SEDIMENTASI
NAMA KELOMPOK :
1. FITRIYATUN NUR JANNAH
2. FERA ARINTA
3. DANI PRASETYA
(5213412006)
(5213412017)
(5213412037)
PRAKTIKUM SEDIMENTASI
I.
TUJUAN
1. Menghitung densitas pasir A dan pasir B yang lolos dan tidak lolos
34 mesh dan densitas batu bata A dan batu bata B yang lolos dan
tidak lolos 150 mesh.
2. Mengukur ketinggian awal dan ketinggian endapan setiap 3 detik
sampai diperoleh ketinggian konstan untuk masing-masing bahan.
3. Menganalisis pengaruh konsentrasi, perbedaan jenis partikel,
perbedaan ukuran partikel pada masing-masing bahan dengan
konsentrasi masing-masing.
4. Menentukan settling velocity (vs) pada masing-masing jenis bahan
untuk masing-masing konsentrasi berdasarkan grafik.
II.
DASAR TEORI
Sedimentasi adalah salah satu operasi pemisahan campuran
padatan dan cairan (slurry) menjadi cairan beningan dan sludge (slurry
yang lebih pekat konsentrasinya). Pemisahan dapat berlangsung karena
adanya gaya gravitasi yang terjadi pada butiran tersebut. Dalam filtasi
partikel zat padat dipisahkan dari slurry dengan kekuatan fluida yang
berada pada medium filter yang akan menghalangi laju lintas partikel zat
padat. Dalam proses pengendapan dan proses sedimentasi partikel
dipisahkan dari fluida oleh gaya aksi gravitasi partikel. Pada beberapa
proses, pemisahan serta sedimentasi partikel dan pengendapan bertujuan
untuk memisahkan partikel dari fluida sehingga fluida bebas dari
konsentasi partikel. ( Cristie geankolplis, tahun : 815-816)
Sedimentasi merupakan peristiwa turunnya partikel padat yang
semula tersebar merata dalam cairan karena adanya gaya berat setelah
terjadi pengendapan cairan jernih dapat dipisahkan dari zat padat yang
menumpuk di dasar (endapan). Keadaan dimana padatan bergerak turun
hanya karena gaya gravitasi. Kecepatan yang konstan ini disebabkan oleh
konsentrasi di lapisan batas yang relatif masih kecil, sehingga pengaruh
gaya tarik-menarik antar partikel, gaya gesek dan gaya tumbukan antar
partikel dapat diabaikan, proses ini disebut free settling.
Semakin banyak partikel yang mengendap, konsentrasi menjadi
tidak seragam dengan bagian bawah slurry menjadi lebih pekat.
3. Gaya Dorong
Gaya ini terjadi pada saat larutan dipompakan kedalam tabung
klarifier. Gaya dorong juga dapat dilihat pada saat mulai turunnya partikel
padatan karena adanya gaya gravitasi, maka fluida akan memberikan gaya
yang besarnya sama dengan berat padatan itu sendiri.
V x D(g- g)
Fd = 18
Dari ketiga gaya diatas diturunkan suatu laju pengendapan menurun yaitu:
2
V x D P ( g- g )
Fd = 18
Didalam slurry yang mengandung partikel-partikel ukuran berbeda,
partikel-partikel yang lebih besar akan mengendap lebih cepat dan mulai
menumpuk, dimana zona D dan zona transisi C yang mengandung padatan yang
bervariasi antara konsentrasi zona B dan zona D mulai nampak. Setelah
pengendapan lebih jauh atau pada kondisi kecepatan pengendapan kompresinya,
zona B dan zona C tidak nampak tetapi hanya terdapat slurry pekat pada zona D
(Geankoplis, C.J., 2003).
Pemakaian Proses Sedimentasi terbagi beberapa metode :
1. Proses Batch
Sedimentasi merupakan
pemisahan
antara padatan
dengan
cairan yang berasal dari slurry encer. Pemisahan ini menghasilkan cairan
jernih dan padatan dengan konsentrasi tinggi. Mekanisme dari
sedimentasi dideskripsikan dengan observasi pada tes batch settling
yaitu ketika
Keterangan:
A = Cairan bening
B = Zona konsentrasi seragam
C = Zona ukuran butir tidak seragam
Gambar 2. Proses sedimentasi semi batch
D = Zona partikel padat terendapkan
3. Proses Kontinyu
Pada proses ini terdapat slurry yang masuk dan cairan bening
yang keluar pada saat yang bersamaan. Saat kondisi steady state, maka
ketinggian cairan akan selalu tetap. Proses sedimentasi disajikan dengan
gambar berikut :
Keterangan:
A = Cairan bening
B = Zona konsentrasi seragam
C = Zona ukuran butir tidak seragam
D = Zona partikel padat terendapkan
III.
Gelas Arloji
Neraca
Analitik
Spatula
Stopwatc
2. Bahan
Batu bata
Pasir
3. Gambar Alat
Gambar III.1
Neraca
Analitik
Gambar III.2
Spatula
Gambar III.3
Gelas Arloji
Gambar III.6
Gelas Arloji
Gambar
III.4
Ayakan 34 mesh
Gambar III.5
Ayakan 150 mesh
4. Skema Kerja
Pasir lolos dan tidak lolos 34 mesh
Gerus pasir
Pasir diayak
34 mesh
Lolos
Tidak lolos 34 mesh
Hitung densitas
Ditimbang
Pasir A = 15 gr
Pasir B = 17 gr
34 mesh
Lolos
Tidak lolos 34 mesh
Hitung densitas
Batu bata A = 15 gr
Gambar III.2 Skema kerja batu bata lolos dan tidak lolos 34
mesh
IV.
Cara Kerja
Hasil Pengamatan
Menyiapkan bahan
Pasir
=1,069
gr
mL >34 mesh
=1,209
gr
mL <34 mesh
Pasir
Batu bata
Batu bata
gr
mL >150 mesh
=0,78
=0,843
gr
mL <150 mesh
Pasir B
(1,7gr/100ml)
bata
Variabel
Batu bata A
(1,5gr/100ml)
Batu bata B
(1,7gr/100ml)
Variabel
gr
)
ml
1,069
1,209
0,78
0,843
masing bahan.
variabel
Lolos ayakan 34
Tidak lolos
mesh
ayakan 34 mesh
4 mm
3 mm
5 mm
4 mm
mesh
150 mesh
4 mm
4,5 mm
gr/ml)
5 mm
6 mm
variab
el
kecepatan pengendapan
1,5
gr/ml
1,7
pasir A
0,0514
0,0
pasir B
0,0208
0,0
batu
bata A
0,0085
0,0
0,0059
0,0
batu
bata B
B. PEMBAHASAN
Pada praktikum sedimentasi ini, variabel yang digunakan
adalah pasir A ( 1,5 gr/ml dan 1,7 gr/ml) yang lolos dan tidak lolos
ayakan 34 mesh dan pasir B ( 1,5 gr/ml dan 1,7 gr/ml) yang lolos dan
tidak lolos ayakan 34 mesh serta batu bata A ( 1,5 gr/ml dan 1,7 gr/ml)
yang lolos dan tidak lolos ayakan 150 mesh dan batu bata B ( 1,5
gr/ml dan 1,7 gr/ml) yang lolos dan tidak lolos ayakan 150 mesh.
Praktikum sedimentasi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
konsentrasi dan ukuran partikel serta massa jenis bahan terhadap
kecepatan pengendapan bahan dalam air. Selain itu pada praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui settling velocity pada masing-masing
variabel
dengan
konsentrasi
masing-masing
hingga
mencapai
dapat dilihat pada tabel IV.4. Kemudian partikel yang terlarut tersebut
dikocok tujuan pengocokan partikel dalam air ini agar partikel dapat
tersebar merata dalam cairan air. Setelah dikocok kemudian dilakukan
pengukuran pengendapan partikel dengan menggunakan mistar selama
3 detik sampai ketinggian endapan konstan. Sebelum mengukur
ketinggian endapan, menyiapkan waktu lebih dulu yang akan
digunakan untuk mengukur seberapa lama endapan tersebut
mengendap. Setiap bahan padatan memiliki waktu pengendapan
masing-masing sesuai dengan jumlah bahan padatan dan ukuran
partikel. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, jika jumlah
bahan padatan semakin berat dengan konsentasi yang sama maka akan
memiliki waktu pengendapan yang cepat dikarenakan memiliki gaya
berat yang lebih besar sehingga memudahkan partikel untuk
mengendap.
Kecepatan pengendapan diperoleh dari kemiringan/slope
dimana sumbu y adalah ketinggian endapan dan sumbu x adalah
waktu dalam sekon dari kurva. Pada saat t1 maka slope (kemiringan)
-dz/dt = v1. Dan pada titik ketinggian endapan z1 hingga zi maka
intersep garis singgung kurva dinyatakan dengan :
z i-z 1
v1 = t 1 -0
pasir A
6
5
4
2
1
0
0
10
20
30
40
50
60
pasir A
6
5
4
2
1
0
0
10
20
30
40
50
60
Pasir B
5
4
pasir B tidak lolos 34
mesh 1,5 gr/ml
3
ketinggian endapan (mm) 2
1
0
50
0 100
waktu (sekon)
Pasir B
pasir B tidak lolos 34
mesh 1,5 gr/ml
f(x) = 0.04x +Linear
2.57 (pasir B tidak
5
4
3
ketinggian endapan (mm) 2
1
0
0
50
100
waktu (sekon)
pengendapan dari partikel (pasir) . Suatu larutan pasir dalam air dengan
konsentrasi 1,7 gr/ml dengan ukuran partikel yang seragam (uniform) akan
memiliki waktu pengendapan yang lebih cepat, begitu juga dengan
kecepatan pengendapan dari pasir akan lebih besar jika di bandingkan
dengan partikel dari pasir yang memiliki konsentrasi pengendapan 1,5
gr/ml. Kecepatan pengendapan merupakan besarnya gradient (slope) yang
terbentuk dari garis yang menghubungkan ketinggian endapan hingga
batu bata A
6
5
4
2
1
0
0
50
100
150
200
250
300
batu bata A
6
5
4
2
1
0
0
50
100
150
200
250
300
batu bata B
7
6
5
4
3
ketinggian endapan (mm)
2
1
0
200
400
waktu ( sekon)
batu bata B
batu bata tidak lolos
mesh 1,5 gr/ml
f(x) = 0.01x +150
5.28
7
6
5
4
3
ketinggian endapan (mm)
2
1
0
200
400
waktu ( sekon)
grafik.
Pada
konsentrasi
1,7
gr/ml
kecepatan
partikel maka semakin besar pula padatan terendapkan tiap satuan waktu
dengan kata lain kecepatan pengendapannya akan lebih cepat, hal ini
disebabkan karena tekanan dari atas cairan bertambah, sehingga kecepatan
turunnya padatan lebih besar. Dari grafik diatas diperoleh kecepatan
pengendapan pasir A paling besar jika dibandingkan dengan pasir B, batu
bata A dan batu bata B. Waktu pengendapan juga mempengaruhi
kecepatan pengendapan jika konsentasi padatan besar dan ukuran partikel
kecil maka waktu yang digunakan untuk mengendapkan akan semakin
cepat. Kecepatan pengendapan ke empat grafik dapat dilihat pada tabel
IV.5
dilakukan :
Grafik
4.9
menunjukan
hubungan
ketinggian
pengendapan
pasir
lebih
cepat
jika
tinggi
konsentrasi
suatu
padatan
maka
kecepatan
B. SARAN
1. Mengukur ketinggian padatan harus diperhatikan dan lebih teliti, karena
perubahan setiap detiknya sangat cepat.
2. Pengocokan padatan harus merata, karena mempengaruhi kecepatan
pengendapannya.
3. Dalam mengukur densitas harus lebih teliti lagi, jangan sampai ada
penekanan saat bahan dimasukkan kedalam gelas ukur.
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, J., G., 1993. Transport Processes and Unit Operations. 3rd.
Prentice - Hall, Inc., USA.
LAMPIRAN
Menghitung Densitas pasir lolos 34 mesh
m
=
10,69
10
=1,069
gr
ml
12,09
10
=1,209
gr
ml
m
v
7,8
10
=0,78
gr
ml
m
v
8,34
10
=0,834
gr
ml