Anda di halaman 1dari 14

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan tidur pada malam hari (insomnia) adalah keadaan di mana
seseorang sulit tidur, sering terbangun pada malam hari atau tidak dapat tidur
dengan lelap (Pratiwi, 2009). Insomnia merujuk pada gangguan pemenuhan
kebutuhan tidur baik secara kuantitas maupun kualitas. Kebutuhan tidur pada
manusia bergantung pada tingkat perkembangan. Kualitas tidur adalah ukuran di
mana seseorang mendapatkan kemudahan untuk memulai tidur, mampu
mempertahankan tidur, dan merasa rileks setelah bangun dari tidur (Berman,
2009). Gangguan terhadap tidur pada malam hari (insomnia) akan menyebabkan
mengantuk pada hari berikutnya. Mengantuk merupakan faktor risiko untuk
terjadinya kecelakaan, jatuh, penurunan stamina, dan secara ekonomi mengurangi
produktivitas seseorang (Darmojo, 2010).
Tidur memainkan peran besar pada pasien yang memiliki masalah pada
jantung. Pada orang normal, tidur biasanya dalam posisi terlentang dengan curah
jantung relatif lebih rendah. Pasien yang memiliki masalah pada jantung mungkin
tidak mengalami tingkat yang sama pada perubahan aktivitas otonom dan posisi
terlentang dapat menempatkan beban yang besar pada sistem paru. Untuk itu
insomnia perlu mendapatkan penanganan yang serius (Pratiwi, 2009).
Penatalaksanaan insomnia dapat dilakukan secara farmakologis maupun
nonfarmakologis. Secara farmakologis dapat digunakan obat-obatan hipnotik
sedatif seperti Zolpidem, Tradozon, Klonazepam, dan Amitriptilin. Sedangkan
secara nonfarmakologis perawat dapat melakukan tindakan-tindakan mandiri
keperawatan seperti: mengurangi distraksi lingkungan, memberikan aktivitas di
siang hari sesuai indikasi, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam atau relaksasi
otot progresif, dan melakukan masase punggung untuk mengobati sulit tidur,
dimana massase adalah dianggap salah satu metode yang efektif digunakan untuk
menginduksi tidur (Berman, 2009).
Masase dapat diartikan sebagai pijat yang telah disempurnakan dengan ilmuilmu tentang tubuh manusia atau gerakan-gerakan tangan yang mekanis terhadap

tubuh manusia dengan mempergunakan bermacam-macam teknik. Masase


merupakan cara yang ideal untuk mengatasi stres dan gangguan kesehatan secara
alami. Masase menyediakan beragam manfaat seperti perbaikan sirkulasi darah,
pelepasan endorfin yang mengurangi rasa sakit, cepat sembuh dari cedera atau
penyakit kronis dan perbaikan dalam tidur (Mohsen et al, 2012).
Masase punggung merupakan teknik yang digunakan dalam keperawatan
untuk meningkatkan relaksasi dan istirahat. Masase punggung memiliki
kemampuan untuk menghasilkan respon relaksasi (Berman, 2009). Hasil riset
Labyak & Metzger, 1997 dalam Berman, 2009) menyatakan bahwa gosokan
punggung sederhana selama 3 menit dapat meningkatkan kenyamanan dan
relaksasi klien serta memiliki efek positif pada parameter kardiovaskular seperti
tekanan darah, frekuensi denyut jantung, dan frekuensi pernafasan.
Masase memiliki banyak manfaat pada sistem tubuh manusia seperti
mengurangi nyeri otot, pada sistem kardiovaskuler dapat meningkatkan sirkulasi
dan merangsang aliran darah ke seluruh tubuh, dapat juga menstimulasi regenerasi
sel kulit dan membantu dalam barrier tubuh, serta efeknya pada sistem saraf dapat
menurunkan insomnia (Kushariyadi dan Setyohadi, 2011). Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Richards (1998) dalam Berman (2009), masase punggung
meningkatkan kualitas tidur pada klien yang menderita sakit. Hal ini juga berlaku
pada pasien gagal jantung yang memiliki masalah dalam tidur sehingga perlunya
teknik massase punggung dalam meningkatkan pola tidur pasien.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menganalisis jurnal yang berjudul
Effectiveness of Back Massage in Promoting Sleep Pattern of Patients with
Congestive Cardiac Failure

1.3 Manfaat
Diharapkan analisa jurnal ini dapat menambah wawasan dan dapat
digunakan sebagai intervensi terkait pelayanan perawatan di rumah sakit pada
pasien yang mengalami kesulitan dalam tidur.

BAB 2. ISI JURNAL

2.1 Judul Jurnal


Effectiveness of Back Massage in Promoting Sleep Pattern of Patients with
Congestive Cardiac Failure
2.2 Penulis / Peneliti
a. Vishwajit Mathpati, Final Year M. Sc. Nursing Student, Institute of
Nursing Education JJH campus Mumbai India
b. Regina A. Dias, P.G. Guide, Institute of Nursing Education JJH campus
Mumbai, India
2.3 Nama Jurnal

International Journal of Science and Research (IJSR) - Volume 3 Issue 6, June


2014 - www.ijsr.net
2.4 Ringkasan Jurnal (PICO (Problem, Intervention, Comparation,
Outcome)).
a. Problem
Gagal jantung adalah salah satu penyakit jantung yang memiliki
kecenderungan peningkatan prevalensi. Tidur memegang peranan penting
dalam kualitas hidup pasien dengan gagal jantung. Tidur dapat diartikan
sebaagai penurunan kesadaran ketika kondisi tubuh sedang beristirahat, hal
ini ditandai dengan penurunan responsifitas, penurunan respon dari stimulasi
eksternal yang diberikan.
Tidur adalah salah

satu

kebutuhan

dasar

manusia.

Penelitian

menunjukkan peningkatan kebutuhan tidur pada pasien yang sedang sakit.


Tidur dan istirahat akan meningkatkan energi yang berfungsi meningkatkan
daya tahan tubuh. Tidur memegang peranan penting dalam hidup pasien
dengan gagal jantung. Pada kondisi normal tidur dilakukan pada posisi
supinasi yang diikuti dengan penurunan saraf simpatis. Setengah dari pasien
dengan gagal jantung mengalami salah satu atau dua gangguan henti napas
saat tidur, yaitu obstructive sleep apneu dan central sleep apneu. Obstructive
sleep apneu disebabkan gagal jantung yang menyebabkan tekanan
intratorakal. Apnea akan menyebabkan hipoxemia dan hiperkapnia. Central
sleep apneu ditandai dengan pernapasan cheyne stokes pattern, pola napas ini
disebabkan penurunan cardiac output pada otak. Kondisi ini dapat meningkat
darri status moderat menjadi status parah berbanding lurus dengan status
gagal jantung peningkatan status tersebut akan meningkatkan kemunkinan
kematian pada pasien.
Keperawatan sebagai salah satu profesi kesehatan harus memperhatikan
gangguan tidur yang dialami pasien dengan gagal jantung. Terapi
keperawatan perlu diterapkan untuk mengatasi gangguan tidur yang dialami
pasien. Kajian ilmiah menunjukkan masase punggung adalah salah satu terapi

yang memiliki efek teraupetik untuk meningkatkan relaksasi, menurunkan


nyeri serta meningkatkan kualitas tidur pasien.
b. Intervention
Penelitian dimulai dengan memilh 50 responden dengan cara non random
disebuah rumah sakit. Responden terpilih melalui kriteria inklusi dan
eksklusi. Kriteria inklusi adalah :
1) pasien laki-laki dengan gagal jantung papa usia 30 sampai 65 tahun.
2) pasien dengan gagal jantung yang bersediaberpartisipasi dalam penelitian
Kriteria ekslusinya adalah:
1) pasien dengan gagal jantung pada grade 4
2) pasien yang tidak mempunyai penyakit penyerta seperti diabetes yang
tidak terkontrol, serta asma;
3) pasien yang menjadi kontra indikasi untuk dilakukan massase punggung
seperti pasien dengan cidera/fraktur tulang belakang.
Selanjutnya pasien diundi untuk menentukan kelompok yang masuk
perlakuan maupun kontrol dengan cara random menggunakan koin, lalu
dijelaskan tentang metode penelitian, penandatanganan informed consent
dan pemberian pre test untuk mengetahui seberapa tinggi sleep rating
scale sebelum dilakukan penelitian. Pasien pada kelompok kontrol
mendapatkan perlakuan berupa pemberian pijat punggung 2 kali sehari
yaitu setelah makan malam dan sebelum tidur selama 10 menit selama 3
hari berturut-turut. Sedangkan kelompok kontrol mendapat perawatan
secara rutin di rumah skait seperti biasa. Setelah 3 hari dilakukan post
test pada kedua kelompok.
c. Comparation
Penelitian pada jurnal ini dilakukan oleh Vishwajit dan Regina (2014) dari
mengevaluasi efektivitas masase punggung dengan membandingkan hasil pre test
dan post test dari kualitas tidur pasien dengan gagal jantung. Hasil yang
didapatkan adalah masase punggung efektif untuk meningkatkan kualitas tidur
pasien.
Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Mohsen et al (2012), didapatkan
hasil bahwa Terapi pijat pada pasien dapat menurunan tekanan darah sistolik, nadi

dan respirasi pasien yang dirawat di Critical Care Unit (CCU). Efek dari terapi
pijat membawa manfaat pada pasien karena dapat menyeimbangkan tanda-tanda
vital pasien di CCU.
Menurut Sebner dan Ismet (2012), terapi pijat dapat meningkatkan kualitas
peserta tidur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pijat kembali memiliki efek
positif pada peningkatan kualitas tidur. Temuan memberikan bukti untuk
penggunaan kembali pijat untuk tidur pada orang tua.
Sedangkan menurut Mahadeo dan Shabana (2014) Terdapat perbedaan yang
signifikan tentang kualitas tidur pada sebelum dan sesudah dilakukannya back
massage. Hasil menunjukkan peningkatan kualitas tidur setelah back massage
sehari 3 kali sehingga back massage mempunyai manfaat pada kualitas tidur pada
pasien ICU.

d. Outcome
1. Penelitian tersebut berhasil membuktikan bahwa terapi pijat punggung
(back massage) mampu meningkatkan kenyamanan dan kualitas tidur
pasien.
2. Kualitas tidur pasien terlihat meningkat pada analisa hasil di kelompok
perlakuan dengan hasil nilai z adalah 3,76 dimana lebih dari nilai z tabel
yaitu 1,96. Hal tersebut menunjukkan ada perbedaan hasil yang signifikan
saat pre test maupun post test dengan pemberian terapi pijat pada pasien.
3.2 Implikasi Keperawatan
1) Penelitian ini memberikan informasi bagi perawat mengenai efektifitas
back massage untuk mengatasi gangguan pola tidur pada pasien decomp
cordis.
2) Memberikan keterampilan bagi perawat mengenai back massage sesuai
SOP terutama keterampilan back massage pada pasien decomp cordis.
3.3 Kelebihan dan Kekurangan
3.3.1 Kelebihan

Dalam jurnal ditekankan bagaimana pentingnya peran serta perawat


dalam memenuhi kebutuhan tidur pasien, hal tersebut sangat
mendukung keberhasilan pengobatan.
3.3.2 Kekurangan
a. Penetapan kriteria inklusi yang menyebutkan bahwa salah satu
criteria inklusi yaitu pasien yang bersedia menjadi partisipan.
Peneliti menyebutkan bahwa populasi target penelitian terdiri dari
semua pasien pada rumah sakit yang memenuhi criteria inklusi .
Poin yang membedakan dengan populasi terjangkau penelitian
yaitu terletak pada kebersediaan pasien untuk menjadi partisipan
sehingga apabila kebersediaan pasien telah masuk kedalam kriteria
inklusi maka tidak ada pembeda antara pupulasi target dengan
b.
c.

populasi terjangkau.
Penulisan jurnal tidak menyertakan kesimpulan penelitian
Jurnal tidak menjelaskan secara rinci metode untuk melakukan

d.

massage punggung
Penelitian terbatas hanya meneliti pasien laki-laki yang berumur

e.

30-65 tahun
Penelitian tidak dapat digeneralisasikan karena jumlah sampel
terlau kecil bila dibandingkan populasi yaitu hanya sebanyak 50
partisipan sehingga kurang dapat mewakili seluruh pasien gagal

f.

jantung.
Penelitian terbatas untuk meneliti pasien dengan gagal jantung
dengan faktor ejeksi 40% grade I, II, atau III. Pasien dengan gagal
jantung grade IV tidak diikut sertakan dalam penelitian namun
peneliti tidak memberikan penjelasan mengenai alasan tidak diikut

g.

sertakan pasien gagal jantung grade IV.


Desain penelitian menggunakan quasi eksperimen sehingga
sehingga

hasil

digeneralisasikan.

penelitian

kurang

valid

untuk

untuk

BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Analisis Jurnal
Decompensasi cordis atau dengan nama lain adalah gagal jantung, adalah
keadaan patofisiologik dimana jantung pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan
darah untuk metabolisme jaringan (Price, 2006). Pengertian lain menyebutkan
bahwa dekompensasi cordis adalah ketidakmampuan jantung memompakan darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme dan kebutuhan oksigen jaringan
(Doenges, 2000). Decompensasi cordis

juga bisa terjadi meskipun tekanan

pengisian cukup (Paul Wood, 1958). Dari pengertian diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa dekompensasi cordis merupakan keadaan jantung yang sudah
tidak mampu lagi memompa darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Faktor predisposisi dekompensasi cordis adalah penyakit yang menimbulkan
penurunan fungsi ventrikel (seperti penyakit arteri koroner, hipertensi,
kardiomiopati, penyakit pembuluh darah atau penyakit jantung congenital) dan
keadaan yang membatasi pengisian ventrikel (stenosis mitral, kardiomiopati, atau
penyakit pericardial (Mansjoer, 2001). Adapun tanda dan gejalanya menurut
adalah sebagai berikut; kelelahan/ kelemahan, dispnea, ortopne, dispne nokturia
paroksimal, batuk, nokturia, anoreksia, nyeri kuadran kanan atas, takikardia,

pernapasan cheyne-stokes, sianosis, ronkhi basah, peninggian tingkat pulsasi vena


jugularis, hepatosplenomegali, asites, edema perifer (Mansjoer, 2001).
Tanda gejala yang beragam dari dekompensasi cordis menyebabkan banyak
keluhan pada pasien yang mampu menjadi data penegakan masalah keperawatan.
Masalah keperawatan yang bisa diangkat dari pasien dengan dekompensasi cordis
antara lain adalah inefektif pola nafas, penurunan curah jantung, kelebihan
volume cairan, intoleransi aktivitas, gangguan pola tidur, fatigue, kurang
pengetahuan, gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh serta
ansietas (Kusuma, 2011).
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh
situasi. Ansietas adalah sekolompok kondisi yang memberi gambaran penting
tentang ansietas yang berlebihan yang disertai respon perilaku, emosional dan
fisiologis individu yang mengalami gangguan ansietas (Videbeck Sheila L, 2008).
Ansietas sering kali mengganggu tidur seseorang. Kondisi ansietas dapat
meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi sistem saraf simpatis.
Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur
REM serta seringnya terjaga saat tidur (Tarwoto, 2006).
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk
kedalam kebutuhan fisiologis, tidur juga hal yang universal karena semua individu
dimanapun ia berada membutuhkan tidur (Kozier, 2000). Menurut Potter dan
Perry (2006) juga mengatakan kebutuhan untuk tidur sangat penting bagi kualitas
hidup semua orang. Tiap individu memiliki kebutuhan tidur yang berbeda dalam
kuantitas dan kualitasnya. Kebutuhan tidur individu yang sehat sangat berbeda
dengan individu yang mengalami gangguan kesehatan (penyakit). Kebutuhan
istirahat/tidur seseorang kebanyakan meningkat pada berbagai macam penyakit,
baik akut maupun kronis, contohnya pada penyakit decompensasi cordis karena
gerakan yang terbataspun mampu membuat pasien dispnea karena hipoksia
(Kusuma, 2011).
Tidur memainkan peranan yang besar bagi pasien dengan decom cordis,
namun berbagai masalah tidur sering kali muncul pada pasien ini. Salah satu

masalah tidur pada pasien dengan decom cordis adalah Obstructive Sleep Apnea
(OSA). OSA diartikan sebagai terhentinya aliran udara di hidung dan mulut pada
saat tidur lebih dari 10 detik disertai penurunan oksigen lebih dari 4%, terjadi
berulang kali hingga 20-60 kali per jam. OSA menyebabkan hipoksemia,
hiperkapnia, fluktuasi tekanan intratorakal, reoksigenasi dan terbangun tiba-tiba,
hal ini berhubungan dengan mekanisme timbulnya penyakit kardiovaskular
mengakibatkan aktivasi simpatis (vasokonstriksi pembuluh darah, takikardia akut,
peningkatan akut tekanan darah ), peningkatan wall stress ventrikel kiri,
peningkatan afterload, disfungsi diastolik akut, regangan atrium kiri, resistensi
insulin, hiperleptinemia, hiperkoagulitas, inflamasi sistemik, stress oksidatif, dan
disfungsi endotel. Penyakit kardiovaskular yang berhubungan dengan OSA antara
lain hipertensi, gagal jantung, sindrom koroner akut, aritmia dan stroke, Sudden
Cardiac Death (SCD) terjadi di malam hari pada pasien dengan penyakit
kardiovaskular

(Febriani, 2011). Terdapat kriteria diagnosis dalam gangguan

napas dalam tidur (OSA) menurut American Academy of sleep apnea yaitu
keluhan mengantuk di siang hari yang tidak dapat dijelaskan dengan faktor
lainnya disertai 5 episode atau lebih obstruksi napas dalam tidur (Febriani, 2011).
Mathpati et all tahun 2012 dalam jurnalnya yang berjudul Effectiveness Of
Back Massage In Promoting Sleep Pattern Of Patients With Congestive Cardiac
Failure melakukan penelitian tentang back crub atau pijat punggung untuk
mengatasi ansietas dengan meningkatkan relaksasi yang akhirnya mampu
memperbaiki kualitas tidur pasien. Pemberian back crub bagi pasien yang
mengalami ansietas yang mengalami gangguan tidur juga dituliskan dalam
National Institute Of Health (NIH), dimana terapi komplementer untuk
menangani gangguan tidur dibagi menjadi 5 yaitu; 1.Biological Based
Practice :herbal, vitamin dan suplemen lain, 2.Mind body techniques :meditasi.
3.)Manipulative and body based practice : Pijat (Massage), 4.Energy
therapies :terapi medan magnet, 5.Ancient medical systems :obat tradisional
chinese ayurvedic, akupuntur (Suardi 2011 dalam Aziz 2012).
Riset menunjukkan bahwa masase punggung memiliki kemampuan untuk
menghasilkan respon relaksasi (Gauthier, 1999 dalam Berman, 2009). Hasil riset

Labyak & Metzger, 1997 dalam Berman, 2009) menyatakan bahwa gosokan
punggung sederhana selama 3 menit dapat meningkatkan kenyamanan dan
relaksasi klien serta memiliki efek positif pada parameter kardiovaskular seperti
tekanan darah, frekuensi denyut jantung, dan frekuensi pernafasan. Masase
memiliki banyak manfaat pada sistem tubuh manusia seperti mengurangi nyeri
otot , pada sistem kardiovaskuler dapat meningkatkan sirkulasi dan merangsang
aliran darah ke seluruh tubuh, dapat juga menstimulasi regenerasi sel kulit dan
membantu dalam barrier tubuh, serta efeknya pada sistem saraf dapat
menurunkan insomnia (Kushariyadi dan Setyohadi, 2011).
Manfaat lain dari massage menurut Tifanny tahun 2008 melalui Touch
Research Institute of the University of Miami School of Medicine saat mengukur
tingkat biokimia tubuh setelah terapi pijat, menemukan penurunan dramatis kadar
kortisol, norepinefrin dan dopamin, yang merupakan hormon pemicu stres serta
meningkatkan hrmon endorphin yang berfungsi untuk meningkatkan relaksasi.
Pijat (massage) juga dapat memperbaiki masalah di persendian otot, melenturkan
tubuh, memulihkan ketegangan dan meredakan nyeri. Selain itu bisa memperbaiki
sirkulasi darah, dan mengurangi kegelisahaan dan depresi (Handoyo, 2000). Pijat
juga mempengaruhi aliran getah bening, otot, saraf, dan saluran pencernaan dan
stress (Mahendra dan Yoan Destarina, 2009). Salah satu manfaat langsung dari
pijat (massage) adalah relaksasi menyeluruh dan ketenangan, yang dapat
memberikan kenyamanan saat tidur (Ayu, 2009).

BAB 4. PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisa jurnal adalah
ditemukannya bukti bahwa terapi pijat punggung (back massage) mampu
meningkatkan kenyamanan dan kualitas tidur pasien. Hal tersebut dapat
dilihat dari nilai z adalah 3,76 dimana lebih dari nilai z tabel yaitu 1,96. Hal
tersebut menunjukkan ada perbedaan hasil yang signifikan saat pre test
maupun post test dengan pemberian terapi pijat pada pasien
4.2 Saran
Saran bagi tenaga kesehatan khususnya yang bergerak dalam bidang
pelayanan kesehatan hendaknya dapat mengaplikasikan masase punggung
sebagai salah satu terapi nonfarmakologis untuk penatalaksanaan insomnia
khususnya untuk meningkatkan kualitas tidur. Saran pada keluarga pasien,
dapat melakukan masase punggung karena prosedur, alat, dan bahan mudah
dilakukan serta dapat bermanfaat dalam meningkatkan kualitas tidur pasien.

DAFTAR PUSTAKA
Ayu, 2009, Aneka Manfaat Terapi Pijat, Serial online : [diakses pada tanggal 22
Februari 2015].
Berman, Audrey, dkk. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb.
Jakarta: EGC.
Darmojo, R Boedhi. 2010. Gerontologi Sosial: Masalah Sosial dan Psikologik
Golongan Lanjut Usia. Jakarta :Balai Penerbit FKUI
Febriani,

2011.

Relationship

Between

Obstructive

Cardiovascular. Serial online


[diakses pada tanggal 22 Februari 2015].
Handoyo, 2000, Manfaat Pijat Relaksasi,

Serial

Sleep

Apnea

online:

and

URL

http://id.shvoong.com/ [diakses pada tanggal 23 Februari 2015].


Kushariyadi dan Setyohadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien
Psikogeriatrik . Jakarta : Salemba Medika.
Kusma dan Amin 2011. Diagnosa Asuhan Keperawatan NANDA, dan NIC, NOC.
Jogjakarta: Medika Publishing
Mahadeo dan Shabana. 2014. International Journal of Science and Research
(IJSR). Effectiveness of Slow Back Massage on Quality of Sleep among ICU
Patents. http://www.ijsr.net [diakses pada tanggal 21 Februari 2015].
Mahin et al. 2012. Journal of Caring Sciences. The Efficacy of Massage Therapy
and Breathing Techniques on Pain Intensity and Physiological Responses to
Labor Pain. http://journals.tbzmed.ac.ir/JCS [diakses pada tanggal 21
Februari 2015].
Mohsen et al. 2012. Nursing And Midwifery Studies Journal. The Effects Of
Massage Therapy By The Patients Relative On Vital Sign Of Males Admitted
In Critical Care Unit. http://www.nms.journal.com [diakses pada tanggal 21
Februari 2015].
Pratiwi. 2009. Kesehatan Keluarga. Yogjakarta : Oryza

Sebnem dan Ismet. 2012. Effect on Sleep Quality of Back


Massage

in

Older

Adults

in

Rest

Home.

http://www.deuhyoedergi.org [diakses pada tanggal 21 Februari 2015].


Vishwajit dan Regina. 2014. International Journal of Science and Research
(IJSR). Effectiveness of Back Massage in Promoting Sleep Pattern of Patients
with Congestive Cardiac Failure. http://ww.ijsr.net [diakses pada tanggal 21
Februari 2015]
Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk.
Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi
6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Tifanny, 2008. The Magic of Your Touch Health Benefits of Touching Proven for
Infants, the Elderly and Those In Between. Serial online
[https://www6.miami.edu/touchresearch/TRI%20Press/The%20Magic%20of
%20Your%20Touch.pdf] [diakses pada tanggal 22 Februari 2015].

Anda mungkin juga menyukai