LP Baru Dispepsia
LP Baru Dispepsia
OLEH:
BAYU SEGARA
2011-21-109
PSIK A1/ SEMESTER.V
PEMBIMBING AKADEMIK : Ns.RAHMI DWI YANTI, S.kep
PEMBIMBING KLINIK : RATNA, S.kep
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
JAMBI
2012
LAPORAN PENDAHULUAN
DISPEPSIA
1.1 Pengertian
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti
pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari
rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan
keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan
regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III,
2000 hal : 488).
Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri
dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuh
atau cepat kenyang, dan sering bersendawa. Biasanya berhubungan dengan pola
makan yang tidak teratur, makanan yang pedas, asam, minuman bersoda, kopi, obatobatan tertentu, ataupun kondisi emosional tertentu misalnya stress (Wibawa, 2006).
Dispepsia merupakan kumpulan gejala klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa
tidak enak/sakit di perut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan lain,
perasaan panas didada di daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut
terasa penuh, cepat kenyang, bersendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa
keluhan lainnya. (Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26).
Pengertian dispepsia terbagi atas dua yaitu:
a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya. Sindroma dispepsia organik terdapat keluhan yang nyata
terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari,
radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain.
b. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus
(DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsia fungsional tanpa disertai
kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis,
laboratorium, radiologi, endoskopi (teropong saluran pencernaan).
a. Esofagus
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung.
Panjang sekitar 25 cm mulai dari faring sampai pintu masuk cardiac
lambung. Lapisan dinding dari dalam keluar lapisan mukosa, submukosa,
lapisan otot melingkar esofagus terletak dibelakang trakhea dan depan tulang
belakang setelah melalui torak menembus difragma masuk .kedalam
abdomen menyambung dengan lambung.
b. Gaster (lambung)
Gaster merupakan bagian dari saluran pencernaan yang melebar
seperti kantong, terletak didalam rongga perut terutama didaerah epigastrik.
Sebagian terletak dibagian kiri daerah hipokondriak dan umbilikal. Dalam
keadaan kosong lambung berbentuk g dan dalam keadaan penuh lambung
berbentuk seperti buah dengan kapasitas normal lambung 1 sampai 2 liter.
Lambung terbagi atas cardiac gaster, fundus gaster, corpus gaster, antrum
pylorus, spinkter kedua pada ujung lambung untuk mengatur pengeluaran
otot
yang
mengelilingi
lambung.
Kontraksi
c) Fase intestinal
Dimulai dari gerakan kimus dari lambung ke duodenum.
Adanya protein yang telah dicerna sebagian dalam duodenum
tampaknya merangsang pelepasan gastrin usus suatu hormon
yang menyebabkan lambung terus-menerus mensekresi cairan
lambung.
1.3 Etiologi
Beberapa perubahan dapat terjadi pada saluran cerna atas akibat proses
penuaan, terutama pada ketahanan mukosa lambung (Wibawa, 2006). Kadar lambung
lansia biasanya mengalami penurunan hingga 85%. Dispepsia disebabkan karena
kelainan organik, yaitu:
a. Gangguan penyakit dalam lumen saluran cerna: tukak gaster atau
duodenum, gastritis, tumor, infeksi bakteri Helicobacter pylori.
b. Obat-obatan: anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa Jenis
antibiotik, digitalis, teofilin dan sebagainya.
c. Penyakit pada hati, pankreas, maupun pada sistem bilier seperti hepatitis,
pankreatitis, kolesistisis kronik.
d. Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, penyakit tiroid, penyakit
jantung koroner.
Dispepsia fungsional dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Dispepsia mirip ulkus bila gejala yang dominan adalah nyeri ulu hati.
b. Dispepsia mirip dismotilitas bila gejala dominan adalah kembung, mual,
cepat kenyang.
c. Dispepsia non-spesifik yaitu bila gejalanya tidak sesuai dengan dispepsia
mirip ulkus dan dispepsia mirip dismotilitas.
Peranan pemakaian OAINS dan infeksi H. Pylori sangat besar pada kasuskasus dengan kelainan organic (Panchmatia, 2010).
1.4 Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan
menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung,
kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan
merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan
maupun cairan.
1.5 Patoflow
Faktor resiko
Faktor pemicu
Memblok prostaglandin
Makanan masuk
Sekresi mukus
Peregangan di perut
HCL
di kirim ke hipotalamus
Nausea
Regurgitasi HCL
Disfagia, anorexia
merusak flora
infeksi bakteri E.Coli
pengeluaran BPH
Medulla spinalis
Thalamus
Korteks serebri
anorexia
respon nyeri
Nyeri
kelelahan
intoleransi aktivitas
1.6 Manifestasi Klinik
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan gejala yang dominan,
membagi dyspepsia menjadi tiga tipe:
1. Dispepesia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus, like dyspepsia), dengan
gejala:
a. Nyeri epigastrium terlokalisasi
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasida
c. Nyeri saat lapar
d. Nyeri episodic
2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility- like dysmotility),
dengan gejala:
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e. Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)
f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3. Dispepesia nonspesifik (tidak ada gejala seprti kedua tipe di atas) (Mansjoer,
et al, 2007)
Sidroma dyspepsia dapat bersifat rigan, sedang, dan berat, serta dapat akut atau
kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik berdasarkan
atas jangka waktu tiga bulan.
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin dsertai dengan
sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita,makan dapat
memperburuk nyeri, pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala
lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut
kembung).
Jika dyspepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi
respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau gejala lain yang
tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksan.
1.7 Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya
komplikasi yang tidak ringan. Salah satunya komplikasi dispepsia yaitu luka
didinding lambung yang dalam atau melebar tergantung berapa lama lambung
terpapar oleh asam lambung. Bila keadaan dispepsia ini terus terjadi luka akan
semakin dalam dan dapat menimbulkan komplikasi pendarahan saluran cerna yang
ditandai dengan terjadinya muntah darah, dimana merupakan pertanda yang timbul
belakangan. Awalnya penderita pasti akan mengalami buang air besar berwarna hitam
terlebih dulu yang artinya sudah ada perdarahan awal. Tapi komplikasi yang paling
dikuwatirkan adalah terjadinya kangker lambung yang mengharuskan penderitanya
melakukan operasi. Adapun komplikasi dari didpepsia antara lain:
a. Perdarahan
b. Kangker lambung
c. Muntah darah
d. Ulkus peptikum
1.8 Pencegahan
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan
kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan
yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat
karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak
mengganggu fungsi lambung.
1.9 Pemeriksaan penujang
Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian, yaitu:
1. Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang
lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja dan urine. Dari hasil pemeriksaan
darah bila ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. pada
pemeriksaan tinja, jika tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak
berarti kemungkinan menderta malabsorbsi. Seseorang diduga menderita
misalnya
tampak massa yang ireguler tidak terlihat peristaltik di daerah kangker, bentuk
dari lambung berubah. Pankreatitis akut perlu dibuat foto polos abdomen,
yang akan terlihat tanda seperti terpotongnya usus besar (colon cuf off sign),
atau tampak dilatasi dari intestine terutama di jejunum yang disebut sentinel
loops.
5. Kadang
dilakukan
pemeriksaan
lain,
seperti
pengukuran
kontraksi
3. Antagonis reseptor H2
11
Indikasi
Tukak peptik
Dosis
1x20
Pemberian
Efek samping
Setiap
pagi, Sakit kepala,
mg/hari
selam
minggu, oral
Mabuk, lemas,
Tukak
1x20-
duodenum
50mg/hari
oral
epigastrik,
4 minggu, oral
banyak gas
Idem
oral
idem
Tukak
1x30mg/har
i
peptik, 1x40mg/har
inhibitor pompa
proton
yang
reversibel
5. Sitoprotektif
Prostoglandin sintetik seprti misoprostol (PGE1) dan enprostil
(PGE2). Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung
oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi protoglandin
endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan
produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta
membentuk lapisan protektif (site protective), yang bersenyawa dengan
protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA)
6. Golongan prokinetik
12
13
IDENTITAS
1. Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku/ bangsa, agama,
pekerjaan, pendidikan, alamat.
2. Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, hubungan dengan pasien, alamat.
PENGKAJIAN
PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan umum: sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene dan lainlain.
2. Data sistemik
a. Sistem
persepsi
sensori:
pendengaran,
penglihatan,
14
mual
dan
tenggorokan,
kemampuan
mengunyah,
b. Sosial
Cara mengatasinya
c. Budaya
15
d. Spiritual
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri ulu hati berhubungan dengan iritasi dan inflamasi pada lapisan
mukosa, submukosa, dan lapisan otot lambung
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia,
esofagitis dan anorexia.
3. Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan gastroenteritis
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Rencana Keperawatan
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri,
Kriteria hasil: klien melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya rasa
nyeri
INTERVENSI
RASIONAL
dalam
kefektifan
pengawasan
obat,
kemajuan
penyembuhan
2. Dengan
posisi
menghilangkan
16
semi-fowler
tegangan
dapat
abdomen
yang
telentang
4. Anjurkan
klien
untuk
bertambah
dengan
posisi
5. Observasi TTV
hati/epigastrium
5. sebagai indikator untuk melanjutkan
intervensi berikutnya
6. Mengurangi rasa nyeri atau dapat
terkontrol
7.
Menghilangkan
mempermudah
rasa
nyeri
kerjasama
dan
dengan
RASIONAL
mengidentifikasi
perkembangan
2. Timbang BB klien
dari
2. Membantu
menelan,
adanya
kemampuan
bising
pola
diet
klien
anoreksia,
dan
usus, 4. Berguna
yang
menentukan
hasil
diharapkan
mukosa
indikasi/
dalam
mendefinisikan
yang
disukai/tidak disukai.
tepat Berguna
dalam
kefektifan
obat,
penyembuhan.
pengawasan
kemajuan
periodik.
7. Catat
5. Membantu
adanya
anoreksia,
hubungannya
dengan
kebutuhan
mual,
intervensi
diet klien.
6. Mengukur keefektifan nutrisi dan
cairan.
7. Dapat menentukan jenis diet dan
mengidentifikasi pemecahan masalah
untuk meningkatkan intake nutrisi.
RASIONAL
ukur
haluaran
urine
dengan akurat.
3. Diskusikan
menghentikan
strategi
untuk
muntah
rencana
cairan
yang
berdampak
pada
keseimbangan elektrolit.
meningkatkan/mempertahankan
keseimbangan
penggunaan laksatif/diuretik.
4. Identifikasi
bahwa
akibat
muntah
dan
atau
memperbaiki
keseimbangan
untuk
berhasil.
5. Tindakan daruat untuk memperbaiki
ketidak seimbangan cairan elektroli
18
RASIONAL
19
DAFTAR PUSTAKA
www.scribd.com ASUHAN KEPERAWATAN DAN LAPORAN PENDAHULUAN
DISPEPSIA DIAKSES 14 NOVEMBER 2013 14:00 WIB
Gianto
Widijanto
Dkk,Nursing:Menafsirkan
Tanda
Tanda
Dan
Gejala
20