telah diketahui bahwa beberapa penyakit kulit dapat dicetuskan atau diperberat
oleh stresor termasuk stresor psikologis misalnya, dermatitis atopik, urtikaria
kronis, psoriasis, akne vulgaris, alopesia, lupus eritematosus sistemik dan
sebagainya.4,5
Sejak dua dekade terakhir, telah diketahui bahwa sistem saraf dan sistem endokrin
dapat mengendalikan respons imun. Demikian juga sebaliknya, sistem imun dapat
mempengaruhi sistem saraf dan sistem endokrin. Hubungan timbal balik antara
ketiga sistem besar tersebut terjadi karena terdapat sistem komunikasi yang
diperantarai oleh serabut saraf, neurokimiawi dan sitokin. Komunikasi tersebut
bertujuan untuk menjaga keseimbangan tubuh (homeostatis). Pada awal
perkembangan embriologis, organ sistem imun primer maupun sekunder
dipersarafi oleh ujung saraf otonom, demikian juga sebaliknya, sel-sel imun
mampu mensintesis beberapa jenis neurotransmiter dan neuropeptida dan sel saraf
dapat memproduksi sitokin atau mediator yang lain.
Tulisan ini akan membahas secara singkat peran PNI pada patofisiologi beberapa
penyakit kulit yang sering dijumpai, terutama penyakit yang berdasarkan atas
respons imun dan hipersensitivitas.
Gambar 1. Stres dan CRH mempengaruhi ekspresi respons Th1 dan Th2 oleh
Glukokortikoid dan katekolamin. Glukokortikoid menghambat IL-2, IF- dan IL12, sedangkan catekolamin meningkatkan sistesis IL-10 (Elencov 1999)
Psoriasis Vulgaris
Beberapa penelitian menunjukkan sekitar 30 % 70 % pasien psoriasis
berhubungan dengan faktor stress. Kadar katekolamin bebas dalam plasma
Urtikaria
Akhir-akhir ini telah diketahui bahwa neuropeptid Y dan substance P berperan
dalam urtikaria, oleh karena ditemukannya reseptor untuk kedua neuropeptid
tersebut di permukaan sel mast.14 Stres dapat meningkatkan ikatan langsung SP di
permukaan sel mast sehingga mengaktivasi granulasi sel mast melepaskan
mediator terutama histamin dan bradikinin.Selain peran neuropeptid juga telah
dibuktikan reseptor CRH di permukaan sel Mast, sehingga rangsangan
hipothalamus akibat stres, menyebabkan degranulasi sel mast oleh CRH.15
Alopesia areata
Beberapa penelitian terkini mengungkapkan awitan awal alopesia areata
kebanyakan disebabkan oleh stres psikis. Pada penelitian terhadap 178 pasien
dengan alopecia areata yang diwawancarai menunjukkan serangan pertama terjadi
akibat stres psikologis setidaknya selama 6 bulan terakhir. Keadaan ini dapat
diterangkan dengan faktor bahwa pada folikel rambut ditemukan reseptor CRH,
Penuaan dini
Secara umum stres psikologis akan mempercepat proses penuaan. Sepuluh tahun
terakhir ini telah diketahui bila terjadi cellular stress akan terbentuk suatu protein
yang molekuler yang berfungsi untuk menjaga homeostatis tubuh. Protein yang
terbetuk tersebut adalah heat shock protein (HSP).22 Ada berbagai jenis HsP yang
digolongkan ke dalam molekul chaperone. Molekul tersebut akan menyebabkan
pemendekan telomere, meningkatkan apoptosis (program kematian sel) dan
otofagi terhadap sel-sel yang terakumulasi dari berbagai toksin. Sebagai hasil
akhir adalah terjadi percepatan proses penuaan fisiologis.23