PENDAHULUAN
1.2
Tujuan Praktikum
1.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Golongan B
Air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai
air minum dan keperluan rumah tangga.
Golongan C
Golongan D
undangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
115 Tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air.
Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis. Parameter fisik
menyatakan kondisi fisik air atau keberadaan bahan yang dapat diamati secara
visual/kasat mata. Yang termasuk dalam parameter fisik ini adalah kekeruhan,
kandungan partikel/padatan, warna, rasa, bau, suhu, dan sebagainya. Parameter kimia
menyatakan kandungan unsur/senyawa kimia dalam air, seperti kandungan oksigen,
bahan organik (dinyatakan dengan BOD, COD, TOC), mineral atau logam, derajat
keasaman, nutrient/hara, kesadahan, dan sebagainya. Parameter mikrobiologis
menyatakan kandungan mikroorganisme dalam air, seperti bakteri, virus, dan mikroba
patogen lainnya. Sebagai acuan dalam menyatakan kondisi tersebut adalah baku mutu
air, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 (Anonim,
2012).
10. Tidak berbahaya atau menyebabkan penyakit pada manusia atau hewan.
Berdasarkan kriteria tersebut di atas, bakteri yang memenuhi syarat sebagian besar
persyaratan adalah kelompok bakteri koli (Coliform).Kelompok bakteri kolitermsuk
famili Enterobacteriaceae. Bakteri Enterobacteriaceae mempunyai 4 marga yaitu
marga Excherichia, Citrobacter, Enterobacter/Aerobacter dan Klebsiell.
Ciri-ciri utama mikroba yang termasuk dalam kelompok Enterobacteriaceae, yaitu
bersifat gram negatif, anaerobik fakultatif, berbentuk batang, oksidase negatif, tidak
membentuk spora, fermentatif dan biasanya bergerak. Kelompok bakteri ini terdiri dari
bakteri yang bersifat patogen dan non patogen dan merupakan flora normal dalam usus.
Penyebaran kelompok bakteri koli (Coliform) di alam sangat luas, diantaranya adalah
hidup dan berkembang di dalam usus manusia dan binatang berdarah panas. Bakteri
yang terdapat dalam suatu perairan dapat dibedakan menurut tempat asalnya, yaitu ada
yang berasal dari usus manusia dan binatang (yang keluar bersama tinja) dan yang
bukan berasal dari usus manusia.
Dalam kehidupan manusia, air merupakan kebutuhan yang sangat vital, tanpa air
manusia tidak bisa bertahan hidup demikian pula makhluk lainnya seperti hewan dan
tumbuh-tumbuhan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, air minum haruslah
dapat menjamin, baik kuantitas maupun kualitasnya, seperti yang tertuang dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI No:907/Menkes/- SK/VII/2002 tentang syarat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
Dalam rangka memenuhi persyaratan kualitas air minum, maka perlu dilaksanakan
kegiatan pengawasan kualitas air minum yang diselenggarakan secara terus menerus
dan berkesinambungan agar air yang digunakan oleh penduduk dari penyediaan air
minum yang ada terjamin kualitasnya, termasuk didalamnya air minum yang diproduksi
oleh suatu perusahaan, baik pemerintah maupun swasta, didistribusikan kepada
masyarakat dengan kemasan dan atau isi ulang (Depkes, 2002).
Pengawasan kualitas air perlu dilaksanakan untuk mengetahui keadaan sanitasi sarana
air bersih dan kualitas air secara bateriologis maupun kimia sebagai data dasar dalam
memberikan rekomendasi atau tindak lanjut untuk pengamanan kualitas airterhadap
upaya perlindungan, pencemaran, perbaikan kualitas air dan penyuluhan kepada pihak
terkait (Depkes, 2003).
Pengambilan sampel di sungai yang dekat muara atau laut yang dipengaruhi oleh air
pasang harus dilakukan agak jauh dari muara. Adapun pengambilan sampel air sungai
dapat dilakukan di lokasi-lokasi sebagai berikut:
1. Sumber alamiah, yaitu lokasi yang belum pernah atau masih sedikit mengalami
pencemaran.
2. Sumber air tercemar, yaitu lokasi yang telah mengalami perubahan atau bagian hilir
dari sumber pencemar.
3. Sumber air yang dimanfaatkan, yaitu lokasi penyadapan atau pemanfaatan sumber air
(Effendi, 2003).
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel adalah :
1. Jangan ambil di dekat permukaan atau dekat dengan dasar.
2. Sampel air harus diambil berlawanan dengan arus air.
3. Diperhatikan sampah atau seresah yang mengambang, segmentasi, dan kecepatan
arus sungai.
4. Sampel harus diambil ditengah sungai atau kolam, jika tidak memungkinkan maka
sejauh mungkin dari tepian dengan mempertimbangkan faktor keamanan.
5. Ambil dengan kedalaman antara 8-12 inchi, jika air yang tersedia umumnya kurang
dari 4 inchi maka sebaiknya dicari sample point lain yang lebih dalam.
6. Jika teknik ini dilakukan pada daerah tepi danau pantai sebaiknya diambil pada
kedalaman 1 m.
7. Berjalan melawan arus dan hati-hati dalam berjalan mengingat dapat teraduknya
sedimen.
8. Sebelum dilakukan pengambilan sampel sebaiknya diam sebentar untuk menunggu
terendapnya sedimen yang terganggu dan aliran air normal kembali.
(Effendi, 2003).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Sampling Air Untuk Analisis Mikrobiologi dilaksanakan pada hari Sabtu,
tanggal 28 November 2013 di parit dan kolam di depan Fakultas Teknik Universitas
Mulawarman.
3.2.1 Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Botol Sampel
Bunsen
Korek Api
Batu/pemberat
Kamera
Batang kayu
3.2.2 Bahan
1.
2.
3.
4.
5.
Air sampel
Aluminium foil
Tisu
Tali Rafia
Lilin
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan dengan 2 teknik pengambilan sampel yaitu
pengambilan sampel secara langsung dan tidak langsung. Lokasi prakitkum ini berada
di selokan dan kolam depan Fakultas Teknik. Untuk kedua macam teknik pengambilan
sampel air yang digunakan, botol sampel hanya diisi bagian dari ukuran botol, ini
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kontaminasi air sampel dengan tutup botol,
selain itu untuk memberikan ruang agar mikroba yang ada didalam air bisa
mendapatkan udara untuk tetap hidup. Sebelum melakukan kedua teknik tersebut
masing-masing botol sampel yang akan digunakan harus di sterilkan terlebih dahulu
yaitu dengan cara mulut botol sampel diputarkan disekitar nyala api lilin selama
beberapa saat. Selanjutnya barulah dilakukan pengambilan sampling air permukaan
langsung, dengan mencelupkan botol sampel yang telah steril menggunakan tangan
sedalam 20 cm dengan arah berlawanan arus aliran air permukaan, sedangkan unutk
teknik pengambilan sampel tidak langsung, dilakukan dengan memberikan pemberat
berupa batu yang diikatkan pada tali rafia, dikarenakan jangkaun air permukaan yang
cukup jauh. Kemudian diturunkan botol sampel yang telah diikat dengan tali dan diberi
pemberat ke air kolam dan ditunggu sampai tidak ada gelembung udara yang keluar.
Pengambilan air pada air permukaan secara langsung maupun tidak langsung harus
berlawanan arus agar mikroorganisme yang ada di dalam air permukaan dapat masuk ke
dalam botol sampel tanpa terhambat dan dapat mewakili kualitas air secara akurat.
Air adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan di muka bumi, tak terkecualibagi manusia.
Setiap penggunaan air untuk suatu kebutuhan, diperlukan syarat-syarat kualitas air
sesuai peruntukannya. Salah satu syarat yang pentingadalah ukuran banyaknya zat
organik yang terdapat dalam air. Oleh karena itu penentuan zat organik dalam air
menjadi salah satu parameter penting dalam penentuan kualitas air. Banyaknya zat
organik dalam air menjadi salah satu ukuran seberapa jauh tingkat pencemaran pada
suatu perairan.
Faktor yang mempengaruhi praktikum ini dapat dilihat dari kualitas sampelnya. Dan
untuk kualitas sampel dapat dipengaruhi oleh faktor kimia, fisika, dan biologi sehingga
keadaan sampel dapat berubah sifat dan keadaan aslinya. Faktor fisik yang dapat
mempengaruhi sifat dan karakteristik air sampel yaitu iklim, cuaca, dan temperatur.
Faktor kimia yang dapat mempengaruhi kualitas air sampel yaitu seperti kandungan
organik dan anorganik pada air. Dan faktor biologi yaitu kandungan bakteri atau
mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi air sampel dan perlu analisis lebih lanjut
dengan pengamatan di laboratorium. Pemeriksaan kualitas air secara biologis dilakukan
untuk mengetahui apakah air tersebut mengandung bakteri seperti Escherichia coli yang
membahayakan bagi manusia, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Banyaknya suatu bakteri Escherichia coli dan coliform
dalam air menunjukkan rendahnya kualitas air yang dimiliki. Menurut Depkes semakin
banyak bakteri Escheichia coli dan coliform, kualitas airnya semakin menurun.
Syarat organisme indikator antara lain yaitu, terdapat pada air yang tercemar,
mempunyai kemampuan bertahan hidup yang lebih besar dari pathogen, terdapat dalam
jumlah yang lebih banyak daripada pathogen, dan mudah dideteksi dengan teknik
laboratorium yang sederhana. Biasanya yang digunakan sebagai indikator yaitu dari
jenis Escherichia coli. Adanya hubungan antara tinja dengan coliform,maka bakteri ini
dijadikan indikator alami kehadiran materi fekal. Artinya, jika pada suatu substrat atau
benda didapatkan bakteri ini maka langsung ataupun tidak langsung substrat atau benda
tersebut sudah dikenal atau dicemari oleh materi fekal. Selain itu dijelaskan pula bahwa
ada kesamaan sifat dan kehidupan antara bakteri coliform dengan bakteri lain penyebab
penyakit perut, tifus, paratifus, disentri dan kolera. Oleh karena itu kehadiran bakteri
coliform dalam jumlah tertentu didalam sutau substrat ataupun benda, misalnya air dan
bahan makanan sudah merupakan indikator kehadiran bakteri penyakit lainnya.
Pada air permukaan, jumlah mikroorganisme yang dihasilkan berasal dari kotoran ikan
maupun kotoran hewan lain yang jatuh ke dalam kolam tersebut. Pada air selokan jelas
banyak limbah rumah tangga, pertanian, peternakan dan lain-lain. Sehingga sangat
dimungkinkan mikroorganisme berkembang di situ. Begitu juga dengan air kran yang
tempat penampungan airnya lama dan tidak tertutup. Sangat memungkinkan
mikroorganisme berkembang di situ.
Metode pengambilan sampel air terdiri dari tiga macam, Composite sample, Grab
Sample, Integrated sample, metode pengambilan sampel inilah yang paling sering
digunakan
dalam
penelitian,
baik
penelitian
kimia
maupun
penelitian
a. Komposit waktu: sampel yang dikumpulkan pada titik pengambilan sampel yang
sama, tetapi pada waktu yang berbeda dan dalam waktu yang tidak lebih dari 24
jam.
b. Komposit tempat: sampel yang dikumpulkan pada titik pengambilan sampel yang
berbeda, tetapi pada waktu yang sama.
c. Gabungan/integrated sample:sampel yang dikumpulkan pada titik dan waktu
pengambilan yang berbeda-beda, tetapi tidak lebih dari 24 jam.
Sterilisasi adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan-bahan dari
segala macam bentuk kehidupan, terutama mikroba. Dalam praktek sterilisasi alat-alat
dan atau medium dapat dikerjakan secara mekanik (misalnya penyaringan), secara
kimia (misalnya dengan disinfektan), maupun secara fisik (misalnya dengan pemanasan,
sinar UV, sinar X). Cara sterilisasi yang dapat dipakai tergantung pada macamnya bahan
dan sifat bahan yang disterilkan, seperti ketahanan terhadap panas, bentuk bahan padat,
cair, atau gas. Pada sterilisasi fisik dengan pemanasan dapat menggunkan nyala api
bunsen. Pada praktikum ini sterilisasi dilakukan dengan menggunkan nyala api lilin.
Sterilisasi dilakukan dengan cara mendekatkan mulut botol sampel ke nyala api lilin
selama di dekat nyala api lilin mulut botol diputar agar seluruh mulut botol sampel
steril. Fungsi sterilisasi pada botol sampel adalah untuk membebaskan botol sampel dari
segala bentuk kehidupan terutama untuk membunuh mikroba yang menempel di botol
sampel, agar pada saat digunakan botol sampel tersebut tetap dalam keadaan steril.
Apabila botol sampel tidak disterilkan maka air sampel yang diambil akan
terkontaminasi dengan mikroorganisme lain dan hal tersebut akan mempengaruhi
keakuratan data yang diperoleh.
Hambatan dan kendala dalam praktikum ini adalah pertama pada proses pengambilan
sampel dengan cara langsung tidak ditemukan saluran air yang memiliki arus air secara
alami, sehingga dibuat arus aliran secara manula dengan tongkat kayu panjang, hal
tersebut dapat mengakibatkan data yang diperoleh tidak akurat mewakili lingkungan
alamiahnya dan juga berdampak pada air yang diambil karena sudah terkontaminasi
oleh kayu tersebut. Kedua pada saat melakukan sterilisasi botol sampel, ujung mulut
botol terlalu jauh dengan api lilin, sehingga sterilisasi tidak efektif. Ketiga, saat
melakukan pengambilan sampel tidak langsung, mengalami kesulitan pada botol sampel
yang susah masuk ke dalam air kolam, karena pemberat yang diikatkan di botol sampel
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.
Botol sampel yang akan digunakan harus benar-benar steril agar tidak
terkontaminasi oleh mikroorganisme pada proses analisa dan juga diperhatikan
pada saat memegang botol sampel harus memegang bagian bawah botol. Tidak
diperbolehkan memegang bagian atas botol karena tangan kita bisa saja tidak steril.
2.
Teknik pengambilan sampel yang baik dan benar harus sesuai dengan tata cara yang
ada, misalnya terkait kesterilan alat, tata cara pengambilan sampel, dan lokasi
pengambilan sampel.
3.
Perbedaan dari metode langsung dan tidak langsung dalam metode sampling ialah
jika metode langsung, pengambil sampel secara langsung memasukkan botol
sampel yang dipegang kedalam air untuk mendapatkan sampel sedangkan metode
tidak langsung, dalam mengambil sampel memerlukan peralatan lain untuk
menunjang pengambilan sampel seperti tali.
5.2 Saran
1. Sebaiknya setelah pengambilan sampel dilakukan, sampel yang ada dianalisis lebih
lanjut di dalam laboratorium untuk mengetahui mikroba-mikroba apa saja yang
hidup di dalam sampel.
2. Sebaiknya batu pemberat yang digunakan dilapisi terlebih dahulu, agar kandungan
dari batu tidak mencemari sampel yang akan diambil.
DAFTAR PUSTAKA