Anda di halaman 1dari 19

PRINSIP-PRINSIP ETIS DALAM BISNIS

Resume dari buku berjudul Etika Bisnis : Konsep dan Kasus, Karya Manuel G.
Velasquez

Sebelum berbicara jauh mengenai prinsip-prinsip etis dalam bisnis dan untuk
lebih memahami konsep dan pengertiannya, berikut ini adalah beberapa kasus
pendekatan mengenai evaluasi moral antara lain :

1. Kasus Pengesahan Undang Undang Apartheid Pertama

Sistem Apartheid yang dikuasai oleh Partai Nasional khusus Kulit Putih
melegalkan diskriminasi rasial pada seluruh aspek kehidupan. Sistem apartheid
ini menghapuskan seluruh penduduk kulit hitam dari hak politik dan hak sipilnya
seperti mereka tidak dapat memilih, tidak dapat jabatan politis yang penting,
tidak dapat bergabung secaara kolektif, atau pun hak atas Undang-undang. Hal
inilah yang mengakibatkan kulit hitam melakukan demontrasi berkali - kali
melawan pemerintahan kulit putih Afrika Selatan. Aksi tersebut langsung
ditanggapi oleh pemerintah Kulit Putih Afrika Selatan dengan pembunuhan,
penangkapan di mana - mana serta represi. Termasuk ditangkapnya Nelson
Mandela (anak pimpinan kulit hitam).

2. Kasus Pertentangan akan Kedudukan Perusahaan Caltex di Afrika Selatan.

Hal ini dipicu adanya penentangan yang dilakukan para pemegang saham agar
Caltex memutuskan hubungan dengan pemerintah Afrika Selatan dengan alasan
bahwa orang kulit hitam tidak punya hak di wilayah kulit putih. Perdebatan
tentang apakah Caltex perlu melanjutkan operasinya di Afrika Selatan ini
merupakan perdebatan moral. Argumen yang diajukan oleh kedua belah pihak
tersebut mengacu pada pertimbangan moral, yang dapat dikelompokkan
menjadi 4 jenis standar moral yaitu utilitarianisme, hak, keadilan, dan perhatian.
Pertimbangan moral yang diajukan manajer Caltex antara lain jika perusahaan
tetap melaksanakan operasi di Afrika Selatan maka kesejahteraan orang kulit
hitam dan kulit putih akan meningkat, namun jika perusahaan pergi maka orang
kulit hitamlah yang akan mengalami kerugian besar. Pernyataan inilah yang
disebut dengan standar moralitas utilitarian yaitu prinsip moral yang mengklaim
bahwa sesuatu dianggap benar bila mampu menekan biaya sosial dan
memberikan keuntungan sosial yang lebih besar.

Pernyataan manajer Caltex yang akan memberikan perhatian khusus bagi


pekerja kulit hitam dan pertanggungjawaban akan kesejahteraaan mereka inilah
yang disebut Etika memberi perhatian. Artinya etika yang menekankan pada
usaha memberikan perhatian terhadap kesejahteraan orang sekitar. Sedangkan
perjuangan dari seorang Nelson Mandela yang sangat berani inlah yang disebut
dengan etika kebaikan. Hal ini dikarenakan jenis evaluasi yang didasarkan atas
karakter moral seseorang atau kelompok..

A. Utilitarianisme

Utilitarianisme merupakan semua pandangan yang menyatakan bahwa tindakan


dan kebijakan perlu dievaluasi berdasarkan keuntungan dan biaya yang
dibebankan pada masyarakat. Banyak analisa yang meyakini bahwa cara terbaik
untuk mengevaluasi kelayakan suatu keputusan bisnis adalah dengan
mengandalkan pada analisa biaya keuntungan utilitarian. Tindakan bisnis yang
secara sosial bertanggung jawab adalah tindakan yang mampu memberikan
keuntungan terbesar atau biaya terendah bagi masyarakat. Misalnya kasus yang
terjadi pada perusahaan mobil Ford.

Pada saat posisi penjualan mobil menurun dibandingkan dengan pesaing lain,
maka manajer Ford segera melakukan strategi cepat dengan memfokuskan pada
desain, pemanufakturan, dan penjualan yang cepat. Hal ini dilakukan agar
memperoleh kembali pangsa pasar. Akibat proyek yang dilakukan dengan
terburu-buru ini, maka desain teknis pun tidak diperhatikan seperti apabila
terjadi tabrakan maka keselamatan penumpangpun sangat rawan. Alasan
manajer tetap memproduksinya antara lain dikarenakan desain mobil sudah
memenuhi semua standar hukum dan peraturan pemerintah, manajer
beranggapan bahwa mobil telah memiliki tingkat keamanan yang sebanding
dengan mobil dari perusahaan lain, serta dikarenakan studi biaya keuntungan
(biaya modifikasi) tidak bisa ditutupi oleh keuntungan yang diperoleh. Jadi
utilitarianisme digunakan untuk semua teori yang mendukung pemilihan
tindakan yang memaksimalkan keuntungan.

B. Utilitarianisme Tradisional

Pendiri Utilitarianisme adalah Jeremy Bentham, dalam menetapkan sebuah


kebijakan dan peraturan sosial, Bentham selalu membuat keputusan tersebut
yang mampu mamberikan norma yang dapat diterima publik. Secara singkat,
prinsip utilitarian yaitu :

Suatu tindakan dianggap benar dari sudut pandang etis jika dan hanya jika
jumlah total utilitas yang dihasilkan dari tindakan tersebut lebih besar dari
jumlah utilitas sosial yang dihasilkan oleh tindakan lain yang dapat dilakukan.

Artinya prinsip ini mengasumsikan bahwa keuntungan dan biaya dari suatu
tindakan dapat diukur dengan menggunakan skala numerik biasa, lalu ditambah
atau dikurangi dengan nilai yang diperoleh. Kesalahan anggapan terhadap
prinsip Utilitarian antara lain :

Prinsip utilitarian mengatakan bahwa tindakan yang benar dalam suatu situasi
adalah tindakan yang menghasilkan utilitas lebih besar dibandingkan
kemungkinan tindakan lainnya. Hal ini tidak berarti tindakan yang benar adalah
tindakan yang menghasilkan utilitas besar bagi orang yang melakukan tindakan
tersebut. Akan tetapi, tindakan dianggap benar jika menghasilkan utilitas paling
besar bagi semua orang yang terpengaruh oleh tindakan tersebut (termasuk
orang yang melakukan tindakan tersebut).
Prinsip utilitarian tidak menyatakan bahwa tindakan yang dianggap benar
sejauh keuntungan dari tindakan tersebut lebih besar dari biayanya. Namun
utilitarianisme meyakini bahwa ada satu tindakan yang benar yaitu tindakan
yang memberikan keuntungan lebih besar daripada keuntungan yang diperoleh
dari tindakan alternatif lain.
Prinsip utilitarian mewajibkan kita untuk mempertimbangkan konsekuensi
langsung dari tindakan kita. Sebaliknya pengaruh tidak langsungnya juga harus
dipertimbangkan.

Dengan demikian ada 3 hal yang harus dilakukan jika dalam situasi tertentu :

1. Menentukan tindakan atau kebijakan alternatif.

Seperti pada perusahan Ford, secara impisit mempertimbangkan 2 alternatif


yaitu mendesain ulang Pinto dengan menambah pelindung karet di sekeliling
tangki bahan bakar atau memutuskan untuk tanpa menggunakan pelindung.

2. Menentukan biaya dan keuntungan langsung maupun tak langsung.

Misalnya pada perkiraan perhitungan Ford atas biaya dan keuntungan yang akan
diterima oleh semua pihak yang terlibat jika desain Pinto dirubah, serta yang
akan ditanggung jika desainnya tidak berubah.

3. Tindakan yang etis tepat adalah yang memberikan utilitas paling besar.

Misalnya saatt manajer Ford memutuskan bahwa tindakan yang memberikan


utilitas paling besar dan biaya paling rendah adalah dengan tidak mengubah
desain Pinto.

Utilitarianisme juga sejalan dengan kriteria intuitif yang digunakan orang dalam
membahas perilaku atau tindakan moral. Misalnya pada saat orang memiliki
kewajiban moral untuk melakukan tindakan tertentu, hal ini sering mengacu
pada keuntungan atau kerugian yang nantinya diakibatkan. Moralitas juga
mewajibkan seseorang untuk mempertimbangkan kepentingan orang lain.
Utilitarianisme memenuhi persyaratan tersebut selama prinsip tersebut
mempertimbangkan pengaruh tindakan pada orang lain, dan mewajibkan
seseorang untuk memilih utilitas paling besar.

Utilitarianisme juga menjadi dasar teknik analisis biaya-keuntungan ekonomi.


Analisis ini digunakan untuk menentukann tingkat kelayakan investasi dalam
suatu proyek dengan mencari tahu apakah keuntungan ekonomi lebih besar
dibandingkan dengan biaya ekonomi saat ini dan masa mendatang.

C. Masalah Pengukuran

Masalah dalam kaitannya dengan utilitarianisme terfokus pada hambatan yang


dihadapi saat nenilai utilitas seperti:

Bagaimana nilai utilitas dari berbagai tindakan yang berbeda pada orang yang
berbeda dapat diukur dan perbandingkan.
Biaya dan keuntungan tampak sulit dinilai.
Banyaknya keuntungan dan biaya dari suatu tindakan tidak dapat diprediksi,
maka penilaian tidak dapat dilakukan dengan baik.
Masih belum jelas apa yang bisa dihitung sebagai keuntungan dan yang
dihitung sebagai biaya.

Cara menyelesaikan permasalahan ini adalah dengan menerima penilaian dari


kelompok sosial atau kelompok lain.

D. Masalah Hak dan Keadilan

Hambatan Utilitarianisme adalah prinsip tersebut tidak mampu menghadapi dua


jenis permasalahan moral yaitu yang berkaitan dengan hak dan keadilan.
Tanggapan utilitarian terhadap pertimbangan hak dan keadilan yaitu dengan
mengajukan sati versi utilitarianisme alternatif yang cukup penting dan
berpengaruh, yang disebut dengan rule-utilitarian.

Strategi dasar dari rule-utilitarian adalah membatasi analisis utilitarian hanya


pada evaluasi atas peraturan moral. Jadi teori rule-utilitarian memiliki 2 prinsip
yaitu :

Suatu tindakan dianggap benar dari sudut pandang etis jika dan hanya jika
tindakan tersebut dinyatakan dalam peraturan moral yang benar.
Sebuah peraturan moral dikatakan benar jika jumlah utilitas total yang
dihasilkannya; jika semua orang yang mengikuti peraturan tersebut lebih besar
dari jumlah utilitas total yang diperoleh; jika semua orang yang mengikuti
peraturan moral alternatif lainnya.

E. Konsep Hak

Hak adalah klaim atau kepemilikan sesuatu. Seseorang dikatakan memiliki hak
jika dia memiliki klaim untuk melakukan tindakan dalam suatu acara tertentu.
Hak berasal dari sistem hukum yang mengizinkan seseorang untuk bertindak
dalam suatu cara tertentu. Hak juga bisa berasal dari sistem standar moral yang
tidak tergantung pada sistem hukum tertentu. Hak merupakan sebuah sarana
atau cara yang penting dan bertujuan agar memungkinkan individu untuk
memilih dengan bebas apapun kepentingan dan melindungi pilihan mereka.

Hak moral memiliki 3 karakteristik penting yang memberikan fungsi


pemungkinan dan pelindungan antara lain:

1. Hak moral erat kaitannya dengan kewajiban.

Memiliki hak moral bearti orang lain memiliki kewajiban tertentu terhadap
pemilik hak tersebut. Misalkan hak moral untuk melakukan ibadah sesuai
keyakinan saya, dapat didefinisikan kaitannya dengan kewajiban moral orang
lain untuk tidak mengganggu ibadah yang saya lakukan. Hak moral memberikan
kewajiban korelatif pada orang lain, baik itu kewajiban untuk tidak ikut campur
atau kewajiban untuk melakukan sesuatu yang positif.

2. Hak moral memberikan otonomi dan kesetaraan bagi individu dalam mencari
kepentingan mereka.

Hak menunjukkkan aktivitas yang bebas mereka cari. Misalnya saat akan
melakukan ibadah sesuai keyakinan, maka tidak perlu izin orang lain saat
melaksanakannya. Salah satu aspek dimana kita semua memiliki kedudukan.

Hak moral memberikan dasar untuk membenarkan tindakan yang dilakukan


seseorang dan untuk melindungi orang lain.

Jika memiliki hak moral untuk melakukan sesuatu maka otomatis juga akan
memiliki pembenaran moral dalam melakukannya. Misalnya saat kita
membenarkan tindakan dari orang kuat yang sedang membantu orang yang
lemah.

F. Hak Negatif dan Positif

Hak negatif dapat digambarkan dari fakta bahwa hak yang termasuk di
dalamnya dapat didefinisikan sepenuhnya dalam kaitannya dengan kewajiban
orang lain untuk tidak ikut campur dalam aktivitas tertentu dari orang yang
memiliki hak tersebut. Misalnya jika kita memiliki sebuah privasi maka baik
atasan kita pun berkewajiban untuk tidak mencampurinya.

Hak positif tidak hanya memberikan kewajiban negatif namun juga


mengimplikasikan bahwa pihak lain memiliki kewajiban positif pada si pemilik
hak untuk memberikan apa yang dia perlukan untuk dengan bebas mencari
kepentingannya. Misalnya, saya berhak mendapat kehidupan yang layak, ini

tidak berarti orang lain tidak boleh mencampurinya. Namun jika saya tidak
mendapat kehidupan yang layak maka pemerintah harus memberikannya.

G. Hak dan Kewajiban Kontraktual

Hak dan kewajiban kontraktual merupakan hak terbatas dan kewajiban korelatif
yang muncul saat seseorang membuat perjanjian dengan orang lain. Hak dan
kewajiban kontraktual memberikan dasar bagi kewajiban khusus yang diperoleh
seseorang saat dia menerima jabatan atau peran dalam sebuah organisasi sosial
yang sah. Sistem peraturan yang mendasari hak dan kewajiban kontraktual
diinterpretasikan mencakup sejumlah batasan moral diantaranya :

Kedua belah pihak harus memahami sepenuhnya sifat dari perjanjian yang
mereka buat.
Kedua belah pihak dilarang mengubah fakta perjanjian kontraktual dengan
sengaja.
Kedua belah pihak dalam kontrak tidak boleh mendatangani perjanjian karena
paksaan atau ancaman.
Perjanjian kontrak tidak boleh mewajibkan kedua belah pihak untuk
melakukan tindakan yang amoral.

H. Dasar Hak Moral

Dasar yang lebih baik bagi hak moral diberikan oleh teori etis yang
dikembangkan Immanuel Kant. Teori Kant didasarkan pada prinsip moral yang ia
sebut perintah kategoris, dan yang mewajibkan semua orang diperlakukan
sebagai makhluk yang bebas dan sederajat dengan yang lain. Menurut Kant
masing-masing hak memerlukan proses kualifikasi, penyesuaian dengan
kepentingan lain dan argumen pendukung.

Rumusan perintah kategoris Kant mencakup 2 kriteria dalam menentukan apa


yang benar dan salah secara moral yaitu :

Universalisabilitas

Alasan seseorang melakukan suatu tindakan haruslah alasan yang dapat


diterima semua orang , setidaknya dalam prinsip.

Reversibilitas

Alasan seseorang melakukan suatu tindakan haruslah alasan yang dapat dia
terima jika orang lain menggunakannya, bahkan sebagai dasar dari bagaimana
mereka memerlakukan dirinya.

I. Masalah pada Pandangan Kant

Berbagai kritikan terhadap teori Kant antara lain :

Teori Kant tidak cukup tepat untuk bisa selalu bermanfaat.

Misalnya seorang pembunuh haruskah dihukum atau tidak. Tentunya bagi


pembunuh menolaknya, namun di sisi lain mereka sepakat daripada harus
dibunuh oleh orang lain nantinya.

Batasan hak dan bagaimana hak tersebut diseimbangkan dengan hak yang
berkonflik lainnya.

Misalnya saat sekelompok orang memainkan alat musik dengan sangat keras,
yang mengganggu orang lain.

Kriteria universalisabilitas dan reversibilitas.

Misalnya saat pimpinan perusahaan yang melakukan diskriminasi pada pekerja


kulit hitam dengan memberikan upah rendah dibandingkan pekerja kulit putih.
Hal ini sangat tidak benar tentunya karena tindakan tersebut tidak bermoral,
namun menurut Kant benar.

J. Keadilan dan Kesamaan

Pertentangan antara individu dalam bisnis sering dikaitkan dengan masalah


keadilan dan kewajaran/kesamaan. Penyelesaian masalah ini kerap kali
megharuskan membandingkan dan menimbang klaim-klaim yang saling
bertentanganserta mencari keseimbangan. Keadilan dan kewajaran pada
dasarnya bersifat kooperatif. Keduanya berkaitan dengan komparatif yang
dilakukan oleh anggota saat dilakukan distribusi keuntungan, beban, saat
perturan-peraturan diberlakukan. Meskipun istilah keadilan dan kesamaan dalam
penggunaanya tidak banyak berbeda.

Norma keadilan secara umum dianggap lebih penting dibandingkan


pertimbangan-pertimbangan-pertimbangan utilitarian. Jika suatu kelompok
masyarakat bersikap tidak adil pada beberapa anggotanya, maka kita dapat
mengecam masayarakat tersebut sekalipun ketidak adilan itu memberikan
keuntungan-keuntungan utilitarian yang lebih besar bagi semua orang. Jika kita
berpikir bahwa perbudakan itu tidak adil.

Norma keadilan secara umum tidak menolak hak-hak moral individu. Sebagai
alasannya adalah : dalam tingkatan tertentu, keadilan didasarkan pada hak-hak
moral individu. Hak moral untuk diperlakukan sebagai individu yang sederajat
dan bebas. Namun yang lebih penting adalah fakta bahwa hak moral
menunjukan kepentingan individu yang bersangkutan, di mana usaha untuk
meraih kepentingan atau tujuan tersebut tidak boleh dikesampingkan demi
kepentingan orang lain kecuali dengan alasan-alasan yang khusus. Ini berarti hak
moral individu tidak boleh dikorbanka hanya untuk menjamin distribusi
keuntungan yang lebih baik bagi pihak lain.

Masalah-masalah yang berkaitan dengan keadilan dan kewajiban biasanya,


dapat dibagi ke dalam tiga kategori, keadilan distributif, yang berkatian dengan
distribusi yang adil atas keuntungan dan beban dalam masyarakat, keadilan
retributif, yang mengacu pada pemberlakuan hukuman yang adil pada pihakpihak yang melakukan kesalahan. Hukuman yang adil adalah hukuman yang
dalam artian tertentu layak diterima oleh pihak yang melakukan kesalahn.
Keadilan kompensasir, yaitu berkaitan dengan cara yang adil dalam memberikan
kompensasi pada seseorang atas kerugian yang meraka alami akibat perubahan
orang lain, kompensasi yang adil adalah kompensasi yang dalam artian tertentu
proporsional dengan nilai kerugian yang diderita.

K. KEADIALAN DISTRIBUTIF

Masalah-masalah tentang keadilian distributif akan muncul bila ada orang-orang


tertentu memiliki perbedaan klaim atas keuntungan dan beban dalam
masyarakta, dan semua klaim mereka tidak bisa dipenuhi. Saat keinginan dan
keengganan orang-orang lebih besar dari sumber daya yang ada, mereka
terpaksa menggunakan prinsip-prinsip tertentu untuk mengalokasikan sumber
daya tersebut serta beban masyarakat dalam cara-cara yang adil dan mampu
menyelesaikan konflik dengan baik.

Prinsip dasar keadilan distributif adalah bahwa sederajat harus diperlukukan


sederajat dan yang tidak sama juga harus diperlakukan dengan cara yang yang
tidak sama. Lebih tepatnya sebagai berikut :

Individu-individu yang sederajat dalam segala hal yang berkaitan dengan


perlakuan yang dibicarakan haruslah memperoleh keuntungan dan beban
serupa, sekalipun mereka tida sama dalam aspek-aspek yang tidak relevan
lainnya. Dan individu-individu yang tidak sama dalam suatu aspek yang relevan
perlu diperlakukan secara tidak sama, sesuai dengan ketidak samaan mereka.

Namun demikian, prinsip dasar keadilan distributif sepenuhnya bersifat formal,


prinsip ini didasarkan pada gagasan logis bahwa kita haruslah konsisten dalam
menghadapi masalah-masalah yang serupa. Prinsip ini tidak menjelaskan aspekaspek relevan yang bisa dipakai sebagai dasar dalam menentukan kesamaan
dan ketidaksamaan perlakuan.

Keadilan Sebagai Kesamaan : Egalitarian

Kaum egalitarian meyakini bahwa tidak ada perbedaan yang relevan di antara
semua orang, yang bisa dipakai sebagai pembenaran atas perlakuan yang tidak
adil. Menurut pandangan egalitarain semua keuntungan dan beban harus sesuai
dengan rumusan berikut :

Semua orang harus memperoleh bagian keuntungan dan beban masyarakat atau
kelompok dalam jumlah yang sama.

Pandangan egalitarian didasarkan pada proposisi bahwa semua manusia adalah


sama dalam sejumlah aspek dasar dan bahwa sejalan dengan kesamaan ini,

setiap orang juga memiliki klaim yang sama atas segala sesuatu yang ada dalam
masyarakat. Pandangan ini berarti semuanya harus diberikan pada semua orang
dalam jumlah yang sama.

Keadilan berdasarkan kontribusi : Keadilan Kapitalis

Keuntungan masyarakat haruslah didistribusikan sesuai dengan jumlah yang


disumbangkan masing-masing individu pada masyarakat dan atau kelompok.
Semakin banyak yang diberikan seseorang pada masyarakat, semakin banya
pula yang akan diperolehnya. Semakin besar sumbangan yang diberikan seorang
pegawai dalam suatu pekerjaan, semakin besar pula gajinya. Menurut
pandangan kapitalis ini, saat orang terlibat dalam pertukaran ekonomi, apa yang
di peroleh seseorang dari pertukaran ini setidaknya haruslah sama nilainya
denan yang dia berikan atau sumbangkan. Jadi keadilan mensyaratkan bahwa
keuntungan yang diperoleh seseorang haruslah proporsional dengan nilai
sumbangan yang diberikannya, pendek kata :

Keuntungan haruslah didistribusikan sesuai dengan nilai sumbangan individu


yang diberikan pada masyarakat, tugas, kelompok, atau pertukaran.

Keadilan Berdasarkan Kebutuhan Dan Kemampuan : Sosialisme

Louis Blanc (1811-1882) selanjutnya Karl Marx (1818-1883) serta Nicolan Lenin
(1870-1924) adalah tokoh yang merepresentasikan pandangan ini, yaitu
pandangan sosialis tentang distribusi. Yaitu dari semua orang sesuai dengan
kemampuan mereka, bagi semua orang sesuai dengan kebutuhan mereka

Beban kerja haruslah didistribusikan sesuai dengan kemampuan orang-orang


dan keuntungan harus didistribusikan dengan kebutuhan mereka

Prinsip sosialis ini pertama kali didasarkan pada gagasan bahwa orang-orang
menyadari potensi mereka dengan menunjukan kemampuan dalam kerja yang
produktif. Karena perwujudan dari potensialitas yang dimiliki seseorang
merupakan sesuatu nilai, maka hal ini mengimplikasikan bentuk distribusi
pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dia miliki. Kedua keuntungan yang
dihasilkan dari kerja harus manfaatkan sepenuhnya untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kehidupan manusia.

Keadilan Sebagai Kebebasan : Lebertanisme

Kaum libertanisme menyatakan bahwa tidak ada cara pendistribusian barang


yang dapat dikatakan adil atau tidak adil apabila dipertimbangkan secara
terpisah dari pilihan bebas masing-masing individu, semua jenis distribusi
keuntungan dan beban adalah adil jika memungkinkan individu melakukan
pertukaran barang secara bebas.

Keadilan sebagai Kewajaran : Rawls

Teori John Rawl didasarkan pada asumsi bahwa konflik yang melibatkan masalah
keadilan pertama-pertama haruslah ditangani dengan membuat sebuah metode
yang tepat dalam memilih prinsip-prinsip untuk menanganinya. Prinsip keadilan
distribusi yang disuslkan Rawls menyatakan bahwa distribusi keuntungan dan
beban dalam masyarakat adalah adil jika, dan hanya jika :

1. Setiap orang memiliki hak yang sama atas kebebasan dasar paling ekstensif
yang dalam hal ini mirip dengan kebebasan untuk semua orang.

2. ketidak adilan sosial dan ekonomi diatur sedemikian rupa sehingga keduanya :

a. Mampu memberikan keuntungan terbesar bagi orang-orang yang kurang


beruntung, dan

b. Ditangani dalam lembaga dan jabatan yang berbuka bagi semuar orang
berdasarkan prinsip persamaan hak dalam memperoleh kesempatan.

Prinsip 1 disebutkan prinsi kebebasan sederajat. Intinya prinsip ini mengatakan


bahwa kebebasan setiap warga negara haruslah dilindungi dari gangguan orang
lain dan haruslah sederajat antara orang yang satu dengan yang lain. Prinsip 2
point a. Disebut prinsi perbedaan, prinsip ini mengasumsikan bahwa sebuah
masyarakat yang produktif memang haru memasukan sejumlah ketiaksamaan,
namun selanjutnya ditegaskan bahwa kita perlu mengambil langkah-langkah
untu memperbaiki posisi kelompok paling lemah dari masyarakat. Prinsip 2 point
b. Disebut prinsip keamanan hak dalam memperoleh kesempatan. Prinsip ini

mengatakan bahwa setiap orang haruslah memiliki hak yang sama dalam
memperoleh jabatan-jabatan penting dalam berbagai lembaga masayrakat.

Prinsip yang diusulkan Rowls ini tampak cukup komprehensi dan mencakup
pertimbangan utama yang ditekankan oleh pendekatan-pendekatan lain
terhadap masalah keadilan yang telah kita pelajari. Namun Rawls tidak hanya
memberikan serangkaian prinsip keadilan, dia juga mengusulkan sebuah metode
umum dalam mengevaluasi kelayakan semua prinsip moral. Metode yang
diusulkannya mencakup penentuan atas prinsip-prinsi apa saja yang dipilih oleh
sekelompok orang yang berpikiran rasional jika mereka tahu bahwa mereka akan
hidup dalam suatu masyarakat yang diatur oleh prinsip-prinsip tersebut, namun
mereka belum tahu bagaimana keadaan dalam masyarakat itu.

Dengan demikian Rawl mengklaim bahwa semua prinsip secara moral dapat
diterima oleh suatu kelompok individu rasional yang mengetahui bahwa mereka
akan tinggal dalam sebuah masyarakat yang diatur oleh prinsip-prinsip yang
mereka terima, namun tidak tahu apa jenis kelaminnya, ras, kemampuan,
agama, kepentingan, jabatan sosial, penghasilan, atau karakteristik-karakteristik
khusus lain yang akan mereka miliki dalam masyarakat tersebut.

Keuntungan-keuntungan teori ini lebih besar dibandingkan kekurangannya. Salah


satunya kata mereka teori ini mempertahankan nilai-nilai dasar yang terdapat
dalam keyakinan-keyakinan moral kita: kedua teori ini cocok dengan institusiinstitusi ekonomi dasar masyarakat barat; ketiga, teori ini mencakup unsur-unsur
komunitarian dan individualistik yang terdapat dalam budaya barat. Keempat;
teori rawls juga mempertimbangkan kriteria kebutuhan, kemampuan usaha, dan
kontribusi. Kelima, para pendukung teori rawls menyatakan bahwa ada
pembenaran moral yang diberikan oleh posisi awal.

Keadilan Retributif

Keadilan retributif berkaitan dengan keadilan dalam menyalahkan atau


menghukum seseorang yang telah melakukan kesalahan. Bab pertama
membahas kondisi di mana seseorang dianggap tidak dapat dimintai
pertanggung jawaban atas apa yang dia lakukan. Kondisi kedua dari hukuman
yang adil adalah kepastian bahwa orang yang dihukum benar-benar melakukan
apa yang dituduhkan. Kondisi ketiga dari hukuman yang adil adalah hukuman
tersebut haruslah konsisten dan proporsional dengan kesalahan.

Keadilan Kompensasif

Keadilan kompensasif berkaitan dengan keadilan dalam memperbaiki kerugian


yang dialami seseorang akibat perbuatan orang lain. Kaum tradisionalis
menyatakan bahwa seseorang memiliki kewajiban moral untuk memberikan
kompensasi pada pihak yang dirugikan jika tiga syarat berikut terpenuhi :

1. Tindakan yang mengakibatkan kerugian adalah kesalahan atau kelalaian.

2. Tindakan tersebut mrupakan penyebab kerugian sesungguhnya.

3. Pelaku mengakibatkan kerugian secara sengaja.

L. Etika Memberi Perhatian

Parsialitas dan Perhatian

Dalam hal ini etika perhatian menekankan pada dua syarat moral, yaitu :

a. Kita hidup dalam suatu rangkaian hubungan dan wajib mempertahankan serta
menyetarakan hubungan yang konkret dan bernilai dengan orang lain.

b. Kita memberikan perhatian khusus pada orang-orang yang menjalin hubungan


baik dengan memperhatikan kebutuhan, nilai, keinginan, dan keberadaan
mereka dari perspektif pribadi mereka sendiri, dan dengan memberikan
tanggapan secara positif pada kebutuhan, nilai, keinginan, dan keberadaan
orang-orang yang membutuhkan dan bergantung pada perhatian kita.

Namun penting juga untuk tidak membatasi gagasan tentang hubungan konkret
ini hanya pada hubungan antara dua individu atau antara seseorang dengan
kelompok individu tertentu. Ada dua hal penting yang perlu diketahui. Pertama,
tidak semua hubungan memiliki nilai, dan tidak semuanya menciptakan
kewajiban untuk memberi perhatian. Kedua, perlu diketahui bahwa dalam

memberikan perhatian kadang berkonflik. Dalam hal ini perlu diperhatikan


bahwa tidak ada aturan tetap yang mampu menyelesaikan semua konflik.

Hambatan dalam Etika Perhatian

Pendekatan etika perhatian memperoleh sejumlah kritik berdasarkan beberapa


alasan. Pertama, dikatakan bahwa etika perhatian bisa berubah menjadi
favoritisme yang tidak adil atau bersikap parsial ( berat sebelah). Kritik kedua
mengklaim bahwa persyaratan etika perhatian bisa menyebabkan kebosanan.
Dalam mewajibkan orang-orang untuk memberikan perhatian pada anak-anak
orang tua, saudara, pasangan, kekasih, teman dan anggota komunitas lain. Etika
perhatian tampak mengharuskan semua orang mengorbankan kebutuhan dan
keinginan mereka demi kesejahteraan orang lain.

Keuntungan etika perhatian adalah mendorong untuk fokus pada nilai moral dari
sikap parsial terhadap orang dekat dan arti penting moral dalam memberikan
tanggapan pada mereka secara khusus yang tidak kita berikan pada orang lain.

M. Etika Memberi Perhatian

Malden Hills mengalami kebakaran hebat, Feuerstein selaku pemilik Malden Mills
menyatakan bahwa dia akan bangun kembali perusahaannya itu, dan setiap
pegawai akan memperoleh gaji dan perawatan medis dan jaminan memperoleh
pekerjaan mereka setelah perusahaan beroperasi tiga bulan kemudian. Peristiwa
Malden Mills menunjukan sebuah perspektif etika yang tidak mampu ditangkap
oleh sepenuhnya pandangan-pandangan moral.

Perspektif imparsial dari teori hak tidak meyatakan baywa Feuerstein kewajiban
moral apa pun pada pegawainya setelah terjadi kebakaran tersebut. Keadilan
impaesial tidak mewajibkan perusahaan untuk memberikan bantuan pada para
pegawai pada saat mereka tidak bekerja ataupun pemiliki harus membangun
kembali pabrik baru di tempat yang sama.

Parsialitas dan Perhatian

Kita memiliki kewajiban untuk memberikan perhaitian khusus pada individuindividu tertentu yang menjalin hubungan erat dengan kita, khususnya
hubungan ketergantungan merupakan konsep utama dalam etika memberi
perhatian. Penekanan dalam etika perhatian :

Kita hidup dalam suatu rangkaian hubungan dan wajib serta mengembangkan
hubungan yang konkret dan bernilai dengan orang lain.
Kita memberikan perhatian khusus kepada orang-orang yang menjalin
hubungan baik dengan kita.

Etika perhatian sangat terkait dengan etika komunitarian. Etika komunitarian


adalah etika yang melihat komunits dan hubungan yang fundamental.

Tiga bentuk perhatian : perhatian pada sesuatu adalah semacam perhatian atau
kepentingan terhadap suatu gagasan atau di mana tidak ada orang kedua yang
terlibat. Perhatian terhadap seseorang, dan perhatian dalam arti menjaga.
Perhatian dalam arti menjaga merupakan yang dipersayaratkan dalam etika
perhatian ini mrip seorang ibu yang menjaga anaknya. Ada dua hal yang perlu
diperhatikan yaitu, tidak semua hubungan memilki nilai dan tidak semuanya
menciptakan kewajiaba untuk memberi perhatian. Kedua bahwa perhatian
kadang menimbulkan konflik.

Hambatan dalam Etika Perhatian

Pertama bahwa etika perhatian bisa berubah menjadi favoritisme yang tidak adil
beriskap parsial (berat sebelah). Kedua persyaratan etika perhatian bisa
menyebabkan kebosanan. Namun keuntungan etika perhatian dalah
mendorong kita untuk fokus pada moral dari sikap parsial terhadap orang-orang
dekat kita.

Memadukan Utilitas, Hak, Keadilan dan Perhatian.

Standar utilirian wajib digunakan saat kita tidak memiliki sumber daya yang
mampu memenuhi tujuan atau kebutuhan semua orang. Dengan
mempertimbangkan keuntungan dan biaya sosial. Penilaian moral sebagian juga
didasarkan pada standar-standar yang menunjukan individu harus diperlakukan
atau dihargai. Penilaian moral juga didasarkan pada standar-standar keadilan

yang menunjukan bagaimana keuntungan dan beban didistribusikan di antara


anggota masyarakat. Penilaian moral didasarkan standar-standar perhatian yang
mengacu pada jenis perhatian yang perlu kita berikan kepada orang yang
memiliki hubungan khusus dengan kita.

Standar utilirian mempertimbangkan masalah kesejahteraan secara sosial dan


keseluruhan. Hal moral dengan pertimbangan aspek individu dan mengabaikan
masalah kesehajteraan dan aspek distributif. Standar keadilan memperhatikan
masalah-masalah distributif namun mengabaiakan masalah kesejahteraan sosial
dan individu. Dengan kata lain ada masalah-masalah tertentu dalam setiap
penilaian moral. Dengan demikian ada kriteria-kriteria tertentu yang dapat kita
gunakan dalam mengkombinasikan utilitas, hak, keadilan, dan perhatian. Dimana
pertimbangan utilirian dianggap lebih penting untuk mengesampingkan
pertimbangan atas hak, kedilan dan perhatian. Demikian juga sebaliknya.

Prinsip Moral : Etika Kebaikan

Kita mengevaluasi moralitas karakter orang-orang dan juga tindakan-tindakan


mereka. Pendekatan etika hanya difokuskan pada tindakan sebagai
permasalahan etika dan mengabaikan karakter pelaku itu sendiri. Tindakan
merupakan permasalahan pokok permasalahn utama dalam etika, kita juga
harus melihat jenis karakternya. Pendekatan etika lain yang lebih baik harus
mempertimbangkan aspek kebaikan (kejujuran, keteguhan, keberanian) dan
aspek keburukan (tidak jujur, sombong, serakah, pengecut). Sehingga dalam
prinsip utilitas, hak, keadilan dan perhatian memberikan kesimpulan perspektif
dalam tindakan sementara etika kebaikan memberikan kesimpulan terhadap
karakter.

Sifat Kebaikan

Kebaikan moral nerupakan kecenderungan yang dinilai sebagai bagian dari


karakter manusia yang secara moral baik dan ditunjukan dengan kebiasaan dan
perilakunya. Lebih jauh lagi kebaikan oral adalah sesuatu yang diperoleh dan
bukan karakteristik alami seperti kecerdasan atau kecantikan. Kebaikan moral
merupakan sebuah prestasi dan patut dihargai karena memerlukan usaha.

Kebaikan Moral

Aristoteles menyatakan bahwa kebaikan moral merupakan kebiasaan yang


memungkinkan seorang menjalani hidup sesuai dengan nalar atau pikirannya.
Dalam kaitannya dengan tindakan yaitu, membrikan sesuatu pada orang yang
layak mendapatkannya, sikap adil adalah kebaikan karena memberi persis apa
yang dibutuhkan. Dengan demikian kebaikan adalah kebiasaan dalam
menangani emosi, keinginan, dan tindakan dalam suatu cara berusaha
menemukan jalan tengah dan menghindari langkah-langkah ekstrem.

Alasdair Maclntyre bertpendapat dalam hal ini kebaikan moral adalah disposisi
atau karakteristik yang memungkinkan menjalani kehidupan secara moral baik
dan tidak hanya karakteristik yang memungkinkan memperoleh keberhasilan
dalam sejumlah aspek kehidupan tertentu. Teori Kebaikan Pincoff menyatakan
kebaikan moral adalah disposisi yang secara umum diinginkan oleh semua orang
dalam situasi-situasi yang biasanya mereka hadapi.

Kebaikan, Tindakan dan Institusi

Pada saat kita melakukan kebaikan dalam semua tindakan, sejauh tindakan kita
menunjukan kebaikan atau tindakan kita adalah baik, maka tindakan-tindakan
tersebut otomatis juga merupakan tindakan moral yang benar.

Sebuah tindakan secara moral benar, jika dalam pelaksanaanya pelaku


menerapkan, menunjukan atau mengembangkan karakter moral yang baik, dan
secara moral salah jika dalam pelaksanaanya pelakunya menerapkan atau
mengembangkan karakter moral yang buruk. Jadi dari perspektif tersebut baik
buruknya tindakan dapat ditentukan dengan mempelajari jenis karakter yang
dihasilkan dari tindakan tersebut.Dalam hal ini etika tindakan bergantung pada
hubungannya dengan karakter pelaku.

Kebaikan dan Prinsip

Etika kebaikan tidak menyarankan dengan tindakan-tindakan yang berbeda dari


yang disarankan etika prinsip. Bagi etika prinsip tindakan merupakan aspek
utama, sementara etika kebaikan memberikan identifikasi atas apa yang
dimaksud kehidupan moral. Etika kebaikan bukan lah semacam prinsip moral
kelima sperti prinsp utilitarian, keadulan, hak dan perhatian. Etika kebaikan
menambah dan melengkapi prinsip di atas, bukan melihat pada tindakan yang
harus dilakukan orang-orang, namun pada karakter yang harus dimiliki. Dengan
demikian etika kebaikan menangani jangkauan permsalahan yang sama dengan

masalah-masalah yang berkaitan dengan motivasi dan perasaan yang sebagian


besar diabaikan oleh etika prinsip.

Moralitas dalam Konteks Internasional.

Perusahaan multinasional sering beroperasi di negara-negara dengan tingkat


perkembangan yang sangat berbeda. Sejumlah negara memilki sumnber daya
teknis, sosial, ekonomi yang tinggi namun di sejumlah negara lain masih kurang.
Yang paling mencolok praktik-praktik budaya di sejumlah negara mungkin sangat
berbeda sehingga suatu tindakan kadang memilki arti berbeda dalam dua
budaya.
Maka sudah jelas bahwa kondisi lokal khususnya kondisi perkembangan
setidaknya perlu dipertimbangkan saat memutuskan apakah suatu perusahaan
perlu menerapkan standar dari negara yang lebih maju atau negara yang kurang
maju. Sebagian besar menyatakan perusahaan multinasional haruslah mengikuti
praktik-praktik lokal, bahwa mereka harus melakukan apa yang diinginkan
pemerintah lokal, karena pemerintah tersebut adalah representatif dari warga
lokal. Sementara peraturan pemerintah, tingkat perkembangan, dan
pemahaman budaya lokal semuanya harus dipertimbangkan saat mengevaluasi
etika kebijakan dari tindakan bisnis internasional.

Anda mungkin juga menyukai