PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan
keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik di Negara maju
maupun Negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu
banyak tertuju pada kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang
sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena risiko kesakitan dan
kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pasca persalinan.
Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, disamping
ketersediaan pelayanan atau rendahnya peranan fasilitas kesehatan dalam
menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya
kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasihalan
promosi kesehatan dan deteksi dini serta penatalaksanaannya yang adekuat
terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa pasca persalinan
(Saifuddin, 2008).
Masa Nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 mingggu. Wanita yang melalui periode
puerperium disebut puerpura. Puerperium (Nifas) berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat
kandungan pada keadaan yang normal.
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa
nifas ini 6-8 minggu.
Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batasan
waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang relatif pendek darah sudah
keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari.
Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta
sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal
masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) atau masa post partum adalah masa masa setelah
keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil
dan secara normal masa nifas berlangsung sampai enam minggu atau 42 hari
berikutnya.
Batasan waktu masa nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas
waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang relatif pendek darah sudah
keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari.
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa
nifas ini 6-8 minggu.
Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta
sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal
masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.
2.2 Tahapan Masa Nifas
Tahapan masa nifas dibagi menjadi 3 tahap:
a) Puerperium dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
b) Puerperium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8minggu
c) Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyaikomplikasi. Waktu untuk
sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan.
2.3 Perubahan Masa Nifas
2.3.1 Perubahan Sistem Reproduksi
a. Pengerutan rahim (involusi)
2. Lokhea sanguinolenta
Berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke
4 sampai hari ke 7 post partum.
3. Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum,
leukosit, dan robekan jalan lahir. Keluar pada hari ke 7 sampai hari
ke 14.
4. Lokhea alba/putih
Lokhea ini mengandung leukosit,sel desidua, sel epitel. Dapat
berlangsung selama 2-6 minggu post partum.
f. Perubahan pada serviks
Perubahan pada serviks ialah bentuk servik agak menganga seperti
corong segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus
uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik tidak
berkontraksi sehingga eolah-olah pada perbatasan antara korpus dan
servik berbentuk semacam cincin.
g. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut, ke dua organ ini tetap dalam keadaan
kendur. Serelah 3 minggu vulva dan vagina kebali pada keadaan tidak
hamil.
h. Perinium
Segera setelah melahirkan, perinium menjadi kendur karena
seelumnya teregang oleh tekanan bayiyang bergerak maju. Pada post
natal hari ke 5, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian
tonusnya.
2.
dini
adalah
kebijaksanaan
untuk
selekas
mungkin
d) Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai membersihkan
daerah kemaluan.
e) Jika mempunyai luka episiotomi, hindari utnuk menyentuh daerah luka.
5.
Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk
memulihkan kembali keadaan fisiknya.
6.
Seksual
Secara fisik aman untuk melakukan hubungan begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina
tanpa rasa nyeri.
7.
Waktu
Deteksi Dini Temuan Abnormal
jam post 1. Suhu tubuh, nadi, tekanan darah, tanda anemia
partum
hari
partum
edema, tromboflebitis
2. Puting susu, pengeluarannya, nyeri tekan, abses
pembengkakan
3. Pengeluaran lochea, penjahitan laserasi atau luka
episiotomi, pembengkakakan, hemoroid
4. Involusio uterus (tanda normal: uterus berkontraksi,
fundus bawah umbilicus, tidak ada perdarahan
edema/ tromboflebitis
2. Puting susu, pengeluarannya, nyeri tekan, abses,
pembengkakan
3. Pengeluaran lochea, penjahitan laserasi atau luka
episiotomi, pembengkakan, hemoroid
4. Involusio uterus (tanda normal: uterus berkontraksi,
fundus bawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau)
edema/ tromboflebitis
2. Puting susu, pengeluarannya, nyeri tekan, abses,
pembengkakan
e. Kelainan uterus
f. Faktor sosial ekonomi
Untuk melakukan penapisan terhadap kemungkinan komplikasi atonia
uteri, bidan perlu mengkaji data yang relevan, yang meliputi:
a) Data Subjektif
1. Masa Hamil
a. Umur pasien
b. Paritas
c. Jarak kelahiran anak
d. Sosial-ekonomi
e. Pekerjaan (berat-ringannya aktivitas sehari-hari)
f. Riwayat kesehatan reproduksi
g. Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi
h. Keluhan yang berhubungan dengan keadaan anemia defisiensi zat
besi
2. Dilanjutkan pada waktu in partu
a. Semangat untuk melahirkan bayinya
b. Keluhan yang berhubungan dengan kekuatan tubuh (vitalitas,
keadaan umum)
c. Perasaan capek, pandangan mata berkunang-kunang
d. Kontraksi yang tidak teratur
b) Data Objektif
1. Mulai masa hamil
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. Vital sign
d. Tanda-tanda anemia defisiensi zat besi (konjungtiva, warna kulit,
warna ujung jari, kadar haemoglobin, dll)
e. Status gizi ibu hamil
f. Kenaikan berat badan
Perdarahan segera
2.
3.
4.
5.
6.
Mengigil
Klasifikasi Derajat Robekan Perineum :
a. Tingkat 1
mengenai
selaput
lendir
vagina
dan
otot
perinea
1. Data subjektif
Pasien mengatakan belum merasakan mules setelah bayi lahir
2. Data subjektif
a. Perdarahan yang terjadi sebelum plasenta lahir lengkap
b. Uterus tidak berkontraksi
c. Plasenta tidak lahir dalam 15 menit setelah bayi lahir.
Penanganan :
1. Manual plasenta
2. Perasat crede
d. Tertinggalnya Sisa Plasenta
Jika ditemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap dan masih adanya
perdarahan pervaginam, padahal plasenta telah lahir.
Pengkajian dilakukan saat in partu. Bidan menentukan adanya retensio
sisa plasenta jika menemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap dan
masih adanya perdarahan per vagina, padahal plasenta sudah lahir.
Penanganan yang dilakukan sama dengan penanganan retensio plasenta.
e. Inversio Uteri
Keadaan ketika keadaan fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya
kedalam kavum uteri.
Klasifikasi Inversio Uteri :
1. Inversio uteri ringan : fundus uteri terbalik menonjol dalam kavum uteri,
namun belum keluar dari ruangan rongga rahim.
2. Inversio uteri sedang : fundus uteri terbalik dan sudah masuk dalam
vagina.
3. Inversio uteri berat: uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian
sudah keluar vagina.
Penyebab
1.
2.
Grandmultipara
3.
4.
dalam memberi pertolongan pada kala III. Kejadian inversio uteri sering
disertai dengan adanya syok. Perdarahan merupakan faktor syok, tetapi
tanpa perdarahan syok tetap dapat terjadi karena tarikan kuat pada
peritoneum, kedua ligameuntum infundibulo-pelvikum, serta ligamen
rotundum. Syok dalam hal ini lebih banyak bersifat neurogenik. Pada kasus
ini tindakan operasi biasanya lebih dipertimbangkan, meskipun tidak
menutup kemungkinan dilakukan reposisi uetri terdahulu.
Penanganan
a. Perbaiki keadan umum ibu.
b. Berikan okseigen
c. Infus IV cairan elektrolit dan transfusi darah.
d. Setelah itu, lakukan reposisi dengan anestesi umum.
2.6.2 Infeksi Masa Nifas
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan masuknya
kuman-kuman ke dalam alat genital pada waktu persalinan dan nifas.
Menurut John Committee on Maternal Welfare (Amerika Serikat), definisi
morbiditas puerperalis adalah kenaikan suhu sampai 38C atau lebih
selama 2 hari dalam 10 hari pertama post partum, dengan mnegeculikan
hari pertama. Suhu harus diukur dari mulut setidaknya 4 kali sehari.
Untuk melakukan pelaksanaan infeksi masa nifas dengan tepat, perlu
dikaji lokasi dan gejala infeksi.
1. Infeksi pada Vulva, Vagina, dan Serviks
a) Vulvitis
Pada luka infeksi bekas sayatan episiotomy atau luka perineum,
jaringan sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak,
jahitan mudah terlepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan
mengeluarkan pus.
b) Vaginitis
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau
melalui perineum. Permukaan inukosa membengkak dan kemerahan,
terjadi ulkus, serta getah mengandung nanah dan keluar dari daerah
ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal
terbatas.
c) Servisitis
Infeksi serviks sering terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan
banyak gejala. Luka serviks yang dalam, luas, dan langsung ke dasar
ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke
paramentrium.
Tanda dan Gejala Khas Infeksi Vulva, Vagina, dan Serviks
a. Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi
b. Kadang-kadang nyeri saat buang air kecil
c. Nadi dibawah 100 kali/menit
d. Getah radang dapat keluar
e. Suhu sekitar 38C
f. Bila luka infeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar,
demam naik sampai 39 - 40 disertai mengigil.
Penanganan
1. Pemberian antibiotik
2. Roborantia
3. Pemantauan vital sign
4. In take out pasien (makanan dan cairan)
2. Endometritis
Jenis infeksi ini biasanya yang paling sering terjadi. Kuman-kuman yang
memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas implantasi plasenta dan
dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi
dengan kuman yang tidak seberapa pathogen, infeksi hanya terbatas pada
endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah
menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau, yang terdiri atas kepingkeping nekrotis dan cairan.pada batas-batas antara daerah yang beradang
dan daerah sehat, terdapat lapisan yang terdiri atas leukosit.
Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan
penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lokea
tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta, dan selaput ketuban. Keadaan ini
dinamakan lokeometra. Hal ini dapat menyebabkan kenaikan suhu.
Pada endometritis yang tidak meluas, penderita pada hari pertama merasa
kurang sehat dan perut nyeri, mulai hari ketiga suhunya meningkat, nadi
cepat, namun dalam kurun waktu 1 minggu keadaan akan menjadi normal.
Pada infeksi yang lebih berat, batas endometrium dapat dilampaui dan
terjadilah penjalaran.
Dari hasil pengkajian, ditemukan beberapa data sebagai berikut :
1. Uterus membesar
2. Nyeri pada saat perabaan uterus
3. Uterus lembek
4. Suhu meningkat
5. Nadi menurun
3. Septikemia dan Pyemia
Ini merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh kuman-kuman yang
sangat phatogen, biasanya sterptococcus haemolyticus golongan A. Infeksi
ini sangat berbahaya dan tergolong 50 % penyebab kematian karena infeksi
nifas.
a) Septikemia
Pada infeksi ini, kuman-kuman dari uterus langsung masuk ke dalam
peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya
septikemia dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari
darah.
Gejala yang muncul dari pasien antara lain:
1. Permulaan penderita sudah sakit dan lemah.
2. Sampai hari ke-3 post psrtum, suhu meningkat dengan cepat dan
menggigil.
3. Selanjutnya suhu berkisar antara 39-40, KU memburuk, nadi menjadi
cepat (140-160 kali/menit)
b) Pyemia
Pada pyemia, terdapat trombophlebitis dahulu pada vena-vena di
uterus dan sinus-sinus pada bekas implantsi plasenta. Tromboyhlebitis ini
menjalar ke vena uterine, vena hipogastrika, dan atau vena ovari. Dari
tempat-tempat thrombus ini, embolus kecil yang berisi kuman
dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masuk ke dalam peredaran
darah umum dan dibawa oleh aliran darah ke tempat-tempat lain,
diantaranya paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan sebagainya, yang dapat
mengakibatkan terjadinya abses-abse ditempat tersebut.
Gejala yang dimunculkan adalah sebagai berikut:
1. Perut nyeri.
2. Yang khas adalah suhu berulang-ulang meningkat dengan cepat
disertai menggigil, kemudian diikuti dengan turunnya suhu.
3. Kenaikan suhu disertai menggigil terjadi pada saat dilepaskannya
embolus dari trombophlebitis pelvika.
4. Lambat-laun timbul gejala abses pada paru-paru, jantung, pneumoni,
dan pleuritis.
4. Peritonitis, Salpingitis, dan Ooforitis
a) Peritonitis
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di dalam
uterus, langsung mencapai peritoneum dan menyebabkan peritonitis atau
melalui jaringan diantara kedua lembar ligamentum latum yang
menyebabkan parametritis. Peritonitis yang tidak menjadi peritonitis
umum hanya terbatas pada daerah pelvic. Gejala-gejalanya tidak
seberapa berat seperti pada jenis yang umum.
Pada peritonitis umum, gejala yang muncul:
1. Suhu meningkat menjadi tinggi
tuba
falopi,
bahkan
sampai
ke
ovarium.
Disini
terjadi
salpingitis/ooforitis.
Penanganannya: pemberian antibiotika dan roborantika untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
5. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, dan Penglihatan Kabur
a. Sakit Kepala
Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan dan sering merupakan
ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang
menunjukkan masalah serius adalah sakit kepala yang menetap dan tidak
hilang setelah beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang
hebat tersebut ibu mungkin merasa pengelihatannya menjadi kabur atau
berbayang. Sakit kepala dalam kehamilan adalah salah satu gejala dari
pre eklampsi.
Pengkajian datanya, meliputi :
a. Data Subjektif