Anda di halaman 1dari 107

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI

DENGAN MEDIA TEKS WACANA DIALOG:


Penelitian Tindakan
Pada Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta
Tahun Pelajaran 2011-2012
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
(S.Pd.)

Oleh
Hilda Nurul Mawaddah
NIM: 107013000687
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432H./2011M.

ABSTRAK
HILDA NURUL MAWADDAH (107013000687). Peningkatan
Keterampilan Menulis Narasi dengan Media Teks Wacana Dialog: Penelitian
Tindakan pada Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta
Tahun Pelajaran 2011-2012. Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2011.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII-2 Madrasah Tsanawiyah Negeri
38 Jakarta. Materi yang disampaikan yaitu mengenai keterampilan menulis
karangan narasi dengan penggunaan media teks wacana dialog. Penelitian ini
dimulai dari tanggal 15 Juli 2011 sampai dengan 21 dan 22 Juli 2011. Instrumen
yang digunakan adalah tes berupa observasi guru, observasi siswa, jurnal siswa,
catatan lapangan, dan lembar tes kemampuan (wadah siswa untuk menulis
karangan narasi).
Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang memerlukan latihan
agar dapat dikuasai dengan baik. Banyak hal yang harus diperhatikan dalam
mempelajari keterampilan menulis, antara lain seperti pilihan kata, ejaan,
keterkaitan, gaya bahasa, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pembelajaran menulis
harus mendapatkan perhatian lebih, agar keterampilan menulis yang dianggap
rumit ini dapat dikuasai dengan mudah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan kelas, yaitu suatu penelitian yang dilakukan sebagai upaya untuk
mengatasi permasalahan yang hadir di dalam kelas. Metode yang dilakukan
peneliti terdiri dari empat tahap, antara lain: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,
dan refleksi. Keempat tahap tersebut merupakan kesatuan siklus yang akan
berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah yang sama, yang
kemudian difokuskan pada pembelajaran menulis karangan narasi sebagai aplikasi
dari keterampilan menulis, tentunya dengan menggunakan media teks wacana
dialog.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis
karangan narasi mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Peningkatan
tersebut dapat dilihat dari nilai karangan siswa mulai dari siklus ke-1 sampai ke-2.
Adapun nilai rata-rata siklus ke-1 adalah 75,18, dan siklus ke-2 mengalami
peningkatan dari siklus sebelumnya 80,99.
Berdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada
umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi karangan,
pengembangan penokohan, dan pengembangan latar atau setting. Namun dengan
pembelajaran menggunakan media teks wacana dialog, kekurangan dan kesalahan
siswa tersebut dapat dikurangi, serta mampu membuat siswa menjadi lebih mudah
dalam mengembangkan karangan narasi.
Kata kunci: Keterampilan menulis, karangan, narasi, dan wacana dialog.

KATA PENGANTAR
Segala puji milik Allah Swt yang telah mengajarkan manusia dengan
qolam, yang mengajarkan manusia segala sesuatu yang belum diketahuinya.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw yang
dijadikan sebagai teladan terbaik bagi segenap manusia, juga kepada segenap
keluarga dan sahabatnya yang selalu menjaga kemurnian sunnah-nya.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian
sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini
belumlah sempurna, karena dalam proses penulisannya, peneliti tidak luput dari
berbagai hambatan dan rintangan. Tanpa bantuan dan peran serta berbagai pihak,
karya ini tidak mungkin terwujud. Apresiasi dan terima kasih yang setinggitingginya peneliti sampaikan kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam
penulisan skripsi ini. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih tersebut peneliti
sampaikan kepada:
1. Ibu Nurlena Rifai, MA,Ph.D., selaku Dekan FITK UIN Jakarta;
2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., selaku Ketua Jurusan PBSI;
3. Bapak Drs. Ramlan Abdul Gani, M.A., selaku dosen pembimbing yang
sangat

berpengaruh

dalam

penyelesaian

skripsi

ini,

serta

telah

mengenalkan kecintaan peneliti pada dunia kebahasaan. (Terima kasih


untuk arahan, bimbingan, dan semangatmu untukku bapak);
4. Seluruh dosen Jurusan PBSI yang tak hentinya memberikan asupan ilmu;
5. Ibunda tersayang Dra. Hj. Sohihah, yang kasih sayangnya tak terbatas
kepada peneliti, semoga Allah selalu menyayanginya sebagaimana ia
selalu menyayangi peneliti sejak dalam kandungan. Ayahanda terkasih
Drs. H. Basthomi Hasan, M.A., sebagai sumber kekuatan dalam
kelemahan yang selalu berusaha hadir tanpanya, semoga ia selalu dalam
lindungan Allah di surga-Nya;
6. Ammi Drs. H. Bisri Soleh M.A., sebagai paman dan orang tua kedua bagi
peneliti yang selalu mendukung segala kebaikan bagi kemenakannya;

ii

7. Adik tercinta, Himmah Rahmawati, tempat berkeluh kesah dan sumber


inspirasi, serta semangat, bagian kehidupan yang tak tergantikan;
8. Bapak Drs. Djahidin, selaku Kepala Sekolah MTs Negeri 38 Jakarta, dan
bapak Sopian Hariri, S.Ag., selaku guru mata pelajaran bahasa dan sastra
Indonesia yang telah memberi izin dan menjadi mitra peneliti terbaik
selama penelitian. Serta seluruh sivitas akademia MTs Negeri 38 Jakarta;
9. Kostan The Green Terrace (Mila, Dewi, Salmah, Kamel, Echi, Ochi, Kak
Fuah, Kak Silvi), tempat berbagi segala hal dalam kebaikan, terima kasih
untuk semangat yang selalu kalian hadirkan. Terkhusus Uyun KA yang
setia menemani sebagai saudara dan room mate peneliti selama tiga tahun
dan Fitri D sebagai teman berbagi segala hal yang baik dalam kehidupan;
10. Faisal Hadi, Amd., seseorang yang selalu ada di sisi peneliti dalam suka
dan duka, memberikan nasihat, serta kasih sayang dan doa yang tiada
henti;
11. Kawan-kawan mahasiswa Jurusan PBSI angkatan 2007, yang berjuang
bersama dan saling menguatkan selama 4 tahun dalam perkuliahan;
12. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam, yang telah memberikan
asupan semangat, terutama Distrik PBSI yang menjadi keluarga kecil bagi
peneliti (Didah Nurhamidah, Istika Putri, Johan A Lesmana, Lutfi SF);
13. Kawan-kawan Paduan Suara Mahasiswa FITK (PST) dan UKM-PSM
yang selalu memberikan inspirasi yang indah melalui nada-nada yang
dinyanyikan;
14. Untuk berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga bantuan, dukungan, dan partisipasi yang diberikan kepada peneliti
senantiasa menjadi amal baik yang kelak dianugerahkan Allah dengan balasan
yang lebih baik.
Akhirnya peneliti pun berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi
kemajuan pendidikan dan pembelajaran bahasa, khususnya pembelajaran bahasa
dan sastra Indonesia.
Jakarta, 23 November 2011
Peneliti,
iii

DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ........... ii
DAFTAR ISI .... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN .. vii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......1
B. Identifikasi Masalah ....6
C. Pembatasan Masalah ....6
D. Perumusan Masalah .7
E. Tujuan Penulisan .............................................................7
F. Manfaat Penelitian ...8
G. Tinjauan Pustaka ..9

BAB II

LANDASAN TEORETIS
A. Konsep Dasar Keterampilan Menulis ... 12
B. Karangan.... 18
C. Menulis Karangan Narasi ..................................................... ... 20
D. Konsep Dasar Media Pembelajaran ...... 27
E. Pembelajaran

Menulis

dalam

Kurikulum

Tingkat

Satuan

Pendidikan 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian ...... 35
B. Metode Penelitian ..... 35
C. Prosedur Penelitian ... 40
D. Instrumen Penelitian . 42
E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian................................... 47
F.

Prosedur Pengelolaan Data .......................................................... 48

G. Kriteria Penilaian Menulis Karangan Narasi ... 50


iv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Pendeskripsian Hasil Analisis Kebutuhan dan Hambatan Belajar
Secara Umum ... 55
B. Perumusan Tujuan Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan
Menggunakan Media Teks Wacana Dialog pada Siswa Kelas VII
Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta ................................. 56
C. Tahap Kegiatan Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Siklus 1
................................................................................................... 57
D. Tahap Kegiatan Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Siklus . 72
E. Analisis Hasil Penelitian ... 84
F. Pembahasan Hasil Penelitian .... 87
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan ....... 93
B. Saran ......... 94

DAFTAR PUSTAKA . 96
LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru .....................................................43


Tabel 3.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ....................................................45
Tabel 3.3 Jurnal Siswa .......................................................................................46
Tabel 3.4 Penilaian PAP Skala Lima .................................................................49
Tabel 3.5 Penilaian Karangan Narasi .................................................................51
Tabel 4.1 Persentase Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus 1 ...................62
Tabel 4.2 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 24 ... 65
Tabel 4.3 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 19 ... 66
Tabel 4.4 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 3 . 67
Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Karya Siswa Siklus 1 ...........................................68
Tabel 4.6 Persentase Komentar Siswa Siklus 1 .................................................70
Tabel 4.7 Perolehan Skor Siswa Siklus 1 ...........................................................71
Tabel 4.8 Perolehan Skor Siswa Berdasarkan Skala Lima pada Siklus 1 ..........71
Tabel 4.9 Persentase Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus 2 ...................76
Tabel 4.10 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 24 ..... 78
Tabel 4.11 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 19 . 79
Tabel 4.12 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 3 ... 80
Tabel 4.13 Rekapitulasi Nilai Karya Siswa Siklus 2 ......................................... 81
Tabel 4.14 Persentase Komentar Siswa Siklus 2 ...............................................82
Tabel 4.15 Perolehan Skor Siswa Siklus 2 .........................................................83
Tabel 4.16 Perolehan Skor Siswa Berdasarkan Skala Lima pada siklus 2 ........83
Tabel 4.17 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi ........85
Tabel 4.18 Perolehan Nilai Siswa dalam Skala Lima ........................................86
Tabel 4.19 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi Setiap
Siklus ..................................................................................................................86

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian


Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 3 Silabus
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran 5 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Lampiran 6 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus 1
Lampiran 7 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1
Lampiran 8 Jurnal Siswa Siklus 1
Lampiran 9 Lembar Tes Kemampuan Siswa Siklus 1
Lampiran 10 Dokumentasi Proses Pembelajaran Siklus 1
Lampiran 11 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus 2
Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus 2
Lampiran 13 Jurnal Siswa siklus 2
Lampiran 14 Lembar Tes Kemampuan Siswa Siklus 2
Lampiran 15 Dokumentasi Proses Pembelajaran Siklus 2
Lampiran 16 Profil Sekolah
Lampiran 17 Lembar Uji Referensi
Lampiran 18 Biodata Peneliti

vii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana
belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara.1
Proses pendidikan yang diselenggarakan secara formal di sekolah dimulai
dari pendidikan formal yang paling dasar sampai perguruan tinggi tidak lepas dari
kegiatan belajar yang merupakan salah satu kegiatan pokok, dengan guru sebagai
pemegang peranan utama. Pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran telah
dilakukan seusia manusia itu sendiri sebagai pelaku pendidikan.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus ditunjang oleh
kemampuan pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu terapan maupun
ilmu pengetahuan dasar secara seimbang. Salah satu usaha untuk meningkatkan
penguasaan pengetahuan dasar adalah dengan meningkatkan keterampilan
berbahasa. Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia yaitu dari aspek
kemampuan berbahasa yang meliputi aspek mendengarkan/menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis.

1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, diakses
pada 2 Mei 2011 pukul 14:07 dari http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf

Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional atau bahasa negara. Standar


kompetensi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia berorientasi pada hakikat
pembelajaran bahasa, bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan
belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya.2
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik lisan
maupun tulis, serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia.
Secara umum tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: (1)
Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik
secara lisan maupun tulis, (2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, (3) Memahami bahasa
Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif, untuk berbagai tujuan,
(4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
serta kematangan emosional dan sosial, (5) Menikmati dan memanfaatkan karya
sastra

untuk

memperluas

wawasan,

memperhalus

budi

pekerti,

serta

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, (6) Menghargai dan


membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual
manusia Indonesia.3
Melalui pembelajaran bahasa Indonesia siswa diharapkan memiliki
kemampuan untuk menangkap makna dari sebuah pesan atau informasi yang
disampaikan, serta memiliki kemampuan untuk menalar dan mengemukakan
2

Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia,
diakses
pada
16
Juni
2011
pukul
10.35
dari
http://www.puskur.net/download/kbk/smp/BahasaSastraIndonesia.pdf
3
Badan Standar Nasional Pendidikan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs,
diakses pada 16 Juni 2011 pukul 11:24 dari http://masdwijanto.files.wordpress.com/2011/03/buku-standar-isismp.pdf

kembali pesan atau informasi yang diterimanya. Siswa juga diharapkan memiliki
kemampuan untuk mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan
perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik. Kompetensi tersebut dapat
dicapai melalui proses pemahiran yang dilatih dan dialami dalam kegiatan
pembelajaran.
Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan
pengungkapan pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan tersebut adalah
keterampilan menulis. Menulis sebagai keterampilan berbahasa yang bersifat
produktif-aktif merupakan salah satu kompetensi dasar berbahasa yang harus
dimiliki siswa agar terampil berkomunikasi secara tertulis. Siswa akan terampil
mengorganisasikan gagasan dengan runtut, menggunakan kosakata yang tepat dan
sesuai, memperhatikan ejaan dan tanda baca yang benar, serta menggunakan
ragam kalimat yang variatif dalam menulis jika memiliki kompetensi dalam
menulis karangan dengan baik.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam
kegiatan menulis, seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi,
struktur bahasa, dan kosakata.4 Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat,
merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi
pembaca. Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh
para pembelajar yang dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran dan
mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif.

Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa,

2008), h. 3.

Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan kata,
serta struktur kalimat.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan di kelas, ditemukan bahwa
menulis sering menjadi suatu hal yang kurang diminati dan kurang mendapat
respon yang baik dari siswa. Siswa tampak mengalami kesulitan ketika harus
menulis. Siswa tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran menulis
dimulai. Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk
memulai atau mengawali paragraf. Siswa kerap menghadapi sindrom kertas
kosong (blank page syndrome) tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka takut
salah, takut berbeda dengan apa yang diinstruksikan gurunya.
Keterampilan menulis terkadang hanya diajarkan pada saat pembelajaran
menulis di kelas, pahadal pembelajaran keterampilan menulis dapat dipadukan
atau diintegrasikan dalam setiap proses pembelajaran keterampilan yang lainnya
di kelas. Pengintegrasian ini dapat bersifat internal maupun eksternal.
Pengintegrasian internal berarti pembelajaran menulis diintegrasikan dengan
pembelajaran

keterampilan

berbahasa

yang

lain.

Menulis

dapat

pula

diintegrasikan secara eksternal dengan mata pelajaran lain di luar mata pelajaran
bahasa Indonesia.
Menulis merupakan suatu keterampilan, dan keterampilan itu hanya akan
berkembang jika dilatihkan secara terus-menerus atau lebih sering. Memberikan
kesempatan lebih banyak bagi siswa untuk berlatih menulis dalam berbagai tujuan
merupakan sebuah cara yang dapat diterapkan agar keterampilan menulis
meningkat dan berkembang secara cepat.

Pembelajaran menulis di sekolah-sekolah hendaknya diselenggarakan


dengan baik dan benar. Guru sebagai komunikator dan fasilitator yang akan
menyampaikan bahan ajar kepada siswa harus terampil dan mempunyai berbagai
cara ampuh untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa dengan memilih
bahan, teknik, metode, dan media yang sesuai dengan karakteristik dan tingkat
kebahasaan siswa. Salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan menulis
siswa adalah dengan menggunakan media yang tepat dan mampu merangsang
siswa untuk menulis. Dengan menggunakan media yang tepat, informasi atau
bahan ajar dapat diterima dan diserap oleh siswa dengan baik. Ini sesuai dengan
salah satu fungsi dari media pengajaran yaitu untuk meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar. Proses belajar-mengajar meningkat dengan baik, hasil belajarmengajar pun akan meningkat.
Dalam penelitian ini, penulis memilih alternatif lain, yaitu penggunaan
media yang ada di lingkungan belajar siswa, berupa teks wacana dialog sebagai
bahan pertimbangan untuk dijadikan sebuah penelitian. Menurut penulis, dengan
menggunakan teks wacana dialog, siswa akan tergugah dan mudah memperoleh
gambaran cerita, serta mampu mengembangkannya ke dalam bentuk karangan
narasi. Adapun karangan narasi yang dipilih untuk dikembangkan oleh para siswa
adalah narasi ekspositoris sebagai narasi yang menyampaikan informasi mengenai
berlangsungnya suatu peristiwa atau kejadian.
Bertolak

dari

pertimbangan-pertimbangan

di

atas,

maka

penulis

merumuskan sebuah penelitian dalam skripsi yang berjudul Peningkatan


Keterampilan Menulis Narasi dengan Media Teks Wacana Dialog: Penelitian

Tindakan pada Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta Tahun
Pelajaran 2011-2012.
Melalui penelitian ini, peneliti mencoba memacu siswa untuk menuangkan
ide, gagasan, pikiran, dan pendapat berdasarkan teks dialog yang akan
dikembangkan siswa ke dalam bentuk karangan narasi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

masalah

yang

dikemukakan,

dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:


1.

Menulis merupakan keterampilan yang paling sulit dikuasai


dibandingkan keterampilan yang lainnya.

2.

Pada umumnya, siswa kurang terampil dalam menulis.

3.

Teknik, metode, dan media pembelajaran menulis di sekolah tidak


bervariasi.

4.

Guru/pendidik kurang terampil dalam menyampaikan pembelajaran,


terutama pembelajaran menulis.

5.

Pembelajaran menulis dengan menggunakan media yang tepat akan


meningkatkan minat siswa dalam belajar.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, untuk memfokuskan penelitian terhadap
objek yang akan diteliti, penulis mencoba membatasi permasalahan hanya pada
kemampuan menulis karangan narasi ekspositoris berdasarkan media teks dialog
berupa teks percakapan. Setelah proses kegiatan belajar mengajar menulis

karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog, siswa


diharapkan mampu mengasah keterampilannya dalam menulis.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah, maka dapat dirumuskan
berbagai masalah dalam penelitian ini, antara lain:
1.

Bagaimana bentuk perencanaan pembelajaran menulis karangan narasi


dengan menggunakan media teks wacana dialog?

2.

Bagaimana bentuk pelaksanaan pembelajaran menulis karangan narasi


dengan menggunakan media teks wacana dialog?

3.

Apa kendala dan hasil yang diperoleh dari pembelajaran menulis


karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog?

E.

Tujuan Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang cara-cara

meningkatkan kemampuan dalam kegiatan berbahasa, khususnya menulis


karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog dalam
pembelajaran. Kemudian, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru,
sekolah, dan peneliti. Sebagai pihak yang diteliti, siswa dapat mengetahui
bagaimana cara memanfaatkan dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan
menulis sebagai bentuk mengungkapkan ide dan gagasan yang keluar dari
pemikiran siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

1.

Memperoleh deskripsi perencanaan pembelajaran menulis karangan


narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog.

2.

Memperoleh deskripsi pelaksanaan pembelajaran menulis karangan


narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog.

3.

Memperoleh deskripsi mengenai kendala dan hasil dari pembelajaran


menulis karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana
dialog.

F. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1.

Siswa dapat memperoleh pengalaman dan wawasan baru dalam


menulis karangan narasi dengan menggunakan teknik dan media yang
tepat.

2.

Guru dapat memilih berbagai alternatif pembelajaran menulis


karangan narasi.

3.

Peneliti dapat memperoleh gambaran hasil pembelajaran menulis


karangan narasi dengan menggunakan wacana dialog.

4.

Lembaga dapat memperoleh bahan masukan pengajaran bahasa dan


sastra Indonesia, khususnya model pembelajaran menulis dengan
menggunakan media teks wacana dialog.

G. Tinjauan Pustaka
Menulis merupakan suatu keterampilan yang diurutkan paling akhir,
namun menulis mendapat perhatian paling utama di antara keterampilanketerampilan berbahasa yang lainnya.
Peneliti melihat skripsi Suharti, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2011 yang berjudul Upaya
Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi dengan Teknik Parafrase Wacana
Dialog pada Siswa Kelas IV SD Negeri III Mungung Kecamatan Karangdowo
Kabupaten Klaten (Penelitian Tindakan Kelas). Penelitian ini dapat dikatakan
mencapai ketuntasan karena peningkatan kemampuan menulis narasi siswa dapat
dilihat dari nilai karangan siswa yang selalu meningkat pada setiap siklusnya. Siklus I
dicapai ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 38%, kemudian pada siklus II 64%, dan
siklus III 89%. Hal ini membuktikan bahwa dengan diterapkannya teknik parafrase
wacana dialog, mampu meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran
dan sekaligus mampu meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa.
Berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, peneliti
berusaha meneliti dengan objek yang tingkatan siswanya lebih tinggi daripada skripsi
Suharti di atas, yaitu siswa pada sekolah menengah pertama. Kemudian, skripsi
Suharti menjelaskan bahwa parafrase wacana dialog merupakan sebuah teknik,
sedangkan penulis memberi pencerahan bahwa teks wacana dialog merupakan sebuah
media pembelajaran berupa teks percakapan, yang kemudian dapat dikembangkan
siswa dalam membuat sebuah karangan narasi.

10

Perbedaan teknik maupun media yang digunakan memungkinkan menambah


pengetahuan baru dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, dalam penelitianpenelitian selanjutnya, diharapkan dapat dilakukan penelitian yang lebih luas lagi.
Kemudian, dalam skripsi Isroyati, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010 yang berjudul
Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Narasi dengan Penggunaan Metode
Field Triep Pada Siswa Kelas IX di SMP Dwiguna Depok. Penelitian ini dapat
meningkatkan pembelajaran menulis narasi, hal ini ditandai dengan nilai hasil tulisan
siswa yang mengalami peningkatan dari segi teknik penulisan, isi gagasan yang
diungkapkan, penggunaan bahasa, pemilihan kata, dan penggunaan ejaan. Dalam
pretest hanya 17 siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar (memperoleh nilai 70
ke atas). Pada potest ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 100% atau sekitar
40 siswa.
Skripsi Siti Zulaikhoh dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Metode
Field Trip untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Narasi pada Siswa
Kelas X-1 SMA Negeri I Ngemplak, hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
Metode field trip dapat meningkatkan pembelajaran menulis. Pada siklus 1 siswa
yang aktif sebesar 60%, sedangkan pada silkus 2 siswa yang aktif meningkat menjadi
70%.

Kedua skripsi di atas menunjukkan peningkatan dalam hasil penelitian


dengan menggunakan metode field trip. Walaupun ada kesamaan dalam menulis
narasi, namun terdapat perbedaan dengan skripsi ini. Peneliti menerapkan
alternatif yang ada acuannya di dalam silabus, yaitu dengan menggunakan media

10

11

teks wacana dialog. Sehingga siswa mampu menulis narasi dengan acuan yang
sama.

11

12

BAB II
LANDASAN TEORETIS

A.

Konsep Dasar Keterampilan Menulis

1. Hakikat Keterampilan
Terdapat
keterampilan

empat

keterampilan

menyimak,

berbicara,

dalam

kegiatan

membaca,

dan

berbahasa,
menulis.

yakni:

Keempat

keterampilan tersebut saling berkaitan. Bila menulis sesuatu, pada dasarnya kita
ingin agar tulisan itu dibaca orang lain. Paling tidak, tulisan tersebut dapat dibaca
pada waktu lain.
Aktivitas tersebut tentu melibatkan keterampilan berbahasa, yakni
keterampilan menulis dan keterampilan membaca. Keterampilan hanya dapat
diperoleh dan dikuasai melalui praktik dan latihan, misalnya kita harus berlatih
dalam menulis. Melalui keterampilan, seseorang dapat mengaplikasikan segala
kegiatan yang bersifat motorik yang kemudian diikuti fungsi mental yang bersifat
kognitif. Hal ini sesuai dengan pendapat Muhibbin yang menyatakan bahwa
keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otototot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti
menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik,
keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran tinggi. 1
Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Reber yang dikutip pula oleh
Muhibbin yang menyatakan bahwa keterampilan adalah kemampuan melakukan
1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 117

12

13

pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai
dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.2
Setiap keterampilan itu erat sekali hubungannya dengan tiga keterampilan
lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan
berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula
pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu
kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum
memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan
suatu kesatuan.3
2. Hakikat Menulis
Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau
informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Menulis biasa
dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil.
Pada awal sejarahnya, menulis dilakukan dengan menggunakan gambar,
contohnya tulisan hieroglif (hieroglyph) pada zaman Mesir Kuno. Kegiatan
menulis berkembang pesat sejak diciptakannya teknik percetakan, yang
menyebabkan seseorang semakin giat menulis karena karya mereka mudah untuk
diterbitkan.
Menulis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah 1) membuat
huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya), 2)

2
3

Ibid
Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa,

2008), h. 1

13

14

melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan


tulisan.4
Menulis adalah representasi bahasa di dalam sebuah teks media melalui
penggunaan satu set tanda-tanda atau simbol (dikenal sebagai sistem penulisan).5
Menulis atau mengarang pada hakikatnya adalah suatu proses yang menggunakan
lambang-lambang (huruf) untuk menyusun, mencatat, dan mengomunikasikan,
serta dapat menampung aspirasi atau makna yang ingin disalurkan kepada orang
lain. Pesan yang ingin disampaikan itu dapat berupa tulisan yang dapat
menghibur, memberi informasi, mempengaruhi, dan menambah pengetahuan.
Hasil kegiatan mengarang seperti ini disebut karangan yang dapat berwujud
sebagai sebuah wacana argumentasi, eksposisi, deskripsi, dan narasi.
Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan
(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. 6
Berdasarkan konsep tersebut, dapat dikatakan bahwa menulis merupakan
komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pikiran atau perasaan dengan
memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata dengan menggunakan
simbol sehingga dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh simbol-simbol
tersebut.
Mengombinasikan dan menganalisis setiap unsur kebahasaan dalam
sebuah karangan merupakan suatu keharusan bagi penulis. Dari sinilah akan
terlihat sejauh mana pengetahuan yang dimiliki penulis dalam menciptakan
4

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),

h. 1219
5

Wikipedia,
Writing,
diakses
pada
22
Juni
2011
pukul
11.02
dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Writing
6
Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis (Jakarta: Universitas Terbuka,
2009), h. 1.3

14

15

sebuah karangan yang efektif. Kosakata dan kalimat yang digunakan dalam
kegiatan menulis harus jelas agar mudah dipahami oleh pembaca. Di samping itu,
jalan pikiran dan perasaan penulis sangat menentukan arah penulisan sebuah
karya tulis atau karangan yang berkualitas. Dengan kata lain, hasil sebuah
karangan yang berkualitas umumnya ditunjang oleh keterampilan kebahasaan
yang dimiliki seorang penulis.
3. Pengertian Keterampilan Menulis
Keterampilan seseorang menggunakan bahasa tulis sebagai alat, baik
wadah maupun media untuk memaparkan isi jiwanya, penghayatan, dan
pengalamannya

secara

teratur

disebut

kemampuan

menulis/mengarang.

Kemampuan menulis sangat penting dimiliki untuk menunjang tugas-tugas


kesehariannya yang terkait dengan kegiatan tulis-menulis.
Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan berkomunikasi dengan
orang lain. Dalam proses berkomunikasi dapat melalui bahasa tulis maupun
bahasa

lisan.

Menulis

merupakan

suatu

keterampilan

berbahasa

yang

dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka
dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan
ekpresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan
grafolegi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan
datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan
teratur.7

Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, h. 3

15

16

Oleh karena itu, keterampilan menulis merupakan suatu kegiatan


komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Aktivitas
menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan,
saluran atau media tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.
Sejalan dengan pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa menulis
merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, yakni
memiliki sebuah produk yang bernama tulisan. Dalam pembelajaran, menulis
merupakan sebuah pembelajaran yang kurang diminati. Menurut Tarigan,
keterampilan menulis walaupun sering berada pada posisi terakhir dalam urutan
keterampilan berbahasa, tetap mendapat posisi paling penting dalam kehidupan
ilmiah seseorang karena sifatnya yang produktif. Seseorang dapat dikatakan
akademisi yang baik jika ia telah teruji kemampuan menulisnya. Oleh karena itu,
dalam situasi pembelajaran, seorang guru hendaknya memiliki kepekaaan dalam
mewujudkan hasil pembelajaran yang efektif dan tepat sasaran. 8
Dalam kegiatan menulis, penulis selalu mencari jalan untuk menghidupkan
ekspresi dari ide-ide yang tertuang dari pikiran penulis itu sendiri. Mencoba
menuangkan kata-kata baru dan memanipulasi kalimat adalah dua hal yang sering
penulis lakukan dalam memberikan daya tarik dan kejelasan.9
4. Tujuan Menulis
Hugo Hartig dalam Tarigan berpendapat bahwa terdapat beberapa tujuan
penulisan antara lain adalah berikut:

Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa
(Bandung: Angkasa, 1987), h. 224
9
Lea Masiello, Writing in Action: A Collaborative Rhetoric for College Writers (New York: Mac
Millan, 1986), h. 2

16

17

a. Tujuan penugasan
Maksud dari tujuan penugasan ini merupakan penulisan sesuatu karena
ditugaskan, bukan atas kemauan penulis sendiri;
b. Tujuan altruistik
Tujuan altruistik ini dimaksudkan untuk menyenangkan pembaca,
menghindarkan kedudukan para pembaca, ingin menolong para pembaca
untuk memahami, serta menghargai perasaan dan penalarannya;
c. Tujuan persuasif
Tujuan persuasif dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca akan kebenaran
gagasan yang diutarakan;
d. Tujuan informasional
Maksud dari tujuan informasional yaitu sebagai pemberi informasi atau
penerangan kepada para pembaca;
e. Tujuan pernyataan diri
Tujuan pernyataan diri ini yaitu tulisan yang bertujuan memperkenalkan
atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca;
f. Tujuan kreatif
Maksud dari tujuan kreatif ini yaitu tulisan yang bertujuan untuk mencapai
nilai-nilai artistik maupun nilai-nilai kesenian;
g. Tujuan pemecahan masalah
Tujuan pemecahan masalah adalah maksud penulis yang bertujuan ingin
memecahkan/menyelesaikan masalah yang dihadapi.10 Karena menulis

10

Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, h. 25-26

17

18

mendorong proses integrasi informasi, maka menulis dapat membantu


menyelesaikan masalah-masalah yang rumit.11
B.
1.

Karangan
Pengertian Karangan
Menurut Mahsusi, karangan berarti rangkaian, susunan, atau komposisi.

Yang dirangkai adalah beberapa kesatuan pikiran yang diwujudkan dalam bentuk
kalimat-kalimat yang disusun sesuai dengan kaidah komposisi.12
Mengarang adalah bagian ekspresi secara tertulis. Segala kesan batin, baik
pikiran, perasaan, maupun kemauan dapat dinyatakan dengan bahasa tulis.
Dengan kata lain, apa yang dipikirkan, dirasakan atau diinginkan orang lain bisa
diwujudkan pada sehelai kertas.13 Dapat disimpulkan bahwa karangan merupakan
suatu bentuk pencurahan gagasan, ide, pendapat, pikiran, berita, khayalan,
kehendak, dan sebagainya yang didukung oleh penataan bahasa yang harmonis,
tersusun, dan teratur.
2. Jenis-jenis Karangan
Morris dalam Tarigan berpendapat bahwa karangan diklasifikasikan ke
dalam empat jenis, yakni narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi. 14 Pendapat
tersebut sejalan dengan pendapat Parera yang membagi karangan ke dalam empat
jenis, kecuali persuasi. Adapun Brook dan Warren berpendapat bahwa karangan
terdiri dari empat jenis, yakni deskripsi, persuasi, argumentasi, dan eksposisi.15

11
Hernowo, QuantumWriting: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi
Menulis (Bandung: Mizan, 2003), h. 53
12
Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2004), h. 228
13
Sudarno dan Eman A. Rahman, Kemampuan Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi
(Jakarta: PT Hikmat Syahid Indah, 1986), h. 96
14
Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, h. 28
15
Ibid, h. 29

18

19

Berikut ini akan dijelaskan satu per satu mengenai jenis-jenis karangan,
antara lain:
a. Karangan narasi, yaitu suatu bentuk wacana atau tulisan yang
menceritakan suatu kejadian atau peristiwa.
b. Karangan deskripsi, yaitu suatu karangan atau tulisan yang bertujuan
untuk menggambarkan atau melukiskan berbagai pengalaman,
pendengaran, perabaan, penciuman, dan situasi perasaan atau masalah.
c. Karangan eksposisi, yaitu paparan. Dengan paparan, penulis
menyampaikan suatu penjelasan dan informasi.16 Dengan kata lain,
karangan eksposisi berusaha menerangkan ide atau gagasan yang
dianggap perlu untuk disampaikan kepada pembaca.
d. Karangan argumentasi. Menurut Keraf, karangan argumentasi tidak
lain daripada usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan
kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat
mengenai suatu hal.17
e. Karangan persuasi, merupakan bentuk karangan yang bertujuan
mengajak atau meyakinkan pembaca agar melakukan sesuatu yang
dikehendaki penulis atau pembicara.

16

Ramlan A Gani dan Mahmudah Fitriyah, Disiplin Berbahasa Indonesia (Jakarta: FITK Press,

2010), h. 93
17
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2010), h. 3

19

20

C.
1.

Menulis Karangan Narasi


Pengertian Karangan Narasi
Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu

kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau


mengalami sendiri peristiwa itu. Sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang
dijalin dan dirangkai menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan
waktu. Dengan cara lain, narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha
menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang
telah terjadi.18
Menurut Mahsusi, Narasi adalah paragraf/karangan yang menceritakan
suatu benda, keadaan, atau peristiwa. Tokoh dalam cerita bisa manusia, bisa juga
binatang, dan peristiwa disampaikan menurut urutan kejadian (kronologis). 19
Narasi merupakan satu bentuk pengembangan karangan dan tulisan yang
bersifat menyejarahkan sesuatu berdasarkan perkembangannya dari waktu ke
waktu. Narasi mementingkan urutan kronologis suatu peristiwa, kejadian dan
masalah. Pengarang bertindak sebagai sejarawan atau tukang cerita. akan tetapi ia
mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Ia tetap ingin meyakinkan para pembaca
atau pendengar dengan jalan menceritakan apa yang ia lihat dan ia ketahui.20
Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Donald Hall, sederhananya
narasi adalah mengungkapkan cerita. lebih luasnya narasi adalah sebuah
pengembangan dalam kalimat dan paragraf sesuai urutan waktu. Narasi dapat

18

Ibid, h. 135-136
Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia, h. 253
20
Jos Daniel Parera, Menulis Tertib dan Sistematik: Edisi Kedua (Jakarta: Erlangga, 1987), h. 5
19

20

21

membantu kita dalam berargumen atau berpendapat, dan jelasnya kita


menggunakan narasi dalam autobiografi dan tulisan fiksi.21
Narasi (penceritaan atau pengisahan) adalah ragam wacana yang
menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Sasarannya adalah memberikan
gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan,
atau rangkaian terjadinya sesuatu hal. 22
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karangan narasi
adalah suatu bentuk karangan yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa
secara runtut yang terjalin dalam suatu kesatuan waktu. Memaparkan fase dan
urutan kejadian peristiwa-peristiwa yang terjadi.
2.

Jenis-jenis Karangan Narasi


Secara garis besar, narasi terbagi atas dua jenis, yaitu narasi nonfiksi dan

narasi fiksi.23 Narasi nonfiksi biasa disebut juga dengan narasi ekspositoris,
sedangkan narasi fiksi dikenal dengan sebutan narasi sugestif.
Menurut Keraf, narasi yang hanya bertujuan untuk memberi informasi
kepada para pembaca agar pengetahuannya bertambah luas, disebut dengan narasi
ekspositoris. Di samping itu, ada pula narasi yang disusun dan disajikan dengan
berbagai macam, sehingga dapat menimbulkan daya khayal para pembaca. Ia
berusaha menyampaikan sebuah makna kepada para pembaca melalui daya khayal
yang dimilikinya. Narasi semacam ini adalah narasi sugestif.24

21

Donald Hall, Writing Well: Second Edition (Boston: Little Brown, 1976), h. 245
Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, h. 1.11
23
Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia, h. 253
24
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III, h. 136
22

21

22

Narasi ekspositoris/nonfiksi bertujuan mengubah pikiran pembaca agar


memperoleh pengetahuan yang luas mengenai apa yang dibacanya. Narasi
ekspositoris terdiri dari dua sifat, yaitu umum dan khusus.
Narasi ekspositoris yang bersifat umum (generalisasi) adalah narasi yang
menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan oleh siapa saja,
dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang.25 Contohnya wacana mengenai
cara membuat dan menyiapkan nasi goreng, dan lain-lain.
Narasi ekspositoris yang bersifat khusus adalah narasi yang berusaha
menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa
yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, karena merupakan
pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja.26 Contohnya wacana
yang menceritakan peristiwa dari pengalaman seseorang yang baru pertama kali
naik haji, pengalaman jatuh cinta, dan lain-lain.
Adapun narasi sugestif merupakan narasi yang seluruh kejadiannya
berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Tetapi tujuan dan sasaran utamanya
yaitu berusaha memberi makna atas peristiwa atau kejadian itu sebagai suatu
pengalaman.27 Oleh karena itu, narasi sugestif membutuhkan dan melibatkan
imajinasi. Contoh narasi sugestif adalah novel, roman, cerpen, dongeng, dan
hikayat.
3.

Ciri-ciri Karangan Narasi


Ciri-ciri karangan narasi adalah sebagai berikut:

a.

Karangan narasi adalah karangan yang pada umumnya bersifat fiksi;


25

Ibid, h. 137
Ibid
27
Ibid, h. 138
26

22

23

b.

Isinya berupa cerita yang memaparkan suatu peristiwa, baik peristiwa rekaan
atau nyata;

c.

Pengarang tidak mementingkan hubungan sebab akibat dari masalah yang ia


kemukakan.28 Oleh karena itu karangan narasi bersifat subjektif, artinya baik
isi maupun bahasa yang digunakan sangat dipengaruhi oleh jiwa
pengarangnya;

d.

Timbulnya konflik atau terbina alur sering berhubungan erat dengan unsur
watak atau tema, bahkan juga latar.29 Maka dalam karangan narasi, adanya
penokohan, jalan cerita, dan konflik itu sangat penting;

e.

Walaupun khayal atau berimajinasi, pengarang tidak boleh sesuka hati


menciptakan cerita.30 Dengan kata lain, karangan narasi yaitu karangan yang
bersifat fiksi (khayalan), namun harus bersifat wajar (logis);

f.

Karangan narasi berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut


urutan terjadinya (kronologis), dengan maksud memberi arti kepada sebuah
kejadian atau serentetan kejadian, agar pembaca dapat memetik hikmah dari
cerita itu.31 Maka karangan narasi ini bersifat didaktis, karena pada umumnya
memiliki pesan yang tersembunyi untuk pembaca;

4.

Unsur-unsur Karangan Narasi


Jika ingin menulis sebuah karangan narasi, perlu diperhatikan prinsip-

prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan narasi.

28

Jos Daniel Parera, Menulis Tertib dan Sistematik: Edisi Kedua, h. 5


Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, h. 4.40
30
Ibid, h. 4.32
31
E. Kusnadi dan Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia: Materi Pengayaan Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), h. 36
29

23

24

Prinsip-prinsip tersebut antara lain: alur, penokohan, latar, titik pandang, dan
pemilihan detail peristiwa (tema).32
Menurut Keraf, struktur/unsur-unsur narasi dapat dilihat dari komponenkomponen yang membentuknya: perbuatan, penokohan, latar, dan sudut
pandang.33
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur narasi
itu adalah setting, gaya penokohan, perwatakan, alur, titik pandang, tema, dan
pesan.
a. Tema
Tema adalah suatu gagasaan sentral yang menjadi dasar tulisan atau karya
fiksi.34 Dapat dikatakan, tema merupakan pokok pembicaraan atau ide yang
menjadi dasar sebuah cerita.
b. Latar
Sebuah cerita akan menarik dan kuat apabila didukung oleh latar yang
sesuai dan tidak gegabah dipilih oleh pengarang dalam ceritanya. Atar Semi
mengemukakan bahwa latar atau landas tumpu (setting) cerita adalah lingkungan
tempat peristiwa terjadi, baik tempat maupun waktu.35 Sejalan dengan pendapat
tersebut, latar merupakan tempat dan atau waktu terjadinya perbuatan tokoh atau
peristiwa yang dialami tokoh.36
Dari kedua pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa latar
dalam suatu cerita adalah tempat dan waktu terjadinya peristiwa. Tempat ini dapat
32

Suparno dan M. Yunus, Keterampilan Dasar Menulis. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h.

4.39
33

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III, h. 145


M. Atar Semi, Anatomi Sastra (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 42
35
Ibid., h. 46
36
Suparno dan M. Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, h. 4.42
34

24

25

diartikan sebagai ruang atau hal-hal yang ada di sekitarnya. Dan waktu dapat
berupa hari, tahun, musim, bahkan periode sejarah.
c. Penokohan
Di dalam sebuah cerita tentunya terdapat tokoh-tokoh yang mengalami
peristiwa, baik tokoh yang berperan sebagai tokoh utama atau tokoh yang hanya
berperan sebagai pelengkap saja. Perbedaan antara tokoh utama dan tokoh
pelengkap dapat dilihat dari sering tidaknya kedua tokoh tersebut diceritakan.
Tentunya tokoh utama lebih sering diceritakan daripada tokoh pelengkap. Tokohtokoh tersebut dapat berwujud manusia atau makhluk yang sifatnya menyerupai
manusia.
Selain dibedakan dari tokoh utama dan tokoh pelengkap, tokoh juga dapat
dibedakan dari tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Protagonis adalah tokoh
yang berperan sebagai tokoh kunci, sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang
berperan sebagai penentang tokoh protagonis.
Sebagaimana menurut Jones yang dikutip oleh Nurgiyantoro, bahwa
penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita.37
d. Alur
Jalan cerita dan alur nampaknya tidak dapat dipisahkan, namun ternyata
keduanya berbeda. Jalan cerita hanya memuat kejadian cerita, sedangkan yang
menggerakkan cerita tersebut adalah alur.

37

Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007),

h. 165

25

26

Atar Semi mengemukakan alur atau plot adalah struktur rangkaian


kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interrelasi fungsional yang
sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Alur mengatur
bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu dengan yang lainnya,
bagaimana peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa yang lain,
bagaimana tokoh digambarkan dan berperan terikat dalam suatu kesatuan waktu.38
Alur agaknya lebih baik bila dibatasi sebagai sebuah interrelasi fungsional
antara unsur-unsur narasi yang timbul dari tindak-tanduk, karakter, suasana hati
(pikiran) dan sudut pandang, serta ditandai oleh klimaks-klimaks dalam rangkaian
tindak-tanduk itu, yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam
keseluruhan narasi.39
Dari kedua batasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa alur bukan
sekedar jalan cerita, namun dalam alur terdapat perkembangan cerita dengan
tahapan-tahapan peristiwa dan konflik.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang sering disebut dengan istilah point of view. Sudut pandang
membicarakan dari mana sebuah cerita dilihat, apakah dari orang pertama dengan
aku sebagai pencerita atau orang lain yang berperan sebagai pencerita.
Menurut Booth dalam Nurgiantoro, sudut pandang merupakan teknik yang
dipergunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan makna karya
artistiknya, untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembaca.40

38

M. Atar Semi, Anatomi Sastra, h. 43-44


Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III, h. 147
40
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, h. 249
39

26

27

Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Keraf sudut pandang dalam


narasi menyatakan bagaimana fungsi seorang pengisah (narrator) dalam sebuah
narasi, apakah ia mengambil bagian langsung dalam seluruh rangkaian kejadian
(yaitu sebagai participant), atau sebagai pengamat (observer) terhadap objek dari
seluruh aksi atau tindak-tanduk dalam narasi.41
Jadi, sudut pandang adalah siapa yang dipilih oleh pengarang untuk
bercerita atau cara pengarang menyampaikan para pelaku dalam cerita yang
dipaparkan.
f. Amanat
Seorang penulis atau pengarang tentu mempunyai maksud yang hendak
disampaikan baik dari pikiran atau perasaannya, hal ini biasa disebut dengan
penyampaian amanat. Amanat tersebut dapat berupa amanat yang hendak
disampaikan baik secara tersurat maupun tersirat.
D.
1.

Konsep Dasar Media Pembelajaran


Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Susanto dalam Subana, media pembelajaran merupakan media

yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran dan


dimaksudkan untuk mempertinggi mutu pengajaran dan belajar.42
Media pembelajaran menurut Yudhi Munadi dapat dipahami sebagai
segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber

41

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III, h. 191


M. Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia: Berbagai Pendekatan,
Metode, Teknik, dan Media Pengajaran (Bandung: Pustaka Setia, 1986), h. 287
42

27

28

secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana


penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.43
Definisi di atas sejalan dengan definisi yang disampaikan oleh Asosiasi
Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and
Communication Technology/AECT) di Amerika yang dikutip oleh Sadiman, yakni
sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan
pesan/informasi.44
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran
adalah wahana atau alat bantu yang digunakan guru sebagai sumber pesan kepada
siswa sebagai penerima pesan. Pesan tersebut berupa materi pembelajaran.
Tujuannya adalah agar terjadi proses belajar yang efektif.
2. Jenis Media Pembelajaran
Gagne dalam Munadi membuat tujuh jenis pengelompokan media
berdasarkan

fungsi

pembelajaran,

yaitu

benda

untuk

didemonstrasikan,

komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan
mesin belajar. Ketujuh kelompok media ini kemudian dikaitkan dengan
kemampuan memenuhi fungsi menurut tingkatan hierarki belajar yang
dikembangkannya, contoh perilaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun
cara berpikir, memasukkan alih ilmu, menilai prestasi, dan pemberi umpan
balik.45

43

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru (Jakarta: Gaung Persada Press,
2008), h. 7-8
44
Arief S. Sadiman dkk, Media Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), h. 6
45
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, h. 51

28

29

Berbeda dengan hal di atas, berikutnya Yudhi Munadi membagi media


berdasarkan indera yang terlibat. Menurut Aminudin Rasyad dalam Munadi,
Klasifikasi media berdasarkan indera ini lebih disebabkan pada pemahaman
bahwa pancaindra merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan (five golden gate
of knowledge).46
Bila dilihat dari intensitasnya, maka indera yang paling banyak membantu
manusia dalam perolehan pengetahuan dan pengalaman adalah indera
pendengaran dan indera penglihatan. Kedua inderawi ini adakalanya bekerja
sendiri-sendiri dan adakalanya bekerja bersama-sama. Media pembelajaran yang
melibatkan indera pendengaran (telinga) saja kita sebut sebagai media audio;
media yang melibatkan indera penglihatan (mata) saja kita sebut sebagai media
visual; dan media yang melibatkan keduanya dalam satu proses pembelajaran kita
sebut sebagai media audio-visual. Proses pembelajaran tersebut melibatkan
banyak indera dalam arti tidak telinga dan mata saja, yang demikian itu
dinamakan sebagai proses pembelajaran dengan multimedia.47
3. Ciri-ciri Media Pembelajaran
Oemar

Hamalik

mengemukakan

ciri-ciri

umum

dari

media

pendidikan/media pembelajaran sebagai berikut.


a.

Media pendidikan identik dengan pengertian keperagaan yang berasal dari


kata raga, artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan
dapat diamati melalui panca indera kita.

46
47

Ibid., h. 53-54
Ibid

29

30

b.

Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang bias dilihat dan
didengar.

c.

Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam


pengajaran, antara guru dan siswa.

d.

Media pendidikan adalah semacam alat bantu belajar mengajar baik dalam
kelas maupun di luar kelas.

e.

Pada dasarnya media pendidikan merupakan suatu perantara (medium,


media) dan digunakan dalam rangka pendidikan.

f.

Media pendidikan mengandung aspek-aspek sebagai alat dan sebagai teknik,


yang sangat erat pertaliannya dengan metode mengajar.48

4. Fungsi Media Pembelajaran


Fungsi media pembelajaran menurut Derek Rowntree dalam Rohani
adalah sebagai berikut:
a. Membangkitkan motivasi belajar;
b. Mengulang apa yang telah dipelajari;
c. Menyediakan stimulus belajar;
d. Mengaktifkan respon peserta didik;
e. Memberikan balikan dengan segera;
f. Menggalakkan latihan yang serasi.49
5. Wacana Dialog sebagai Media Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, wacana berarti komunikasi verbal;
percakapan.50 Sedangkan menurut Alwi yang dikutip oleh Okke, wacana adalah
48
49

Oemar Hamalik, Media Pendidikan (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994), h. 11


Ahmad Rohani, Media Intruksional Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), h. 7-8

30

31

rentetan kalimat yang bertautan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara
kalimat-kalimat itu.51 Sementara itu, Harimurti mengemukakan bahwa wacana
(discourse) adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal,
merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan
dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb.), paragraf,
kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap. 52
Berdasarkan uraian di atas, maka wacana memiliki pengertian informasi
yang dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar, dan ujaran yang biasanya berupa
buku, artikel, pidato, teks wawancara, dan teks percakapan (dialog).
Marrit dalam Syamsudin membagi wacana dari segi jenis pemakaiannya
ke dalam dua bentuk. Pertama, wacana monolog yaitu wacana yang tidak
melibatkan suatu bentuk tutur percakapan atau pembicaraan antara dua pihak yang
berkepentingan. Yang termasuk jenis wacana ini adalah semua bentuk teks, surat,
bacaan, cerita, dan lain-lain yang sejenis. Kedua, wacana dialog yaitu wacana
yang dibentuk oleh percakapan atau pembicaraan antara dua pihak seperti terdapat
dalam obrolan, pembicaraan, teks drama, film strip, dan sejenisnya.53
Sejalan dengan pendapat tersebut, Crystal dalam Wijana menyatakan
bahwa analisis wacana memfokuskan pada struktur yang secara alamiah terdapat

50

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1265.


Oke SZK dan Ayu Basuki H, Telaah Wacana. (Jakarta: The Intercultural Insitute, 2009), h. 11
52
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik: Edisi Keempat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2008), h. 259
53
Syamsudin AR, Studi Wacana. (Bandung: Mimbar Pendidikan Bahasa dan Seni FPBS IKIP
Bandung, 1992), h. 13
51

31

32

pada bahasa lisan, sebagaimana banyak terdapat dalam wacana seperti


percakapan, wawancara, komentar, dan ucapan-ucapan.54
Wacana merupakan rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa
komunikasi. Komunikasi sendiri dapat melalui dua cara, yaitu dengan bahasa lisan
dan bahasa tulis. Apa pun bentuknya, wacana selalu memuat penyapa (pembicara)
dan pesapa (pendengar). Dalam wacana lisan, penyapa adalah pembicara,
sedangkan pesapa adalah pendengar.55 Bisa dikatakan, wacana lisan ini dapat
berbentuk teks percakapan/teks wawancara yang biasa disebut dengan teks
wacana dialog.
Untuk keperluan penelitian ini, peneliti memilih media cetak atau media
tulis berupa teks wacana dialog. Peneliti menganggap media teks wacana dialog
berupa teks percakapan adalah media yang dapat membantu pengajaran menulis
di sekolah, terutama menulis karangan narasi. Hal ini disebabkan karena wacana
dialog merupakan media yang mudah diperoleh, murah, dan tidak perlu peralatan
khusus yang harus dibawa ke ruang kelas. Setiap orang akan mudah memperoleh
wacana tersebut. Melalui media ini para siswa dituntut untuk bisa menceritakan
kembali isi dialog ke dalam bentuk karangan narasi.
E.

Pembelajaran Menulis dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


Sebuah kebijakan baru yang dilakukan oleh pemerintah Republik

Indonesia dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan


diubahnya kurikulum yang lama dan digantikan dengan kurikulum yang baru

54

I Dewa PW dan M. Rohmadi, Analisis Wacana Pragmatik: Kajian Teori dan Analisis (Surakarta:
Yuma Pustaka, 2010), h. 68
55
Ibid, h. 70

32

33

yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan

merupakan

kurikulum

operasional

yang

disusun

oleh

dan

dilaksanakan pada masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan


pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur, dan muatan kurikulum tingkat
satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.56
Secara umum, pembelajaran menulis dalam pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia bertujuan untuk:
a. Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa menggunakan dan
sastra

Indonesia

untuk

meningkatkan

kemampuan

intelektual,

kematangan emosional, dan kematangan sosial;


b. Siswa memiliki disiplin dan ketertiban dalam berpikir dan berbahasa
(berbicara dan menulis);
c. Siswa mampu menyalurkan potensi intelektual, gagasan, dan imajinasi
secara kreatif dan konstruktif.57
Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang
seharusnya dimiliki oleh setiap siswa. Pembelajaran menulis di sekolah
diharapkan dapat menghasilkan individu yang berkemampuan baik dalam
menulis.
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, standar kompetensi
yang diharapkan dimiliki oleh siswa kelas VII semester 2 setelah mengikuti
pembelajaran menulis adalah siswa mampu mengekspresikan berbagai pikiran,

56

Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tahun


Pelajaran 2009-2010 (Jakarta: Tidak diterbitkan, 2009), h. 1
57
Didin Widyartono, Pembelajaran Bahasa Indonesia, diakses pada 16 Juni 2011 pukul 11:46
dari http://endonesa.wordpress.com/ajaran-pembelajaran/pembelajaran-bahasa-indonesia/

33

34

gagasan, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan, antara lain yaitu menulis
narasi melalui teks wawancara, menulis pesan singkat, menulis puisi yang
berkenaan dengan keindahan alam, dan menulis puisi yang berkenaan dengan
peristiwa yang dialami.

34

35

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian
Sasaran dan penilaian pada penelitian ini adalah siswa Madrasah
Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta pada kelas VII-2 tahun ajaran 2011-2012 di
semester genap. Jumlah siswa sebanyak 25 siswa yang terdiri dari 11 siswa lakilaki dan 14 siswa perempuan. Subjek tersebut dipilih berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan dengan guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas
VII-2 Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta. Penelitian ini menitikberatkan
pada kemampuan menulis karangan narasi siswa yang dikembangkan melalui
media teks wacana dialog.
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan
Kelas. Penelitian Tindakan Kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action
Research. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
pendekatan kuantitatif, karena peneliti berupaya mengkaji lebih dalam mengenai
peningkatan dari hasil belajar keterampilan menulis narasi dengan menggunakan
media teks wacana dialog dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yang bertujuan
untuk membantu siswa menuangkan ide dan gagasan dengan baik.
Penelitian Tindakan Kelas menurut Ghony adalah salah satu strategi
pemecahan

masalah

yang

memanfaatkan

tindakan

nyata

dan

proses

pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Bisa


35

36

juga dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu bentuk
kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannya itu,
serta untuk memperbaiki kondisi nyata di mana praktik pelaksanaan pembelajaran
tersebut dilakukan di dalam kelas.1
Pendapat lain dikemukakan oleh Suhardjono, yang mendefinisikan
penelitian tindakan (action reseach) sebagai suatu penelitian yang dilakukan
dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK
berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan
pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar).
PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.2
Sejalan dengan pendapat di atas, Hopkins dalam Wiriaatmadja
mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang
mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan
yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk
memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses
perbaikan dan perubahan.3
Kemudian menurut Kusumah, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1)
merencanakan, (2) melaksanakan, (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif

Djunaidi Ghoni, Penelitian Tindakan Kelas (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 10


Suharsimi A dkk, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 58
3
Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Meningkatkan Kinerja Guru
dan Dosen (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) , h. 11
2

36

37

dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga


hasil belajar siswa dapat meningkat.4
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian dan pemecahan masalah
yang bersifat reflektif dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kondisi, serta kinerja guru dan siswa dalam melakukan praktik-praktik atau suatu
kegiatan yang dilakukan.
Dalam konteks penelitian tindakan kelas ini peneliti bertindak sebagai
pelaku utama yaitu pelaksana penelitian, karena peneliti ikut dan terlibat langsung
dalam penggunaan media teks wacana dialog kepada siswa dan evaluasi
peningkatan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar matapelajaran
bahasa Indonesia.
Menurut Hopkins dalam Kusumah penelitian tindakan kelas memiliki
beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru di sekolah:5
1. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar
2. Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan
sehingga mengganggu proses pembelajaran
3. Metodologi yang digunakan harus cukup reliabel sehingga hipotesis
yang dirumuskan cukup meyakinkan
4. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang
cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari
solusinya
4

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas: Edisi Kedua
(Jakarta: PT Indeks, 2011), h. 9
5
Ibid, h. 17

37

38

5. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan


tata krama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh
pimpinan sekolah atau guru sejawat sehingga hasilnya cepat
tersosialisasi
6. Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam
pespektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerja sama antara
guru dan dosen)
Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki
atau meningkatkan praktik pembelajaran secara berkesinambungan yang pada
dasarnya melekat pada penuaian misi profesional kependidikan yang diemban
oleh guru. Selain itu penelitian tindakan kelas dapat mengembangkan
keterampilan guru yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi berbagai
permasalahan pembelajaran aktual yang sedang dihadapi di kelasnya.
Lewin dalam Suharsimi mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan

sesuatu

proses

yang

menunjukkan

sebuah

siklus

kegiatan

berkelanjutan berulang. Proses penelitian tindakan kelas ini menggunakan sistem


spiral refleksi diri yang terddiri atas 4 tahapan dimulai dengan perencanaan
(planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).6
a. Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan analisis masalah dan membuat rancangan
yang strategis berdasarkan analisis masalah yang telah didapatkan. Peneliti
secara kolaboratif menetapkan dan menyusun rancangan program.

Suharsimi A dkk, h. 58

38

39

Rancangan dilakukan pada setiap awal siklus oleh peneliti utama dan guru.
Hal yang terulang dalam rancangan berkaitan dengan pembuatan rencana
pengajaran dan satuan pelajaran yang akan dilaksanakan, serta tindakantindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran dan pengamatannya.
b. Tindakan
Kegiatan tindakan adalah pelaksanaan dari rencana yang telah
ditetapkan. Kegiatan pelaksanaan tindakan merupakan tindakan pokok
dalam siklus PTK. Kegiatan ini dilaksanakan secara bersamaan dengan
kegiatan observasi. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah
melaksanakan

proses

belajar

mengajar

sebagaimana

yang

telah

direncanakan dalam satuan pelajaran. Kegiatan belajar mengajar yang


dilakukan menggunakan metode dan teknik yang sesuai dan cocok dengan
situasi kelas.
c. Pengamatan
Pengamatan adalah upaya untuk merekam segala peristiwa dan
kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung, dengan
atau tanpa alat bantu. Pada penelitian ini, dilaksanakan pengamatan
terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi
yang telah disediakan mengenai keaktifan dan reaksi siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan format kegiatan belajar
mengajar secara keseluruhan dengan menampilkan kegiatan guru dan
kegiatan siswa. Pengamatan dalam penelitian ini dibantu oleh kolaborator.
Pengamatan yang dilaksanakan oleh peneliti utama berkaitan dengan

39

40

keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Sedangkan


pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator adalah mengamati kegiatan
guru dan siswa dalam format KBM yang telah disediakan dan mengamati
keaktifan siswa dalam PMB.
Hasil dari observasi ini kemudian didiskusikan dengan guru untuk
melihat tindakan apa yang telah dilaksanakan atau apa yang belum
dilaksanakan. Hasil diskusi dalam tim peneliti kemudian akan menjadi
bahan perenungan guru dan peneliti pada tahap refleksi.
d. Refleksi
Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk memahami,
memakai proses, dan hasil perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya
tindakan. Hasil refleksi ini digunakan untuk menetapkan langkah-langkah
lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan. Pada penelitian ini, yang
dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah melakukan pengkajian terhadap
seluruh proses pembelajaran menulis dalam satu siklus. Pada tahap ini
peneliti dan guru berusaha menemukan apa yang seharusnya dilakukan
dan apa yang tidak perlu dilakukan dalam upaya perbaikan. Berdasarkan
masukan dari hasil refleksi, maka peneliti dan guru melakukan apa yang
harus diperbaiki pada siklus berikutnya. Hasil dari refleksi ini
memungkinkan munculnya tindakan baru pada siklus berikutnya.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian pada penelitian tindakan kelas ini terdiri atas beberapa
siklus. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang telah dicapai.

40

41

Jumlah siklus dalam penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Dalam penelitian
ini prosedur yang ditempuh adalah sebagai berikut, antara lain:
1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui gambaran umum
pelaksanaan pembelajaran di sekolah yang menjadi objek penelitian dan
untuk mengetahui gambaran pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru
dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
2. Perencanaan Pelaksanaan Tindakan
Sebelum penelitian ini dilaksanakan, peneliti berkolaborasi dengan
guru untuk melakukan perencanaan pelaksanaan tindakan. Perencanaanperencanaan tersebut antara lain adalah:
a.

Menentukan kelas penelitian dan waktu penelitian;

b.

Menentukan jenis dan tema teks wacana dialog yang akan

digunakan sebagai media pembelajaran menulis karangan narasi;


c.

Menyusun satuan pelajaran, menentukan metode dan langkah-

langkah dalam proses belajar mengajar;


d.

Menyusun alat observasi yang digunakan untuk mengamati

aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung;


e.

Menyusun jurnal siswa yang akan diberikan kepada siswa pada

setiap akhir pembelajaran, dan menentukan alat evaluasi untuk


melihat kemampuan menulis siswa; dan
f.

Merencanakan dan melaksanakan diskusi antara peneliti

dengan para observer (guru matapelajaran) untuk melihat

41

42

perkembangan aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar


mengajar berlangsung.
3. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian merupakan rencana yang telah ditetapkan
peneliti dengan guru sebelumnya. Pada pelaksanaan penelitian, hal-hal
yang dilakukan adalah:
a.

Melaksanakan perencanaan pada setiap awal siklus

b.

Melaksanakan

tindakan

yang

telah

ditetapkan

dalam

tindakan

yang

perencanaan
c.

Melaksanakan

pengamatan

terhadap

dilaksanakan
d.

Melaksanakan refleksi untuk kegiatan selanjutnya

Keempat kegiatan tersebut merupakan satu siklus. Bila dalam satu


siklus penelitian belum berhasil, maka dilaksanakan siklus selanjutnya
dengan melaksanakan kembali keempat kegiatan tersebut. Demikian
seterusnya sampai penelitian ini mencapai nilai atau hasil yang diharapkan.
D. Instrumen Penelitian
Untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini, ada beberapa
instrumen yang digunakan oleh peneliti, instrumen tersebut yaitu lembar
observasi, jurnal siswa, catatan lapangan, dan lembar tes kemampuan.
1. Observasi
Observasi dilaksanakan untuk mengamati kegiatan belajar mengajar secara
keseluruhan dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pengamatan ini

42

43

dilakukan dengan bantuan dua mitra peneliti. Alat yang digunakan adalah lembar
observasi sebagai alat bantu dalam menganalisis dan merefleksi setiap siklus guna
perbaikan dalam siklus berikutnya.
Hal-hal yang diamati dari aktivitas guru selama proses pembelajaran,
yaitu:
a. Kemampuan membuka pelajaran;
b. Sikap guru dalam proses pembelajaran;
c. Proses pembelajaran;
d. Kemampuan menggunakan media;
e. Evaluasi; dan
f. Kemampuan menutup pelajaran.
Berikut adalah lembar observasi aktivitas guru:
Tabel 3.1
Lembar Observasi Aktivitas Guru
NO.

1.

HAL YANG DIAMATI

Kemampuan membuka pelajaran


a. Menarik perhatian siswa
b. Menghadirkan motivasi
c. Memberi acuan bahan belajar yang akan disajikan
d. Mengadakan apersepsi

2.

Sikap peneliti dalam proses pembelajaran


a. Kejelasan suara
b. Gerakan badan tidak mengganggu perhatian siswa
c. Antusiasme penampilan/mimik
d. Mobilitas posisi tempat yang tidak mengganggu
siswa

43

YA

TIDAK

44

3.

Penguasaan bahan pembelajaran


a. Penyajian bahan relevan dengan indikator
b. Bahan-bahan pembelajaran disajikan dengan
pengalaman belajar yang direncanakan
c. Menampakkan kedalaman pokok bahasan
d. Mencerminkan keluasan wawasan

4.

Proses pembelajaran
a. Kesesuaian penggunaan strategi atau metode
dengan pokok bahasan
b. Kejelasan dalam menerangkan materi dan
memberikan contoh
c. Antusiasme dalam menanggapi dan menggunakan
respons
d. Kecermatan dalam pemanfaatan waktu

5.

Kemampuan menggunakan media


a. Memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan media
b. Ketepatan saat penggunaan media
c. Keterampilan dalam mengoprasikan
d. Membantu meningkatkan proses pembelajaran

6.

Evaluasi
a. Menggunakan penilaian lisan
b. Menggunakan penilaian tulisan
c. Relevansi jenis-jenis penilaian dengan indicator
d. Penilaian sesuai dengan apa yang direncanakan

7.

Kemampuan menutup pelajaran


a. Meninjau kembali
b. Memberikan kesempatan bertanya
c. Menugaskan ko-kurikuler
d. Menginformasikan bahan berikutnya

Keterangan:
Observer mengisi lembar observasi dengan memberikan tanda ceklis ()
44

45

Komentar mengenai aktivitas guru

Adapun hal-hal yang diamati dari aktivitas siswa selama proses


pembelajaran, yaitu:
a. Aktivitas siswa;
b. Keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran;
c. Perilaku siswa yang tidak sesuai;
d. Keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Berikut ini adalah lembar observasi aktivitas siswa:
Tabel 3.2
Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Berilah tanda () pada kolom yang sudah disediakan
NO.

OPSI

HAL YANG DIAMATI

KURANG

1.

Siswa menunjukkan sikap senang

2.

Siswa aktif dalam pembelajaran

3.

Siswa memperhatikan penjelasan


guru

4.

Siswa mengajuka pertanyaan

5.

Siswa menjawab pertanyaan guru

6.

Siswa mengerjakan tugas yang


diberikan guru dengan serius

7.

Siswa mengikuti pelajaran sampai


akhir

Komentar mengenai aktivitas siswa

45

CUKUP

BAIK

46

Dalam melaksanakan observasi ini, peneliti dibantu atau bekerjasama


dengan beberapa orang guru pada sekolah yang menjadi tempat penelitian sebagai
kolaborator atau peneliti mitra.
2. Jurnal Siswa
Jurnal siswa diberikan kepada siswa setiap akhir dari proses pembelajaran.
Jurnal ini diberikan dengan tujuan untuk memperoleh data mengenai respon siswa
terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Data tersebut digunakan sebagai
masukan untuk pembelajaran berikutnya. Jurnal yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Jurnal Siswa
Siklus ke-

PETUNJUK
1. Tulislah terlebih dahulu nama, kelas, nomor absen, serta hari dan tanggal
pada lembar jawaban yang telah disediakan.
2. Bacalah dengan cermat setiap soal sebelum menjawab.
3. Soal di bawah ini tidak mempengaruhi penilaian, dan jawablah soal dengan
jujur.
IDENTITAS
Nama

Kelas

No. Absen

Hari/Tanggal :
PERTANYAAN
1.

Apa yang kamu pelajari hari ini?

2.

Kesan apa yang kamu dapatkan dengan pembelajaran seperti ini?

46

47

3. Catatan Lapangan
Catatan lapangan ini merupakan catatan harian guru. Catatan ini dibuat
guru segera setelah proses pembelajaran berakhir. Dengan catatan lapangan ini,
guru dapat mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi di kelas selama pembelajaran
berlangsung.
4. Lembar Tes Kemampuan
Lember tes kemampuan ini diberikan kepada siswa pada setiap siklus. Hal
ini dilakukan sebagai upaya untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis
karangan narasi dengan mengguanakan media teks wacana dialog. Lembar tes ini
berupa kertas folio bergaris.
Setiap tes mulai dari siklus pertama sampai siklus terakhir dikumpulkan
dalam sebuah map sehingga dari kumpulan ini terlihat proses pembelajaran
menulis siswa, apakah ada peningkatan atau tidak. Selain itu, dengan kumpulan
ini guru bisa melihat letak kesalahan siswa dalam menulis karangan narasi, baik
dari segi ejaan, diksi, dan lain-lain.
E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti berperan sebagai pelaksana penelitian.
Sedangkan guru matapelajaran bahasa Indonesia berperan sebagai pengamat atau
observer. Peneliti yang merancang kegiatan pembelajaran, termasuk membuat
observasi aktivitas guru, observasi aktivitas siswa, jurnal siswa, catatan lapangan,
tes kemampuan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta melaporkan hasil
penelitian. Dalam hal ini, guru matapelajaran bahasa Indonesia yang akan

47

48

membentu peneliti dalam melakukan pengamatan langsung pada saat proses


pembelajaran.
F. Prosedur Pengolahan Data
1. Pengumpulan Data
Pada tahap ini, semua data-data yang sudah diperoleh dari penelitian
dikumpulkan yang kemudian diolah dan diinterpretasikan. Secara garis besar hasil
pengumpulan data dapat diuraikan sebagai berikut.
a. studi pendahuluan untuk mengenali dan mengetahui kondisi awal yang
akan dijadikan sebagai bahan untuk merencanakan tindakan;
b. pelaksanaan, analisis, dan refleksi terhadap siklus I;
c. pelaksanaan, analisis, dan refleksi terhadap siklus II;
d. pelaksanaan, analisis, dan refleksi sampai siklus yang benar-benar stabil
dan berhasil;
e. observasi aktivitas siswa berdasarkan kategori pengamatan yang telah
ditetapkan selama siklus I sampai siklus yang benar-benar dianggap
berhasil.
2. Analisis Data
Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, yaitu observasi, jurnal siswa, pengamatan dalam bentuk catatan
lapangan, dan lembar tes siswa yang kemudian diadakan reduksi data untuk
mengkategorisasikan data. Analisis data, baik data kuantitatif maupun kualitatif
terlebih dahulu dianalisis kemudian dideskripsikan dengan menampilkan hasil
data

yang

digambarkan

dengan

bagan

48

atau

tabel

untuk

selanjutnya

49

dipersentasikan. Setelah data dianalisis dan dideskripsikan, maka langkah


selanjutnya yaitu direfleksikan untuk menarik kesimpulan.
3. Kategorisasi Data dan Interpretasi Data
Semua data yang diperoleh terlebih dahulu dikategorisasikan berdasarkan
fokus penelitian. Kemudian peneliti menginterpretasikan data yang telah
dikumpulkan, ada beberapa hal yang dilakukan peneliti, yaitu:
a.

Mendeskripsikan perencanaan pelaksanaan tindakan;

b.

Mendeskripsikan pelaksaan tindakan setiap siklus;

c.

Menganalisis data berupa hasil belajar siswa dari setiap tindakan


untuk mengetahui keberhasilan penelitian yang telah dilakukan.
Untuk mengukur daya serap siswa, Burhan Nurgiantoro
mengemukakan penilaian sistem PAP skala lima, yaitu:
Tabel 3.4
Penilaian Acuan Patokan Skala Lima
Tingkat Penguasaan

Kategori Nilai

85 100

Baik sekali

75 84

Baik

60 74

Cukup

40 59

Kurang

0 39

Kurang sekali

49

Kriteria Penilaian

50

d.

Menganalisis hasil observasi aktivitas guru dan siswa dengan cara


menghitung persentase tiap kategori untuk setiap tindakan yang
dilakukan oleh setiap observer dan menghitung rata-rata persentase
dari tiga pengamat sebagai berikut:
Rata-rata
Persentase aktivitas siswa =

x 100
Jumlah siswa

e.

Menganalisis jurnal kesan dengan mengelompokkan kesan pendapat


siswa ke dalam kelompok komentar positif, negatif, biasa, dan tidak
berkomentar. Kemudian dihitung jumlah frekuensinya dan langkah
selanjutnya dipersentasikan.
Jumlah komentar
Persentase =

x 100
Jumlah siswa

G. Kriteria Penilaian Menulis Karangan Narasi


Untuk melihat kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi, peneliti
menemukan beberapa kriteria penilaian. Kriteria ini merupakan acuan peneliti
dalam menganalisis hasil karangan siswa sehingga kemempuan siswa tersebut
terukur atau terlihat kemajuannya. Berikut format penilaian hasil karangan siswa:

50

51

Tabel 3.5
Penilaian Karangan Narasi
Skor Kualifikasi
Komponen yang
Dinilai

SB

Bobot

Diksi

Ejaan

Judul

Tokoh

Latar

Alur

Skor
Siswa

Jumlah

Jumlah Skor Siswa


Nilai =

x 100
Total Skor Kualifikasi

Keterangan:
Skor Siswa

= Skor Kualifikasi x bobot

Skor Total Kualifikasi

= 28

Deskripsi Skala Penilaian


Ejaan
4 = Sangat baik sempurna : hanya terdapat tiga kesalahan, menguasai aturan
penulisan
3 = Cukup baik : kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tidak
mengaburkan makna
2 = Sedang cukup : sering terjadi kesalahan ejaan, makna membeingungkan atau
kabur

51

52

1 = Sangat kurang : terdapat banyak kesalahan ejaan, tidak menguasai aturan


penulisan, tulisan tidak terbaca
Diksi
4 = Sangat baik sempurna : pilihan kata dan ungkapan tepat, menguasai
pembentukan kata
3 = Cukup baik : pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat, tetapi
tidak mengganggu
2 = Sedang cukup : sering terjadi kesalahan penggunaan kosa kata dan dapat
merusak makna
1 = Sangat kurang : pengetahuan tentang penulisan kosa kata rendah
Judul
4 = Sangat baik sempurna : judul sesuai dengan tema dan isi karangan, dibuat
menarik dan menggigit
3 = Cukup baik : judul sesuai dengan tema dan isi karangan, tetapi tidak
menarik
2 = Sedang cukup : judul kurang sesuai dengan tema dan isi karangan, tetapi
menarik
1 = Sangat kurang : judul tidak sesuai dengan tema dan isi karangan serta tidak
menarik
Tokoh
4 = Sangat baik sempurna : terdapat tokoh yang digambarkan secara jelas dan
lengkap sesuai dengan teks percakapan
3 = Cukup baik : tokoh tidak lengkap tetapi sesuai dengan teks percakapan

52

53

2 = Sedang cukup : terdapat tokoh, tetapi tidak lengkap dan tidak sesuai dengan
teks percakapan
1 = Sangat kurang : tidak ada tokoh
Latar
4 = Sangat baik sempurna : latar digambarkan secara jelas dan rinci sesuai
dengan teks percakapan
3 = Cukup baik : latar digambarkan secara jelas tetapi tidak rinci/tidak lengkap
tetapi sesuai dengan teks percakapan
2 = Sedang cukup : latar digambarkan secara tidak jelas dan tidak rinci serta
tidak sesuai dengan teks percakapan
1 = Sangat kurang : latar tidak digambarkan sama sekali
Alur
4 = Sangat baik sempurna : alur disusun secara rapi memuat awal, tengah/isi,
dan akhir cerita sesuai dengan teks percakapan
3 = Cukup baik : alur disusun sesuai dengan teks percakapan tetapi tidak
lengkap
2 = Sedang cukup : alur disusun kurang sesuai dengan teks percakapan
1 = Sangat kurang : alur disusun secara kacau dan tidak sesuai dengan teks

53

54

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal 15, 21, 22 Juli 2011.


Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu teknik yang dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran keterampilan menulis di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta. Teknik pembelajaran keterampilan menulis ini
dikembangkan melalui prosedur sebagai berikut:
1.

Analisis kebutuhan belajar melalui keinginan dan kesenjangan yang


dirasakan dan dinyatakan guru maupun siswa.

2.

Perumusan tujuan pembelajaran menulis.

3.

Penyusunan komponen program pembelajaran menulis berupa


rumusan hipotesis teknik pembelajaran menulis.

4.

Pengujian teknik pembelajaran menulis dengan menggunakan media


teks wacana dialog secara empiris pada siklus 1.

5.

Perbaikan-perbaikan yang diharapkan dalam kegiatan pembelajaran


selama proses siklus 1.

6.

Pengujian teknik pembelajaran menulis dengan menggunakan media


teks wacana dialog secara empiris pada siklus 2.

7.

Perbaikan-perbaikan yang diharapkan dalam kegiatan pembelajaran


selama proses siklus 2.

54

55

A. Pendeskripsian Hasil Analisis Kebutuhan dan Hambatan Belajar Secara


Umum
1. Penugasan Membaca Teks Dialog
Kompetensi yang seharusnya dicapai siswa yaitu mampu membaca teks
wacana dialog dengan intonasi yang tepat.
a. Kebutuhan siswa berupa sumber belajar
Melalui penelitian ini terlihat bahwa siswa memerlukan sumber
pembelajaran berupa teks dialog yang bervariasi, sehingga siswa tidak
bosan dengan teks dialog yang selalu dibacakan.
b. Hambatan siswa
Hambatan siswa dalam kegiatan ini yaitu para siswa jarang sekali
membaca bacaan berupa teks dialog/teks percakapan, sehingga mereka
sangat kurang dalam menguasai intonasi yang tepat.
c. Kebutuhan guru
Guru memerlukan instrumen untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam membaca teks dialog berupa teks percakapan yang sesuai dengan
tingkat kemampuan membaca siswa.
d. Hambatan guru
Dalam penelitian ini terlihat bahwa pada awalnya guru kurang
memotivasi siswa untuk tampil di depan kelas membaca teks percakapan
secara berpasangan. Selain itu guru kurang mengidentifikasi kebutuhan
siswa dalam penugasan membaca teks dialog yang sesuai dengan minat
siswa.

55

56

2. Penugasan Mengubah Teks Dialog ke dalam Bentuk Narasi


Kompetensi yang harus dimiliki siswa yaitu mampu mengubah teks dialog
yang sudah dibacakan sebelumnya ke dalam bentuk narasi.
a. Kebutuhan Siswa dan Guru
Dalam penelitian ini terlihat bahwa sebagian siswa sudah
memahami isi yang terkandung dalam teks dialog yang mencakup tema,
isi, alur, cerita, setting. Akan tetapi bagi siswa yang belum paham, guru
memerlukan suatu cara yang dapat membantu siswa yaitu dengan
menjelaskan secara rinci isi teks dialog.
b. Hambatan Siswa dan Guru
Dalam penelitian ini terlihat siswa masih ragu mengacungkan
tangannya untuk sekedar bertanya. Hal ini terlihat jelas dalam proses
belajar mengajar, siswa cenderung pasif, mungkin karena sebelumnya
kurang motivasi untuk sekedar berani bertanya atau maju ke depan sebagai
pendukung berjalannya proses belajar mengajar.
B. Perumusan Tujuan Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan
Menggunakan Media Teks Wacana Dialog pada Siswa Kelas VII
Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta
1.

Tujuan Umum
Setelah mengikuti pembelajaran menulis karangan narasi dengan

menggunakan media teks wacana dialog, para siswa diharapkan mampu menulis
secara efektif dan efisien berbagai jenis karangan dalam berbagai konteks dan
tujuan.

56

57

2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran menulis karangan narasi dengan
menggunakan media teks wacana dialog ini para siswa diharapkan memiliki
kemampuan menarasikan teks dialog/teks percakapan dengan memperhatikan
penulisan kalimat langsung dan kalimat tak langsung.
Adapun tahap-tahap kegiatan pembelajaran menulis karangan narasi
dengan menggunakan media teks wacana dialog sebagai berikut.

Tahap 1
Pembinaan Keakraban

Tahap 2
Perumusan Tujuan

Tahap 3
Penyusunan Program
Tahap 4
Pelaksanaan Program
Tahap 5
Penilaian Proses dan Hasil

C. Tahap Kegiatan Pembelajaran Menulis Narasi Siklus 1


1.

Tahap Pembinaan Keakraban


Untuk pertama kalinya, perkenalan dilangsungkan di dalam kelas dengan

menyebutkan satu per satu nama siswa dan hobinya, agar para siswa merasa
bahwa hobinya dipentingkan. Setelah itu, untuk memancing agar para siswa

57

58

antusias dalam belajar, guru melakukan kegiatan pembinaan keakraban dengan


cara mengajak siswa untuk mengikuti permainan kecil dan sederhana secara
bersama-sama.
2. Tahap Perumusan Tujuan
Metode yang digunakan dalam pembelajaran menulis ini adalah metode
tanya jawab, ceramah, penugasan. Adapun fokus pembelajaran yang akan
disampaikan pada pertemuan ini yaitu mengenai pengertian karangan narasi,
unsur intrinsik karangan narasi, dan langkah-langkah menulis karangan narasi
berdasarkan media teks dialog.
3. Tahap Penyusunan Program
Pembelajaran dilaksanakan selama 4x40 menit, selama 2 hari. Adapun
langkah-langkah teknik rancangan program kegiatan pembelajaran menulis
sebagai berikut.
a. Guru menyampaikan indikator penyampaian dan menuliskannya di
papan tulis.
b. Selama 15 menit pertama guru menjelaskan materi menulis karangan
narasi.
c. Selama 15 menit guru meminta siswa membaca teks dialog dan
meminta beberapa siswa untuk membacakannya di depan kelas secara
berpasangan.
d. Selama 40 menit siswa menulis karangan narasi dengan cara
menarasikan teks dialog yang sudah dibacakan.

58

59

e. Selama 10 menit terakhir guru mengevaluasi siswa dengan


memberikan

beberapa

pertanyaan

yang

berhubungan

dengan

pembelajaran.
4. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Pada awal pembelajaran, seperti biasa guru memeriksa kehadiran siswa,
kemudian mengkondisikan kelas. Sebelum guru memberikan materi, guru
mengadakan tanya jawab kepada siswa dengan mengajukan pertanyaan tentang
karangan narasi dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal
siswa terhadap karangan narasi. Ada beberapa siswa yang menjawab pertanyaan
guru terhadap pertanyaan mengenai pengertian narasi dengan sebelumnya guru
yang memberi kata kunci. Setelah itu guru meminta siswa untuk menyimpulkan
jawaban yang telah diberikan siswa, dan ada pula siswa yang mau menyimpulkan
meskipun setengah-setengah, kemudian oleh guru dijelaskan dalam kegiatan
pemberian materi. Kegiatan ini dilakukan selama 5 menit.
Guru memberikan materi tentang pengertian karangan narasi, teks dialog,
dan langkah-langkah menulis karangan narasi dengan menggunakan media teks
dialog. Hal ini sesuai dengan metode yang digunakan yaitu metode ceramah dan
sesekali diskusi. Materi disampaikan selama kurang lebih 10 menit. Setelah itu,
guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang telah disampaikan. Untuk
kegiatan ini berlangsung 5 menit, karena hanya beberapa siswa saja yang
mengajukan pertanyaan, hal ini disebabkan karena para siswa terbiasa dengan
pembelajaran yang monoton, akibatnya ada rasa kurang percaya diri untuk

59

60

sekedar mengacungkan tangan untuk bertanya atau menjawab pertanyaan yang


disampaikan oleh guru.
Setelah itu guru membagikan teks dialog kepada siswa untuk dibaca dan
meminta beberapa siswa untuk membacakannya di depan secara berpasangan.
Dan hanya ada beberapa siswa saja yang mau membacakan teks dialog di depan,
yang lainnya memperhatikan dengan baik. Langkah selanjutnya siswa diminta
pendapatnya mengenai tema yang terkandung dari teks dialog tersebut. Hampir
seluruh siswa berpendapat bahwa tema teks dialog tersebut adalah kemacetan lalu
lintas di pagi hari. Langkah selanjutnya guru meminta siswa untuk membuat
karangan narasi. Siswa dapat mengambil peristiwa yang ada dalam teks dialog
dan mengubahnya menjadi karangan narasi dan mengembangkan imajinasinya
dengan memadukan pengalamannya dengan peristiwa yang ada dalam teks dialog.
Untuk kegiatan menulis karangan, siswa mempunyai alokasi waktu 40 menit.
Berikut adalah teks dialog yang dijadikan media pada siklus 1.
Wartawan

: Bagaimana keadaan lalu lintas saat ini, Pak?

Polisi

: Keadaan lalu lintas cukup padat, terutama ketika pagi hari, saat
berangkat kerja.

Wartawan

: Biasanya, tempat kemacetan tersebut di daerah mana?

Polisi

: Kemacetan biasanya terjadi di sekitar pasar dan tempat umum


lainnya.

Wartawan

: Jadi, di tempat seperti itulah polisi mengatur lalu lintas?

Polisi

: Bukan di tempat itu saja, tempat lain pun dijaga. Cuma tempat
seperti pasar dan tempat umum lainnya sangat rawan kemacetan.

60

61

Bila ini tidak ditanggulangi, akan menyebabkan kemacetan


sehingga masyarakat terganggu perjalanannya.
Wartawan

: Bagaimana kedisiplinan para pengendara kendaraan bermotor?

Polisi

: Para pengendara kendaraan bermotor ada yang disiplin, yang


tidak juga ada. Kebanyakan pelanggaran lalu lintas adalah tidak
mematuhi rambu-rambu lalu lintas.
Selama siswa membuat karangan, guru berkeliling memantau berjalannya

aktivitas siswa dalam menulis karangan narasi. Siswa terlihat antusias dalam
mengerjakan karangan mereka. Banyak yang bertanya langsung pula ketika guru
menjumpai meja belajar mereka. Ada siswa yang bertanya tentang apakah
karangan ini harus diberi judul, dan apakah boleh karangan yang dibuatnya itu
benar-benar pengalaman yang sangat menyedihkan. Guru mendiskusikan
pertanyaan tersebut kepada siswa lainnya, kemudian guru memberikan penjelasan
pada saat itu juga sampai siswa yang bersangkutan dan siswa yang lainnya
mengerti.
Setelah waktu yang ditentukan selesai, siswa mengumpulkan karangannya.
Sekilas guru memeriksa hasil pekerjaan siswa dan menemukan kesalahan pada
hasil karangannya terutama dalam penulisan nama dan tempat. Walaupun
demikian, pada pertemuan pertama ini siswa sebagian belum dapat menulis
karangan narasi dengan baik.
Sebelum pembelajaran berakhir, guru memberikan jurnal kepada siswa
untuk diisi sebagai respon mengenai pembelajaran. Menjelang akhir pembelajaran
guru meminta siswa untuk membaca karangan narasi yang lebih banyak lagi di

61

62

rumah masing-masing sebagai penambah daya imajinasi mereka untuk


pembelajaran berikutnya.
5. Evaluasi Hasil Pembelajaran dan Analisis Karangan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti mitra terhadap
aktivitas siswa selama pembelajaran diperoleh beberapa data sebagai berikut:
a.

Siswa serius dalam mengerjakan tugasnya, yaitu menulis karangan


narasi.

b.

Beberapa orang siswa kurang memperhatikan penjelasan guru.

c.

Ada beberapa orang siswa yang mengajukan pertanyaan dan


menjawab pertanyaan guru.

Gambaran lengkap mengenai aktivitas siswa dijelaskan dalam tabel berikut:


Tabel 4.1
Persentase Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus 1
No.

Hal yang diamati

Persentase

1.

Siswa aktif dalam pembelajaran

5%

2.

Siswa memperhatikan penjelasan guru

80%

3.

Siswa mengajukan pertanyaan atau pendapat

5%

4.

Siswa menjawab pertanyaan guru

65%

5.

Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan serius

85%

6.

Siswa mengikuti pelajaran sampai akhir

100%

Adapun hasil observasi peneliti mitra terhadap aktivitas guru diperoleh beberapa
data sebagai berikut:
1. Pengkondisian kelas pada awal pembelajaran kurang
2. Sudah sesuai dengan rencana pemanfaatan media teks wacana dialog

62

63

Berdasarkan kriteria penilaian karangan yang telah ditentukan, peneliti


menganalisis hasil karangan setiap siswa untuk mendapatkan skor karangan narasi
siswa. Setelah itu, peneliti mengambil tiga karangan siswa untuk dipaparkan pada
bab empat dengan catatan masing-masing satu orang yaitu skor tertinggi, sedang,
dan terendah. Analisis karangan ini dilakukan setiap siklus dengan tujuan untuk
mengetahui perkembangan kemampuan menulis siswa dan untuk mengetahui
letak kesalahan atau kekurangan siswa dalam menulis karangan narasi.
Kesalahan yang dilakukan pada pembelajaran siklus pertama, yaitu siswa
masih banyak yang kurang dalam pengembangan isi karangan. Isi karangan siswa
sebenarnya sudah sesuai dengan teks percakapan, namun ada beberapa siswa yang
mengembangkan ceritanya masih terbatas, sehingga jalan cerita terasa terlalu
ringan dibaca. Hal tersebut karena masih lemahnya siswa dalam menceritakan
karangan dengan alur yang baik. Latar yang disajikan sudah sesuai dengan teks
percakapan, tetapi penguasaan penciptaan tokoh masih lemah.
Berkaitan dengan masalah ejaan masih banyak siswa yang melakukan
kesalahan. Kesalahan tersebut meliputi tanda baca, penulisan huruf, dan
penyingkatan kata, sedangkan mengenai unsur yang lainnya pada umumnya sudah
cukup bagus, namun tinggal pengembangannya harus ditingkatkan. Berikut
dipaparkan tiga karangan siswa siklus 1 dengan kriteria tertinggi, sedang, dan
terendah:

63

64

Nomor Subjek: 24
Analisis
Ejaan yang terdapat dalam karangan di atas masih banyak terdapat
kesalahan dan masih banyak yang harus diperbaiki lagi. Dalam pemilihan kata
sudah baik, meski ada sedikit kesalahan, kesalahan tersebut tidak sampai
mengaburkan makna. Kesalahan tanda baca, penggunaan huruf kapital,
penggunaan partikel, dan penggunaan kalimat yang rancu ditampilkan pada
karangan di atas.
Pengembangan isi karangan cukup dan relevan dengan teks percakapan,
meskipun harus lebih dikembangkan. Judul yang diangkat pun relevan dengan
cerita yang terdapat dalam teks percakapan, tetapi kurang menarik minat pembaca
karena ada kalimat yang diulangi dalam satu paragraf. Karangan di atas berjudul
Keadaan Lalu Lintas.
Alur dalam karangan ini cukup logis, ada awal, tengah, dan akhir cerita.
Akan tetapi pengaluran yang ditampilkan kurang dikembangkan. Dalam
penokohan, seluruh tokoh yang ada di dalam teks percakapan, disebutkan di
dalam karangan.
Latar atau setting yang ditampilkan dalam karangan terlihat cukup jelas
sesuai dengan teks percakapan. Seperti menyebutkan suatu tempat, misalnya pasar
dan tempat umum lainnya. secara lebih rinci, penilaian karangan narasi subjek 24
akan dijabarkan dalam tabel di bawah ini:

64

65

Tabel 4.2
Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 24
Skor Kualifikasi
Komponen yang
Dinilai

SB

Diksi

Ejaan

Bobot

Skor
Siswa

Judul

Tokoh

Latar

Alur

8
25

Jumlah

25
Nilai =

x 100 = 89,28
28

Nomor Subjek: 19
Analisis
Karangan pada subjek 19 banyak terdapat kesalahan dalam ejaan.
Kesalahan tanda baca, penyingkatan yang tidak sesuai, dan penulisan huruf
kapital di berbagai kata banyak dimunculkan dalam karangan di atas. Pemilihan
kata sudah cukup baik.
Karangan tersebut terdiri dari dua paragraf. Pengembangan isi karangan
cukup relevan dengan tema. Isi karangan sudah sesuai dengan teks percakapan.
Judul yang diangkat terlihat lebih khusus dan cukup menarik, sehingga membuat
orang lain penasaran dan ingin membacanya.

65

66

Alur dalam karangan ini cukup baik, logis dan sesuai dengan teks
percakapan, yaitu ada awal, tengah, dan akhir cerita. Alur terlihat membungkus
karangan, sehingga karangan terlihat lebih padat. Namun tetap kurang dalam
pengembangannya.
Dalam penokohan tampak sangat baik, karena seluruh tokoh disebutkan
sesuai dengan teks percakapan yang menjadi acuannya. Pelataran atau setting pun
tampak disebutkan dengan rinci dan jelas. Secara lehih rinci, penilaian karangan
narasi akan dijabarkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 19
Skor Kualifikasi
Komponen yang
Dinilai

SB

Diksi

Ejaan

Bobot

Skor
Siswa

Judul

Tokoh

Latar

Alur

21

Jumlah
21
Nilai =

x 100 = 75
28

Nomor Subjek: 3
Analisis

66

67

Karangan subjek 3 terdiri dari dua paragraf. Terdapat banyak kesalahan


ejaan dalam karangan ini, seperti tanda baca, penggunaan huruf kapital yang tidak
sesuai, dan penyingkatan kata yang tidak seharusnya.
Isi karangan ada yang pengembangannya sudah cukup baik, dan ada pula
yang belum dikembangkan. Judul yang diangkat sangat relevan dengan isi
karangan.
Pengaluran karangan tidak tersusun secara baik, karena hanya ada tahap
awal dan tengah. Dalam penyusunan kalimat pun ada sesuatu yang rancu.
Kemudian, latar atau setting yang ditampilkan sudah sesuai dengan teks
percakapan, tetapi masih kurang tepat dalam penempatannya. Begitu pula dalam
penokohan, tokoh polisi tidak tampak sesuai dengan yang ada dalam teks
percakapan. Secara lebih rinci, penilaian karangan narasi subjek 3 akan dijabarkan
dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.4
Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 3
Skor Kualifikasi
Komponen yang
Dinilai

SB

Diksi

Ejaan

Judul

Tokoh
Latar

2
3

Alur

Bobot

Skor
Siswa

4
16

Jumlah

67

68

16
Nilai =

x 100 = 57,14
28

Tabel 4.5
Rekapitulasi Nilai Karya Siswa Siklus 1
SISWA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Diksi
C
C
C
C
B
B
B
B
C
C
SB
B
C
K
C
B
B
B
B
B
C
C
B
SB
B

KOMPONEN PENILAIAN
Ejaan Judul
Tokoh
Latar
C
SB
C
B
K
SB
B
C
K
SB
C
B
C
SB
SB
SB
C
C
SB
SB
C
SB
B
SB
C
C
SB
SB
C
SB
C
SB
C
SB
SB
SB
B
SB
C
SB
C
SB
C
SB
C
SB
C
SB
C
SB
C
SB
K
SB
SB
SB
C
SB
C
SB
B
SB
SB
SB
C
SB
SB
SB
K
SB
B
B
B
SB
C
SB
B
SB
SB
SB
C
SB
SB
SB
C
SB
C
SB
C
SB
SB
SB
C
SB
SB
SB
C
SB
SB
SB
Nilai rata-rata

68

Alur
C
SB
C
B
B
SB
C
C
C
B
SB
B
B
SB
C
C
SB
B
C
B
B
B
SB
B
C

Skor

Nilai

17
20
16
22
21
24
21
19
20
21
24
21
20
18
18
22
25
20
20
24
22
20
25
24
21
21

60,71
71,42
57,14
78,57
75
85,71
75
67,85
71,42
75
85,71
75
71,42
64,85
64,85
78,57
89,28
71,42
71,42
85,71
78,57
71,42
89,28
85,71
75
75,18

69

6. Refleksi
Refleksi dilakukan setelah peneliti mengidentifikasi data yang diperoleh
dari hasil observasi peneliti mitra (observer), catatan lapangan yang dilakukan
peneliti dan mitra peneliti selama pembelajaran berlangsung, dan jurnal siswa.
Dari hasil observasi pada siklus 1 diperoleh data bahwa guru/peneliti
sudah cukup baik dalam mengajar dan menerangkan materi. Guru mengontrol
siswa yang duduk di posisinya, dengan mengatur posisinya, guru berdiri. Jadi,
guru tidak hanya berdiri di satu posisi ketika sedang memberikan penjelasan,
tetapi juga berpindah-pindah tempat dan memberikan perhatian kepada siswa
sehingga siswa lebih merasa diperhatikan.
Namun, ada beberapa hal yang kurang diperhatikan oleh guru, yaitu
kurang mengkondisikan kelas pada awal pembelajaran, sehingga daya simak
siswa cukup rendah. Hal ini menunjukkan bahwa guru kurang tegas dalam
menghadapi siswa yang sedang mengobrol dengan teman sebangkunya. Selain itu
pengelolaan waktu yang kurang optimal membuat beberapa siswa mengeluh
karena waktu yang diberikan terlalu sedikit untuk menulis karangan narasi. Guru
sudah cukup memotivasi siswa, namun karena siswa sedang mengalami
penyesuaian yang baru dengan diajar oleh guru yang baru sebagai peneliti, siswa
masih enggan dalam bertanya atau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
guru.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas, guru berusaha untuk
memberikan tindakan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan
berikutnya. Pada awal pembelajaran guru akan berusaha untuk lebih

69

70

mengkondisikan siswa agar dapat berkonsentrasi dalam pembelajaran dengan


memberikan

motivasi

awal

yang

lebih

menarik.

Kemudian,

untuk

mengkondisikan siswa yang hobi mengobrol ketika proses belajar mengajar


berlangsung, guru akan lebih banyak berkeliling dan memberikan perhatian lebih.
Pada pertemuan berikutnya guru akan lebih banyak mengalokasikan waktu
untuk kegiatan menulis narasi. Sedangakan untuk mengaktifkan siswa dalam hal
bertanya atau menjawab pertanyaan, guru akan mencoba metode inquiri dengan
memberi contoh karangan narasi yang mempunyai banyak kesalahan. Dengan
metode ini diharapkan siswa dapat lebih aktif dan lebih kritis dalam pembelajaran.
Jurnal siswa yang diberikan kepada siswa sebagai respon pembelajaran
menunjukkan pada umumnya siswa memberikan respon positif terhadap
pembelajaran yang telah dilakukan dan hanya beberapa orang saja yang
memberikan respon negatif atau tidak berkomentar. Hal ini dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.6
Persentase Komentar Siswa Siklus 1
Respon

Frekuensi

Persentase

Positif

24

95%

Negatif

5%

Tidak berkomentar

25

100%

Jumlah

70

71

Berdasarkan tabel persentase komentar siswa di atas diperoleh data siswa


yang merespon positif sebanyak 24 orang dengan persentase 95 persen, dan
respon negatif 1 orang dengan persentase sebesar 5 persen.
Sedangkan tes hasil kemampuan siswa dalam membuat karangan narasi
menunjukkan bahwa skor kemampuan siswa masih kurang. Hal ini dapat dilihat
dari perolehan skor siswa dan nilai rata-rata siswa.
Tabel 4.7
Perolehan Skor Siswa Siklus 1
Tingkat Penguasaan

Skor

Nilai

Skor tertinggi

25

89,28

Skor sedang

21

75

Skor terendah

16

57,14

Rata-rata

21

75,18

Dari tabel di atas diperoleh data bahwa nilai tertinggi kemampuan siswa
siklus ke-1 adalah 89,28, sedang 75, dan terendah 57,14. Rata-rata nilai
keseluruhan adalah 75,18. Berikut jumlah siswa yang memperoleh skor
berdasarkan skala lima.
Tabel 4.8
Perolehan Skor Siswa Berdasarkan Skala Lima pada Siklus 1
Interval

Kriteria Penilaian

Jumlah Siswa

85 100

Baik sekali

75 84

Baik

60 74

Cukup

40 59

Kurang

0 39

Kurang sekali

Tingkat Penguasaan

71

72

Dari tabel di atas diperoleh data nilai siswa yang memenuhi kriteria kurang
sebanyak 1 orang, kriteria cukup 9 orang, kriteria baik 9, dan kriteria baik sekali 6
orang.
D. Tahap Kegiatan Pembelajaran Menulis Narasi Siklus 2
1. Tahap Pembinaan Keakraban
Pada siklus kedua ini, guru juga melakukan pembinaan keakraban.
Pembinaan keakraban dilakukan dengan cara melakukan senam kecil bersama di
dalam kelas, hal ini bertujuan agar siswa dapat merasa lebih rileks dan nantinya
dapat berkonsentrasi dengan lebih pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
2. Tahap Perumusan Tujuan
Berdasarkan refleksi pada siklus pertama, peneliti menyusun perencanaan
untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus selanjutnya. Hasil observasi pada
siklus pertama menunjukkan beberapa cacatan penting mengenai aktivitas guru
dan siswa di kelas. Namun, secara keseluruhan tercatat bahwa pembelajaran
menulis karangan narasi dengan menggunakan media teks dialog sudah cukup
berhasil meningkatkan kemampuan menulis siswa. Namun demikian, masih
terdapat beberapa kelemahan pada hasil karangan siswa dalam pengembangan isi
dan ejaan.
Seperti pada pertemuan pertama, peneliti kembali menyusun rencana
pembelajaran. Pada pertemuan kedua guru akan mencoba untuk meningkatkan
keaktifan siswa dengan mencoba metode yang lain, yaitu metode inquiri. Selain
metode inquiri, metode ceramah, metode tanya jawab dan metode penugasan akan

72

73

tetap digunakan. Materi difokuskan pada bagaimana mengembangkan daya


imajinasi siswa dan penggunaan ejaan.
Pada pembelajaran siklus 2 ini pengelolaan waktu di kelas akan lebih
diperhatikan. Khusus untuk kegiatan menulis karangan narasi akan disediakan
alokasi waktu yang lebih banyak daripada pembelajaran siklus pertama. Ketika
sedang mengajar, guru berusaha dengan suara yang nyaring agar siswa yang
duduknya di belakang dapat dengan jelas mendengar apa yang disampaikan oleh
guru. Tidak hanya itu, guru pun tetap melakukan yang dilakukan pada siklus 1,
yaitu berkeliling memperhatikan siswa, agar siswa yang ingin bertanya dengan
mudah dan tanpa malu-malu dapat bertanya. Dan tentunya agar siswa dapat lebih
merasa diperhatikan oleh guru. Selanjutnya guru memotivasi dan memberikan
berbagai pengakuan terhadap siswa seperti dengan ucapan cerdas, jenius, pintar,
hebat, bagus bagi siswa yang aktif dalam pembelajaran.
Hasil karangan siswa pada siklus pertama menunjukkan masih lemahnya
siswa dalam penulisan ejaan dan pengembangan isi karangan, sehingga
pembelajaran siklus 2 ini ditekankan pada pencapaian penguasaan yang kurang
tersebut.
Evaluasi yang digunakan pada pembelajaran siklus 2 ini masih sama
dengan evaluasi pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran siklus 1, yaitu
evaluasi proses dan evaluasi hasil. Seperti pada siklus sebelumnya guru juga
sudah mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi, lembar
jurnal siswa, dan catatan lapangan.
3. Tahap Penyusunan Program

73

74

Pembelajaran siklus 2 dilaksanakan selama 2x40 menit. Adapun langkahlangkah-langkah teknik rancangan program kegiatan pembelajaran menulis
sebagai berikut.
a. Guru menyampaikan indikator penyampaian dan menuliskannya di
papan tulis.
b. Selama 10 menit pertama guru mengulangi materi menulis karangan
narasi.
c. Selama 10 menit guru meminta siswa membaca teks dialog dan
meminta beberapa siswa yang belum tampil pada pertemuan
sebelumnya untuk membacakannya di depan kelas secara berpasangan.
d. Selama 50 menit siswa menulis karangan narasi dengan cara
memperbaiki karangan narasi sebelumnya dan disesuaikan dengan teks
dialog yang sudah dibacakan.
e. Selama 10 menit terakhir guru mengevaluasi pemahaman siswa
dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan
pembelajaran.
4. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Pada awal pembelajaran guru terlebih dahulu memeriksa kehadiran siswa
dan mengkondisiskan siswa untuk siap memulai pembelajaran. Guru juga
memberikan motivasi kepada siswa. Motivasi yang diberikan kepada siswa adalah
dengan memberikan berbagai pujian sebagai pengakuan terhadap segala sesuatu
yang dilakukan siswa. Selanjutnya guru melakukan apersepsi mengenai materi
yang telah mereka dapatkan pada pertemuan sebelumnya.

74

75

Sebelum guru memberikan materi, terlebih dahulu guru menyuruh siswa


untuk menukar hasil karangan mereka dengan teman sebangku untuk saling
mengoreksi hasil karangan mereka yang ditulis pada pertemuan sebelumnya.
Kegiatan ini dilakukan selama sepuluh menit. Setelah melakukan silang baca,
guru dan siswa membahas kesalahan dan kekurangan dalam menulis karangan
yang umum dilakukan pada pembelajaran sebelumnya dengan menampilkan satu
karangan siswa, kemudian dibahas bersama-sama. Langkah selanjutnya guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hasil evaluasi.
Ada beberapa siswa yang bertanya dan mengajukan pendapat dalam kegiatan ini,
kemudian guru memberikan ucapan pujian-pujian yang membangun kepada siswa
yang bersangkutan.
Kemudian, untuk menambah penguasaan siswa terhadap materi, guru
kembali menerangkan materi tentang karangan narasi dan penggunaan ejaan yang
baik dan benar. Setelah memberikan materi, guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya.
Setelah menganggap siswa menguasai materi, maka langkah selanjutnya
guru membagikan teks dialog kepada siswa untuk dibaca. Teks dialog yang
digunakan sebagai media pembelajaran masih sama dengan teks dialog yang
digunakan pada siklus pertama. Setelah itu guru meminta beberapa siswa untuk
membacakan teks dialog tersebut di depan kelas secara berpasangan. Selanjutnya
siswa diminta untuk membuat karangan narasi. Selama kurang lebih 45 siswa
mengerjakan tugas yang diberikan guru yaitu memperbaiki karangan narasi yang
ditulis pada pertemuan sebelumnya. Pada saat kegiatan itu berlangsung, guru

75

76

memantau aktivitas siswa dengan cara berkeliling. Sebagian siswa ada yang tidak
mencantumkan judul karangannya sehingga guru harus mengingatkan siswa.
Pada akhir pembelajaran, guru membagikan jurnal siswa untuk diisi oleh
siswa sebagai respon terhadap pembelajaran yang sudah dilakukan. Guru juga
tidak lupa untuk mengulas kembali materi yang sudah dipelajari dan memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
5. Evaluasi Hasil Pembelajaran dan Analisis Karangan
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh mitra peneliti terhadap aktivitas
guru dan siswa, diperoleh data bahwa pada pembelajaran siklus 2 ini siswa sudah
aktif dalam pembelajaran, baik dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan
guru, siswa juga serius dalam mengerjakan tugas dan lebih memperhatikan
penjelasan yang diberikan oleh guru.
Adapun gambaran proses belajar mengajar dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.9
Persentase Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus 2
No.

Hal yang diamati

Persentase

1.

Siswa aktif dalam pembelajaran

95%

2.

Siswa memperhatikan penjelasan guru

100%

3.

Siswa mengajukan pertanyaan atau pendapat

85%

4.

Siswa menjawab pertanyaan guru

65%

5.

Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan serius

100%

6.

Siswa mengikuti pelajaran sampai akhir

100%

Adapun hasil observasi peneliti mitra terhadap aktivitas guru ditentukan


beberapa data sebagai berikut:
1. Guru sudah cukup baik dalam mengelola waktu

76

77

2. Guru sudah baik dalam memotivasi siswa sehingga siswa mulai aktif
dalam pembelajaran.
Nomor Subjek: 24
Analisis
Pilihan kata yang digunakan di atas tidak mengalami kemajuan, karena
karangan yang ditulis diatas sama persis dengan karangan sebelumnya di
siklus pertama. Ejaan dalam karangan ini pun sudah mengalami banyak
kemajuan, hal ini dapat dilihat dari penulisan tanda baca dan huruf kapital
yang semakin baik digunakan dalam karangan ini.
Isi karangan masih sama dengan karangan sebelumnya, namun sudah
cukup berkembang dalam penyampaiannya. Judul karangan yang digunakan
masih sama, namun penulisannya yang belum benar sudah terlihat lebih baik.
Pengaluran dalam karangan ini tetap sama (awal, tengah dan akhir
cerita disusun secara logis dan sangat baik) karena cerita dan jalan ceritanya
tidak ada yang diubah sama sekali. Hal ini terjadi mungkin karena siswa sudah
yakin dan merasa benar dengan karangan yang dibuatnya.
Tokoh dan latar yang ditampilkan pun sudah cukup jelas dan relevan
dengan isi teks percakapan. Secara lebih rinci, penilaian karangan narasi di
atas akan dijabarkan dalam tabel di bawah ini.

77

78

Tabel 4.10
Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 24
Skor Kualifikasi
Komponen yang
Dinilai

SB

Diksi

Bobot

Skor
Siswa

Ejaan

Judul

Tokoh

Latar

Alur

8
27

Jumlah
27
Nilai =

x 100 = 96,42
28

Nomor Subjek: 19
Analisis
Karangan di atas tidak mengalami kemajuan yang berarti dengan karangan
sebelumnya, artinya dalam karangan pada subjek 19 ini masih terdapat banyak
kesalahan ejaan. Kesalahan tanda baca, penyingkatan yang tidak sesuai, dan
penulisan huruf kapital di berbagai kata banyak dimunculkan dalam karangan di
atas. Namun, kesalahan dalam penyingkatan yang tidak sesuai tidak terlalu
banyak seperti pada karangan sebelumnya. Pemilihaan kata yang digunakan
terlihat lebih baik lagi dalam penggunaannya.
Pengembangan isi karangan yang digunakan menjadi lebih baik lagi.
Karangan yang disampaikan sudah cukup mewakili dan relevan dengan tema dan
isi teks. Isi karangan sudah sesuai dengan teks percakapan. Judul yang digunakan
78

79

dalam karangan ini terlihat lebih umum dari judul pada karangan sebelumnya.
Namun, judul yang digunakan tetap baik dan sesuai dengan pengembangan isi
karangan yang ditulis. Alur yang digunakan pun masih tetap baik.
Penokohan tampak baik, karena seluruh tokoh yang disebutkan berkurang
dari isi teks percakapan yang menjadi acuannya. Latar atau setting dalam
karangan di atas sudah cukup jelas dan disebutkan dengan rinci. Secara lebih
rinci, penilaian karangan narasi akan dijabarkan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.11
Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 19
Skor Kualifikasi
Komponen yang Dinilai

SB

Diksi

Ejaan

Judul

Bobot

Skor
Siswa

Tokoh

Latar

Alur

6
22

Jumlah
22
Nilai =

x 100 = 78,57
28

Nomor Subjek: 3
Analisis
Karangan ini mengalami banyak kemajuan dibandingkan karangan
sebelumnya di siklus pertama. Ejaan dalam karangan ini sudah lebih baik. Dalam
penulisan tanda baca, penggunaan huruf kapital yang tidak sesuai, dan
79

80

penyingkatan kata yang tidak seharusnya, walaupun masih terdapat beberapa


kesalahan. Pemilihan kata yang digunakan pun menjadi lebih menarik jika dibaca.
Pengembangan yang digunakan dalam karangan sudah lebih baik. Judul
yang diangkat sama dengan karangan sebelumnya, sangat relevan dengan isi
karangan.
Alur dalam karangan sudah tersusun secara baik, karena adanya tahap
awal, tengah, dan akhir. Kemudian, latar atau setting yang ditampilkan sudah
sesuai dengan teks percakapan, dan sudah terlihat tepat dalam penempatannya.
Begitu pula dalam penokohan, tokoh polisi sudah tampak, sesuai dengan isi dalam
teks percakapan. Secara lebih rinci, penilaian karangan narasi subjek 3 akan
dijabarkan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.12
Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 3
Skor Kualifikasi
Komponen yang
Dinilai

SB

Bobot

Skor
Siswa

Diksi

Ejaan

Judul

Tokoh

Latar

Alur

25

Jumlah
25
Nilai =

x 100 = 89,28
28

80

81

Tabel 4.13
Rekapitulasi Nilai Karya Siswa Siklus 2
SISWA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Diksi
C
C
B
C
B
B
B
C
C
C
SB
B
C
K
C
B
B
B
B
B
C
C
B
SB
B

KOMPONEN PENILAIAN
Ejaan Judul
Tokoh
Latar
SB
SB
SB
C
SB
SB
SB
C
B
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
B
C
SB
SB
SB
SB
B
SB
SB
C
SB
SB
SB
SB
C
SB
SB
SB
SB
SB
B
SB
C
SB
SB
SB
C
SB
B
SB
C
SB
B
SB
C
SB
C
SB
SB
SB
SB
SB
C
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
C
SB
B
B
SB
SB
C
SB
B
SB
SB
SB
B
SB
SB
SB
B
SB
C
SB
SB
SB
SB
SB
B
SB
SB
SB
C
SB
SB
SB
Nilai rata-rata

Alur
C
C
B
B
SB
SB
B
B
C
B
SB
B
B
C
C
C
SB
B
C
B
B
C
SB
B
B

Skor

Nilai

20
20
25
24
22
26
23
22
22
21
26
22
21
19
20
23
27
22
21
24
23
19
27
25
23
22,68

71,42
71,42
89,28
85,71
78,57
92,85
82,14
78,57
78,57
75
92,85
78,57
75
67,85
71,42
82,14
96,42
78,57
75
85,71
82,14
67,85
96,42
89,28
82,14
80,99

6. Refleksi
Dari hasil identifikasi data yang diperoleh dari observer, catatan lapangan
dan jurnal siswa selama pembelajaran siklus 2. Peneliti kembalai melakukan
refleksi terhadap pembelajaran siklus 2.

81

82

Diperoleh data dari hasil observasi bahwa guru sudah jelas dalam
menyampaikan materi kepada siswa, kecermatan pengelolaan waktu sudah cukup
baik, dan guru sudah baik dalam mengkondisikan dan memberikan motivasi
kepada siswa.
Berdasarkan hasil catatan lapangan, penulis mencatat bahwa pembelajaran
siklus 2 sudah mengalami peningkatan yang lumayan signifikan, hal ini dapat
dibuktikan dengan meningkatnya keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab
pertanyaan. Tidak ada lagi siswa yang mengeluh kurangnya waktu untuk menulis
karangan narasi. Siswa yang melakukan kegiatan di luar kegiatan belajar mengajar
sudah mulai berkurang, hal ini karena guru lebih memperhatikan kegiatan belajar
mengajar mereka.
Berdasarkan hasil observasi dan catatan lapangan, dapat disimpulkan
bahwa pembelajarn pada siklus 2 mengalami banyak peningkatan.
Jurnal siswa yang diberikan kepada siswa sebagai bahan pemerhati respon
pembelajaran pada siklus 2, umumnya respon positif lebih banyak daripada
respon negatif atau tidak berkomentar. Hal ini dapat dilihat dari angka persentase
berikut ini.
Tabel 4.14
Persentase Komentar Siswa Siklus 2
Respon

Frekuensi

Persentase

Positif

23

90%

Negatif

5%

Tidak berkomentar

5%

Jumlah

25

100%

82

83

Berdasarkan tabel persentase komentar siswa di atas diperoleh data siswa


yang merespon positif sebanyak 23 orang dengan persentase 90% persen, respon
negatif 1 orang dengan persentase sebesar 5% persen, dan tidak berkomentar 1
orang dengan persentase 5%.
Selanjutnya, untuk hasil kemampuan siswa dalam membuat karangan
narasi menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Berikut perolehan skor
siswa dan nilai rata-rata siswa.
Tabel 4.15
Perolehan Skor Siswa Siklus 2
Tingkat Penguasaan

Skor

Nilai

Skor tertinggi

27

96,42

Skor sedang

22

78,57

Skor terendah

19

67,85

22,68

80,99

Rata-rata

Dari tabel di atas diperoleh data bahwa nilai tertinggi kemampuan siswa
siklus 2 adalah 96,42, terendah 67,85, dan rata-rata nilai adalah 80,99. Berikut
jumlah siswa yang memperoleh skor berdasarkan skala lima.
Tabel 4.16
Perolehan Skor Siswa Berdasarkan Skala Lima pada Siklus 2
Interval

Kriteria Penilaian

Jumlah Siswa

85 100

Baik sekali

75 84

Baik

13

60 74

Cukup

40 59

Kurang

0 39

Kurang sekali

Tingkat Penguasaan

83

84

Dari tabel di atas diperoleh data nilai siswa yang memenuhi kriteria baik
sekali sebanyak 7 orang, kriteria baik 13 orang, dan kriteria cukup 5 orang. Dari
satu siswa yang memperoleh nilai kurang di siklus 1, ia tidak lagi memperoleh
nilai kurang dari 60.
E. Analisis Hasil Penelitian
1.

Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi dengan


Penggunaan Media Teks Dialog
Dari hasil analisis karangan yang dilakukan pada setiap siklus, pada

dasarnya siswa sudah mengalami peningkatan dalam menulis karangan narasi


dengan menggunakan media teks dialog. Hal ini dapat dibuktikan dengan
meningkatnya perolehan skor dan nilai yang diraih siswa pada setiap siklus,
walaupun ada beberapa orang yang sedikit sekali mengalami peningkatan ataupun
tidak mengalami peningkatan dari siklus satu ke siklus berikutnya.
Adapun letak kesalahan dan kekurangan siswa dalam menulis karangan
narasi sebagian besar terletak pada penggunaan ejaan, diksi, penokohan,
penguasaan latar/setting, penguasaan pengaluran. Sedangkan pengembangan isi
karangan sudah cukup baik. Untuk mengetahui perkembangan kemampuan siswa
dalam menulis karangan narasi dijabarkan pada tabel berikut:

84

85

Tabel 4.17
Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi
Nilai Tiap Siklus

Siswa

60,71

71,42

71,42

71,42

57,14

89,28

78,57

85,71

75

78,57

85,71

92,85

75

82,14

67,85

78,57

71,42

78,57

10

75

75

11

85,71

92,85

12

75

78,57

13

71,42

75

14

64,85

67,85

15

64,85

71,42

16

78,57

82,14

17

89,28

96,42

18

71,42

78,57

19

71,42

75

20

85,71

85,71

21

78,57

82,14

22

71,42

67,85

23

89,28

96,42

24

85,71

89,28

25

75

82,14

Nilai Rata-rata

75,18

80,99

85

86

Berdasarkan tabel di atas, tampak jelas perolehan skor kemampuan setiap


siswa dari siklus satu ke siklus berikutnya mengalami peningkatan, meskipun ada
beberapa siswa yang sedikit sekali mengalami peningkatan. Berikut jumlah siswa
yang memperoleh skor berdasarkan skala lima dari siklus pertama sampai siklus
kedua.
Tabel 4.18
Perolehan Nilai Siswa dalam Skala Lima
Siklus

Kategori Nilai

13

Dari data di atas diperoleh data tingkat penguasaan tertinggi, terendah, dan
rata-rata. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.19
Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi Setiap Siklus
Perolehan Nilai Setiap Siklus

Tingkat Penguasaan

Tingkat kemampuan tertinggi

89,28

96,42

Tingkat kemampuan terendah

57,14

67,85

Tingkat kemampuan rata-rata

75,18

80,99

Dari tabel di atas menunjukkan tingkat kemampuan siswa dari siklus


pertama sampai siklus kedua mengalami peningkatan. Tingkat kemampuan
tertinggi siklus 1 memperoleh nilai 89,28 dan siklus kedua memperoleh nilai

86

87

96,42. Tingkat kemampuan terendah siswa siklus pertama memperoleh skor 57,14
dan siklus kedua memperoleh nilai 67,85. Tingkat kemampuan rata-rata nilai
siswa siklus pertama adalah 75,18 dan rata-rata nilai siswa siklus kedua adalah
80,99.
F. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembelajaran menulis di sekolah yang menjadi subjek penelitian ini
dilakukan dengan perencanaan dan pelaksanaan yang matang. Guru mempunyai
peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Guru tidak hanya
tepat dalam menggunakan teknik pembelajaran, tetapi juga mampu menggunakan
media yang mendukung kegiatan belajar. Karena dengan menggunakan media/alat
peraga, minat dan perhatian siswa pula dapat ditingkatkan.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa pembelajaran menulis
dengan

menggunakan

media

teks

wacana

dialog

dapat

meningkatkan

keterampilan menulis siswa. Setelah menganalisis hasil karangan siswa secara


keseluruhan, mulai dari siklus ke-1 dan siklus ke-2, diperoleh data bahwa
kemampuan siswa dalam menulis cerpen terus meningkat. Hal ini ditunjukkan
oleh peningkatan nilai 89,28 (A) baik sekali dan terendah 57,14 (D) kurang.
Siklus kedua menunjukkan peningkatan dari siklus sebelumnya, nilai tertinggi
96,42 (A) baik sekali dan terendah 67,85 (C) cukup.
Pada siklus pertama, siswa yang mendapat nilai kurang (D) hanya 1 orang,
nilai cukup (C) mencapai 9 orang, nilai baik (B) 9 orang, dan baik sekali (A) 6
orang. Siklus kedua, siswa yang mendapat nilai kurang (D) tidak ada, ini berarti
mengalami peningkatan kemampuan menulis, sedangkan nilai cukup (C)

87

88

sebanyak 5 orang, nilai baik (B) sebanyak 13 orang, dan nilai baik sekali (A)
terdapat 7 orang.
Peningkatan tersebut dapat terjadi karena kendala yang terjadi pada setiap
siklus dapat diatasi pada siklus-siklus berikutnya. Misalnya pada siklus ke-1 siswa
tampak kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Kendala tersebut tidak
terjadi lagi pada siklus ke-2 karena adanya perbaikan. Selain itu, adanya
peningkatan skor dan nilai terjadi karena pada setiap siklus hasil karya siswa
hanya tinggal direvisi beberapa kesalahan saja. Kesalahan yang umum dilakukan
oleh siswa mengenai aspek menulis terdapat dalam hal ejaan, pilihan kata,
penataan paragraf dan isi karangan. Dalam hal ejaan kesalahannya dalam dijumpai
dalam penulisan huruf, penggunaan tanda baca, penulisan kata dan sebagainya.
Dalam hal pilihan kata, kesalahan yang dilakukan pada umumnya terdapat pada
ketidaktepatan pemilihan kata yang sesuai dengan konteks kalimat. Sedangkan
kesalahan dalam hal penataan paragraf dan isi karangan terdapat pada penyusunan
paragraf yang tidak sesuai dengan kesatuan isi maupun bentuk dan
ketidakpahaman siswa mengenai organisasi karangan. Kesalahan-kesalahan
tersebut dapat diatasi pada setiap siklusnya dengan memberikan pengarahan yang
tepat kepada siswa.
Siswa yang mengalami peningkatan tertinggi pada setiap pembelajaran
bukan berarti adalah siswa yang memiliki nilai tertinggi. Begitu pun bagi siswa
yang mengalami peningkatan terendah dalam setiap pembelajaran bukan berarti
siswa yang memiliki nilai terendah.

88

89

Dari pembahasan di atas, ada beberapa temuan yang diperoleh dari


penelitian ini. Adapun hasil temuan pada penelitian ini dikelompokkan atas dua
hal yang menyangkut pelaksanaan proses belajar mengajar menulis dengan
menggunakan media teks wacana dialog dan hasil dari kegiatan belajar
mengajarnya.

Kedua

segi

ini

sangat

berhubungan

erat

dalam

proses

pengajarannya.
Temuan mengenai proses pelaksanaan proses belajar mengajar menulis
dengan menggunakan media teks wacana dialog adalah keterlibatan siswa dalam
mengikuti pelajaran ditentukan oleh motivasi yang diberikan oleh guru. Dalam hal
ini guru mempunyai peran yang sangat menentukan tercapainya suatu proses
pembelajaran. Keberhasilan proses belajar mengajar dan pencapaian hasil belajar
siswa sebagian besar ditentukan oleh peran dan kompetensi guru. Hal ini dapat
diartikan bahwa guru sebagai tenaga pengajar yang telah memiliki kemampuan
tertentu harus mampu berperan sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator,
dan sebagai fasilitator. Siswa pun akan antusias dalam belajar apabila ada hal-hal
baru yang disajikan oleh guru, baik berupa teknik pembelajaran yang menarik dan
baru maupun media yang berbeda dengan media-media sebelumnya. Tentunya
media tersebut harus menunjang kegiatan belajar. Hal tersebut senada dengan
Munadi yang berpendapat bahwa penggunaan media atau alat bantu disadari oleh
banyak praktisi pendidikan sangat membantu aktivitas proses pembelajaran baik
di dalam maupun di luar kelas, terutama membantu peningkatan prestasi belajar
siswa.1
1

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru (Jakarta: Gaung Persada Press,
2008), h. 2.

89

90

Dalam menyajikan bahan pembelajaran menulis, guru harus mampu


memperhatikan keterlibatan, partisipasi, inisiatif, dan pemahaman siswa terhadap
apa yang diajarkan. Jangan sampai siswa mampu menguasai segala hal tentang
menulis secara teori, tetapi kurang mampu dalam kegiatan menulis yang
sebenarnya.
Penggunaan media teks wacana dialog cukup efektif meningkatkan
keterampilan menulis siswa. Tujuan penggunaan media teks wacana dialog
sebagai upaya meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis dapat dikatakan
sudah tercapai.
Berdasarkan hasil temuan di atas, penelitian ini mempunyai beberapa
implikasi, baik implikasi teoritis maupun implikasi praktis.
1. Implikasi Teoritis
Pembelajaran menulis karangan narasi dengan penggunaan media
teks wacana dialog pada siswa kelas VII-2 Madrasah Tsanawiyah Negeri
38 Jakarta cukup efektif dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa.
Meskipun ada hal yang menjadi catatan penting, yaitu dalam pemilihan
media diperlukan teks dialog (teks percakapan) yang sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa untuk dikembangkan lagi menjadi karangan narasi.
Secara umum pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah tersebut
sedah sesuai dengan apa yang diharapkan. Sebagai implikasi teoritisnya
diperlukan adanya beberapa perbaikan dalam hal perencanaan dan
pelaksanaan. Perbaikan tersebut meliputi pemilihan media teks dialog
yang benar-benar sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dan bentuk

90

91

serta cara pengembangan teks dialog tersebut menjadi narasi harus


disesuaikan pula dengan tingkat kemampuan siswa.
2. Implikasi Praktis
Selama pelaksanaan penelitian pada sekolah tersebut, siswa kurang
aktif dalam hal bertanya dan mengajukan pendapat. Kalau pun ada yang
bertanya atau mengajukan pendapat, itu pun harus dipancing oleh guru.
Guru sempat melakukan berbagai teknik dan cara untuk memotivasi siswa
dalam bertanya. Keadaaan ini cukup efektif, tetapi tidak dilakukan secara
berkelanjutan. Implikasi praktisnya adalah perlu adanya perbaikan dalam
teknik dan metode dalam pembelajaran. Perbaikan itu berupa penempatan
guru dan siswa sebagai pihak yang sama-sama aktif dalam proses belajar
mengajar.
Menulis sebagai salah satu aspek pembelajaran bahasa Indonesia di
sekolah merupakan kegiatan yang memerlukan keterampilan. Metode yang
lebih cocok agar siswa terampil adalah banyak latihan. Latihan tersebut
harus terus menerus dipantau oleh guru.
Pembelajaran menulis karangan narasi dengan penggunaan media teks
wacana dialog ini cukup efektif dalam meningkatkan keterampilan menulis. Ada
beberapa hal yang menjadi catatan penting dalam penelitian ini, menyangkut pada
proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
1.

Teknik pembelajaran menulis dengan menggunakan media teks wacana


dialog dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi. Hal ini
dapat dibuktikan dengan:

91

92

a. Meningkatnya penguasaan sebagian besar siswa terhadap menulis


karangan narasi;
b. Meningkatnya minat sebagian besar siswa terhadap menulis karangan
narasi;
c. Meningkatnya gairah sebagian besar siswa dalam proses pembelajaran
menulis.
2.

Teknik pembelajaran yang dilakukan belum mampu secara optimal


mengembangkan siswa dalam pembelajaran menulis karangan narasi. Hal ini
ditandai dengan:
a. Masih ada siswa yang enggan membaca teks dialog di depan kelas;
b. Masih ada siswa yang belum optimal dalam menulis karangan narasi;
c. Masih ada keengganan guru dalam menilai ranah afektif siswa.

92

93

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil pembahasan yang telah
dipaparkan pada bab sebelumnya yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan,

dan

hasil

pembelajaran menulis

karangan

narasi

dengan

menggunakan media teks dialog di Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta


diperoleh simpulan sebagai berikut.
1.

Bentuk perencanaan pembelajaran menulis karangan narasi dengan


menggunakan media teks wacana dialog ditempuh dengan beberapa prosedur.
Prosedur utama yaitu studi pendahuluan atau observasi awal yang dilakukan
untuk mengetahui gambaran umum pelaksanaan pembelajaran di sekolah
yang

menjadi

objek

penelitian.

Kemudian

menyusun

perencanaan

pelaksanaan tindakan yang mencakup kegiatan penentuan kelas dan waktu


penelitian, menentukan jenis dan tema teks wacana dialog yang akan
digunakan sebagai media pembelajaran menulis karangan narasi, menyusun
satuan pelajaran, menyusun alat observasi aktivitas guru dan siswa, dan
menyusun jurnal siswa.
2.

Bentuk pelaksanaan pembelajaran menulis karangan narasi

dengan

menggunakan media teks wacana dialog dilaksanakan dengan beberapa


langkah. Pada mulanya siswa membaca sebuah teks dialog secara
berpasangan dengan temannya sambil menghayati dan memahami isi cerita

93

94

yang terkandung di dalam teks dialog. Kemudian, siswa dan guru membahas
isi cerita yang terkandung dalam teks dialog dengan metode tanya jawab.
Lalu siswa menulis karangan narasi dengan acuan teks dialog yang sudah
dibaca.
3.

Berdasarkan hasil pembelajaran menulis karangan narasi dari tiap siklusnya,


siswa

mengalami

peningkatan.

Hal

ini

dapat

dibuktikan

dengan

meningkatnya nilai yang diperoleh siswa dari setiap siklus. Pada siklus
pertama, siswa yang mendapatkan nilai kurang (D) terdapat 1 orang, nilai
cukup (C) mencapai 9 orang, nilai baik (B) sebanyak 9 orang, dan baik sekali
(A) mencapai 6. Siklus kedua, siswa yang mendapat nilai kurang (D) sudah
tidak ada, ini berarti mengalami peningkatan kemampuan menulis, sedangkan
nilai cukup (C) mencapai 5 orang, nilai baik (B) sebanyak 13 orang, dan nilai
baik sekali (A) sebanyak 7 orang. Adapun nilai rata-rata setiap siklus yaitu
siklus pertama 75,18 dan kedua 80,99.
Adapun kendala yang dihadapi pada kegiatan pembelajaran
menulis karangan narasi, yaitu dalam kesehariannya siswa jarang sekali
menulis atau mengarang, sehingga para siswa sedikit kesulitan dalam
mengembangkan karangan narasi yang ditugaskan. Waktu yang kurang dalam
pembelajaran setiap siklus membuat guru harus benar-benar kreatif dalam
mengefektifkan waktu.
B. Saran
Setelah menganalisis hasil penelitian, peneliti ingin menyampaikan saran
sebagai berikut.

94

95

1. Siswa akan merasa jenuh jika pembelajaran dilakukan hanya pada satu
keterampilan saja. Misalnya keterampilan menyimak atau menulis.
Maka penting bagi guru untuk lebih mengintergasikan model
pembelajaran yang mencakup empat keterampilan berbahasa, yaitu
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis sehingga dalam
mengikuti pembelajaran siswa akan lebih aktif dan kreatif.
2. Saat pembelajaran dimulai, minat siswa tidak sama. Oleh karena itu,
disarankan kepada guru untuk memberikan motivasi kepada siswa
sebelum pembelajaran berlangsung.
3. Minat siswa terhadap keterampilan menulis pada umumnya kurang
karena mereka terbiasa menjadi penyimak. Selain itu, menulis
merupakan keterampian yang sangat komplek. Oleh karena itu,
disarankan agar pada pembelajaran keterampilan menulis guru lebih
banyak memberikan praktik menulis kepada siswa daripada teori.
4. Penggunaan media teks wacana dialog cukup afektif untuk digunakan
dalam pembelajaran menulis karangan narasi. Oleh karena itu, peneliti
menyarankan untuk menggunakan media ini dalam pembelajaran
menulis lainnya.

95

96

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Gani, Ramlan dan Fitriyah, Mahmudah. Disiplin Berbahasa Indonesia. Jakarta:
FITK Press. 2010
Arikunto, Suharsimi. dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi aksara. 2007
AR, Syamsudin. Studi Wacana. Bandung: Mimbar Pendidikan Bahasa dan Seni FPBS
IKIP Bandung. 1992
Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2007
Ghony, M. Djunaidi. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UIN-Malang Press. 2008
Hall, Donald. Writing Well. Boston: Little Brown. 1976
Hamalik, Oemar. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti. 1994
Hernowo. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang
Munculnya Potensi Menulis. Bandung: MLC. 2003
Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama. 2010
Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
2008
Kusnadi, E dan Mahsusi. Mahir Berbahasa Indonesia: Materi Pengayaan Bahasa
Indonesia. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2006
Kusumah, Wijaya dan Dwitagama, Dedi. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT Indeks. 2011
Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Tahun Pelajaran 2009-2010. Jakarta: Tidak diterbitkan. 2009
Mahsusi. Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK UIN Jakarta. 2004
Masiello, Lea. Writing in Action: A Collaborative Rhetoric for College Writers. New
York: Mac Millan. 1986
Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan baru. Jakarta: Gaung
Persada Press. 2008

96

97

Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press. 2007
Parera, Jos Daniel. Menulis Tertib dan Sistematik: Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
1987
Rohani, Ahmad. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta. 1997
Sadiman, Arief S. dkk. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 1996
Semi, M. Atar. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. 1988
Subana, M dan Sunarti. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia: Berbagi
Pendekatan, Metode Teknik, dan Media Pengajaran. Bandung: Pustaka Setia.
Tanpa tahun
Sudarno dan Rahman, Eman A. 1986. Kemampuan Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Hikmat Syahid Indah
Suparno dan Yunus, Mohamad. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas
Terbuka. 2009
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya. 2010
Tarigan, Djago dan Tarigan, HG. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa. 1987
Tarigan, Henry Guntur. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa. 2008
Wijana, I Dewa Putu dan Rohmadi, Muhammad. Analisis Wacana Pragmatik: Kajian
Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka. 2010
Wiriaatmadja, Rochiati. Metode Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Meningkatkan
Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2009
Zaimar, Okke Kusuma Sumantri dan Harahap, Ayu Basoeki. Telaah Wacana. Jakarta:
The Intercultural Institute. 2009

97

98

Badan Standar Nasional Pendidikan. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar


SMP/MTs.
Diakses
pada
16
Juni
2011
pukul
11:24
dari
http://masdwijanto.files.wordpress.com/2011/03/buku-standar-isi-smp.pdf
Depdikbud. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Diakses pada 2 Mei 2011
pukul 14:07 dari http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf
Depdiknas. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Diakses
pada
16
Juni
2011
pukul
10.35
dari
http://www.puskur.net/download/kbk/smp/BahasaSastraIndonesia.pdf
Didin Widyartono. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Diakses pada 16 Juni 2011
pukul
11:46
dari
http://endonesa.wordpress.com/ajaranpembelajaran/pembelajaran-bahasa-indonesia/
Wikipedia. Writing. Diakses pada
http://en.wikipedia.org/wiki/Writing

22

98

Juni

2011

pukul

11.02

dari

Lampiran 18

BIODATA PENELITI
Hilda Nurul Mawaddah dilahirkan di Jakarta pada
tanggal 18 September 1989. Peneliti merupakan putri sulung dari
dua bersaudara, buah pernikahan bapak Drs. H. Basthomi Hasan,
M.A. (Alm) dan ibu Dra. Hj. Sohihah.
Peneliti menempuh pendidikan pertama di Taman
Kanak-kanak Nurul Falah Jakarta, tamat pada tahun 1994.
Kemudian ia menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDIT
Nurul Falah Jakarta, pindah pada kelas 3 SD tahun 1997 ke SDN
Rorotan 05 Pagi Jakarta, dan tamat tahun 2001. Selanjutnya
peneliti menjajaki Sekolah Lanjutan Tingkat Pertamanya di
Pondok Pesantren Madrasah Tsanawiyah Husnul Khotimah
Kuningan Jawa Barat, tamat tahun 2004 dan meneruskan
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA Sekar Kemuning Islamic Boarding School Cirebon
Jawa Barat, tamat tahun 2007. Kemudian peneliti tercatat sebagai mahasiswi Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun 2007 dan tamat pada tahun 2011.
Motto hidup peneliti adalah Luruskan niat, dan lakukan yang terbaik. Sepanjang
penjalanan hidupnya, ia pernah dipercaya sebagai Motivator Arabic Language SMA. Sekar
Kemuning Islamic Boarding School Cirebon, periode 2004-2007. Pada tahun yang sama, ia
menjadi Koor. Sie. Bidang Apresiasi dan Kreasi Seni Siswa OSIS, dipercaya sebagai
penanggung jawab mading, sekaligus dipilih sebagai sutradara Teater Dot Id SMA. Sekar
Kemuning Islamic Boarding School Cirebon, periode 2006-2007. Pada tahun 2007 peneliti
mulai duduk dalam dunia kampus dan ia merupakan salah satu anggota Ikatan Remaja Masjid
Fathullah. Selanjutnya, ia diamanahkan untuk menjadi divisi pengkaderan Paduan Suara
FITK (PST) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, periode 2007-2009. Peneliti juga mencoba
pengalaman baru dengan menjadi anggota UKM Paduan Suara Mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, tahun 2009 dan dipercaya menjadi asisten conductor lagu Babendibendi pada recital Averrose UKM PSM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti mendapat
kepercayaan pula dalam Badan Eksekutif Mahasiswa FITK, yaitu dengan untuk aktif dalam
Departemen Kemahasiswaan periode 2010-2011 dan Departemen LSO. Bahasa periode 20102011. Ia pernah menjadi sekretaris Dewan Pimpinan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Partai Reformasi Mahasiswa pada Pemilihan Rakyat kampus di tahun 2010. Tak
hanya itu, selain aktif dalam organisasi intra kampus, peneliti pun aktif dalam organisasi
ekstra kampus yaitu dengan menjadi kader Himpunan Mahasiswa Islam pada tahun 2008
sampai dengan saat ini.

Anda mungkin juga menyukai