Definisi
Tekanan darah didefinisikan sebagai gaya yang digunakan untuk mendesak dinding
pembuluh darah oleh darah di sirkulasi. Evaluasi hipertensi berdasarkan pada pengukuran
tekanan darah ulangan2.
Penyakit jantung hipertensi merupakan kumpulan abnormalitas, termasuk pembesaran
ventrikel kiri, disfungsi diastolik dan sistolik, manifestasi klinisnya termasuk aritmia dan gejala
gagal jantung. Paradigma klasik penyakit hipertensi adalah penebalan dinding ventrikel kiri
sebagai mekanisme kompensasi untuk menurunkan tekanan dinding3.
Peningkatan tekanan darah diketahui berhubungan dengan peningkatan risiko
kardiovaskular. Tekanan darah harus dipertahankan konstan agar perfusi dapat tercapai pada
semua organ. Peningkatan tekanan darah sistolik berkembang secara bertahap dan sering
bersamaan dengan penyakit lain seperti dislipidemia, resistensi insulin, dan obesitas abdominal.
Peningkatan tekanan sistolik menghasilkan respon hipertrofik di lapisan otot polos arteri,
menurunkan diameter lumen pembuluh darah. Hasilnya adalah peningkatan afterload yang
berkontribusi terhadap pertumbuhan otot jantung sebagai adaptasi, karena jantung membutuhkan
pompa lebih untuk melawan tahanan yang tinggi. Mekanisme kompensasi ini lama kelamaan
menjadi maladaptif, meningkatkan risiko kerusakan target organ seperti pada endotel vaskular,
otak, dan ginjal, serta penyakit kardiovaskular2.
Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII
Tipe Tekanan
Darah
Normal
Prehipertensi
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
<120
120-139
dan
ata
<80
80-89
Hipertensi stage I
140-159
u
ata
90-99
Hipertensi stage II
160
u
ata
100
u
Etiologi dan Faktor Risiko
Etiologi penyakit jantung hipertensi merupakan kompleks berbagai faktor hemodinamik,
struktural, selular, dan molekular yang saling mempengaruhi. Faktor-faktor ini berperan dalam
Gambar 2.1
Awalnya,
pergeseran
ke
arah
peningkatan
tekanan
diastolik-volume
overload
meningkatkan tekanan end-diastolic, tekanan atrium kiri dan tekanan pulmo-kapiler dan stroke
volume yang besar, tetapi dengan berjalannya waktu, mekanisme ini akan gagal. Kemudian
pengisian ventrikel kiri semakin memburuk, menghasilkan pengisian yang tidak adekuat
meskipun tekanan diastolik meningkat. Hal ini menurunkan volume end-diastolic, dimana
menurunkan stroke volume, menyebabkan kongesti paru. Lebih lagi, karena akumulasi berlanjut
pada matriks ekstraseluler, kekakuan jantung, dan resistensi vaskular, disfungsi diastolik
memburuk dan berkembang menjadi penurunan sistolik yang jelas, sehingga cardiac output
menurun2.
Mekanisme kompensasi di jantung dan ginjal berhubungan dengan overaktivitas sistem
saraf simpatis dan stimulasi berlebihan RAAS. Sistem ini memberi dukungan inotropik pada
jantung yang gagal, meningkatkan stroke volume dan vasokonstriksi perifer dalam usaha untuk
mempertahankan mean arterial pressure. Namun, perubahan-perubahan ini merupakan gangguan
terhadap homeotasis cardiocirculatory selama tahap akhir penyakit5.
Gagal jantung terutama dikarakteristikan secara klinis dengan overload cairan karena
tekanan pengisian dan paroxysmal nocturnal dyspnea dan ortopnea (pemendekan nafas) dengan
fatigue yang nyata dan batuk. Gejala yang terbaik mengidentifikasi gagal jantung adalah distensi
vena jugular, takikardia, pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan area abdomen (asites).
Peningkatan level natiruretic peptida, yang disebut brain natriuretic peptide (BNP) dan Nterminal pro-BNP, dapat digunakan sebagai alat diagnosis untuk membedakan gagal jantung dari
gejala-gejala yang mirip gagal jantung2.
Tatalaksana Penyakit Jantung Hipertensi
Modifikasi Gaya Hidup
Berdasarkan data, target tekanan darah <150/80mmHg pada pasien >80 tahun, dengan
tujuan menurunkan risiko gagal jantung kongestif sebesar 64%. Berbagai strategi
penatalaksanaan termasuk:
A.
Modifikasi diet
Farmakoterapi
Modifikasi Diet
Studi menunjukkan bahwa diet dan gaya hidup sehat, dikombinasikan dengan pengobatan
medis dapat menurunkan tekanan darah dan menurunkan gejala gagal jantung. Diet sehat jantung
merupakan bagian dari profilaksis sekunder pada pasien dengan penyakit arteri koroner dan
profilaksis utama pada pasien dengan risiko tinggi penyakit ini. Rekomendasi diet spesifik
termasuk diet rendah natirum, tinggi kalium (pada pasien dengan fungsi ginjal normal), kaya
buah-buahan segar dan sayur, rendah kolesterol, dan rendah konsumsi alkohol6.
B.
Latihan fisik
Latihan aerobik reguler dinamis, seperti berjalan, berlari, berenang, atau bersepeda,
ditunjukkan dapat menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kardiovaskular. Hal itu juga
memiliki efek kardiovaskular yang menyenangkan, memperbaiki fungsi endotel, vasodilatasi
perifer, menurunkan denyut jantung istirahat, memperbaiki variabilitas denyut jantung, dan
menurunkan level katekolamin plasma.
C.
Penurunan berat badan
Studi menunjukkan bahwa menurunkan berat badan merupakan salah satu cara yang
efektif untuk menurunkan tekanan darah. Tekanan darah 5-20mmHg menurun setiap penurunan
berat badan 10 kg. Penurunan berat badan reguler (1 kg perminggu) disarankan pada pasien.
Intervensi farmakologis untuk menurunkan berat badan dapat digunakan dengan perhatian
penuh.
Terapi Farmakologis
Terapi hipertensi dan penyakit jantung hipertensi dapat termasuk beberapa kelas
antihipertensi dibawah ini:
-
Diuretik thiazid
Kebanyakan pasien membutuhkan 2 atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai tekanan
darah target; ketika tekanan darah lebih dari 20/10mmHg dari target, pertimbangan untuk
memberikan inisial terapi 2 obat.
A.
Diuretik thiazid
Diuretik thiazid diberikan pada sebagian pasien dengan hipertensi tanpa komplikasi, baik
tunggal ataupun kombinais dengan obat dari kelas lain.
B.
Penyekat channel kalsium
Penyekat channel kalsium efektif untuk hipertensi pada pasien lanjut usia4.
C.
ACE inhibitors dan ARBs
ACE inhibitor adalah piliha pertama pada pasien dengan diabetes dan/atau disfungsi
ventrikel. ARBs merupakan alternatif, khususnya untuk pasien yang mengalami efek samping
ACE-inhibitor4.
D.
Beta-blockers
Beta-blocker merupakan obat pilihan pertama pada pasien dengn gagal jantung karena
disfungsi sistolik ventrikel kanan, pasien dengan penyakit jantung iskemik dengan atau tanpa
riwayat infark miokard, dan pasien dengan tirotoksikosis7.
E.
Agen antihipertensi lain
Penggunaan obat intravena diberikan pada pasien dengan hipertensi emergensi, termasuk
nitoprudis, labetalol, hydralazine, enalapril, dan beta blocker. Beberapa bukti juga menyatakan
bahwa agonis PPAR- memperbaiki stres oksidatif dan menyebabkan perbaikan pada remodeling
jantung yang disebabkan hipertensi sistemik pada overload tekanan miokardium dan LVH
kronis4.
Protokol terapi terkini mengindikasikan penggunaan asetaminofen sebagai analgesik lini
pertama pada pasien dengan penyakit arteri koroner4.
Daftar Pustaka
1.
1. Katritsis DG, Gersh BJ, Camm AJ, 2013. Clinical Cardiology: Current Practice Guidelines.
3.
Drazner MH, 2011. The Progression of Hypertensive Heart Disease. Circulation, 123: 327-334.
4.
Riaz
K,
2013.
Hypertensive
Heart
Disease.
Available
at
Lapi F AL, Yin H, Nessim SJ, Suissa S, 2013. Concurrent use of diuretics, angiotensin
converting enzyme inhibitors, and angiotensin receptor blockers with non-steroidal antiinflammatory drugs and risk of acute kidney injury: Nested case-control study. BMJ , 346
:e8525.
6.