STUDI KASUS
TEMA : CINTA KASIH
diajukan guna melengkapi tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Mata Kuliah Umum Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
oleh
Utiya Listy Biyumna
NIM 121710101119
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perjalanan hidup manusia, tidak akan pernah lepas dari yang
namanya cinta. Manusia diciptakan di jagad bumi mengembangan cinta dari tuhan
sebagai khalifah di muka bumi. Pada hakikatnya manusia diciptakan Tuhan
dengan mempunyai perasaan, diantaranya cinta kasih, kasih sayang, kemesraan,
pemujaan, belas kasih, cinta kasih erotis. Semua itu ada dalam setiap diri manusia.
Tidak ada manusia yang tidak mempunyai rasa cinta kasih. Contoh cinta kasih
adlah cinta kepada Tuhan, cinta orang tua terhadap anaknya, cinta kakak terhadap
adiknya, cinta Negara, dan lain-lain.
Cinta memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia sebab
cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga
dan pemeliharaan anak, hubungan yang erat di masyarakat dan hubungan
manusiawi yang akrab. Demikian pula cinta adalah pengikat yang kokoh antara
manusia dengan Tuhannya, sehingga manusia menyembah Tuhan dengan ikhlas,
mengikuti perintah-Nya dan berpegang teguh pada syariat-Nya.
Definisi cinta kasih yang salah, akan mengantarkan pada suatu substansi
yang dikaburkan oleh ego, bahkan nafsu seseorang. Pemaknaan yang salah
sebagai sebuah aktualisasi dari cinta, seperti pacaran, akan mengantarkan pada
suatu upaya untuk mendeskreditkan cinta yang luhur sebagai fitrah kemanusiaan.
Disamping itu, pemaknaan akan cinta dengan rasa suka, harus berani dibedakan.
Cinta adalah fitrah yang sifatnya abstrak sehingga perwujudannya berada dalam
area metafisik (inmaterial), sedangkan rasa suka adalah wujud rasa ketertarikan
kepada hal yang bersifat materi.
1.2 Tujuan
Membuat studi kasus cinta kasih, penyebab dan solusi dari studi kasus.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Definisi Cinta
Menurut kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta,
cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) saying (kepada), ataupun (rasa)
sangat kasih atau sangat tertarik hatinya, sedangkan kata kasih artinya perasaan
saying atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian arti cinta
dan kasih hampir bersamaan, sehinga kata kasih memperkuat rasa cinta. Karena
itu cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka kepada seseorang yang
disertai dengan menaruh belas kasih. Cinta lebih mengandung pengertian
mendalamnya rasa, sedangkan kasih lebih keluarnya. Dengan kata lain, bersumber
dari cinta yang mendalam itulah, kasih dapat diwujudkan secara nyata.
Cinta memegang peranan penting dalam kehidupan manusia sebab cinta
merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan
pemeliharaan anak, hubungan yang erat di masyarakat dan hubungan manusiawi
yang akrab. Demikian pula cinta adalah pengikat yang kokoh antara manusia
dengan Tuhannya, sehingga manusia menyembah Tuhan dengan ikhlas, mengikuti
perintah-Nya, dan berpegang teguh pada syariat-Nya.
Dalam bukunya seni mencinta, Erich Fromm menyebutkan, bahwa cinta itu
terutama memberi, bukan menerima. Dan memberi merupakan ungkapan yang
paling tinggi dari kemampuan. Yang paling penting dalam memberi ialah hal-hal
yang sifatnya manusiawi, bukan materi. Cinta selalu menyatakan unsur-unsur
dasar tertentu, yaitu pengasuhan, tanggung jawab, perhatian dan pengenalan. Pada
pengasuhan contoh yang paling menonjol adalah cinta seorang ibu pada anaknya;
bagaimana seorang ibu dengan rasa cinta kasihnya mengasuh anaknya dengan
sepenuh hati, sedangkan tanggung jawab dalam arti benar adalah sesuatu tindakan
yang sama sekali suka rela yang dalam kasus ibu dan anak, bayinya menunjukkan
penyelenggaraan atas hubungan fisik. Unsur yang ketiga adalah perhatian diri
sebagaimana adanya. Yang ke empat adalah pengenalan yang merupakan
keinginan untuk mengetahui rahasia manusia. Dengan keempat unsur tersebut,
yaitu pengasuhan, tanggung jawab, perhatian dan pengenalan, suatu cinta dapat
dibina secara lebih baik.
Pengertian tentang cinta dikemukakan juga oleh Dr. Sarlito W.Sarwono.
Dikatakannya bahwa cinta memiliki tiga unsur yaitu keterikatan, keintiman, dan
kemesraan. Yang dimaksud dengan keterikatan padalah adanya perasaan untuk
hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain
kecuali dengan dia. Unsur yang kedua adalah keintiman, yaitu adanya kebiasaankebiasaan dan tingkah laku yang menunjukkan bahwa antara anda dengan dia
sudah tidak ada jarak lagi. Panggilan-panggilan formal seperti bapak, ibu, saudara
digantikan dengan sekedar memanggil nama atau sebutan sayang dan sebagainya.
Unsur yang ketiga adalah kemesraan, yaitu adanya rasa ingin membelai atau
dibelai, rasa kangen kalu jauh atau lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan
yang mengungkapkan rasa sayang, dan seterusnya..
Selanjutnya Dr. Sarlito W. Sarwona mengemukakan, bahwa tidak semua
unsur cinta itu sama kuatnya. Kadang-kadang ada keterikatan sangat kuat, tetapi
keintiman atau kemesraan kurang. Cinta seperti itu mengandung kesetiaan yang
amat kuat, kecemburan besar, tetapi dirasakan oleh pasangannya sebagai dingin
atau hambar karena tidak ada kehangatan yang ditimbulkan kemesraan atau
keintiman. Misalnya cinta sahabat karib atau saudara kandung yang penuh dengan
keakraban, tetapi tidak ada gejolak-gejolak mesra dan orang yang bersangkutan
masih lebih setia kepada hal-hal lain dari pada partnernya.
Selain pengertian yang dikemukakan oleh Sarlito, lain halnya pengertian
cinta yang dikemukakan oleh Dr, Abdullah Nasih Ulwan, dalam bukunya
manajemen cinta. Cinta adalah perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong
seseorang untuk mencintai kekasihnya penuh gairah, lembut, dan kasih sayang.
Cinta adalah fitrah manusia yang murni, yang tidak dapat terpisahkan dengan
kehidupannya. Ia selalu dibutuhkan. Jika seseorang ingin menikmatinya dengan
cara terhormat dan mulia, suci dan penuh taqwa, tentu ia akan mepergunakan
cinta itu untuk mencapai keinginannya yang suci dan mulia pula.
Banyak ilmuan yang mendefiniskan apa itu cinta, begitu banyak definisi
tentang cinta, tetapi satu yang harus diketahui dan diyakini adalah cinta tidak bisa
didefinisikan oleh apapun. Cinta itu beragam, cinta terhadap manusia, cinta
kepada orang tua, cinta kepada teman, cinta kepada hewan peliharaan, cinta
kepada diri sendiri dan tentunya cinta kepada Tuhan dan Rasul. Cinta memiliki
tingkatan yang berbeda-beda. Satu hal yang pasti, cinta itu dirasakan diresapi dan
diaplikasikan dengan perbuatan. Cinta itu soft, tidak nampak, tetapi dapat kita
rasakan keberadaannya.
Persaudaraan,
diwujudkan
manusia
dalam
tingkah
atau
dalam rumah tangga keluarga muda itu bukan lagi bercinta-cintaan, tetapi sudah
bersifat kasih mengasihi atau saling menumpahkan kasih sayang. Dalam kasih
saying, sadar atau tidak sadar dari masing-masing pihak dituntut tanggung jawab,
pengorbanan, kejujuran, saling percaya, saling pengertian, saling terbuka,
sehingga keduanya merupakan kesatuan yang bulat dan utuh. Bila salah satu
unsur kasih sayang hilang, misalnya unsur tanggung jawab, maka retaklah
keutuhan rumah tangga itu. Kasih sayang yang tidak disertai kejujuran,
terancamlah kebahagian rumah tangga itu.
Kasih sayang merupakan sesuatu paling mendasar, yang harus diterima oleh
setiap manusia, kasih sayang bisa disebut juga sebagai suatu hak yang harus kita
terima karena peran kasih sayang secara psikologi sangat berpengaruh terhadap
tumbuh kembangnya seorang individu. Tentu seorang individu yang dididik
dengan kasih sayang, bisa menjadi individu yang lebih baik dibandingkan mereka
yang kekurangan kasih sayang karena dewasa ini banyak sekali orang yang
berpandangan bahwa uang adalah segala-galanya, sehingga banyak orang tua
yang lebih mementingkan mencari uang untuk anak dan menomorduakan kasih
sayang, sehingga tidak sedikit anak yang bertindak negatif yang biasa disebut
kenakalan remaja, umumnya hal itu terjadi dikarenakan si anak merasa kurang
diperhatikan oleh orang tuanya dan dia melakukan hal-hal negatif agar orang
tuanya terganggu dan mulai memperhatikan anak tersebut. Tentu kurangnya kasih
sayang harus dihindari oleh setiap orang tua. Tanpa kasih saying, seorang anak
bisa berubah menjadi individu yang brutal, kurang peduli dengan lingkungan
sekitar dan bertindak sesuai dengan kemauan dirinya sendiri. Hal ini terbukti dari
banyaknya penelitian, bahwa kenakalan remaja, paling banyak dikarenakan faktor
didikan dan kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tua tersebut.
Kasih sayang mengajarkan banyak hal terhadap manusia, kasih sayang
memberikan kepekaan bagi kita semua, untuk berbagi kasih terhadap sesama,
kasih sayang yang mampu merubah banyak individu yang umumnya perubahan
terjadi kearah yang lebih baik, baik itu terhadap sahabat, orang yang kita cintai,
atau siapa pun yang kita lihat karena begitu banyak orang di dunia ini yang
membutuhkan kasih sayang dari orang lain. Tidak semua orang beruntung
memiliki orang tua, memiliki orang-orang yang dikasihinya karena begitu banyak
anak yang lahir tanpa kasih sayang orang tua, begitu banyak anak yang
kelahirannya, bahkan tidak diinginkan oleh orang tuanya, sehingga patutlah kita
memberikan kasih sayang lebih terhadap anak-anak yatim piatu dan kita harus
bersyukur karena kita jauh lebih beruntung dari pada mereka, bahkan keutamaan
mengasihi anak yatim sangat ditekankan oleh Rosulullah SAW. Oleh karena itu,
rasa kasih sayang harus ditanamkan kepada siapa pun, tanpa mengenal siapa dia,
dari mana asal usulnya dan kita utamakan mereka yang jauh lebih membutuhkan,
semampu kita untuk mengasihi mereka.
Persepsi yang parsial dalam menilai siswa. Bagaimana pun juga, setiap
anak punya konteks kesejarahan yang tidak bisa dilepaskan dalam setiap kata
dan tindakan yang terlihat saat ini, termasuk tindakan siswa yang dianggap
melanggar batas. Apa yang terlihat di permukaan, merupakan sebuah tanda /
sign dari masalah yang tersembunyi di baliknya. Yang terpenting bukan sebatas
menangani tindakan siswa yang terlihat, tapi mencari tahu apa yang
melandasi tindakan/sikap siswa.
Adanya tekanan kerja, seperti target yang harus dipenuhi oleh guru, baik
dari segi kurikulum, materi maupun prestasi yang harus dicapai siswa didiknya
sementara kendala yang dirasakan untuk mencapai hasil yang ideal dan
maksimal cukup besar.
meskipun dengan cara yang tidak sehat. Contohnya, tidak heran jika anak
berusaha mencari perhatian dengan bertingkah yang memancing amarah,
agresifitas, atau pun hukuman. Tapi, dengan demikian, tujuannya tercapai, yakni
mendapat perhatian. Sebaliknya, bisa juga perasaan inferioritas dan tidak
berharga di kompensasikan dengan menindas pihak lain yang lebih lemah
supaya dirinya merasa hebat.
3. Dari Keluarga
Kekerasan yang dilakukan baik oleh guru maupun siswa, perlu juga dilihat
dari factor kesejarahan mereka.
a. Pola Asuh
Anak yang dididik dalam pola auih yang indulgent, highly privilege
(orang tua sangat memanjakan anak dan memmenuhi semua keinginan
anak), tumbuh dengan lack of internal control and lack of sense of
responsibility. Mengapa? Dengan memenuhi semua keinginan dan
tuntutan mereka, anak tidak belajar mengendalikan impulse,
menyeleksi dan menyusun skala prioritas kebutuhan, dan bahkan tidak
belajar mengelola emosi. Ini jadi bahaya karena anak merasa jadi raja
dan bisa melakukan apa saja yang ia inginkan dan bahkan menuntut
orang lain melakukan keinginannya. Jadi anak akan memaksa orang
lain untuk memenuhi kebutuhannya, dengan cara apapun juga asalkan
tujuannya tercapai. Anak juga tak memiliki sense of responsibility
karena kemudahan yang ia dapatkan, membuat
anak tidak
bias
lain. Situasi demikian mempengaruhi kondisi emosi anak dan lebih jauh
mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Sering dijumpai siswa
bermasalah, setelah diteliti ternyata memiliki latar belakang keluarga
yang disfungsional.
4. Dari Lingkungan
Tak dapat dipungkiri bahwa kekerasan yang terjadi selama ini juga terjadi
karena adanya faktor lingkungan, yaitu:
3.3 Solusi
1.
Bagi Sekolah
suasana
belajar
menjadi
lebih
menyenangkan
dengan
Menjalin komunikasi yang efektif dengan guru dan sesama orang tua murid
untuk memantau perkembangan anaknya.
Orangtua menerapkan pola asuh yang lebih menekankan pada dukungan
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Cinta kasih adalah perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong
seseorang untuk mencintai orang lain dengan penuh kasih saying.
2. Kasih sayang adalah perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka
kepada seseorang.
3. Cinta dan kasih sayang adalah dua hal yang sebenarnya tidak dapat
dipisahkan, dimana ada cinta disitu pasti ada kasih sayang dan sebaliknya
dimana ada kasih sayang disitu ada cinta.
4.2 Saran