Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan
keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik di Negara maju
maupun Negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu
banyak tertuju pada kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang
sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena risiko kesakitan dan
kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pasca persalinan.
Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, disamping
ketersediaan pelayanan atau rendahnya peranan fasilitas kesehatan dalam
menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya
kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasihalan
promosi kesehatan dan deteksi dini serta penatalaksanaannya yang adekuat
terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa pasca persalinan
(Saifuddin, 2008).
Masa Nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 mingggu. Wanita yang melalui periode
puerperium disebut puerpura. Puerperium (Nifas) berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat
kandungan pada keadaan yang normal.
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa
nifas ini 6-8 minggu.
Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batasan
waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang relatif pendek darah sudah
keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari.
Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta
sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal
masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalh
ini adalah bagaimanakah mendeteksi dini komplikasi masa nifas?.
1.3 Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui tentang deteksi dini pada masa nifas yaitu:
a. 2 jam post partum
b. 6 jam post partum
c. 6 hari post partum
d. 6 minggu post partum

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) atau masa post partum adalah masa masa setelah
keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil
dan secara normal masa nifas berlangsung sampai enam minggu atau 42 hari
berikutnya.
Batasan waktu masa nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas
waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang relatif pendek darah sudah
keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari.
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa
nifas ini 6-8 minggu.
Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta
sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal
masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.
2.2 Tahapan Masa Nifas
Tahapan masa nifas dibagi menjadi 3 tahap:
a) Puerperium dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
b) Puerperium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8minggu
c) Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyaikomplikasi. Waktu untuk
sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan.
2.3 Perubahan Masa Nifas
2.3.1 Perubahan Sistem Reproduksi
a. Pengerutan rahim (involusi)

Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi


sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU-nya (tinggi fundus
uteri).
b. Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
di dalam otot uteri. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot
yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula
dan lima kali lebarnya dari sebelum hamil.
c. Atrofi jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam junlah
besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian
produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta.
d. Efek oksitoksin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah
bayi lahir. Hal tersebut diduga terjadi sebagai respon terhadap penuruna
volume intra uterin yang sangat besar. Kontraksi dan retraksi otot uteri
akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu
mengurangi bekas luka tempat implantasi plaenta dan mengurangi
perdarahan.
e. Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam
uterus. Lokhea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat
organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada
pada vagina normal. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan
warna dan waktu keluarnya :
1. Lokhea rubra/merah
Keluar pada hari pertama sampai hari ke 4 masa post partum.

2. Lokhea sanguinolenta
Berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke
4 sampai hari ke 7 post partum.
3. Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum,
leukosit, dan robekan jalan lahir. Keluar pada hari ke 7 sampai hari
ke 14.
4. Lokhea alba/putih
Lokhea ini mengandung leukosit,sel desidua, sel epitel. Dapat
berlangsung selama 2-6 minggu post partum.
f. Perubahan pada serviks
Perubahan pada serviks ialah bentuk servik agak menganga seperti
corong segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus
uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik tidak
berkontraksi sehingga eolah-olah pada perbatasan antara korpus dan
servik berbentuk semacam cincin.
g. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut, ke dua organ ini tetap dalam keadaan
kendur. Serelah 3 minggu vulva dan vagina kebali pada keadaan tidak
hamil.
h. Perinium
Segera setelah melahirkan, perinium menjadi kendur karena
seelumnya teregang oleh tekanan bayiyang bergerak maju. Pada post
natal hari ke 5, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian
tonusnya.

2.3.2 Perubahan Sistem Pencernaan


Biasanya ibu akan mengalami konstpasi setelah persalinan. Hal ini
disebabkan karena pada waktu persalinan alat pencernaan mengalami
tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan
berlebih pada waktu persalinan, kurangnya cairan dan makanan.
2.3.3 Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk
buang air kecil dalam 24 pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan
ini adalah terdapat spasme spinkter dan edema leher kanduung kemih
sesudah bagian ini mengalami tekanan antara kepala janin dan tulang pubis
selama persalinan.
2.3.4 Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh darah
yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini
akan menghentikan pendarahan setelah plasenta dilahirkan.
2.3.5 Perubahan Sistem Endokrin
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Hormon
pituitary akan meningkat dengan cepat,pada wanita tidak menyusui
prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. Lamanya seorang wanita
mendapat menstruasi juga dipengaruhi oleh faktor menyusui.
2.3.6 Perubahan Tanda Vital
Disini sushu badan ibu akan naik sedikit akibat kerja keras sewaktu
melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Denyut nadi sehabis
melahirkan biasanya akan lebih cepat. Tekanan darah biasanya tidak
berubah,kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu
melahirkan akibat perdarahan. Keadaan pernapasan selalu berhubungan
dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka
ernapasan juga akan mengikutinya.

2.4 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas


Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status
ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani
masalah-masalah yang terjadi baik pada ibu maupun bayi.
a) Kunjungan pertama (6-8 jam setelah persalinan)
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2) Mendeteksi dan merawat penyebablain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut
3) Memberi konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
4) Pemberian ASI awal
5) Membimbing ibu bagaimana tehnik melakukan hubungan antara ibu
dan bayi baru lahir
6) Mencegah bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
7) Petugas kesehatan termasuk bidan yang menolong persalinan harus
tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai keadaan ibu dalam kondisi stabil.
b) Kunjungan kedua (6 hari setelah persalinan)
1) Memastikan uterus berjalan normal, uterus berkontraksi kuat, fundus
dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, menjaga
bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
c) Kunjungan ketiga (2 minggu setelah persalinan)
Sama seperti kunjungan 6 hari

d) Kunjungan keempat (6 minggu setelah persalinan)


1) Menayakan pada ibu tentang penyulit yang dialami oleh ibu maupun
bayi
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini
2.5 Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
1.

Kebutuhan Ibu Menyusui


Kualitas dan jumlah makanan yang di konsumsi akan sangat
mempengaruhi produksi ASI. Ibu menyusui harus mendapatkan tambahan
zat makanan sebesar 800 kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI
dan untuk aktivitas ibu sendiri. Pemberian ASI sangat penting karena ASI
adalah makanan utama bayi. Dengan ASI, bayi akan tumbuh sebagai
manusia yang sehat.

2.

Ambulasi Dini ( Early Ambulation)


Ambulasi

dini

adalah

kebijaksanaan

untuk

selekas

mungkin

membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya


untuk berjalan.
3. Eliminasi : Buang air kecil dan besar
Dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah harus dapat buang air
kecil. Semakin lama urine tertahandalam kandung kemih maka dapat
mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan misalnya infeksi. Dalam
24 jam pasien juga sudah dapat buang air besar karena semakin lama feses
tertahan dalam usus maka akan semakin sulit buang air besar secara lancar.
4. Kebersihan Diri
a) Menjaga kebersuhan sekuruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi
kulit pada bayi.
b) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
c) Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau minimal 2 kali
dalam sehari

d) Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai membersihkan
daerah kemaluan.
e) Jika mempunyai luka episiotomi, hindari utnuk menyentuh daerah luka.
5.

Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk
memulihkan kembali keadaan fisiknya.

6.

Seksual
Secara fisik aman untuk melakukan hubungan begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina
tanpa rasa nyeri.

7.

Latihan atau Senam Nifas


Latihan senam nifas di lakukan seawal mungkin dengan catatan ibu
menjalani persalinan dengan normal dan tidak ada penyulit post partum.
Manfaat senam nifas melancarkan sirkulasi darah, mengembalikan
kekuatan otot perut dan panggul, mengurangi keluhan sakit punggung.

2.6 Komplikasi Masa Nifas


Komplikasi masa nifas adalah gangguan-gangguan yang terjadi pada
masa nifas. Komplikasi ini dideteksi segera setelah persalinan berlangsung.
Kategori komplikasi masa nifas adalah perdarahan post partum, infeksi
masa nifas, gangguan psikologis masa nifas.
6-8

Waktu
Deteksi Dini Temuan Abnormal
jam post 1. Suhu tubuh, nadi, tekanan darah, tanda anemia

partum

2. Puting susu dan pengeluarannya


3. Posisi uterus,tinggi fundus, ukuran kandung kemih
4. Pengeluaran lochea, penjahitan laserasi atau luka
episiotomi, pembengkakakan, hemoroid
5. Mencegah perdarahan karena atonia uteri
6. Penyebab lain perdarahan : rujuk bila perdarahan
berlanjut

hari

post 1. Suhu tubuh, nadi, tekanan darah, tanda anemia,tanda

partum

edema, tromboflebitis
2. Puting susu, pengeluarannya, nyeri tekan, abses
pembengkakan
3. Pengeluaran lochea, penjahitan laserasi atau luka
episiotomi, pembengkakakan, hemoroid
4. Involusio uterus (tanda normal: uterus berkontraksi,
fundus bawah umbilicus, tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau)


2 minggu post 1. Suhu tubuh,nadi,tekanan darah, tanda anemia, tanda
partum

edema/ tromboflebitis
2. Puting susu, pengeluarannya, nyeri tekan, abses,
pembengkakan
3. Pengeluaran lochea, penjahitan laserasi atau luka
episiotomi, pembengkakan, hemoroid
4. Involusio uterus (tanda normal: uterus berkontraksi,
fundus bawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau)

5. Kecuali involusio uterus


6 minggu post 1. Suhu tubuh,nadi,tekanan darah, tanda anemia, tanda
partum

edema/ tromboflebitis
2. Puting susu, pengeluarannya, nyeri tekan, abses,
pembengkakan

2.6.1 Perdarahan Pervaginam


a. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah gagalnya uterus yang berkontraksi dengan baik
setelah persalinan.
Penyebab :
a. Umur yang terlalu muda / terlalu tua
b. Paritas (multipara dan grandemulti)
c. Partus lama
d. Uterus terlalu renggang atau besar (pada gemelli, bayi besar)

e. Kelainan uterus
f. Faktor sosial ekonomi
Untuk melakukan penapisan terhadap kemungkinan komplikasi atonia
uteri, bidan perlu mengkaji data yang relevan, yang meliputi:
a) Data Subjektif
1. Masa Hamil
a. Umur pasien
b. Paritas
c. Jarak kelahiran anak
d. Sosial-ekonomi
e. Pekerjaan (berat-ringannya aktivitas sehari-hari)
f. Riwayat kesehatan reproduksi
g. Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi
h. Keluhan yang berhubungan dengan keadaan anemia defisiensi zat
besi
2. Dilanjutkan pada waktu in partu
a. Semangat untuk melahirkan bayinya
b. Keluhan yang berhubungan dengan kekuatan tubuh (vitalitas,
keadaan umum)
c. Perasaan capek, pandangan mata berkunang-kunang
d. Kontraksi yang tidak teratur
b) Data Objektif
1. Mulai masa hamil
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. Vital sign
d. Tanda-tanda anemia defisiensi zat besi (konjungtiva, warna kulit,
warna ujung jari, kadar haemoglobin, dll)
e. Status gizi ibu hamil
f. Kenaikan berat badan

2. Dilanjutkan pada waktu inpartu


a. Keadaan umum
b. Hasil pemantauan partograf (warning di garis waspada)
c. Proses kelahiran plasenta (spontan, dengan eksplorasi, waktu
lahirnya plasenta, apakah lebih dari 1 jam)
d. Apakah persalinan dengan acuan uterotonika
e. Pemantauan kontraksi uterus di 2 jam postpartum
Gejala dan tanda syok berat:
1. Nadi lemah dan cepat (110 kali / menit atau lebih)
2. Tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
3. Napas cepat dengan frekuensi 30 kali / menit atau lebih
4. Urine kurang dari 30 cc / jam
5. Bingung, gelisah, atau pingsan
6. Berkeringat atau kulit menjadi dingin dan basah
7. Pucat
b. Robekan Jalan Lahir
Robekan Jalan Lahir merupakan penyebab kedua tersering perdarahan
postpartum.
Gejala
1.

Perdarahan segera

2.

Darah segar mengalir segera setelah bayi lahir

3.

Kontraksi uterus baik

4.

Plasenta baik, kadang ibu terlihat pucat

5.

Ibu tampak lemah

6.

Mengigil
Klasifikasi Derajat Robekan Perineum :

a. Tingkat 1

Robekan hanya pada selaput lendir vagina atau tanpamengenai kulit


perineum.
b. Tingkat 2
Robekan

mengenai

selaput

lendir

vagina

dan

otot

perinea

transversalis, tapi tidak mengenai springter ani.


c. Tingkat 3
Robekan mengenai seluruh perineum dan otot springter ani.
d. Tingkat 4
Robekan sampai mukosa rectum.
Untuk dapat melakukan beberapa pengkajian yang dapat mendukung ke
arah kemungkinan terjadinya komplikasi robekan jalan lahir, yang meliputi:
a) Data subjektif
Masa hamil yaitu menanyakan :
a. Umur pasien
b. Paritas
b) Data objektif
1. Mulai masa hamil
a. Tinggi badan pasien
b. Taksiran berat janin
c. Elastisitas otot perineum melalui pemeriksaan ginekologik
d. Presentasi
2. Dilanjutkan pada waktu in partu
a. Keadaan umum
b. Hasil pemantauan patograf(warning di garis waspada)
c. Elastisitas otot janin lahir
d. Keterampilan mengejan pasien

e. Berat badan bayi


f. Partus dengan tindakan (vacum)
g. Pengeluaran darah per vagina
Penanganan:
1. Kaji lokasi robekan
2. Lakukan penjahitan sesuai dengan lokasi dan derajat robekan.
3. Pantau kondisi pasien
4. Berikan antibiotika profilaksis dan roborantia, serta diet TKTP
(Tinggi Kalori Tinggi Protein)
c. Retensio Plasenta
Keadaan ketika plasenta belum lahir dalam waktu lebih dari 30 menit
setelah bayi lahir.
Penyebabnya yaitu plasenta belum lepas dari dinding uterus, dan menurut
pelekatannya dibagi menjadi:
1. Plasenta normal
2. Plasenta adesiva
3. Plasenta inkreta
4. Plasenta akreta
5. Plasenta perkreta
Penyebab yang lain yaitu plasenta sudah lepas akan, tetapi belum
dilahirkan.
a) Mulai saat hamil
1. Data subjektif
a. Paritas
b. Umur
c. Riwayat
2. Data objektif
Hasil pemeriksaan ANC
b) Dilanjutkan dengan masa in partu

1. Data subjektif
Pasien mengatakan belum merasakan mules setelah bayi lahir
2. Data subjektif
a. Perdarahan yang terjadi sebelum plasenta lahir lengkap
b. Uterus tidak berkontraksi
c. Plasenta tidak lahir dalam 15 menit setelah bayi lahir.
Penanganan :
1. Manual plasenta
2. Perasat crede
d. Tertinggalnya Sisa Plasenta
Jika ditemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap dan masih adanya
perdarahan pervaginam, padahal plasenta telah lahir.
Pengkajian dilakukan saat in partu. Bidan menentukan adanya retensio
sisa plasenta jika menemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap dan
masih adanya perdarahan per vagina, padahal plasenta sudah lahir.
Penanganan yang dilakukan sama dengan penanganan retensio plasenta.
e. Inversio Uteri
Keadaan ketika keadaan fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya
kedalam kavum uteri.
Klasifikasi Inversio Uteri :
1. Inversio uteri ringan : fundus uteri terbalik menonjol dalam kavum uteri,
namun belum keluar dari ruangan rongga rahim.
2. Inversio uteri sedang : fundus uteri terbalik dan sudah masuk dalam
vagina.
3. Inversio uteri berat: uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian
sudah keluar vagina.
Penyebab
1.

Uterus lembek, lemah dan tipis dindingnya

2.

Grandmultipara

3.

Kelemahan alat kandungan (tonus otot rahim yang lemah)

4.

Tekanan intra abdominal yang tinggi (misalnya, mengejan/batuk)


Inversio uteri pada waktu persalinan biasanya disebabkan oleh kesalahan

dalam memberi pertolongan pada kala III. Kejadian inversio uteri sering
disertai dengan adanya syok. Perdarahan merupakan faktor syok, tetapi
tanpa perdarahan syok tetap dapat terjadi karena tarikan kuat pada
peritoneum, kedua ligameuntum infundibulo-pelvikum, serta ligamen
rotundum. Syok dalam hal ini lebih banyak bersifat neurogenik. Pada kasus
ini tindakan operasi biasanya lebih dipertimbangkan, meskipun tidak
menutup kemungkinan dilakukan reposisi uetri terdahulu.
Penanganan
a. Perbaiki keadan umum ibu.
b. Berikan okseigen
c. Infus IV cairan elektrolit dan transfusi darah.
d. Setelah itu, lakukan reposisi dengan anestesi umum.
2.6.2 Infeksi Masa Nifas
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan masuknya
kuman-kuman ke dalam alat genital pada waktu persalinan dan nifas.
Menurut John Committee on Maternal Welfare (Amerika Serikat), definisi
morbiditas puerperalis adalah kenaikan suhu sampai 38C atau lebih
selama 2 hari dalam 10 hari pertama post partum, dengan mnegeculikan
hari pertama. Suhu harus diukur dari mulut setidaknya 4 kali sehari.
Untuk melakukan pelaksanaan infeksi masa nifas dengan tepat, perlu
dikaji lokasi dan gejala infeksi.
1. Infeksi pada Vulva, Vagina, dan Serviks
a) Vulvitis
Pada luka infeksi bekas sayatan episiotomy atau luka perineum,
jaringan sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak,
jahitan mudah terlepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan
mengeluarkan pus.
b) Vaginitis

Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau
melalui perineum. Permukaan inukosa membengkak dan kemerahan,
terjadi ulkus, serta getah mengandung nanah dan keluar dari daerah
ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal
terbatas.
c) Servisitis
Infeksi serviks sering terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan
banyak gejala. Luka serviks yang dalam, luas, dan langsung ke dasar
ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke
paramentrium.
Tanda dan Gejala Khas Infeksi Vulva, Vagina, dan Serviks
a. Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi
b. Kadang-kadang nyeri saat buang air kecil
c. Nadi dibawah 100 kali/menit
d. Getah radang dapat keluar
e. Suhu sekitar 38C
f. Bila luka infeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar,
demam naik sampai 39 - 40 disertai mengigil.
Penanganan
1. Pemberian antibiotik
2. Roborantia
3. Pemantauan vital sign
4. In take out pasien (makanan dan cairan)
2. Endometritis
Jenis infeksi ini biasanya yang paling sering terjadi. Kuman-kuman yang
memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas implantasi plasenta dan
dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi
dengan kuman yang tidak seberapa pathogen, infeksi hanya terbatas pada
endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah

menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau, yang terdiri atas kepingkeping nekrotis dan cairan.pada batas-batas antara daerah yang beradang
dan daerah sehat, terdapat lapisan yang terdiri atas leukosit.
Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan
penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lokea
tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta, dan selaput ketuban. Keadaan ini
dinamakan lokeometra. Hal ini dapat menyebabkan kenaikan suhu.
Pada endometritis yang tidak meluas, penderita pada hari pertama merasa
kurang sehat dan perut nyeri, mulai hari ketiga suhunya meningkat, nadi
cepat, namun dalam kurun waktu 1 minggu keadaan akan menjadi normal.
Pada infeksi yang lebih berat, batas endometrium dapat dilampaui dan
terjadilah penjalaran.
Dari hasil pengkajian, ditemukan beberapa data sebagai berikut :
1. Uterus membesar
2. Nyeri pada saat perabaan uterus
3. Uterus lembek
4. Suhu meningkat
5. Nadi menurun
3. Septikemia dan Pyemia
Ini merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh kuman-kuman yang
sangat phatogen, biasanya sterptococcus haemolyticus golongan A. Infeksi
ini sangat berbahaya dan tergolong 50 % penyebab kematian karena infeksi
nifas.
a) Septikemia
Pada infeksi ini, kuman-kuman dari uterus langsung masuk ke dalam
peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya
septikemia dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari
darah.
Gejala yang muncul dari pasien antara lain:
1. Permulaan penderita sudah sakit dan lemah.

2. Sampai hari ke-3 post psrtum, suhu meningkat dengan cepat dan
menggigil.
3. Selanjutnya suhu berkisar antara 39-40, KU memburuk, nadi menjadi
cepat (140-160 kali/menit)
b) Pyemia
Pada pyemia, terdapat trombophlebitis dahulu pada vena-vena di
uterus dan sinus-sinus pada bekas implantsi plasenta. Tromboyhlebitis ini
menjalar ke vena uterine, vena hipogastrika, dan atau vena ovari. Dari
tempat-tempat thrombus ini, embolus kecil yang berisi kuman
dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masuk ke dalam peredaran
darah umum dan dibawa oleh aliran darah ke tempat-tempat lain,
diantaranya paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan sebagainya, yang dapat
mengakibatkan terjadinya abses-abse ditempat tersebut.
Gejala yang dimunculkan adalah sebagai berikut:
1. Perut nyeri.
2. Yang khas adalah suhu berulang-ulang meningkat dengan cepat
disertai menggigil, kemudian diikuti dengan turunnya suhu.
3. Kenaikan suhu disertai menggigil terjadi pada saat dilepaskannya
embolus dari trombophlebitis pelvika.
4. Lambat-laun timbul gejala abses pada paru-paru, jantung, pneumoni,
dan pleuritis.
4. Peritonitis, Salpingitis, dan Ooforitis
a) Peritonitis
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di dalam
uterus, langsung mencapai peritoneum dan menyebabkan peritonitis atau
melalui jaringan diantara kedua lembar ligamentum latum yang
menyebabkan parametritis. Peritonitis yang tidak menjadi peritonitis
umum hanya terbatas pada daerah pelvic. Gejala-gejalanya tidak
seberapa berat seperti pada jenis yang umum.
Pada peritonitis umum, gejala yang muncul:
1. Suhu meningkat menjadi tinggi

2. Nadi cepat dan kecil


3. Perut kembung dan nyeri
4. Ada defense musculair
5. Muka penderita yang mula-mula kemerahan menjadi pucat, mata
cekung, kulit muka dingin, terdapat apa yang disebut fasies
hypocratica.
Penaganan:
1. Lakukan nasogastric suction
2. Berikan infus (NaCl atau RL)
3.Berikan antibiotika sehingga bebas panas selama 24 jam: Ampisilin 2
gr IV, kemudian 1 gr setiap 6 jam, ditambah gentamicin 5 mg/kgBB
IV dosis tunggal/hari, dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.
4. Laparotomi diperlukan untuk membersihkan perut (peritoneal lavage).
b) Salpingitis dan Ooforitis
Terjadi kadang-kadang, walaupun jarang, infeksi ini menjalar sampai
ke

tuba

falopi,

bahkan

sampai

ke

ovarium.

Disini

terjadi

salpingitis/ooforitis.
Penanganannya: pemberian antibiotika dan roborantika untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
5. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, dan Penglihatan Kabur
a. Sakit Kepala
Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan dan sering merupakan
ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang
menunjukkan masalah serius adalah sakit kepala yang menetap dan tidak
hilang setelah beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang
hebat tersebut ibu mungkin merasa pengelihatannya menjadi kabur atau
berbayang. Sakit kepala dalam kehamilan adalah salah satu gejala dari
pre eklampsi.
Pengkajian datanya, meliputi :
a. Data Subjektif

1. Ibu mengatakan kepalanya terasa sakit


2. Ibu mengatakan nyeri di daerah perut atas samping
3. Ibu mengatakan penglihatannya kabur
4. Ibu mengatakan mual, bahkan sampai muntah
b. Data Objektif
a. Ekspresi wajah ibu kelihatan menahan sakit
b. Mata dikerjap-kerjapkan supaya pandangannya lebih jelas
c. Vital sign : tekanan darah meningkat (lebih dari normal)
d. Kenaikan berat badan yang drastis sejak kehamilan
e. Kaki oedema dua-duanya
c. Pemeriksaan Penunjang / Laboratorium
Terdapat proteinuria
d. Penanganannya :
1) Pre Eklampsi Ringan
a. Rawat Jalan
1. Banyak istirahat
2. Diet TKTP
3. Diet rendah garam, lemak, dan KH
4. Konsumsi multi vitamineral sayuran dan buah
5. Pemberian sedatif ringan (Diazepam 3 x 2 mg) atau luminal
3 x 30 mg selama seminggu
6. Cek lab (HB, AL, Ct, Bt, Gold a, AT), darah kimia (alb,
globulin, gula darah sewaktu, ureum creatinin, got, gpt)
7. Cek lab urine (uji faal hati, faal ginjal, estriol)
8. Kontrol tiap minggu
b. Rawat Inap
1. Dalam 2 minggu rawat jalan tidak menunjukkan perubahan
2. BB bertambah
3. Timbul salah satu pre eklampsi berat
2) Pre Eklampsi Berat
1. Penderita dirawat di ruang yang tenang
2. Diet cukup protein (100 gr/hari) dan kurang garam (0.5 gr/hari

3. Infus RL 125 / jam (20 tetes/menit)


4. MgSo4 40 gr
6. Pembengkakan di Wajah atau Ekstremitas
Deteksi melalui
1. Data subjektif
a. Ibu mengatakan wajah dan kakinya membengkak
b. Ibu mengatakan sesak napas dan gampang capek
c. Ibu mengatakan badan terasa lemas
2. Data objektif
a. Keadaan umum ibu kelihatan menurun(lemah)
b. Vital sign: nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, suhu normal, dan
pernapasan meningkat.
c. Terdapat oedem pada wajah sampai berwarna biru
d. Pasien kelihatan pucat
e. Ujung jari pucat sampai berwarna biru
f. Berkeringat
g. Aktivitas berkurang
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan EKG
4. Penanganan :
a. Perbanyak istirahat
b. Diet TKTP rendah garam
c. Pemantauan melekat vital sign
d. Rujuk ke alhi penyakit dalam (bagi seorang bidan) jika dalam RS
lakukan kolaborasi dengan ahli lain (ahli penyakit dalam, ahli gizi)

7. Demam, Muntah, Rasa Sakit Waktu Berkemih


Deteksi dini melalui:
a. Data subjektif
a. Ibu mengatakan suhu badan naik dan menggigil

b. Ibu mengatakan tidak enak badan


c. Ibu mengatakan muntah setiap habis makan
d. Ibu mengatakan sakit waktu kencing dan terasa panas
e. Ibu mengatakan kalau kencing seperti anyang-anyangen
f. Ibu mengatakan sakit mulai hari ke-5 setelah melahirkan
b. Data objektif
1. Suhu badan meningkat
2. Denyut nadi cepat
3. Sakit saat ditekan (nyeri tekan) dibagian atas simpisis pubis dan
daerah lipat paha
c. Pemeriksaan laboratorium
1. Jumlah lekosit meningkat
2. Terdapat bakteri
d. Penanganan :
1. Pemberian parasetamol 500 mg sebanyak 3-4 kali sehari
2. Antibiotik sesuai dengan mikroorganisme yang ditemukan
3. Minum yang banyak
4. Katerisasi bila perlu
5. Makan makanan yang bergizi
6. Jaga kebersihan daerah genitalia.

Anda mungkin juga menyukai