Konsentrasi 0,1 N
0,18 gr
0,18 gr
0,19 gr
Konsentrasi 0,2 N
0,31 gr
0,33 gr
0,36 gr
Konsentrasi 0,3 N
0,35 gr
0,38 gr
0,42 gr
Dari tabel dapat dilihat bahwa semakin kecil ukuran partikel sampel maka
semakin banyak jumlah Ca yang terekstraksi. Hal ini disebabkan oleh kelarutan
dipengaruhi oleh ukuran partikel. Semakin kecil sampel maka semakin luas bidang
kontak reaksi antara partikel sampel dan pelarut sehingga reaksi semakin banyak
terjadi. Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan bahwa hasil maksimum ekstraksi Ca adalah
pada ukuran lolosan 100 mesh.
Selain dipengaruhi oleh ukuran partikel, kelarutan juga dipengaruhi oleh
konsentrasi pelarut. Berdasarkan konsentrasi pelarut yang digunakan yaitu 0,1 N ; 0,2
N dan 0,3 N hasil maksimum pada penelitian ini didapatkan pada konsentrasi pelarut
0,3 dengan kadar Ca 0,42 gr. Jadi semakin besar konsentrasi pelarut maka semkian
besar pula kadar Ca yang didapat.Namun terlihat bahwa ekstraksi Ca ini belum
mencapai optimum karena belum terlihatnya tiitik jenuh pada ketiga variasi
konsentrasi.
Penelitian kadar Ca ini termasuk dalam kategori ektrakasi maserasi. Ekstraksi
adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan menggunakan pelarut sebagai
pengekstraknya. Sedangkan maserasi adalah salah satu jenis metoda ekstraksi dengan
sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada
metoda ini pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali dan biasanya
dengan perendaman dalam waktu tertentu. Sehingga maserasi merupakan teknik
ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan
panas. Dalam penelitian ini digunakan asam asetat sebagai pengekstraknya dengan
perendaman selama 24 jam. Penggunaan asam asetat sebagai pelarut karena selain
harganya murah dan mudah didapat, penelitian terdahulu juga menunjukkan bahwa
kelarutan Ca sangat bagus dengan pelarut asam asetat. Karena ekstraksi maserasi ini
tida menggunakan pemanasan, maka dari itu dibutuhkan perendaman dalam waktu
lama sehingga dilakukan perendaman selama 24 jam. Perendaman selama 24 jam
adalah untuk memastikan bahwa Ca terlarut sempurna dalam asam asetat.
CaCO3 (s) + 2CHCOOH (aq) H2O (l) + CO2 + (CH3COO)2Ca(aq)
Kulit telur + Asam cuka
Air
+ Karbondioksida + Kalsium asetat
Kalsium adalah logam terbanyak yang terkandung dalam cangkang telur.
Karena Ca merupakan logam, untuk mendapatkan kadar Ca yang terekstraksi dalam
penelitian ini digunakan analisa kompleksometri. Titrasi kompleksometri atau
kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana reaksi antara bahan yang dianalisis dan
titrat akan membentuk suatu kompleks senyawa. Kompleks senyawa ini dsebut kelat
dan terjadi akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat yang terbentuk
melalui titrasi terdiri dari dua komonen yang membentuk ligan dan tergantung pada
titran serta titrat yang hendak diamati. Pengompleks yang digunakan adalah EDTA
(Etilen
Diamin
Tetraasetat).
Penggunaan
EDTA
karena
mudah
didapat
buffer pH 10
pada pH 10.
Kompleksometri
dibutuhkan suatu indikator agar titik kompleks senyawa bisa terlihat dengan
perubahan warna yang terjadi yaitu dari warna ungu menjadi warna biru. Indikator
yang biasa digunakan adalah EBT ( Eriochrome Black T). Ada indicator lain yang
bisa digunakan seperti mureksida, namun yang mudah didapat dan tersedia di
laboratorium adalah EBT.
Setelah didapatkan volume hasil titrasi, lalu dilakukan perhitungan untuk
mendapatkan kadar Ca yang dilampirkan pada Lampiran C.
Analisis kalsium dilakukan berdasarkan sifat bahwa ion kalsium dapat
diendapkan dengan amonium oksalat membentuk endapan kalsium oksalat.
Penambahan larutan ammonium oksalat jenuh menurut Svehla (1995) bertujuan
untuk mengendapkan kalsium menjadi kalsium oksalat. Ammonium oksalat akan
mengalami ionisasi dan memberikan ion C2O42- kepada kalsium lalu mengendap
menurut reaksi berikut:
Pengujian kalsium pada sampel menunjukkan hasil positif, yang mana dapat
diketahui dari terbentuknya endapan berwarna putih setelah amonium oksalat
ditambahkan pada filtrat (Gambar 2). Hal tersebut menunjukkan bahwa cangkang
telur itik mengandung kalsium. Fungsi penambahan amonium oksalat yaitu untuk
mengikat kalsium dan membentuk senyawa baru. Fungsi penambahan amonium
oksalat adalah menjadikan larutan yang diuji bersifat basa sehingga mudah untuk
mengendap (Vogel 1985). Menurut Suhardjo et al.(1986), penambahan pereaksi
amonium oksalat akan bereaksi dengan kalsium yang ada difiltrat tersebut yang
berwujud endapan putih. endapan ini dinamakan kalsium oksalat.