Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan salah satu bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
makhluk hidup di bumi. Hampir tidak ada sektor kehidupan yang tidak memerlukan air.
Air juga merupakan bahan pelarut paling baik karena air adalah pelarut yang universal,
hampir semua jenis zat dapat larut dalam air. Di dalam badan air terdapat benda-benda
hidup yang sangat menentukan karakteristik air tersebut, baik secara kimia, fisika,
maupun biologis. Karena itu pengelolaan sumber daya air menjadi sangat penting.
Mengingat bahwa berbagai penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia pada saat
manusia memanfaatkannya.
Salah satu faktor penentu kualitas air adalah syarat mikrobiologi dalam suatu perairan.
Faktor mikrobiologi adalah jumlah mikroorganisme yang mempunyai karakteristikkarakteristik tertentu yang dapat membawa berbagai pengaruh baik maupun pengaruh
yang buruk, sehingga diperlukan penelitian mengenai hal ini untuk mengetahui dampak
yang mungkin terjadi akibat mikroorganisme dalam suatu perairan. Untuk itu sampling
air sangat dibutuhkan dalam suatu penelitian agar dapat diketahui kualitas suatu
perairan.
Pengambilan sampel adalah suatu prosedur tertentu yang diikuti apabila suatu substansi,
bahan atau produk diambil untuk keperluan pengujian sampel yang representatif dari
keseluruhannya. Karena itu, pengambilan sampel harus mewakili kumpulannya dan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: perencanaan pengambilan sampel, petugas
pengambil sampel, prosedur pengambilan sampel, peralatan pengambil sampel yang
digunakan, frekuensi pengambilan sampel, keselamatan kerja dan dokumentasi terkait
pengambilan sampel. Teknik sampling dipergunakan untuk memperoleh efisiensi dan
efektivitas dalam pelaksanaan pemeriksaan, agar hasil pemeriksaannya dapat
dipertanggung jawabkan dari segi mutu. Sasaran dari sampling adalah untuk mengambil
sampel tanpa mengkontaminasinya dan untuk membawanya ke laboratorium dengan

perubahan yang seminimal mungkin dalam status mikrobialnya. Proses pengambilan


sampel jika tidak dilakukan secara benar, maka secanggih apapun peralatan yang
dipergunakan tidak akan menghasilkan data yang dapat menggambarkan kondisi
sesungguhnya.
Oleh karena itu praktikum ini dilakukan untuk mengetahui secara tepat teknik
pengambilan sampel air pada suatu titik lokasi pengamatan, agar diperoleh sampel air
yang terhindar dari kontaminan, sehingga organisme-organisme dalam sampel yang
diambil dari lokasi pengamatan menghasilkan data penalitian yang akurat mengenai
analisis mikrobiologi.

1.2

Tujuan Praktikum

1.

Untuk mengetahui fungsi dilakukannya pemanasan botol sampel menggunakan lilin.


2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan sampel.
3. Untuk mengetahui perbedaan metode langsung dan tidak langsung dalam teknik
sampling air.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peranan Air dalam Kehidupan


Air adalah kebutuhan dasar untuk kehidupan manusia, terutama untuk digunakan
sebagai air minum, memasak makanan, mencuci, mandi dan kakus. Ketersediaan sistem
penyediaan air bersih merupakan bagian yang selayaknya diprioritaskan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat baik di perkotaan maupun pedesaan. Penyediaan air
juga dihadapkan kepada perubahan lingkungan yang dilakukan oleh manusia, di
antaranya rawa, kolam hingga danau yang diurug, sungai yang diurug, serta penggunaan
daerah resapan air untuk bangunan dan juga banyak kawasan tadah hujan berupa hutan
terganggu. Dengan keadaan yang demikian kemudian dihadapkan kepada kebutuhan air
bersih yang meningkat karena penggunaan dan pertumbuhan penduduk, perlu ada upaya
yang menyeluruh (Lina, 2004).
Air bersih, secara umum diartikan sebagai air yang layak untuk dijadikan air baku bagi
air minum. Dengan kelayakan ini terkandung pula pengertian layak untuk mandi, cuci
dan kakus.Sebagai air yang layak untuk diminum, tidak diartikan bahwa air bersih itu
dapat diminum langsung, artinya masih perlu dimasak atau direbus hingga
mendidih.Sebagai air yang layak dipergunakan untuk pemenuhan kebutuhan hal
tersebut diatas, diperlukan upaya penyediaan air bersih (Effendi, 2003).
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, berasa, dan berbau.Air
minumpun seharusnya tidak mengandung kuman patogen yang membahayakan
kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang mengubah fungsi tubuh, tidak
dapat diterima secara estesisdan dapat merugikan secara ekonomis. Pada hakekatnya,
tujuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya penyakit yang disebabkan oleh air. Atas
dasar pemikiran tersebut dibuat standar air minum yaitu suatu peraturan yang memberi
petunjuk tentang konsentrasi berbagai parameter yang sebaiknya diperbolehkan ada di
dalam air minum (Waluyo,2004).

Penyediaan air bersih hendaknya memperhatikan sumber, kualitas dan kuantitasnya.


Sumber air bersih merupakan pemasok air bersih, oleh karena itu perlu dan harus
diupayakan menjaga keberadaan dan keberlanjutannya. Sedangkan kualitas merupakan
hal yang penting bagi kesehatan dan kuantitas penting bagi pencukupan jumlah pasokan
air bersih.
Penyediaan air bersih hendaknya memperhatikan sumber, kualitas dan kuantitasnya.
Sumber air bersih merupakan pemasok air bersih, oleh karena itu perlu dan harus
diupayakan menjaga keberadaan dan keberlanjutannya. Sedangkan kualitas merupakan
hal yang penting bagi kesehatan dan kuantitas penting bagi pencukupan jumlah pasokan
air bersih.
( Waluyo, 2004).

2.2 Sumber-sumber Air


Sumber- sumber air adalah sebagai berikut:
1. Air permukaan
Air permukaan adalah air sungai dan air danau.Air permukaan yang tertampung di
danau-danau atau bak penampungan air buatan manusia dapat ditumbuhi berbagai
macam algae, tumbuhan air seperti eceng gondok, dan berbagai ikan, terutama
apabila air tersebut mengandung banyak nutrien bagi pertumbuhannya.Air
permukaan banyak mengandung zat organik yang merupakan makanan bagi bakteri.
Kesemuanya ini sangat mempengaruhi kualitas air tersebut.
2. Air tanah
Air tanah dapat berkualitas baik jika tanah sekitarnya tidak tercemar. Pada proses
pengalirannya air tanah mengalami penyaringan alamiah, oleh karena itu kadar
kimia air tanah tergantung sekali dari formasi litosfir yang dilaluinya dapat larut dan
terbawa, sehingga mengubah kualitas air tersebut.
3. Air angkasa
Air angkasa yaitu air yang berasal dari atmosfir, seperti hujan dan salju. Kualitas air
angkasa tergantung sekali pada kualitas udara yang dilaluinya sewaktu turun

kembali kepermukaan bumi. Air angkasa sedemikian tercemar.Keadaan seperti ini


sering ditemukan di daerah tertentu yang terdapat banyak industri.
(Warlina, 2004).

2.3 Pengelompokan Air


Menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup KEP02/MENKLH/I/1998 Tanggal 19 Januari 1998, air dikelompokkan menjadi empat
golongan menurut peruntukannya, yaitu:
Golongan A

Air yang digunakan sebagai air minum tanpa pengolahan


terlebih dahulu.

Golongan B

Air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai
air minum dan keperluan rumah tangga.

Golongan C

Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan


peternakan.

Golongan D

Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat


dimanfaatkan untuk wisata perkotaan, industri, listrik tenaga
air.

2.4 Kualitas Air


Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran menyatakan bahwa untuk menjamin kualitas air yang
diinginkan sesuai peruntukannya agar tetap dalam kondisi alamiah, maka perlu
dilakukan upaya pengelolaan kualitas air. Upaya pengelolaan kualitas air dilakukan
pada:
a. Sumber yang terdapat di dalam hutan lindung.
b. Mata air yang terdapat di luar hutan lindung.
c. Akuifer air tanah dalam.
Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau diuji berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
115 Tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air.
Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis. Parameter fisik
menyatakan kondisi fisik air atau keberadaan bahan yang dapat diamati secara
visual/kasat mata. Yang termasuk dalam parameter fisik ini adalah kekeruhan,
kandungan partikel/padatan, warna, rasa, bau, suhu, dan sebagainya. Parameter kimia
menyatakan kandungan unsur/senyawa kimia dalam air, seperti kandungan oksigen,
bahan organik (dinyatakan dengan BOD, COD, TOC), mineral atau logam, derajat
keasaman, nutrient/hara, kesadahan, dan sebagainya. Parameter mikrobiologis
menyatakan kandungan mikroorganisme dalam air, seperti bakteri, virus, dan mikroba
patogen lainnya. Sebagai acuan dalam menyatakan kondisi tersebut adalah baku mutu
air, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 (Anonim,
2012).

2.5 Persyaratan Bakteriologis Air Minum


Parameter mikrobiologis untuk air minum adalah dengan menggunakan bakteri coli
form dan E coli. Apabila dalam pemeriksaan air minum dan ditemukan adanya bakteri
tersebut, maka dapat dipastikan bahwa air tersebut telah terkontaminasi oleh tinja
manusia dan hewan berdarah panas (Depkes RI, 2002).
Menurut National Academy of Sciences USA dalam bahwa bakteri indikator adalah
bakteri yang memenuhi persyaratan berikut :
1. Dapat diterapkan untuk semua jenis perairan
2. Selalu ditemukan bila di dalam perairan tersebut terdapat bakteri patogen
3. Jumlahnya sebanding dengan tingkat pencemaran perairan tersebut
4. Jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan bakteri patogen
5. Tidak mengalami pertumbuhan selama berada di perairan
6. Daya tahan hidupnya lebih lama daripada bakteri patogen
7. Tidak ditemukan di dalam perairan yang tidak mengalami pencemaran
8. Relatif mudah dideteksi di laboratorium
9. Mempunyai ciri-ciri yang tetap

10. Tidak berbahaya atau menyebabkan penyakit pada manusia atau hewan.
Berdasarkan kriteria tersebut di atas, bakteri yang memenuhi syarat sebagian besar
persyaratan adalah kelompok bakteri koli (Coliform).Kelompok bakteri kolitermsuk
famili Enterobacteriaceae. Bakteri Enterobacteriaceae mempunyai 4 marga yaitu
marga Excherichia, Citrobacter, Enterobacter/Aerobacter dan Klebsiell.
Ciri-ciri utama mikroba yang termasuk dalam kelompok Enterobacteriaceae, yaitu
bersifat gram negatif, anaerobik fakultatif, berbentuk batang, oksidase negatif, tidak
membentuk spora, fermentatif dan biasanya bergerak. Kelompok bakteri ini terdiri dari
bakteri yang bersifat patogen dan non patogen dan merupakan flora normal dalam usus.
Penyebaran kelompok bakteri koli (Coliform) di alam sangat luas, diantaranya adalah
hidup dan berkembang di dalam usus manusia dan binatang berdarah panas. Bakteri
yang terdapat dalam suatu perairan dapat dibedakan menurut tempat asalnya, yaitu ada
yang berasal dari usus manusia dan binatang (yang keluar bersama tinja) dan yang
bukan berasal dari usus manusia.
Dalam kehidupan manusia, air merupakan kebutuhan yang sangat vital, tanpa air
manusia tidak bisa bertahan hidup demikian pula makhluk lainnya seperti hewan dan
tumbuh-tumbuhan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, air minum haruslah
dapat menjamin, baik kuantitas maupun kualitasnya, seperti yang tertuang dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI No:907/Menkes/- SK/VII/2002 tentang syarat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
Dalam rangka memenuhi persyaratan kualitas air minum, maka perlu dilaksanakan
kegiatan pengawasan kualitas air minum yang diselenggarakan secara terus menerus
dan berkesinambungan agar air yang digunakan oleh penduduk dari penyediaan air
minum yang ada terjamin kualitasnya, termasuk didalamnya air minum yang diproduksi
oleh suatu perusahaan, baik pemerintah maupun swasta, didistribusikan kepada
masyarakat dengan kemasan dan atau isi ulang (Depkes, 2002).

Pengawasan kualitas air perlu dilaksanakan untuk mengetahui keadaan sanitasi sarana
air bersih dan kualitas air secara bateriologis maupun kimia sebagai data dasar dalam
memberikan rekomendasi atau tindak lanjut untuk pengamanan kualitas airterhadap
upaya perlindungan, pencemaran, perbaikan kualitas air dan penyuluhan kepada pihak
terkait (Depkes, 2003).

2.6 Teknik Sampling


Tujuan dari pengambilan sampel/contoh adalah untuk mengumpulkan sebagian
material/bahan dalam volume yang cukup kecil yang mewakili material/bahan yang
akan diperiksa secaratepat/teliti untuk dapat dibawa dengan mudah dan diperiksa di
laboratorium. Untuk mendapatkan sampel yang mewakili diperlukan seorang pengambil
sampel yang dapat/mampu melakukan prosedur pengambilan dan pengawetan sampel
dengan baik, agar hasil uji laboratorium nantinya merupakan hasil uji yang dapat
dipertanggung jawabkan kualitas dan kuantitasnya. Kemungkinan kandungan pada
sampel dapat hilang secara keseluruhan atau sebagian jika prosedur pengambilan dan
pengawetan sampel yang baik tidak diikuti dengan benar.
Menurut Rozaini (2003), jenis-jenis sampel air dapat dikelompokkan menjadi tiga
sebagai berikut:
1. Sampel sesaat (Grab Sample)
Yaitu sampel yang diambil secara langsung dari bahan air yang sedang
dipantau.Sampel ini hanya menggambarkan karakteristik air pada saat pengambilan
sampel.
2. Sampel Komposit (Composite Sample)
Yaitu sampel campuran dari beberapa waktu pengamatan. Pengambilan sampel
komposit dapat dilakukan secara manual ataupun secara otomatis dengan
menggunakan peralatan yang dapat mengambil air pada waktu-waktu tertentu dan
sekaligus dapat mengukur debit air. Pengambilan sampel secara otomatis hanya
dilakukan jika ingin mengetahui gambaran tentang karakteristik kualitas air secara
terus-menerus.
3. Sampel gabungan tempat (Integrated Sample)
Yaitu sampel gabungan yang diambil secara terpisah dari beberapa tempat, dengan
volume yang sama.

Pengambilan sampel di sungai yang dekat muara atau laut yang dipengaruhi oleh air
pasang harus dilakukan agak jauh dari muara. Adapun pengambilan sampel air sungai
dapat dilakukan di lokasi-lokasi sebagai berikut:
1. Sumber alamiah, yaitu lokasi yang belum pernah atau masih sedikit mengalami
pencemaran.
2. Sumber air tercemar, yaitu lokasi yang telah mengalami perubahan atau bagian hilir
dari sumber pencemar.
3. Sumber air yang dimanfaatkan, yaitu lokasi penyadapan atau pemanfaatan sumber air
(Effendi, 2003).
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel adalah :
1. Jangan ambil di dekat permukaan atau dekat dengan dasar.
2. Sampel air harus diambil berlawanan dengan arus air.
3. Diperhatikan sampah atau seresah yang mengambang, segmentasi, dan kecepatan
arus sungai.
4. Sampel harus diambil ditengah sungai atau kolam, jika tidak memungkinkan maka
sejauh mungkin dari tepian dengan mempertimbangkan faktor keamanan.
5. Ambil dengan kedalaman antara 8-12 inchi, jika air yang tersedia umumnya kurang
dari 4 inchi maka sebaiknya dicari sample point lain yang lebih dalam.
6. Jika teknik ini dilakukan pada daerah tepi danau pantai sebaiknya diambil pada
kedalaman 1 m.
7. Berjalan melawan arus dan hati-hati dalam berjalan mengingat dapat teraduknya
sedimen.
8. Sebelum dilakukan pengambilan sampel sebaiknya diam sebentar untuk menunggu
terendapnya sedimen yang terganggu dan aliran air normal kembali.
(Effendi, 2003).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Sampling Air Untuk Analisis Mikrobiologi dilaksanakan pada hari Sabtu,
tanggal 28 November 2013 di parit dan kolam di depan Fakultas Teknik Universitas
Mulawarman.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1 Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Botol Sampel
Bunsen
Korek Api
Batu/pemberat
Kamera
Batang kayu

3.2.2 Bahan
1.
2.
3.
4.
5.

Air sampel
Aluminium foil
Tisu
Tali Rafia
Lilin

3.3 Cara Kerja


3.3.2 Pengamatan Air Permukaan Langsung
1. Disiapkan botol sampel yang telah disterilkan.
2. Dilepaskan tutup botol kemudian dipegang bagian bawah botol, lalu dimasukkan
botol pada air permukaan dengan posisi terbalik sedalam 20 cm.
3. Diarahkan mulut botol berlawanan dengan arah aliran air.
4. Diangkat botol lalu dibuang bagian.
5. Dibakar mulut botol dengan bunsen lalu ditutup dengan aluminium foil.
3.3.3 Pengamatan Air Permukaan Tidak Langsung
1. Disiapkan botol sampel yang telah disterilkan, diberi pemberat bagian bawahnya
dan diikat dengan tali.
2. Dilepaskan tutup botol lalu diturunkan botol bertali secara perlahan-perlahan
sampai masuk ke dalam air permukaan.
3. Diisi botol sampel sampai penuh hingga tidak terdapat rongga udara di dalamnya.
4. Diangkat botol berisi sampel, lalu disisakan bagian.
5. Dipanaskan mulut botol lalu ditutup dengan aluminium foil.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan dengan 2 teknik pengambilan sampel yaitu
pengambilan sampel secara langsung dan tidak langsung. Lokasi prakitkum ini berada
di selokan dan kolam depan Fakultas Teknik. Untuk kedua macam teknik pengambilan
sampel air yang digunakan, botol sampel hanya diisi bagian dari ukuran botol, ini
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kontaminasi air sampel dengan tutup botol,
selain itu untuk memberikan ruang agar mikroba yang ada didalam air bisa
mendapatkan udara untuk tetap hidup. Sebelum melakukan kedua teknik tersebut
masing-masing botol sampel yang akan digunakan harus di sterilkan terlebih dahulu
yaitu dengan cara mulut botol sampel diputarkan disekitar nyala api lilin selama
beberapa saat. Selanjutnya barulah dilakukan pengambilan sampling air permukaan
langsung, dengan mencelupkan botol sampel yang telah steril menggunakan tangan
sedalam 20 cm dengan arah berlawanan arus aliran air permukaan, sedangkan unutk
teknik pengambilan sampel tidak langsung, dilakukan dengan memberikan pemberat
berupa batu yang diikatkan pada tali rafia, dikarenakan jangkaun air permukaan yang

cukup jauh. Kemudian diturunkan botol sampel yang telah diikat dengan tali dan diberi
pemberat ke air kolam dan ditunggu sampai tidak ada gelembung udara yang keluar.
Pengambilan air pada air permukaan secara langsung maupun tidak langsung harus
berlawanan arus agar mikroorganisme yang ada di dalam air permukaan dapat masuk ke
dalam botol sampel tanpa terhambat dan dapat mewakili kualitas air secara akurat.
Air adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan di muka bumi, tak terkecualibagi manusia.
Setiap penggunaan air untuk suatu kebutuhan, diperlukan syarat-syarat kualitas air
sesuai peruntukannya. Salah satu syarat yang pentingadalah ukuran banyaknya zat
organik yang terdapat dalam air. Oleh karena itu penentuan zat organik dalam air
menjadi salah satu parameter penting dalam penentuan kualitas air. Banyaknya zat
organik dalam air menjadi salah satu ukuran seberapa jauh tingkat pencemaran pada
suatu perairan.
Faktor yang mempengaruhi praktikum ini dapat dilihat dari kualitas sampelnya. Dan
untuk kualitas sampel dapat dipengaruhi oleh faktor kimia, fisika, dan biologi sehingga
keadaan sampel dapat berubah sifat dan keadaan aslinya. Faktor fisik yang dapat
mempengaruhi sifat dan karakteristik air sampel yaitu iklim, cuaca, dan temperatur.
Faktor kimia yang dapat mempengaruhi kualitas air sampel yaitu seperti kandungan
organik dan anorganik pada air. Dan faktor biologi yaitu kandungan bakteri atau
mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi air sampel dan perlu analisis lebih lanjut
dengan pengamatan di laboratorium. Pemeriksaan kualitas air secara biologis dilakukan
untuk mengetahui apakah air tersebut mengandung bakteri seperti Escherichia coli yang
membahayakan bagi manusia, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Banyaknya suatu bakteri Escherichia coli dan coliform
dalam air menunjukkan rendahnya kualitas air yang dimiliki. Menurut Depkes semakin
banyak bakteri Escheichia coli dan coliform, kualitas airnya semakin menurun.
Syarat organisme indikator antara lain yaitu, terdapat pada air yang tercemar,
mempunyai kemampuan bertahan hidup yang lebih besar dari pathogen, terdapat dalam
jumlah yang lebih banyak daripada pathogen, dan mudah dideteksi dengan teknik
laboratorium yang sederhana. Biasanya yang digunakan sebagai indikator yaitu dari

jenis Escherichia coli. Adanya hubungan antara tinja dengan coliform,maka bakteri ini
dijadikan indikator alami kehadiran materi fekal. Artinya, jika pada suatu substrat atau
benda didapatkan bakteri ini maka langsung ataupun tidak langsung substrat atau benda
tersebut sudah dikenal atau dicemari oleh materi fekal. Selain itu dijelaskan pula bahwa
ada kesamaan sifat dan kehidupan antara bakteri coliform dengan bakteri lain penyebab
penyakit perut, tifus, paratifus, disentri dan kolera. Oleh karena itu kehadiran bakteri
coliform dalam jumlah tertentu didalam sutau substrat ataupun benda, misalnya air dan
bahan makanan sudah merupakan indikator kehadiran bakteri penyakit lainnya.
Pada air permukaan, jumlah mikroorganisme yang dihasilkan berasal dari kotoran ikan
maupun kotoran hewan lain yang jatuh ke dalam kolam tersebut. Pada air selokan jelas
banyak limbah rumah tangga, pertanian, peternakan dan lain-lain. Sehingga sangat
dimungkinkan mikroorganisme berkembang di situ. Begitu juga dengan air kran yang
tempat penampungan airnya lama dan tidak tertutup. Sangat memungkinkan
mikroorganisme berkembang di situ.
Metode pengambilan sampel air terdiri dari tiga macam, Composite sample, Grab
Sample, Integrated sample, metode pengambilan sampel inilah yang paling sering
digunakan

dalam

penelitian,

baik

penelitian

kimia

maupun

penelitian

biologis/mikroorganisme. Pada praktikum sampling air mikrobilogi ini menggunakan


metode sampel sesaat (Grab Sample) diambil secara langsung dari badan air yang
sedang dipantau. Sampel ini hanya menggambarkan karakteristik air pada saat
pengambilan sampel karena waktu pengukurannya hanya terbatas pada saat
pengambilan sampel. Karakteristik air yang disampling tidak banyak berubah di dalam
suatu periode atau di dalam batas jarak waktu tertentu, sehingga sampel sesaat tersebut
cukup mewakili keadaan waktu dan tempat tersebut. Contohnya ialah sampel yang
diambil dari sumber air permukaan atau sumber air persediaan.
Selain metode sampel sesaat (grab sample), dapat juga menggunakan metode sampel
gabungan. Yaitu sampel yang dikumpulkan pada titik maupun waktu pengambilan
sampel yang berbeda dan dalam waktu yang tidak lebih dari 24 jam. Sampel gabungan
diantaranya:

a. Komposit waktu: sampel yang dikumpulkan pada titik pengambilan sampel yang
sama, tetapi pada waktu yang berbeda dan dalam waktu yang tidak lebih dari 24
jam.
b. Komposit tempat: sampel yang dikumpulkan pada titik pengambilan sampel yang
berbeda, tetapi pada waktu yang sama.
c. Gabungan/integrated sample:sampel yang dikumpulkan pada titik dan waktu
pengambilan yang berbeda-beda, tetapi tidak lebih dari 24 jam.
Sterilisasi adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan-bahan dari
segala macam bentuk kehidupan, terutama mikroba. Dalam praktek sterilisasi alat-alat
dan atau medium dapat dikerjakan secara mekanik (misalnya penyaringan), secara
kimia (misalnya dengan disinfektan), maupun secara fisik (misalnya dengan pemanasan,
sinar UV, sinar X). Cara sterilisasi yang dapat dipakai tergantung pada macamnya bahan
dan sifat bahan yang disterilkan, seperti ketahanan terhadap panas, bentuk bahan padat,
cair, atau gas. Pada sterilisasi fisik dengan pemanasan dapat menggunkan nyala api
bunsen. Pada praktikum ini sterilisasi dilakukan dengan menggunkan nyala api lilin.
Sterilisasi dilakukan dengan cara mendekatkan mulut botol sampel ke nyala api lilin
selama di dekat nyala api lilin mulut botol diputar agar seluruh mulut botol sampel
steril. Fungsi sterilisasi pada botol sampel adalah untuk membebaskan botol sampel dari
segala bentuk kehidupan terutama untuk membunuh mikroba yang menempel di botol
sampel, agar pada saat digunakan botol sampel tersebut tetap dalam keadaan steril.
Apabila botol sampel tidak disterilkan maka air sampel yang diambil akan
terkontaminasi dengan mikroorganisme lain dan hal tersebut akan mempengaruhi
keakuratan data yang diperoleh.
Hambatan dan kendala dalam praktikum ini adalah pertama pada proses pengambilan
sampel dengan cara langsung tidak ditemukan saluran air yang memiliki arus air secara
alami, sehingga dibuat arus aliran secara manula dengan tongkat kayu panjang, hal
tersebut dapat mengakibatkan data yang diperoleh tidak akurat mewakili lingkungan
alamiahnya dan juga berdampak pada air yang diambil karena sudah terkontaminasi
oleh kayu tersebut. Kedua pada saat melakukan sterilisasi botol sampel, ujung mulut
botol terlalu jauh dengan api lilin, sehingga sterilisasi tidak efektif. Ketiga, saat
melakukan pengambilan sampel tidak langsung, mengalami kesulitan pada botol sampel
yang susah masuk ke dalam air kolam, karena pemberat yang diikatkan di botol sampel

tidak diletakkan di bawah botol sampel sehingga pengambilan sampel dilakukan


berulang-ulang, hal tersebut juga mengakibatkan botol sampel cepat terkontaminasi
dengan udara luar, karena air tidak cepat masuk ke dalam botol sampel.
Dalam kehidupan sehari hari, implementasi dari sampling air selalu digunakan dalam
pengujian kualitas air suatu badan air. Contohnya saja adalah ketika kita ingin
mengukur atau mengetahui kualitas air suatu badan air contohnya sungai yang ada di
sekitar kita, maka teknik sampling yang tepat perlu dilakukan sehingga parameter
biologis dapat diukur dengan baik pada tahapan selanjutnya di laboratorium.
Salah satu studi kasus/penerapan dalam kehidupan sehari-hari tentang praktikum ini
yaitu, setiap harinya kita selalu membutuhkan air bersih untuk kebutuhan MCK. Tanpa
kita sadari kita juga turut serta menyumbang air buangan. Air buangan tersebut jika
tidak dikelola dengan baik akan membahayakan ekosistem perairan. Polusi domestik
yaitu polusi akibat dari aktivitas rumah tangga yang dapat berupa sampah, sisa
makanan, sabun, deterjen dan bahan tinja, dimana bahan ini mudah diuraikan oleh
mikroba air dengan menggunakan oksigen terlarut dalam air. Derajat pencemaran suatu
perairan dapat kita lihat dengan berbagai macam cara, contohnya pengujian berdasarkan
kejernihan air, kandungan O2 terlarut, kebutuhan O2 oleh mikroba (BOD=Biological
Oxygen Demand) dan proses kimiawi lainnya dalam penguraian organik didalam air.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1.

Botol sampel yang akan digunakan harus benar-benar steril agar tidak
terkontaminasi oleh mikroorganisme pada proses analisa dan juga diperhatikan
pada saat memegang botol sampel harus memegang bagian bawah botol. Tidak
diperbolehkan memegang bagian atas botol karena tangan kita bisa saja tidak steril.

2.

Teknik pengambilan sampel yang baik dan benar harus sesuai dengan tata cara yang
ada, misalnya terkait kesterilan alat, tata cara pengambilan sampel, dan lokasi
pengambilan sampel.

3.

Perbedaan dari metode langsung dan tidak langsung dalam metode sampling ialah
jika metode langsung, pengambil sampel secara langsung memasukkan botol
sampel yang dipegang kedalam air untuk mendapatkan sampel sedangkan metode
tidak langsung, dalam mengambil sampel memerlukan peralatan lain untuk
menunjang pengambilan sampel seperti tali.

5.2 Saran
1. Sebaiknya setelah pengambilan sampel dilakukan, sampel yang ada dianalisis lebih
lanjut di dalam laboratorium untuk mengetahui mikroba-mikroba apa saja yang
hidup di dalam sampel.
2. Sebaiknya batu pemberat yang digunakan dilapisi terlebih dahulu, agar kandungan
dari batu tidak mencemari sampel yang akan diambil.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 1988. Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Sekretariat Menteri


Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup: Jakarta.
2. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius: Yogyakarta
3. Nasution, Rozaini. 2003. Teknik Sampling. USU Digital Library: Medan.
4. Schlegel, H.G., 1986. General microbiology. Cambridge University Press,
Cambridge.
5. Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi. Universitas Muhammadiyah: Malang
6. Warlina, Lina. 2004. Pencemaran Air : Sumber Dampak dan Penanggulangannya.
Institut Pertanian Bogo: Bogor

Anda mungkin juga menyukai