Anda di halaman 1dari 6

Nama

NIM
Kelas
Kelompok

Rabitha Almas Fasya


125100500111010
R
1

IMOBILISASI SEL DAN ENZIM

PRE-LAB

1. Jelaskan prinsip dari teknik imobilisasi sel dan enzim !


Memerangkap atau penjebakkan sel atau produknya secara fisik atau berikatan secara
kovalen melalui cara kimiawi dengan suatu matriks tidak larut. Contohnya glass bead,
alginat, poliakrilamid atau selulosa yang mana bertujuan untuk meningkatkan
stabilitas dari suatu enzim, yang menjadikan kehidupan katalitik yang diperpanjang
suatu sifat industri yang berharga. dengan mengubah kalsium dan magnesium alginat
yang tidak larut menjadi natrium alginat yang larut dengan pertukaran ion dibawah
kondisi alkali (Najafpour, 2007).

2. Jelaskan metode-metode imobilisasi sel dan enzim yang Anda ketahui!


1. Pengikatan enzim secara kovalen pada zat padat pendukung
Pengikatan enzim dilakukan dengan cara mengikat enzim secara kovalen ke
permukaan bahan yang tak larut dalam air.
2. Penjebakan enzim dalam Gel (Entrapment)
Penjebakan (entrapment) enzim dalam gel dilakukan dengan cara menjebak enzim ke
dalam suatu matrik atau gel yang permiabel terhadap enzim.
3. Enkapsulasi enzim
Metode enkapsulasi ini menggunakan membran semipermiabel. Membran ini tidak
permiabel terhadap enzim dan makro molekul yang lain, namun permiabel terhadap
substrat dan produk yang mempunyai berat molekul yang tinggi.
4. Adsorpsi enzim pada permukaan zat padat
Enzim dicampur dengan adsorbent kemudian dipacking dalam sebuah kolom.
5. Pengikat-silangan dengan bahan bergugus ganda (Cross-linking)
Metode cross linking ini dilakukan dengan cara pengikat-silangan dengan bahan yang
cocok untuk menghasilkan partikel yang larut (Najafpour, 2007).

3. Apa perbedaan antara imobilisasi sel dan enzim?


- Sel terimobilisasi adalah suatu sel yang dilekatkan pada suatu bahan inert dan tidak
larut dalam bahan tersebut, misal dalam sodium alginat atau kalsium alginat. Dengan
sistem ini, sel dapat lebih tahan terhadap perubahan kondisi seperti pH, juga
temperatur. Sistem ini juga membantu sel berada di tempat tertentu selama
berlangsungnya reaksi sehingga memudahkan proses pemisahan dan memungkinkan
untuk dipakai lagi di reaksi lain. Sistem imobilisasi sel secara menyeluruh dapat

diimplementasikan ketika enzim yang dibutuhkan sulit atau mahal untuk diekstrak,
seperti produk intraseluler dan jika serangkaian enzim yang diperlukan dalam reaksi.
Metode yang digunakan adalah menjebak sel dalam gel dengan adsorpsi dan untuk
mencegah terjadinya hambatan pada regenerasi koenzim dan keterbatasan metode
yang dapat diterapkan untuk menyusun molekul enzim dalam rangkaian tertentu,
sehingga dapat melakukan tahapan reaksi katalitis enzim yang berkesinambungan.
Selain itu,pengontrolan perlu dilakukan untuk mencegah inaktivasi dari aktivitas
metabolisme yang penting, sehingga pemisahan biokatalis dari produk lebih mudah
dan membuat biokatalis lebih stabil (Hemachander et al, 2001).
- Imobilisasi enzim adalah suatu enzim yang secara fisik terlokalisasi/terjerat pada
suatu daerah tertentu. Enzim tersebut tetap mempunyai aktivitasnya sebagai
biokatalisator/katalis, serta dapat dipergunakan secara terus menerus dan sangat
penting untuk proses berkesinambungan. Imobilisasi enzim dapat dianggap sebagai
metode yang merubah enzim dari bentuk larut dalam air bergerak menjadi keadaan
tak begerak yang tidak larut. Imobilisasi mencegah difusi enzim ke dalam campuran
reaksi dan mempermudah memperoleh kembali enzim tersebut dari aliran produk
dengan teknik pemisahan padat/cair yang sederhana. Imobilisasi dapat dilakukan
dengan berbagai cara, antara lain melalui pengikatan kimiawi molekul enzim pada
bahan pendukung, pengikatan silang intermolekuler sesama enzim, atau dengan cara
menjebak enzim di dalam gel atau membran polimer (Kennedy and Melo, 2004).

4. Jelaskan tujuan dan keuntungan dilakukannya imobilisasi enzim dan sel!


Tujuan imobilisasi sel : Untuk melakukan imobilisasi seluruh sel dan menjaga sel
tetap hidup (viabel). Sel dapat lebih tahan terhadap perubahan kondisi seperti pH, juga
temperatur. Sistem ini juga membantu sel berada di tempat tertentu selama
berlangsungnya reaksi sehingga memudahkan proses pemisahan dan memungkinkan
untuk dipakai lagi di reaksi lain (Hemachander et al, 2001).
Keuntungan Immobilasi sel :
1. Immobilasi menyediakan konsentrasi sel yang tinggi.
2. Immobilisasi memungkinkan penggunaan sel kembali dan mengurangi biaya
recovery sel dan recycle sel.
3. Immobilisasi mengurangi masalah wash out sel pada laju alir yang tinggi.
4. Kombinasi konsentrasi sel yang tinggi dan laju alir yang tinggi (tanpa batasan wash
out) menghasilkan produktivitas volumetric yang tinggi.
5. Immobilisasi menyediakan kondisi micro environmental yang menguntungkan
seperti kontak antar sel, gradient nutrient-produk, gradient pH untuk sel sehingga
menghasilkan kinerja biokatalis yang lebih baik (kecepatan pembentukan dan yield
produk yang lebih tinggi).
6. Immobilisasi menyebabkan kestabilan genetik.
7. Immobilisasi menyediakan perlindungan terhadap kerusakan sel (Hemachander et
al, 2001).
Tujuan imobilisasi enzim : Untuk mencegah difusi enzim ke dalam campuran reaksi
dan mempermudah memperoleh kembali enzim tersebut dari aliran produk dengan
teknik pemisahan padat/cair yang sederhana (Kennedy and Melo, 2004).

Keuntungan Imobilisasi enzim :


1. Penghentian proses cepat (diambil dengan filtrasi, laju alir).
2. Kestabilan lebih baik dengan adanya ikatan pada imobilisasi.
3. Hasil tidak terkontaminasi enzim (untuk pangan dan farmasi).
4. Dapat digunakan untuk tujuan analisis.
5. Dapat digunakan untuk proses kontinyu.
6. Pengontrolan lebih baik.
7. Penggunaan lebih lanjut dari imobilisasi enzim dapat dilakukan untuk analisis dan
penerapan medis, misalnya menentukan umur tengah enzim dan perkiraan penurunan
aktivitas (Kennedy and Melo, 2004).

Tanggal

Nilai

Paraf Asisten

TINJAUAN BAHAN
Kultur L. Lactis
Kultur L.lactis berfungsi sebagai sampel kultur mikroorganisme yang akan
digunakan sebagai sel bebas maupun diimobilisasi dimana kultur tesebut merupakan
jenis bakteri asam laktat (Ramakrishna and Prakasham, 1999).
1. MRS broth
MRS broth berfungsi sebagai media yang digunakan untuk memperkaya,
menumbuhkan, dan mengisolasi jenis Lactobacillus dari seluruh jenis bahan
(Ramakrishna and Prakasham, 1999).
2. Medium MRS agar
Medium MRS agar berfungsi sebagai media yang digunakan untuk memperkaya,
menumbuhkan, dan mengisolasi jenis Lactobacillus dari seluruh jenis bahan. MRS
agar mengandung polysorbat, asetat, magnesium, dan mangan yang diketahui untuk
beraksi/bertindak sebagai faktor pertumbuhan bagi Lactobacillus (Ramakrishna and
Prakasham, 1999).
3. Aquades
Aquades berfungsi sebagai pelarut dalam pembuatan media (Simatupang, 2008).
4. CaCO3
CaCO3 berfungsi sebagai support anorganik untuk melakukan immobilisasi sel
atau enzim yang dgunakan dalam metode adsorpsi (Hemachander et al, 2001).
5. NaCl
NaCl berfungsi sebagai media pengencer (Ramakrishna and Prakasham, 1999).
6. Na-alginat
Na-alginat berfungsi sebagai bahan penjerat sel yang mempunyai permeabilitas
sebagai matrik dalam proses imobilisasi. Dimana Na-alginat akan bereaksi dengan
CaCL2 membentuk Kalsium alginat dan NaCL (Simatupang, 2008).
7. Bead L.lactis
Bead L.lactis berfungsi sebagai matriks tidak larut dalam imobilisasi sel L.lactis
(Ramakrishna and Prakasham, 1999).
8. Larutan glukosa
Larutan glukosa berfungsi sebagai substrat yang digunakan bakteri untuk diubah
menjadi asam laktat atau etanol pada proses fermentasi dan sebagai sumber carbon
(Ramakrishna and Prakasham, 1999).
9. Reagen Nelson
Reagen Nelson berfungsi sebagai reagen indikator penentuan kadar gula yang
digunakan untuk mereduksi kupri oksida menjadi kuprooksida dan membentuk
endapan merah bata (Yuanita dkk, 2010).
10. Reagen Arsenomolybdat
Reagen Arsenomolybdat berfungsi sebagai reagen indikator kadar glukosa
dimana akan bereaksi dengan endapan kuprooksida dan membentuk warna biru.
Kemudian akibat adanya warna biru inilah yang nantinya akan diukur absorbansinya
dengan spektrofotometer (Yuanita dkk, 2010).
11. Larutan glycyglycine buffer
Larutan glycyglycine buffer berfungsi sebagai larutan yang ditambahkan pada
sampel yang selanjutnya akan diukur absorbansinya untuk penentuan L-asam laktat
pada sampel (Ramakrishna and Prakasham, 1999).
12. Larutan 2 (NAD+)
Larutan 2 (NAD+) berfungsi sebagai larutan yang ditambahkan pada sampel

yang selanjutnya akan diukur absorbansinya untuk penentuan L-asam laktat pada
sampel (Ramakrishna and Prakasham, 1999).
13. Suspensi 3 (D-GPT)
Suspensi 3 (D-GPT) berfungsi sebagai suspensi yang ditambahkan pada sampel
yang selanjutnya akan diukur absorbansinya untuk penentuan L-asam laktat pada
sampel (Ramakrishna and Prakasham, 1999).
14. Suspensi 4 (L-LDH)
Suspensi 4 (L-LDH) berfungsi sebagai suspensi yang ditambahkan pada sampel
yang selanjutnya akan diukur absorbansinya untuk penentuan L-asam laktat pada
sampel (Ramakrishna and Prakasham, 1999).
15. Buffer sitrat
Buffer sitrat berfungsi sebagai larutan penyangga yang menjaga agar pH tetap
dalam keadaan stabil (Ramakrishna and Prakasham, 1999).
16. Larutan pengencer pepton
Larutan pengencer pepton berfungsi sebagai larutan pengencer (Simatupang,
2008).

DAFTAR PUSTAKA
Hemachander, C., N. Bose, and R. Puvanakrishnan. 2001. Whole Cell Imobilization
of Ralstonia pickettii For Lipase Production. Process Biochemistry. Vol. 36.
Issue 7, 629-633.
Kennedy, J. and E. Melo. 2004. Immobilized Enzyme and cells. University of
Birmingham. United Kingdom.
Najafpour, D. G. 2007. Biochemical Engineering and Biotechnology. Elsevier
Scientific Publishing Company. Asterdam-Oxford. p. 100-125.
Ramakrishna, S. V. and R. S. Prakasham. 1999. Microbial Fermentations with
Immobilized Cell. Current Science. Vol. 77. No. 1, 87-100.
Simatupang, Ratna. 2008. Isolasi dan Amobilisasi Sel / Enzim Beta Galaktosidase.
Diakses
17
Mei
2014.
<http://unand.org/jrk/wp-content/uploads/2010/04/6.pdf.>
Yuanita, L., S. Suzana, dan A. Rudiana. 2010. Perangkat Pembelajaran Biokimia
Petunjuk Praktikum Karbohidrat, Protein, Lipida (Buku I). UNESA
University Press. Surabaya. p. 14 - 15.

Anda mungkin juga menyukai