KEK pada Ny. K dapat dibuktikan dari LILA yang berukuran 22 cm (<
23,5 cm) dan kenaikan berat badan Ny. K sampai umur kehamilan 36
minggu hanya 6 Kg. Pada kasus Ny. K didapatkan bahwa klien mengalami
kehamilan dengan KEK yang belum teratasi hingga persalinan. Ada
beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya KEK, di antaranya yaitu
faktor status ekonomi, faktor jarak kelahiran, faktor paritas, faktor umur,
dan faktor infeksi.
Berdasarkan hasil analisa didapat bahwa faktor sosial ekonomi,
paritas dan umur menjadi faktor utama penyebab terjadinya kurang energi
kronik (KEK) pada Ny. K. Faktor status ekonomi akan mempengaruhi
pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari-hari. Pada ibu hamil yang
masuk dalam kalangan menengah ke atas akan lebih mudah untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi saat hamil. Kalangan tersebut dapat memilih
jenis makanan apa yang akan dikonsumsi untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan. Sementara, pada kalangan menengah ke bawah memiliki
pilihan yang terbatas dalam pemenuhan nutrisi saat kehamilan. Kalangan ini
harus berpikir ulang untuk menentukan makanan apa yang akan dikonsumsi
dalam pemenuhan nutrisi saat hamil.
Faktor pendidikan, pekerjaan dan pendapatan termasuk kedalam
faktor sosial. Faktor pendidikan mempengaruhi pola makan ibu hamil,
tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki pengetahuan atau informasi
tentang gizi yang lebih baik sehingga bisa memenuhi asupan gizinya.
Sementara pada kasus Ny. K, tingkat pendidikan formal yang dilalui dapat
dibilang masih rendah. Karena hal itu, Ny. K memiliki pengetahuan yang
terbatas mengenai nutrisi yang dibutuhkan saat hamil. Keluarga dengan
pendapatan terbatas kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi
kebutuhan akan makanannya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi
dalam tubuhnya. Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makan,
seperti pada kasus Ny. K, yang mengatakan bahwa pola makan yang
diterapkan belum teratur dan kurang seimbang.
Kurang energi kronik pada saat kehamilan dapat berakibat pada ibu
maupun pada janin yang dikandungnya. Terhadap ibu dapat menyebabkan
resiko dan komplikasi antara lain anemia, perdarahan, berat badan tidak
bertambah secara normal dan terkena penyakit infeksi. Terhadap persalinan
pengaruhnya pada persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan
lama, persalinan sebelum waktunya (premature), perdarahan. Terhadap
janin dapat menimbulkan keguguran/abortus, bayi lahir mati, kematian
neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR). Pada kasus Ny. K tidak didapatkan masalah tersebut, namun
sudah terlihat tanda-tanda resiko terjadinya anemia, yaitu wajah dan
konjungtivanya pucat. Dalam hal ini peran fasilitas kesehatan dasar sangat
berpengaruh sehingga masalah akibat KEK pda kehamilan tidak terjadi pada
Ny. K.
Fasilitas kesehatan dasar atau Puskesmas mempunyai peran penting
dalam mencegah terjadinya komplikasi akibat KEK pada kehamilan, yaitu
memonitor
setiap
ibu
hamil
yang
berkunjung
secara
berkala
dan