karangan Narasi ..................................................... ... 20
D. Konsep Dasar Media Pembelajaran ...... 27
E. Pembelajaran
Menulis
dalam
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian ...... 35
B. Metode Penelitian ..... 35
C. Prosedur Penelitian ... 40
D. Instrumen Penelitian . 42
E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian................................... 47
F.
DAFTAR PUSTAKA . 96
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, diakses
pada 2 Mei 2011 pukul 14:07 dari http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf
untuk
memperluas
wawasan,
memperhalus
budi
pekerti,
serta
Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia,
diakses
pada
16
Juni
2011
pukul
10.35
dari
http://www.puskur.net/download/kbk/smp/BahasaSastraIndonesia.pdf
3
Badan Standar Nasional Pendidikan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs,
diakses pada 16 Juni 2011 pukul 11:24 dari http://masdwijanto.files.wordpress.com/2011/03/buku-standar-isismp.pdf
kembali pesan atau informasi yang diterimanya. Siswa juga diharapkan memiliki
kemampuan untuk mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan
perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik. Kompetensi tersebut dapat
dicapai melalui proses pemahiran yang dilatih dan dialami dalam kegiatan
pembelajaran.
Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan
pengungkapan pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan tersebut adalah
keterampilan menulis. Menulis sebagai keterampilan berbahasa yang bersifat
produktif-aktif merupakan salah satu kompetensi dasar berbahasa yang harus
dimiliki siswa agar terampil berkomunikasi secara tertulis. Siswa akan terampil
mengorganisasikan gagasan dengan runtut, menggunakan kosakata yang tepat dan
sesuai, memperhatikan ejaan dan tanda baca yang benar, serta menggunakan
ragam kalimat yang variatif dalam menulis jika memiliki kompetensi dalam
menulis karangan dengan baik.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam
kegiatan menulis, seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi,
struktur bahasa, dan kosakata.4 Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat,
merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi
pembaca. Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh
para pembelajar yang dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran dan
mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif.
Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa,
2008), h. 3.
Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan kata,
serta struktur kalimat.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan di kelas, ditemukan bahwa
menulis sering menjadi suatu hal yang kurang diminati dan kurang mendapat
respon yang baik dari siswa. Siswa tampak mengalami kesulitan ketika harus
menulis. Siswa tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran menulis
dimulai. Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk
memulai atau mengawali paragraf. Siswa kerap menghadapi sindrom kertas
kosong (blank page syndrome) tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka takut
salah, takut berbeda dengan apa yang diinstruksikan gurunya.
Keterampilan menulis terkadang hanya diajarkan pada saat pembelajaran
menulis di kelas, pahadal pembelajaran keterampilan menulis dapat dipadukan
atau diintegrasikan dalam setiap proses pembelajaran keterampilan yang lainnya
di kelas. Pengintegrasian ini dapat bersifat internal maupun eksternal.
Pengintegrasian internal berarti pembelajaran menulis diintegrasikan dengan
pembelajaran
keterampilan
berbahasa
yang
lain.
Menulis
dapat
pula
diintegrasikan secara eksternal dengan mata pelajaran lain di luar mata pelajaran
bahasa Indonesia.
Menulis merupakan suatu keterampilan, dan keterampilan itu hanya akan
berkembang jika dilatihkan secara terus-menerus atau lebih sering. Memberikan
kesempatan lebih banyak bagi siswa untuk berlatih menulis dalam berbagai tujuan
merupakan sebuah cara yang dapat diterapkan agar keterampilan menulis
meningkat dan berkembang secara cepat.
dari
pertimbangan-pertimbangan
di
atas,
maka
penulis
Tindakan pada Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta Tahun
Pelajaran 2011-2012.
Melalui penelitian ini, peneliti mencoba memacu siswa untuk menuangkan
ide, gagasan, pikiran, dan pendapat berdasarkan teks dialog yang akan
dikembangkan siswa ke dalam bentuk karangan narasi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
masalah
yang
dikemukakan,
dapat
2.
3.
4.
5.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, untuk memfokuskan penelitian terhadap
objek yang akan diteliti, penulis mencoba membatasi permasalahan hanya pada
kemampuan menulis karangan narasi ekspositoris berdasarkan media teks dialog
berupa teks percakapan. Setelah proses kegiatan belajar mengajar menulis
2.
3.
E.
Tujuan Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang cara-cara
1.
2.
3.
F. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1.
2.
3.
4.
G. Tinjauan Pustaka
Menulis merupakan suatu keterampilan yang diurutkan paling akhir,
namun menulis mendapat perhatian paling utama di antara keterampilanketerampilan berbahasa yang lainnya.
Peneliti melihat skripsi Suharti, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2011 yang berjudul Upaya
Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi dengan Teknik Parafrase Wacana
Dialog pada Siswa Kelas IV SD Negeri III Mungung Kecamatan Karangdowo
Kabupaten Klaten (Penelitian Tindakan Kelas). Penelitian ini dapat dikatakan
mencapai ketuntasan karena peningkatan kemampuan menulis narasi siswa dapat
dilihat dari nilai karangan siswa yang selalu meningkat pada setiap siklusnya. Siklus I
dicapai ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 38%, kemudian pada siklus II 64%, dan
siklus III 89%. Hal ini membuktikan bahwa dengan diterapkannya teknik parafrase
wacana dialog, mampu meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran
dan sekaligus mampu meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa.
Berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, peneliti
berusaha meneliti dengan objek yang tingkatan siswanya lebih tinggi daripada skripsi
Suharti di atas, yaitu siswa pada sekolah menengah pertama. Kemudian, skripsi
Suharti menjelaskan bahwa parafrase wacana dialog merupakan sebuah teknik,
sedangkan penulis memberi pencerahan bahwa teks wacana dialog merupakan sebuah
media pembelajaran berupa teks percakapan, yang kemudian dapat dikembangkan
siswa dalam membuat sebuah karangan narasi.
10
10
11
teks wacana dialog. Sehingga siswa mampu menulis narasi dengan acuan yang
sama.
11
12
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A.
1. Hakikat Keterampilan
Terdapat
keterampilan
empat
keterampilan
menyimak,
berbicara,
dalam
kegiatan
membaca,
dan
berbahasa,
menulis.
yakni:
Keempat
keterampilan tersebut saling berkaitan. Bila menulis sesuatu, pada dasarnya kita
ingin agar tulisan itu dibaca orang lain. Paling tidak, tulisan tersebut dapat dibaca
pada waktu lain.
Aktivitas tersebut tentu melibatkan keterampilan berbahasa, yakni
keterampilan menulis dan keterampilan membaca. Keterampilan hanya dapat
diperoleh dan dikuasai melalui praktik dan latihan, misalnya kita harus berlatih
dalam menulis. Melalui keterampilan, seseorang dapat mengaplikasikan segala
kegiatan yang bersifat motorik yang kemudian diikuti fungsi mental yang bersifat
kognitif. Hal ini sesuai dengan pendapat Muhibbin yang menyatakan bahwa
keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otototot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti
menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik,
keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran tinggi. 1
Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Reber yang dikutip pula oleh
Muhibbin yang menyatakan bahwa keterampilan adalah kemampuan melakukan
1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 117
12
13
pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai
dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.2
Setiap keterampilan itu erat sekali hubungannya dengan tiga keterampilan
lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan
berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula
pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu
kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum
memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan
suatu kesatuan.3
2. Hakikat Menulis
Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau
informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Menulis biasa
dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil.
Pada awal sejarahnya, menulis dilakukan dengan menggunakan gambar,
contohnya tulisan hieroglif (hieroglyph) pada zaman Mesir Kuno. Kegiatan
menulis berkembang pesat sejak diciptakannya teknik percetakan, yang
menyebabkan seseorang semakin giat menulis karena karya mereka mudah untuk
diterbitkan.
Menulis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah 1) membuat
huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya), 2)
2
3
Ibid
Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa,
2008), h. 1
13
14
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),
h. 1219
5
Wikipedia,
Writing,
diakses
pada
22
Juni
2011
pukul
11.02
dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Writing
6
Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis (Jakarta: Universitas Terbuka,
2009), h. 1.3
14
15
sebuah karangan yang efektif. Kosakata dan kalimat yang digunakan dalam
kegiatan menulis harus jelas agar mudah dipahami oleh pembaca. Di samping itu,
jalan pikiran dan perasaan penulis sangat menentukan arah penulisan sebuah
karya tulis atau karangan yang berkualitas. Dengan kata lain, hasil sebuah
karangan yang berkualitas umumnya ditunjang oleh keterampilan kebahasaan
yang dimiliki seorang penulis.
3. Pengertian Keterampilan Menulis
Keterampilan seseorang menggunakan bahasa tulis sebagai alat, baik
wadah maupun media untuk memaparkan isi jiwanya, penghayatan, dan
pengalamannya
secara
teratur
disebut
kemampuan
menulis/mengarang.
lisan.
Menulis
merupakan
suatu
keterampilan
berbahasa
yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka
dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan
ekpresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan
grafolegi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan
datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan
teratur.7
15
16
Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa
(Bandung: Angkasa, 1987), h. 224
9
Lea Masiello, Writing in Action: A Collaborative Rhetoric for College Writers (New York: Mac
Millan, 1986), h. 2
16
17
a. Tujuan penugasan
Maksud dari tujuan penugasan ini merupakan penulisan sesuatu karena
ditugaskan, bukan atas kemauan penulis sendiri;
b. Tujuan altruistik
Tujuan altruistik ini dimaksudkan untuk menyenangkan pembaca,
menghindarkan kedudukan para pembaca, ingin menolong para pembaca
untuk memahami, serta menghargai perasaan dan penalarannya;
c. Tujuan persuasif
Tujuan persuasif dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca akan kebenaran
gagasan yang diutarakan;
d. Tujuan informasional
Maksud dari tujuan informasional yaitu sebagai pemberi informasi atau
penerangan kepada para pembaca;
e. Tujuan pernyataan diri
Tujuan pernyataan diri ini yaitu tulisan yang bertujuan memperkenalkan
atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca;
f. Tujuan kreatif
Maksud dari tujuan kreatif ini yaitu tulisan yang bertujuan untuk mencapai
nilai-nilai artistik maupun nilai-nilai kesenian;
g. Tujuan pemecahan masalah
Tujuan pemecahan masalah adalah maksud penulis yang bertujuan ingin
memecahkan/menyelesaikan masalah yang dihadapi.10 Karena menulis
10
17
18
Karangan
Pengertian Karangan
Menurut Mahsusi, karangan berarti rangkaian, susunan, atau komposisi.
Yang dirangkai adalah beberapa kesatuan pikiran yang diwujudkan dalam bentuk
kalimat-kalimat yang disusun sesuai dengan kaidah komposisi.12
Mengarang adalah bagian ekspresi secara tertulis. Segala kesan batin, baik
pikiran, perasaan, maupun kemauan dapat dinyatakan dengan bahasa tulis.
Dengan kata lain, apa yang dipikirkan, dirasakan atau diinginkan orang lain bisa
diwujudkan pada sehelai kertas.13 Dapat disimpulkan bahwa karangan merupakan
suatu bentuk pencurahan gagasan, ide, pendapat, pikiran, berita, khayalan,
kehendak, dan sebagainya yang didukung oleh penataan bahasa yang harmonis,
tersusun, dan teratur.
2. Jenis-jenis Karangan
Morris dalam Tarigan berpendapat bahwa karangan diklasifikasikan ke
dalam empat jenis, yakni narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi. 14 Pendapat
tersebut sejalan dengan pendapat Parera yang membagi karangan ke dalam empat
jenis, kecuali persuasi. Adapun Brook dan Warren berpendapat bahwa karangan
terdiri dari empat jenis, yakni deskripsi, persuasi, argumentasi, dan eksposisi.15
11
Hernowo, QuantumWriting: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi
Menulis (Bandung: Mizan, 2003), h. 53
12
Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2004), h. 228
13
Sudarno dan Eman A. Rahman, Kemampuan Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi
(Jakarta: PT Hikmat Syahid Indah, 1986), h. 96
14
Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, h. 28
15
Ibid, h. 29
18
19
Berikut ini akan dijelaskan satu per satu mengenai jenis-jenis karangan,
antara lain:
a. Karangan narasi, yaitu suatu bentuk wacana atau tulisan yang
menceritakan suatu kejadian atau peristiwa.
b. Karangan deskripsi, yaitu suatu karangan atau tulisan yang bertujuan
untuk menggambarkan atau melukiskan berbagai pengalaman,
pendengaran, perabaan, penciuman, dan situasi perasaan atau masalah.
c. Karangan eksposisi, yaitu paparan. Dengan paparan, penulis
menyampaikan suatu penjelasan dan informasi.16 Dengan kata lain,
karangan eksposisi berusaha menerangkan ide atau gagasan yang
dianggap perlu untuk disampaikan kepada pembaca.
d. Karangan argumentasi. Menurut Keraf, karangan argumentasi tidak
lain daripada usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan
kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat
mengenai suatu hal.17
e. Karangan persuasi, merupakan bentuk karangan yang bertujuan
mengajak atau meyakinkan pembaca agar melakukan sesuatu yang
dikehendaki penulis atau pembicara.
16
Ramlan A Gani dan Mahmudah Fitriyah, Disiplin Berbahasa Indonesia (Jakarta: FITK Press,
2010), h. 93
17
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2010), h. 3
19
20
C.
1.
18
Ibid, h. 135-136
Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia, h. 253
20
Jos Daniel Parera, Menulis Tertib dan Sistematik: Edisi Kedua (Jakarta: Erlangga, 1987), h. 5
19
20
21
narasi fiksi.23 Narasi nonfiksi biasa disebut juga dengan narasi ekspositoris,
sedangkan narasi fiksi dikenal dengan sebutan narasi sugestif.
Menurut Keraf, narasi yang hanya bertujuan untuk memberi informasi
kepada para pembaca agar pengetahuannya bertambah luas, disebut dengan narasi
ekspositoris. Di samping itu, ada pula narasi yang disusun dan disajikan dengan
berbagai macam, sehingga dapat menimbulkan daya khayal para pembaca. Ia
berusaha menyampaikan sebuah makna kepada para pembaca melalui daya khayal
yang dimilikinya. Narasi semacam ini adalah narasi sugestif.24
21
Donald Hall, Writing Well: Second Edition (Boston: Little Brown, 1976), h. 245
Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, h. 1.11
23
Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia, h. 253
24
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III, h. 136
22
21
22
a.
Ibid, h. 137
Ibid
27
Ibid, h. 138
26
22
23
b.
Isinya berupa cerita yang memaparkan suatu peristiwa, baik peristiwa rekaan
atau nyata;
c.
d.
Timbulnya konflik atau terbina alur sering berhubungan erat dengan unsur
watak atau tema, bahkan juga latar.29 Maka dalam karangan narasi, adanya
penokohan, jalan cerita, dan konflik itu sangat penting;
e.
f.
4.
prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan narasi.
28
23
24
Prinsip-prinsip tersebut antara lain: alur, penokohan, latar, titik pandang, dan
pemilihan detail peristiwa (tema).32
Menurut Keraf, struktur/unsur-unsur narasi dapat dilihat dari komponenkomponen yang membentuknya: perbuatan, penokohan, latar, dan sudut
pandang.33
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur narasi
itu adalah setting, gaya penokohan, perwatakan, alur, titik pandang, tema, dan
pesan.
a. Tema
Tema adalah suatu gagasaan sentral yang menjadi dasar tulisan atau karya
fiksi.34 Dapat dikatakan, tema merupakan pokok pembicaraan atau ide yang
menjadi dasar sebuah cerita.
b. Latar
Sebuah cerita akan menarik dan kuat apabila didukung oleh latar yang
sesuai dan tidak gegabah dipilih oleh pengarang dalam ceritanya. Atar Semi
mengemukakan bahwa latar atau landas tumpu (setting) cerita adalah lingkungan
tempat peristiwa terjadi, baik tempat maupun waktu.35 Sejalan dengan pendapat
tersebut, latar merupakan tempat dan atau waktu terjadinya perbuatan tokoh atau
peristiwa yang dialami tokoh.36
Dari kedua pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa latar
dalam suatu cerita adalah tempat dan waktu terjadinya peristiwa. Tempat ini dapat
32
Suparno dan M. Yunus, Keterampilan Dasar Menulis. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h.
4.39
33
24
25
diartikan sebagai ruang atau hal-hal yang ada di sekitarnya. Dan waktu dapat
berupa hari, tahun, musim, bahkan periode sejarah.
c. Penokohan
Di dalam sebuah cerita tentunya terdapat tokoh-tokoh yang mengalami
peristiwa, baik tokoh yang berperan sebagai tokoh utama atau tokoh yang hanya
berperan sebagai pelengkap saja. Perbedaan antara tokoh utama dan tokoh
pelengkap dapat dilihat dari sering tidaknya kedua tokoh tersebut diceritakan.
Tentunya tokoh utama lebih sering diceritakan daripada tokoh pelengkap. Tokohtokoh tersebut dapat berwujud manusia atau makhluk yang sifatnya menyerupai
manusia.
Selain dibedakan dari tokoh utama dan tokoh pelengkap, tokoh juga dapat
dibedakan dari tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Protagonis adalah tokoh
yang berperan sebagai tokoh kunci, sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang
berperan sebagai penentang tokoh protagonis.
Sebagaimana menurut Jones yang dikutip oleh Nurgiyantoro, bahwa
penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita.37
d. Alur
Jalan cerita dan alur nampaknya tidak dapat dipisahkan, namun ternyata
keduanya berbeda. Jalan cerita hanya memuat kejadian cerita, sedangkan yang
menggerakkan cerita tersebut adalah alur.
37
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007),
h. 165
25
26
38
26
27
41
27
28
fungsi
pembelajaran,
yaitu
benda
untuk
didemonstrasikan,
komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan
mesin belajar. Ketujuh kelompok media ini kemudian dikaitkan dengan
kemampuan memenuhi fungsi menurut tingkatan hierarki belajar yang
dikembangkannya, contoh perilaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun
cara berpikir, memasukkan alih ilmu, menilai prestasi, dan pemberi umpan
balik.45
43
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru (Jakarta: Gaung Persada Press,
2008), h. 7-8
44
Arief S. Sadiman dkk, Media Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), h. 6
45
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, h. 51
28
29
Hamalik
mengemukakan
ciri-ciri
umum
dari
media
46
47
Ibid., h. 53-54
Ibid
29
30
b.
Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang bias dilihat dan
didengar.
c.
d.
Media pendidikan adalah semacam alat bantu belajar mengajar baik dalam
kelas maupun di luar kelas.
e.
f.
30
31
rentetan kalimat yang bertautan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara
kalimat-kalimat itu.51 Sementara itu, Harimurti mengemukakan bahwa wacana
(discourse) adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal,
merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan
dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb.), paragraf,
kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap. 52
Berdasarkan uraian di atas, maka wacana memiliki pengertian informasi
yang dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar, dan ujaran yang biasanya berupa
buku, artikel, pidato, teks wawancara, dan teks percakapan (dialog).
Marrit dalam Syamsudin membagi wacana dari segi jenis pemakaiannya
ke dalam dua bentuk. Pertama, wacana monolog yaitu wacana yang tidak
melibatkan suatu bentuk tutur percakapan atau pembicaraan antara dua pihak yang
berkepentingan. Yang termasuk jenis wacana ini adalah semua bentuk teks, surat,
bacaan, cerita, dan lain-lain yang sejenis. Kedua, wacana dialog yaitu wacana
yang dibentuk oleh percakapan atau pembicaraan antara dua pihak seperti terdapat
dalam obrolan, pembicaraan, teks drama, film strip, dan sejenisnya.53
Sejalan dengan pendapat tersebut, Crystal dalam Wijana menyatakan
bahwa analisis wacana memfokuskan pada struktur yang secara alamiah terdapat
50
31
32
54
I Dewa PW dan M. Rohmadi, Analisis Wacana Pragmatik: Kajian Teori dan Analisis (Surakarta:
Yuma Pustaka, 2010), h. 68
55
Ibid, h. 70
32
33
merupakan
kurikulum
operasional
yang
disusun
oleh
dan
Indonesia
untuk
meningkatkan
kemampuan
intelektual,
56
33
34
gagasan, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan, antara lain yaitu menulis
narasi melalui teks wawancara, menulis pesan singkat, menulis puisi yang
berkenaan dengan keindahan alam, dan menulis puisi yang berkenaan dengan
peristiwa yang dialami.
34
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Sasaran dan penilaian pada penelitian ini adalah siswa Madrasah
Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta pada kelas VII-2 tahun ajaran 2011-2012 di
semester genap. Jumlah siswa sebanyak 25 siswa yang terdiri dari 11 siswa lakilaki dan 14 siswa perempuan. Subjek tersebut dipilih berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan dengan guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas
VII-2 Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta. Penelitian ini menitikberatkan
pada kemampuan menulis karangan narasi siswa yang dikembangkan melalui
media teks wacana dialog.
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan
Kelas. Penelitian Tindakan Kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action
Research. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
pendekatan kuantitatif, karena peneliti berupaya mengkaji lebih dalam mengenai
peningkatan dari hasil belajar keterampilan menulis narasi dengan menggunakan
media teks wacana dialog dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yang bertujuan
untuk membantu siswa menuangkan ide dan gagasan dengan baik.
Penelitian Tindakan Kelas menurut Ghony adalah salah satu strategi
pemecahan
masalah
yang
memanfaatkan
tindakan
nyata
dan
proses
36
juga dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu bentuk
kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannya itu,
serta untuk memperbaiki kondisi nyata di mana praktik pelaksanaan pembelajaran
tersebut dilakukan di dalam kelas.1
Pendapat lain dikemukakan oleh Suhardjono, yang mendefinisikan
penelitian tindakan (action reseach) sebagai suatu penelitian yang dilakukan
dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK
berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan
pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar).
PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.2
Sejalan dengan pendapat di atas, Hopkins dalam Wiriaatmadja
mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang
mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan
yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk
memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses
perbaikan dan perubahan.3
Kemudian menurut Kusumah, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1)
merencanakan, (2) melaksanakan, (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif
36
37
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas: Edisi Kedua
(Jakarta: PT Indeks, 2011), h. 9
5
Ibid, h. 17
37
38
sesuatu
proses
yang
menunjukkan
sebuah
siklus
kegiatan
Suharsimi A dkk, h. 58
38
39
Rancangan dilakukan pada setiap awal siklus oleh peneliti utama dan guru.
Hal yang terulang dalam rancangan berkaitan dengan pembuatan rencana
pengajaran dan satuan pelajaran yang akan dilaksanakan, serta tindakantindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran dan pengamatannya.
b. Tindakan
Kegiatan tindakan adalah pelaksanaan dari rencana yang telah
ditetapkan. Kegiatan pelaksanaan tindakan merupakan tindakan pokok
dalam siklus PTK. Kegiatan ini dilaksanakan secara bersamaan dengan
kegiatan observasi. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah
melaksanakan
proses
belajar
mengajar
sebagaimana
yang
telah
39
40
40
41
Jumlah siklus dalam penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Dalam penelitian
ini prosedur yang ditempuh adalah sebagai berikut, antara lain:
1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui gambaran umum
pelaksanaan pembelajaran di sekolah yang menjadi objek penelitian dan
untuk mengetahui gambaran pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru
dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
2. Perencanaan Pelaksanaan Tindakan
Sebelum penelitian ini dilaksanakan, peneliti berkolaborasi dengan
guru untuk melakukan perencanaan pelaksanaan tindakan. Perencanaanperencanaan tersebut antara lain adalah:
a.
b.
41
42
b.
Melaksanakan
tindakan
yang
telah
ditetapkan
dalam
tindakan
yang
perencanaan
c.
Melaksanakan
pengamatan
terhadap
dilaksanakan
d.
42
43
dilakukan dengan bantuan dua mitra peneliti. Alat yang digunakan adalah lembar
observasi sebagai alat bantu dalam menganalisis dan merefleksi setiap siklus guna
perbaikan dalam siklus berikutnya.
Hal-hal yang diamati dari aktivitas guru selama proses pembelajaran,
yaitu:
a. Kemampuan membuka pelajaran;
b. Sikap guru dalam proses pembelajaran;
c. Proses pembelajaran;
d. Kemampuan menggunakan media;
e. Evaluasi; dan
f. Kemampuan menutup pelajaran.
Berikut adalah lembar observasi aktivitas guru:
Tabel 3.1
Lembar Observasi Aktivitas Guru
NO.
1.
2.
43
YA
TIDAK
44
3.
4.
Proses pembelajaran
a. Kesesuaian penggunaan strategi atau metode
dengan pokok bahasan
b. Kejelasan dalam menerangkan materi dan
memberikan contoh
c. Antusiasme dalam menanggapi dan menggunakan
respons
d. Kecermatan dalam pemanfaatan waktu
5.
6.
Evaluasi
a. Menggunakan penilaian lisan
b. Menggunakan penilaian tulisan
c. Relevansi jenis-jenis penilaian dengan indicator
d. Penilaian sesuai dengan apa yang direncanakan
7.
Keterangan:
Observer mengisi lembar observasi dengan memberikan tanda ceklis ()
44
45
OPSI
KURANG
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
45
CUKUP
BAIK
46
PETUNJUK
1. Tulislah terlebih dahulu nama, kelas, nomor absen, serta hari dan tanggal
pada lembar jawaban yang telah disediakan.
2. Bacalah dengan cermat setiap soal sebelum menjawab.
3. Soal di bawah ini tidak mempengaruhi penilaian, dan jawablah soal dengan
jujur.
IDENTITAS
Nama
Kelas
No. Absen
Hari/Tanggal :
PERTANYAAN
1.
2.
46
47
3. Catatan Lapangan
Catatan lapangan ini merupakan catatan harian guru. Catatan ini dibuat
guru segera setelah proses pembelajaran berakhir. Dengan catatan lapangan ini,
guru dapat mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi di kelas selama pembelajaran
berlangsung.
4. Lembar Tes Kemampuan
Lember tes kemampuan ini diberikan kepada siswa pada setiap siklus. Hal
ini dilakukan sebagai upaya untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis
karangan narasi dengan mengguanakan media teks wacana dialog. Lembar tes ini
berupa kertas folio bergaris.
Setiap tes mulai dari siklus pertama sampai siklus terakhir dikumpulkan
dalam sebuah map sehingga dari kumpulan ini terlihat proses pembelajaran
menulis siswa, apakah ada peningkatan atau tidak. Selain itu, dengan kumpulan
ini guru bisa melihat letak kesalahan siswa dalam menulis karangan narasi, baik
dari segi ejaan, diksi, dan lain-lain.
E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti berperan sebagai pelaksana penelitian.
Sedangkan guru matapelajaran bahasa Indonesia berperan sebagai pengamat atau
observer. Peneliti yang merancang kegiatan pembelajaran, termasuk membuat
observasi aktivitas guru, observasi aktivitas siswa, jurnal siswa, catatan lapangan,
tes kemampuan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta melaporkan hasil
penelitian. Dalam hal ini, guru matapelajaran bahasa Indonesia yang akan
47
48
yang
digambarkan
dengan
bagan
48
atau
tabel
untuk
selanjutnya
49
b.
c.
Kategori Nilai
85 100
Baik sekali
75 84
Baik
60 74
Cukup
40 59
Kurang
0 39
Kurang sekali
49
Kriteria Penilaian
50
d.
x 100
Jumlah siswa
e.
x 100
Jumlah siswa
50
51
Tabel 3.5
Penilaian Karangan Narasi
Skor Kualifikasi
Komponen yang
Dinilai
SB
Bobot
Diksi
Ejaan
Judul
Tokoh
Latar
Alur
Skor
Siswa
Jumlah
x 100
Total Skor Kualifikasi
Keterangan:
Skor Siswa
= 28
51
52
52
53
2 = Sedang cukup : terdapat tokoh, tetapi tidak lengkap dan tidak sesuai dengan
teks percakapan
1 = Sangat kurang : tidak ada tokoh
Latar
4 = Sangat baik sempurna : latar digambarkan secara jelas dan rinci sesuai
dengan teks percakapan
3 = Cukup baik : latar digambarkan secara jelas tetapi tidak rinci/tidak lengkap
tetapi sesuai dengan teks percakapan
2 = Sedang cukup : latar digambarkan secara tidak jelas dan tidak rinci serta
tidak sesuai dengan teks percakapan
1 = Sangat kurang : latar tidak digambarkan sama sekali
Alur
4 = Sangat baik sempurna : alur disusun secara rapi memuat awal, tengah/isi,
dan akhir cerita sesuai dengan teks percakapan
3 = Cukup baik : alur disusun sesuai dengan teks percakapan tetapi tidak
lengkap
2 = Sedang cukup : alur disusun kurang sesuai dengan teks percakapan
1 = Sangat kurang : alur disusun secara kacau dan tidak sesuai dengan teks
53
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
2.
3.
4.
5.
6.
7.
54
55
55
56
Tujuan Umum
Setelah mengikuti pembelajaran menulis karangan narasi dengan
menggunakan media teks wacana dialog, para siswa diharapkan mampu menulis
secara efektif dan efisien berbagai jenis karangan dalam berbagai konteks dan
tujuan.
56
57
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran menulis karangan narasi dengan
menggunakan media teks wacana dialog ini para siswa diharapkan memiliki
kemampuan menarasikan teks dialog/teks percakapan dengan memperhatikan
penulisan kalimat langsung dan kalimat tak langsung.
Adapun tahap-tahap kegiatan pembelajaran menulis karangan narasi
dengan menggunakan media teks wacana dialog sebagai berikut.
Tahap 1
Pembinaan Keakraban
Tahap 2
Perumusan Tujuan
Tahap 3
Penyusunan Program
Tahap 4
Pelaksanaan Program
Tahap 5
Penilaian Proses dan Hasil
menyebutkan satu per satu nama siswa dan hobinya, agar para siswa merasa
bahwa hobinya dipentingkan. Setelah itu, untuk memancing agar para siswa
57
58
58
59
beberapa
pertanyaan
yang
berhubungan
dengan
pembelajaran.
4. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Pada awal pembelajaran, seperti biasa guru memeriksa kehadiran siswa,
kemudian mengkondisikan kelas. Sebelum guru memberikan materi, guru
mengadakan tanya jawab kepada siswa dengan mengajukan pertanyaan tentang
karangan narasi dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal
siswa terhadap karangan narasi. Ada beberapa siswa yang menjawab pertanyaan
guru terhadap pertanyaan mengenai pengertian narasi dengan sebelumnya guru
yang memberi kata kunci. Setelah itu guru meminta siswa untuk menyimpulkan
jawaban yang telah diberikan siswa, dan ada pula siswa yang mau menyimpulkan
meskipun setengah-setengah, kemudian oleh guru dijelaskan dalam kegiatan
pemberian materi. Kegiatan ini dilakukan selama 5 menit.
Guru memberikan materi tentang pengertian karangan narasi, teks dialog,
dan langkah-langkah menulis karangan narasi dengan menggunakan media teks
dialog. Hal ini sesuai dengan metode yang digunakan yaitu metode ceramah dan
sesekali diskusi. Materi disampaikan selama kurang lebih 10 menit. Setelah itu,
guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang telah disampaikan. Untuk
kegiatan ini berlangsung 5 menit, karena hanya beberapa siswa saja yang
mengajukan pertanyaan, hal ini disebabkan karena para siswa terbiasa dengan
pembelajaran yang monoton, akibatnya ada rasa kurang percaya diri untuk
59
60
Polisi
: Keadaan lalu lintas cukup padat, terutama ketika pagi hari, saat
berangkat kerja.
Wartawan
Polisi
Wartawan
Polisi
: Bukan di tempat itu saja, tempat lain pun dijaga. Cuma tempat
seperti pasar dan tempat umum lainnya sangat rawan kemacetan.
60
61
Polisi
aktivitas siswa dalam menulis karangan narasi. Siswa terlihat antusias dalam
mengerjakan karangan mereka. Banyak yang bertanya langsung pula ketika guru
menjumpai meja belajar mereka. Ada siswa yang bertanya tentang apakah
karangan ini harus diberi judul, dan apakah boleh karangan yang dibuatnya itu
benar-benar pengalaman yang sangat menyedihkan. Guru mendiskusikan
pertanyaan tersebut kepada siswa lainnya, kemudian guru memberikan penjelasan
pada saat itu juga sampai siswa yang bersangkutan dan siswa yang lainnya
mengerti.
Setelah waktu yang ditentukan selesai, siswa mengumpulkan karangannya.
Sekilas guru memeriksa hasil pekerjaan siswa dan menemukan kesalahan pada
hasil karangannya terutama dalam penulisan nama dan tempat. Walaupun
demikian, pada pertemuan pertama ini siswa sebagian belum dapat menulis
karangan narasi dengan baik.
Sebelum pembelajaran berakhir, guru memberikan jurnal kepada siswa
untuk diisi sebagai respon mengenai pembelajaran. Menjelang akhir pembelajaran
guru meminta siswa untuk membaca karangan narasi yang lebih banyak lagi di
61
62
b.
c.
Persentase
1.
5%
2.
80%
3.
5%
4.
65%
5.
85%
6.
100%
Adapun hasil observasi peneliti mitra terhadap aktivitas guru diperoleh beberapa
data sebagai berikut:
1. Pengkondisian kelas pada awal pembelajaran kurang
2. Sudah sesuai dengan rencana pemanfaatan media teks wacana dialog
62
63
63
64
Nomor Subjek: 24
Analisis
Ejaan yang terdapat dalam karangan di atas masih banyak terdapat
kesalahan dan masih banyak yang harus diperbaiki lagi. Dalam pemilihan kata
sudah baik, meski ada sedikit kesalahan, kesalahan tersebut tidak sampai
mengaburkan makna. Kesalahan tanda baca, penggunaan huruf kapital,
penggunaan partikel, dan penggunaan kalimat yang rancu ditampilkan pada
karangan di atas.
Pengembangan isi karangan cukup dan relevan dengan teks percakapan,
meskipun harus lebih dikembangkan. Judul yang diangkat pun relevan dengan
cerita yang terdapat dalam teks percakapan, tetapi kurang menarik minat pembaca
karena ada kalimat yang diulangi dalam satu paragraf. Karangan di atas berjudul
Keadaan Lalu Lintas.
Alur dalam karangan ini cukup logis, ada awal, tengah, dan akhir cerita.
Akan tetapi pengaluran yang ditampilkan kurang dikembangkan. Dalam
penokohan, seluruh tokoh yang ada di dalam teks percakapan, disebutkan di
dalam karangan.
Latar atau setting yang ditampilkan dalam karangan terlihat cukup jelas
sesuai dengan teks percakapan. Seperti menyebutkan suatu tempat, misalnya pasar
dan tempat umum lainnya. secara lebih rinci, penilaian karangan narasi subjek 24
akan dijabarkan dalam tabel di bawah ini:
64
65
Tabel 4.2
Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 24
Skor Kualifikasi
Komponen yang
Dinilai
SB
Diksi
Ejaan
Bobot
Skor
Siswa
Judul
Tokoh
Latar
Alur
8
25
Jumlah
25
Nilai =
x 100 = 89,28
28
Nomor Subjek: 19
Analisis
Karangan pada subjek 19 banyak terdapat kesalahan dalam ejaan.
Kesalahan tanda baca, penyingkatan yang tidak sesuai, dan penulisan huruf
kapital di berbagai kata banyak dimunculkan dalam karangan di atas. Pemilihan
kata sudah cukup baik.
Karangan tersebut terdiri dari dua paragraf. Pengembangan isi karangan
cukup relevan dengan tema. Isi karangan sudah sesuai dengan teks percakapan.
Judul yang diangkat terlihat lebih khusus dan cukup menarik, sehingga membuat
orang lain penasaran dan ingin membacanya.
65
66
Alur dalam karangan ini cukup baik, logis dan sesuai dengan teks
percakapan, yaitu ada awal, tengah, dan akhir cerita. Alur terlihat membungkus
karangan, sehingga karangan terlihat lebih padat. Namun tetap kurang dalam
pengembangannya.
Dalam penokohan tampak sangat baik, karena seluruh tokoh disebutkan
sesuai dengan teks percakapan yang menjadi acuannya. Pelataran atau setting pun
tampak disebutkan dengan rinci dan jelas. Secara lehih rinci, penilaian karangan
narasi akan dijabarkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 19
Skor Kualifikasi
Komponen yang
Dinilai
SB
Diksi
Ejaan
Bobot
Skor
Siswa
Judul
Tokoh
Latar
Alur
21
Jumlah
21
Nilai =
x 100 = 75
28
Nomor Subjek: 3
Analisis
66
67
SB
Diksi
Ejaan
Judul
Tokoh
Latar
2
3
Alur
Bobot
Skor
Siswa
4
16
Jumlah
67
68
16
Nilai =
x 100 = 57,14
28
Tabel 4.5
Rekapitulasi Nilai Karya Siswa Siklus 1
SISWA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Diksi
C
C
C
C
B
B
B
B
C
C
SB
B
C
K
C
B
B
B
B
B
C
C
B
SB
B
KOMPONEN PENILAIAN
Ejaan Judul
Tokoh
Latar
C
SB
C
B
K
SB
B
C
K
SB
C
B
C
SB
SB
SB
C
C
SB
SB
C
SB
B
SB
C
C
SB
SB
C
SB
C
SB
C
SB
SB
SB
B
SB
C
SB
C
SB
C
SB
C
SB
C
SB
C
SB
C
SB
K
SB
SB
SB
C
SB
C
SB
B
SB
SB
SB
C
SB
SB
SB
K
SB
B
B
B
SB
C
SB
B
SB
SB
SB
C
SB
SB
SB
C
SB
C
SB
C
SB
SB
SB
C
SB
SB
SB
C
SB
SB
SB
Nilai rata-rata
68
Alur
C
SB
C
B
B
SB
C
C
C
B
SB
B
B
SB
C
C
SB
B
C
B
B
B
SB
B
C
Skor
Nilai
17
20
16
22
21
24
21
19
20
21
24
21
20
18
18
22
25
20
20
24
22
20
25
24
21
21
60,71
71,42
57,14
78,57
75
85,71
75
67,85
71,42
75
85,71
75
71,42
64,85
64,85
78,57
89,28
71,42
71,42
85,71
78,57
71,42
89,28
85,71
75
75,18
69
6. Refleksi
Refleksi dilakukan setelah peneliti mengidentifikasi data yang diperoleh
dari hasil observasi peneliti mitra (observer), catatan lapangan yang dilakukan
peneliti dan mitra peneliti selama pembelajaran berlangsung, dan jurnal siswa.
Dari hasil observasi pada siklus 1 diperoleh data bahwa guru/peneliti
sudah cukup baik dalam mengajar dan menerangkan materi. Guru mengontrol
siswa yang duduk di posisinya, dengan mengatur posisinya, guru berdiri. Jadi,
guru tidak hanya berdiri di satu posisi ketika sedang memberikan penjelasan,
tetapi juga berpindah-pindah tempat dan memberikan perhatian kepada siswa
sehingga siswa lebih merasa diperhatikan.
Namun, ada beberapa hal yang kurang diperhatikan oleh guru, yaitu
kurang mengkondisikan kelas pada awal pembelajaran, sehingga daya simak
siswa cukup rendah. Hal ini menunjukkan bahwa guru kurang tegas dalam
menghadapi siswa yang sedang mengobrol dengan teman sebangkunya. Selain itu
pengelolaan waktu yang kurang optimal membuat beberapa siswa mengeluh
karena waktu yang diberikan terlalu sedikit untuk menulis karangan narasi. Guru
sudah cukup memotivasi siswa, namun karena siswa sedang mengalami
penyesuaian yang baru dengan diajar oleh guru yang baru sebagai peneliti, siswa
masih enggan dalam bertanya atau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
guru.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas, guru berusaha untuk
memberikan tindakan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan
berikutnya. Pada awal pembelajaran guru akan berusaha untuk lebih
69
70
motivasi
awal
yang
lebih
menarik.
Kemudian,
untuk
Frekuensi
Persentase
Positif
24
95%
Negatif
5%
Tidak berkomentar
25
100%
Jumlah
70
71
Skor
Nilai
Skor tertinggi
25
89,28
Skor sedang
21
75
Skor terendah
16
57,14
Rata-rata
21
75,18
Dari tabel di atas diperoleh data bahwa nilai tertinggi kemampuan siswa
siklus ke-1 adalah 89,28, sedang 75, dan terendah 57,14. Rata-rata nilai
keseluruhan adalah 75,18. Berikut jumlah siswa yang memperoleh skor
berdasarkan skala lima.
Tabel 4.8
Perolehan Skor Siswa Berdasarkan Skala Lima pada Siklus 1
Interval
Kriteria Penilaian
Jumlah Siswa
85 100
Baik sekali
75 84
Baik
60 74
Cukup
40 59
Kurang
0 39
Kurang sekali
Tingkat Penguasaan
71
72
Dari tabel di atas diperoleh data nilai siswa yang memenuhi kriteria kurang
sebanyak 1 orang, kriteria cukup 9 orang, kriteria baik 9, dan kriteria baik sekali 6
orang.
D. Tahap Kegiatan Pembelajaran Menulis Narasi Siklus 2
1. Tahap Pembinaan Keakraban
Pada siklus kedua ini, guru juga melakukan pembinaan keakraban.
Pembinaan keakraban dilakukan dengan cara melakukan senam kecil bersama di
dalam kelas, hal ini bertujuan agar siswa dapat merasa lebih rileks dan nantinya
dapat berkonsentrasi dengan lebih pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
2. Tahap Perumusan Tujuan
Berdasarkan refleksi pada siklus pertama, peneliti menyusun perencanaan
untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus selanjutnya. Hasil observasi pada
siklus pertama menunjukkan beberapa cacatan penting mengenai aktivitas guru
dan siswa di kelas. Namun, secara keseluruhan tercatat bahwa pembelajaran
menulis karangan narasi dengan menggunakan media teks dialog sudah cukup
berhasil meningkatkan kemampuan menulis siswa. Namun demikian, masih
terdapat beberapa kelemahan pada hasil karangan siswa dalam pengembangan isi
dan ejaan.
Seperti pada pertemuan pertama, peneliti kembali menyusun rencana
pembelajaran. Pada pertemuan kedua guru akan mencoba untuk meningkatkan
keaktifan siswa dengan mencoba metode yang lain, yaitu metode inquiri. Selain
metode inquiri, metode ceramah, metode tanya jawab dan metode penugasan akan
72
73
73
74
Pembelajaran siklus 2 dilaksanakan selama 2x40 menit. Adapun langkahlangkah-langkah teknik rancangan program kegiatan pembelajaran menulis
sebagai berikut.
a. Guru menyampaikan indikator penyampaian dan menuliskannya di
papan tulis.
b. Selama 10 menit pertama guru mengulangi materi menulis karangan
narasi.
c. Selama 10 menit guru meminta siswa membaca teks dialog dan
meminta beberapa siswa yang belum tampil pada pertemuan
sebelumnya untuk membacakannya di depan kelas secara berpasangan.
d. Selama 50 menit siswa menulis karangan narasi dengan cara
memperbaiki karangan narasi sebelumnya dan disesuaikan dengan teks
dialog yang sudah dibacakan.
e. Selama 10 menit terakhir guru mengevaluasi pemahaman siswa
dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan
pembelajaran.
4. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Pada awal pembelajaran guru terlebih dahulu memeriksa kehadiran siswa
dan mengkondisiskan siswa untuk siap memulai pembelajaran. Guru juga
memberikan motivasi kepada siswa. Motivasi yang diberikan kepada siswa adalah
dengan memberikan berbagai pujian sebagai pengakuan terhadap segala sesuatu
yang dilakukan siswa. Selanjutnya guru melakukan apersepsi mengenai materi
yang telah mereka dapatkan pada pertemuan sebelumnya.
74
75
75
76
memantau aktivitas siswa dengan cara berkeliling. Sebagian siswa ada yang tidak
mencantumkan judul karangannya sehingga guru harus mengingatkan siswa.
Pada akhir pembelajaran, guru membagikan jurnal siswa untuk diisi oleh
siswa sebagai respon terhadap pembelajaran yang sudah dilakukan. Guru juga
tidak lupa untuk mengulas kembali materi yang sudah dipelajari dan memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
5. Evaluasi Hasil Pembelajaran dan Analisis Karangan
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh mitra peneliti terhadap aktivitas
guru dan siswa, diperoleh data bahwa pada pembelajaran siklus 2 ini siswa sudah
aktif dalam pembelajaran, baik dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan
guru, siswa juga serius dalam mengerjakan tugas dan lebih memperhatikan
penjelasan yang diberikan oleh guru.
Adapun gambaran proses belajar mengajar dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.9
Persentase Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus 2
No.
Persentase
1.
95%
2.
100%
3.
85%
4.
65%
5.
100%
6.
100%
76
77
2. Guru sudah baik dalam memotivasi siswa sehingga siswa mulai aktif
dalam pembelajaran.
Nomor Subjek: 24
Analisis
Pilihan kata yang digunakan di atas tidak mengalami kemajuan, karena
karangan yang ditulis diatas sama persis dengan karangan sebelumnya di
siklus pertama. Ejaan dalam karangan ini pun sudah mengalami banyak
kemajuan, hal ini dapat dilihat dari penulisan tanda baca dan huruf kapital
yang semakin baik digunakan dalam karangan ini.
Isi karangan masih sama dengan karangan sebelumnya, namun sudah
cukup berkembang dalam penyampaiannya. Judul karangan yang digunakan
masih sama, namun penulisannya yang belum benar sudah terlihat lebih baik.
Pengaluran dalam karangan ini tetap sama (awal, tengah dan akhir
cerita disusun secara logis dan sangat baik) karena cerita dan jalan ceritanya
tidak ada yang diubah sama sekali. Hal ini terjadi mungkin karena siswa sudah
yakin dan merasa benar dengan karangan yang dibuatnya.
Tokoh dan latar yang ditampilkan pun sudah cukup jelas dan relevan
dengan isi teks percakapan. Secara lebih rinci, penilaian karangan narasi di
atas akan dijabarkan dalam tabel di bawah ini.
77
78
Tabel 4.10
Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 24
Skor Kualifikasi
Komponen yang
Dinilai
SB
Diksi
Bobot
Skor
Siswa
Ejaan
Judul
Tokoh
Latar
Alur
8
27
Jumlah
27
Nilai =
x 100 = 96,42
28
Nomor Subjek: 19
Analisis
Karangan di atas tidak mengalami kemajuan yang berarti dengan karangan
sebelumnya, artinya dalam karangan pada subjek 19 ini masih terdapat banyak
kesalahan ejaan. Kesalahan tanda baca, penyingkatan yang tidak sesuai, dan
penulisan huruf kapital di berbagai kata banyak dimunculkan dalam karangan di
atas. Namun, kesalahan dalam penyingkatan yang tidak sesuai tidak terlalu
banyak seperti pada karangan sebelumnya. Pemilihaan kata yang digunakan
terlihat lebih baik lagi dalam penggunaannya.
Pengembangan isi karangan yang digunakan menjadi lebih baik lagi.
Karangan yang disampaikan sudah cukup mewakili dan relevan dengan tema dan
isi teks. Isi karangan sudah sesuai dengan teks percakapan. Judul yang digunakan
78
79
dalam karangan ini terlihat lebih umum dari judul pada karangan sebelumnya.
Namun, judul yang digunakan tetap baik dan sesuai dengan pengembangan isi
karangan yang ditulis. Alur yang digunakan pun masih tetap baik.
Penokohan tampak baik, karena seluruh tokoh yang disebutkan berkurang
dari isi teks percakapan yang menjadi acuannya. Latar atau setting dalam
karangan di atas sudah cukup jelas dan disebutkan dengan rinci. Secara lebih
rinci, penilaian karangan narasi akan dijabarkan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.11
Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 19
Skor Kualifikasi
Komponen yang Dinilai
SB
Diksi
Ejaan
Judul
Bobot
Skor
Siswa
Tokoh
Latar
Alur
6
22
Jumlah
22
Nilai =
x 100 = 78,57
28
Nomor Subjek: 3
Analisis
Karangan ini mengalami banyak kemajuan dibandingkan karangan
sebelumnya di siklus pertama. Ejaan dalam karangan ini sudah lebih baik. Dalam
penulisan tanda baca, penggunaan huruf kapital yang tidak sesuai, dan
79
80
SB
Bobot
Skor
Siswa
Diksi
Ejaan
Judul
Tokoh
Latar
Alur
25
Jumlah
25
Nilai =
x 100 = 89,28
28
80
81
Tabel 4.13
Rekapitulasi Nilai Karya Siswa Siklus 2
SISWA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Diksi
C
C
B
C
B
B
B
C
C
C
SB
B
C
K
C
B
B
B
B
B
C
C
B
SB
B
KOMPONEN PENILAIAN
Ejaan Judul
Tokoh
Latar
SB
SB
SB
C
SB
SB
SB
C
B
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
B
C
SB
SB
SB
SB
B
SB
SB
C
SB
SB
SB
SB
C
SB
SB
SB
SB
SB
B
SB
C
SB
SB
SB
C
SB
B
SB
C
SB
B
SB
C
SB
C
SB
SB
SB
SB
SB
C
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
C
SB
B
B
SB
SB
C
SB
B
SB
SB
SB
B
SB
SB
SB
B
SB
C
SB
SB
SB
SB
SB
B
SB
SB
SB
C
SB
SB
SB
Nilai rata-rata
Alur
C
C
B
B
SB
SB
B
B
C
B
SB
B
B
C
C
C
SB
B
C
B
B
C
SB
B
B
Skor
Nilai
20
20
25
24
22
26
23
22
22
21
26
22
21
19
20
23
27
22
21
24
23
19
27
25
23
22,68
71,42
71,42
89,28
85,71
78,57
92,85
82,14
78,57
78,57
75
92,85
78,57
75
67,85
71,42
82,14
96,42
78,57
75
85,71
82,14
67,85
96,42
89,28
82,14
80,99
6. Refleksi
Dari hasil identifikasi data yang diperoleh dari observer, catatan lapangan
dan jurnal siswa selama pembelajaran siklus 2. Peneliti kembalai melakukan
refleksi terhadap pembelajaran siklus 2.
81
82
Diperoleh data dari hasil observasi bahwa guru sudah jelas dalam
menyampaikan materi kepada siswa, kecermatan pengelolaan waktu sudah cukup
baik, dan guru sudah baik dalam mengkondisikan dan memberikan motivasi
kepada siswa.
Berdasarkan hasil catatan lapangan, penulis mencatat bahwa pembelajaran
siklus 2 sudah mengalami peningkatan yang lumayan signifikan, hal ini dapat
dibuktikan dengan meningkatnya keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab
pertanyaan. Tidak ada lagi siswa yang mengeluh kurangnya waktu untuk menulis
karangan narasi. Siswa yang melakukan kegiatan di luar kegiatan belajar mengajar
sudah mulai berkurang, hal ini karena guru lebih memperhatikan kegiatan belajar
mengajar mereka.
Berdasarkan hasil observasi dan catatan lapangan, dapat disimpulkan
bahwa pembelajarn pada siklus 2 mengalami banyak peningkatan.
Jurnal siswa yang diberikan kepada siswa sebagai bahan pemerhati respon
pembelajaran pada siklus 2, umumnya respon positif lebih banyak daripada
respon negatif atau tidak berkomentar. Hal ini dapat dilihat dari angka persentase
berikut ini.
Tabel 4.14
Persentase Komentar Siswa Siklus 2
Respon
Frekuensi
Persentase
Positif
23
90%
Negatif
5%
Tidak berkomentar
5%
Jumlah
25
100%
82
83
Skor
Nilai
Skor tertinggi
27
96,42
Skor sedang
22
78,57
Skor terendah
19
67,85
22,68
80,99
Rata-rata
Dari tabel di atas diperoleh data bahwa nilai tertinggi kemampuan siswa
siklus 2 adalah 96,42, terendah 67,85, dan rata-rata nilai adalah 80,99. Berikut
jumlah siswa yang memperoleh skor berdasarkan skala lima.
Tabel 4.16
Perolehan Skor Siswa Berdasarkan Skala Lima pada Siklus 2
Interval
Kriteria Penilaian
Jumlah Siswa
85 100
Baik sekali
75 84
Baik
13
60 74
Cukup
40 59
Kurang
0 39
Kurang sekali
Tingkat Penguasaan
83
84
Dari tabel di atas diperoleh data nilai siswa yang memenuhi kriteria baik
sekali sebanyak 7 orang, kriteria baik 13 orang, dan kriteria cukup 5 orang. Dari
satu siswa yang memperoleh nilai kurang di siklus 1, ia tidak lagi memperoleh
nilai kurang dari 60.
E. Analisis Hasil Penelitian
1.
84
85
Tabel 4.17
Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi
Nilai Tiap Siklus
Siswa
60,71
71,42
71,42
71,42
57,14
89,28
78,57
85,71
75
78,57
85,71
92,85
75
82,14
67,85
78,57
71,42
78,57
10
75
75
11
85,71
92,85
12
75
78,57
13
71,42
75
14
64,85
67,85
15
64,85
71,42
16
78,57
82,14
17
89,28
96,42
18
71,42
78,57
19
71,42
75
20
85,71
85,71
21
78,57
82,14
22
71,42
67,85
23
89,28
96,42
24
85,71
89,28
25
75
82,14
Nilai Rata-rata
75,18
80,99
85
86
Kategori Nilai
13
Dari data di atas diperoleh data tingkat penguasaan tertinggi, terendah, dan
rata-rata. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.19
Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi Setiap Siklus
Perolehan Nilai Setiap Siklus
Tingkat Penguasaan
89,28
96,42
57,14
67,85
75,18
80,99
86
87
96,42. Tingkat kemampuan terendah siswa siklus pertama memperoleh skor 57,14
dan siklus kedua memperoleh nilai 67,85. Tingkat kemampuan rata-rata nilai
siswa siklus pertama adalah 75,18 dan rata-rata nilai siswa siklus kedua adalah
80,99.
F. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembelajaran menulis di sekolah yang menjadi subjek penelitian ini
dilakukan dengan perencanaan dan pelaksanaan yang matang. Guru mempunyai
peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Guru tidak hanya
tepat dalam menggunakan teknik pembelajaran, tetapi juga mampu menggunakan
media yang mendukung kegiatan belajar. Karena dengan menggunakan media/alat
peraga, minat dan perhatian siswa pula dapat ditingkatkan.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa pembelajaran menulis
dengan
menggunakan
media
teks
wacana
dialog
dapat
meningkatkan
87
88
sebanyak 5 orang, nilai baik (B) sebanyak 13 orang, dan nilai baik sekali (A)
terdapat 7 orang.
Peningkatan tersebut dapat terjadi karena kendala yang terjadi pada setiap
siklus dapat diatasi pada siklus-siklus berikutnya. Misalnya pada siklus ke-1 siswa
tampak kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Kendala tersebut tidak
terjadi lagi pada siklus ke-2 karena adanya perbaikan. Selain itu, adanya
peningkatan skor dan nilai terjadi karena pada setiap siklus hasil karya siswa
hanya tinggal direvisi beberapa kesalahan saja. Kesalahan yang umum dilakukan
oleh siswa mengenai aspek menulis terdapat dalam hal ejaan, pilihan kata,
penataan paragraf dan isi karangan. Dalam hal ejaan kesalahannya dalam dijumpai
dalam penulisan huruf, penggunaan tanda baca, penulisan kata dan sebagainya.
Dalam hal pilihan kata, kesalahan yang dilakukan pada umumnya terdapat pada
ketidaktepatan pemilihan kata yang sesuai dengan konteks kalimat. Sedangkan
kesalahan dalam hal penataan paragraf dan isi karangan terdapat pada penyusunan
paragraf yang tidak sesuai dengan kesatuan isi maupun bentuk dan
ketidakpahaman siswa mengenai organisasi karangan. Kesalahan-kesalahan
tersebut dapat diatasi pada setiap siklusnya dengan memberikan pengarahan yang
tepat kepada siswa.
Siswa yang mengalami peningkatan tertinggi pada setiap pembelajaran
bukan berarti adalah siswa yang memiliki nilai tertinggi. Begitu pun bagi siswa
yang mengalami peningkatan terendah dalam setiap pembelajaran bukan berarti
siswa yang memiliki nilai terendah.
88
89
Kedua
segi
ini
sangat
berhubungan
erat
dalam
proses
pengajarannya.
Temuan mengenai proses pelaksanaan proses belajar mengajar menulis
dengan menggunakan media teks wacana dialog adalah keterlibatan siswa dalam
mengikuti pelajaran ditentukan oleh motivasi yang diberikan oleh guru. Dalam hal
ini guru mempunyai peran yang sangat menentukan tercapainya suatu proses
pembelajaran. Keberhasilan proses belajar mengajar dan pencapaian hasil belajar
siswa sebagian besar ditentukan oleh peran dan kompetensi guru. Hal ini dapat
diartikan bahwa guru sebagai tenaga pengajar yang telah memiliki kemampuan
tertentu harus mampu berperan sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator,
dan sebagai fasilitator. Siswa pun akan antusias dalam belajar apabila ada hal-hal
baru yang disajikan oleh guru, baik berupa teknik pembelajaran yang menarik dan
baru maupun media yang berbeda dengan media-media sebelumnya. Tentunya
media tersebut harus menunjang kegiatan belajar. Hal tersebut senada dengan
Munadi yang berpendapat bahwa penggunaan media atau alat bantu disadari oleh
banyak praktisi pendidikan sangat membantu aktivitas proses pembelajaran baik
di dalam maupun di luar kelas, terutama membantu peningkatan prestasi belajar
siswa.1
1
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru (Jakarta: Gaung Persada Press,
2008), h. 2.
89
90
90
91
91
92
92
93
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil pembahasan yang telah
dipaparkan pada bab sebelumnya yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan,
dan
hasil
pembelajaran menulis
karangan
narasi
dengan
menjadi
objek
penelitian.
Kemudian
menyusun
perencanaan
dengan
93
94
yang terkandung di dalam teks dialog. Kemudian, siswa dan guru membahas
isi cerita yang terkandung dalam teks dialog dengan metode tanya jawab.
Lalu siswa menulis karangan narasi dengan acuan teks dialog yang sudah
dibaca.
3.
mengalami
peningkatan.
Hal
ini
dapat
dibuktikan
dengan
meningkatnya nilai yang diperoleh siswa dari setiap siklus. Pada siklus
pertama, siswa yang mendapatkan nilai kurang (D) terdapat 1 orang, nilai
cukup (C) mencapai 9 orang, nilai baik (B) sebanyak 9 orang, dan baik sekali
(A) mencapai 6. Siklus kedua, siswa yang mendapat nilai kurang (D) sudah
tidak ada, ini berarti mengalami peningkatan kemampuan menulis, sedangkan
nilai cukup (C) mencapai 5 orang, nilai baik (B) sebanyak 13 orang, dan nilai
baik sekali (A) sebanyak 7 orang. Adapun nilai rata-rata setiap siklus yaitu
siklus pertama 75,18 dan kedua 80,99.
Adapun kendala yang dihadapi pada kegiatan pembelajaran
menulis karangan narasi, yaitu dalam kesehariannya siswa jarang sekali
menulis atau mengarang, sehingga para siswa sedikit kesulitan dalam
mengembangkan karangan narasi yang ditugaskan. Waktu yang kurang dalam
pembelajaran setiap siklus membuat guru harus benar-benar kreatif dalam
mengefektifkan waktu.
B. Saran
Setelah menganalisis hasil penelitian, peneliti ingin menyampaikan saran
sebagai berikut.
94
95
1. Siswa akan merasa jenuh jika pembelajaran dilakukan hanya pada satu
keterampilan saja. Misalnya keterampilan menyimak atau menulis.
Maka penting bagi guru untuk lebih mengintergasikan model
pembelajaran yang mencakup empat keterampilan berbahasa, yaitu
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis sehingga dalam
mengikuti pembelajaran siswa akan lebih aktif dan kreatif.
2. Saat pembelajaran dimulai, minat siswa tidak sama. Oleh karena itu,
disarankan kepada guru untuk memberikan motivasi kepada siswa
sebelum pembelajaran berlangsung.
3. Minat siswa terhadap keterampilan menulis pada umumnya kurang
karena mereka terbiasa menjadi penyimak. Selain itu, menulis
merupakan keterampian yang sangat komplek. Oleh karena itu,
disarankan agar pada pembelajaran keterampilan menulis guru lebih
banyak memberikan praktik menulis kepada siswa daripada teori.
4. Penggunaan media teks wacana dialog cukup afektif untuk digunakan
dalam pembelajaran menulis karangan narasi. Oleh karena itu, peneliti
menyarankan untuk menggunakan media ini dalam pembelajaran
menulis lainnya.
95
96
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Gani, Ramlan dan Fitriyah, Mahmudah. Disiplin Berbahasa Indonesia. Jakarta:
FITK Press. 2010
Arikunto, Suharsimi. dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi aksara. 2007
AR, Syamsudin. Studi Wacana. Bandung: Mimbar Pendidikan Bahasa dan Seni FPBS
IKIP Bandung. 1992
Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2007
Ghony, M. Djunaidi. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UIN-Malang Press. 2008
Hall, Donald. Writing Well. Boston: Little Brown. 1976
Hamalik, Oemar. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti. 1994
Hernowo. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang
Munculnya Potensi Menulis. Bandung: MLC. 2003
Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama. 2010
Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
2008
Kusnadi, E dan Mahsusi. Mahir Berbahasa Indonesia: Materi Pengayaan Bahasa
Indonesia. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2006
Kusumah, Wijaya dan Dwitagama, Dedi. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT Indeks. 2011
Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Tahun Pelajaran 2009-2010. Jakarta: Tidak diterbitkan. 2009
Mahsusi. Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK UIN Jakarta. 2004
Masiello, Lea. Writing in Action: A Collaborative Rhetoric for College Writers. New
York: Mac Millan. 1986
Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan baru. Jakarta: Gaung
Persada Press. 2008
96
97
97
98
22
98
Juni
2011
pukul
11.02
dari
Lampiran 18
BIODATA PENELITI
Hilda Nurul Mawaddah dilahirkan di Jakarta pada
tanggal 18 September 1989. Peneliti merupakan putri sulung dari
dua bersaudara, buah pernikahan bapak Drs. H. Basthomi Hasan,
M.A. (Alm) dan ibu Dra. Hj. Sohihah.
Peneliti menempuh pendidikan pertama di Taman
Kanak-kanak Nurul Falah Jakarta, tamat pada tahun 1994.
Kemudian ia menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDIT
Nurul Falah Jakarta, pindah pada kelas 3 SD tahun 1997 ke SDN
Rorotan 05 Pagi Jakarta, dan tamat tahun 2001. Selanjutnya
peneliti menjajaki Sekolah Lanjutan Tingkat Pertamanya di
Pondok Pesantren Madrasah Tsanawiyah Husnul Khotimah
Kuningan Jawa Barat, tamat tahun 2004 dan meneruskan
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA Sekar Kemuning Islamic Boarding School Cirebon
Jawa Barat, tamat tahun 2007. Kemudian peneliti tercatat sebagai mahasiswi Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun 2007 dan tamat pada tahun 2011.
Motto hidup peneliti adalah Luruskan niat, dan lakukan yang terbaik. Sepanjang
penjalanan hidupnya, ia pernah dipercaya sebagai Motivator Arabic Language SMA. Sekar
Kemuning Islamic Boarding School Cirebon, periode 2004-2007. Pada tahun yang sama, ia
menjadi Koor. Sie. Bidang Apresiasi dan Kreasi Seni Siswa OSIS, dipercaya sebagai
penanggung jawab mading, sekaligus dipilih sebagai sutradara Teater Dot Id SMA. Sekar
Kemuning Islamic Boarding School Cirebon, periode 2006-2007. Pada tahun 2007 peneliti
mulai duduk dalam dunia kampus dan ia merupakan salah satu anggota Ikatan Remaja Masjid
Fathullah. Selanjutnya, ia diamanahkan untuk menjadi divisi pengkaderan Paduan Suara
FITK (PST) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, periode 2007-2009. Peneliti juga mencoba
pengalaman baru dengan menjadi anggota UKM Paduan Suara Mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, tahun 2009 dan dipercaya menjadi asisten conductor lagu Babendibendi pada recital Averrose UKM PSM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti mendapat
kepercayaan pula dalam Badan Eksekutif Mahasiswa FITK, yaitu dengan untuk aktif dalam
Departemen Kemahasiswaan periode 2010-2011 dan Departemen LSO. Bahasa periode 20102011. Ia pernah menjadi sekretaris Dewan Pimpinan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Partai Reformasi Mahasiswa pada Pemilihan Rakyat kampus di tahun 2010. Tak
hanya itu, selain aktif dalam organisasi intra kampus, peneliti pun aktif dalam organisasi
ekstra kampus yaitu dengan menjadi kader Himpunan Mahasiswa Islam pada tahun 2008
sampai dengan saat ini.