A. Penafsiran
B. Analisis
Analisis merupakan penguraian karya sastra atas bagian bagian atau norma
normanya. Secara lebih khusus, analisis karya sastra dibedakan menjadi
analisis fiksi dan anlisis puisi. Analisis fiksi meliputi analisis terhadap semua
elemen pembangun fiksi itu, yang mencakup fakta cerita, sarana cerita, dan
tema. Fakta cerita meliputi plot, tokoh, dan latar. Sarana cerita meliputi hal hal
yang dimanfaatkan oleh pengarang dalam memilih dan menata detil detil
cerita sehingga tercipta pola yang bermakna, seperti unsur judul,sudut pandang,
gaya dan nada,dan sebagainya.
Penafsiran dan analisis memungkinkan pembaca untuk memberikan penilaian
kepada karya sastra secara tepat sesuai dengan hakikatnya. Hakikat karya sastra
adalah karya imajinatif yang bermediakan bahasa dan mempunyai unsur estetik
yang dominan.
C. Penilaian
Penilaian adalah usaha menentukan kadar keberhasilan atau keindahan suatu
karya sastra. Dengan adanya penilaian dimungkinkan untuk membuat pemilihan
antar karya sastra yang baik dan yang jelek, yang berhasil dan yang gagl, yang
bermutu tinggi,rendah, dan sedang. Jika penilaian dapat dilakukan sebaik
baiknya, penghargaan kepada sebuah karya sastrapun dapat dilakukan secara
wajar dan sepantasnya. Untuk itu diperlukan suatu kriteria, yakni kriteria
keindahan atau keberhasilab suatu karya sastra.
mempermasalahkan karakter tokoh dalam sebuah perjalanan waktu dan hal ini
tidak mungkin dalam cerpen.
Akhirnya, novel mencapai keutuhannya secara inklusi ( inclusion ), yakni
bahwa novelis mengukuhkan keseluruhannya dengan kendali tema karyanya.
Fiksi Romantik
Fiksi Gotik
Mengutamakan pelukisan fakta fakta yang keji yang kurang dapat diterima
secara moral dan pelukisan tatanan material yang kurang dapat diterima oleh
akal sehat.
Melukiskan cerita cerita horor. Fakta fakta yang disajikan sedemikian rupa
sehingga memancing kengerian dan melahirkan mimpi yang menakutkan.
Menunjukkan kecendrungan tanan tatanan material dengan menggambarkan
sesuatu sedemikian rupa sehingga tampak benar benar terjadi.
BAB II
UNSUR UNSUR PEMBANGUN FIKSI
1. Tema
A. Penggolongan Tema
Tema dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori yang berbeda
tergantung dari segi mana penggolongan itu dilakukan. Pengkategorian tema
yang dimaksudkan dapat dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang yaitu,
Penggolongan Dikhotomis yang bersifat Tradisional dan Nontradisional,
Penggolongan dilihat dari tingkat Pengalaman Jiwa, dan Penggolongan dari
Tingkat Keutamaannya.
B. Penafsiran Tema
Kegitan menafsirkan sebuah tema karya fiksi secara lebih khusus dan
rinci,Stanton ( 1965 ) mengemukakan adanya sejumlah kriteria yang dapat
diikuti seperti berikut ini :
Penafsiran tema sebuah novel hendaknya mempertimbangkan setiap detil cerita
yang menonjol. Dengan kata lain, tokoh,masalah,konflik utama merupakan
tempat yang paling strategis untuk mengungkapkan tema utama sebuah novel.
Penunjukan tema sebuah novel haruslah dapat dibuktikan dengan data data
atau detil detil cerita yang terdapat dalam cerita itu, baik yang berupa bukti
bukti langsung, artinya kata kata itu dapat ditemukan dalam novel, maupun
tak langsung,artinya,berupa penafsiran terhadap kata kata yang ada. Dalam
sebuah novel, kadang kadang dapat ditemui adanya data data tertentu,
mungkin berupa kata kata,kalimat,alinea, atau bentuk dialog, yang dapat
dipandang sebagai bentuk yang berisi tema pokok cerita yang bersangkutan.
2. PEMPLOTAN
Peristiwa, konflik dan klimaks merupakan tiga unsur yang amat esensial
dalam pengembangan sebuah plot cerita. Eksistensi plot itu sendiri sangat
ditentukan oleh ketiga unsur tersebut. Demikian pula dengan masalah kualitas
dan kadar kemenarikan sebuah cerita fiksi. Ketiga unsur ini memiliki hubungan
yang mengerucut.
Peristiwa atau kejadian dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan
ke keadaan yang lain. Dengan pengertian tersebut tentunya kita dapat
membedakan natara kalimat kalimat tertentu yang menampilkan peristiwa
atau tidak.
Peristiwa dapat dibedakan ke dalam tiga jenis yakni :
Peristiwa fungsional adalah peristiwa peristiwa yang menentukan atau
mempengaruhi perkembangan plot.
Peristiwa kaitan adalah peristiwa peristiwa yang berfungsi mengaitkan
peristiwa peristiwa penting dalam pengurutan penyajian peristiwa.
Peristiwa acuan adalah peristiwa yang tidak secara langsung berpengaruh dan
atau berhubungan dengan perkembangan plot,melainkan mengacu pada unsur
unsur lain, misalnya berhubungan dengan masalah perwatakan atau suasana
yang melingkupi batin seorang tokoh.
Konflik yang notabene adalah kejadian yang tergolong penting merupakan
unsur yang esensial dalam pengembangan plot. Pengembangan plot sebuah
karya naratif akan dipengaruhi oleh wujud dan isi konflik,bangunan konflik,
yang ditampilkan.
Konflik menyaran pada pengewrtian sesuatu yang bersifat tidak menyenangkan
yang terjadi dan atau yang dialami oleh tokoh cerita. Konflik adalah sesuatu
yang dramatik,mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang
dang menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan.
Bentuk konflik dapat dibedakan kedalam dua kategori yakni, konflik fisik
dan konflik batin, konflik eksternal ( external conflict ) dan konflik internal
( internal conflict ).
Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan
sesuatu yang di luar dirinya,mungkin dengan lingkungan alam atau lingkungan
manusia. Dengan demikian konflik eksternal dapat dibedakan kedalamdua
kategori yakni konflik fisik
( phsical conflict ) dan konflik sosial ( social konflict ). Konflik fisik yang
disebut juga dengan konflik elemental adalah konflik yang disebabkan adanya
perbenturan antara tokoh dengan lingkungan alam. Konflik sosial adalah konflik
yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antarmanusia atau masalah
masalah yang muncul akibat adanya hubungan antarmanusia.
Konflik internal atau disebut juga dengan konflik kejiwaan adalah konflik
yang terjadi di dalam hati,jiwa seorang tokoh cerita. Jadi, lebih merupakan
permasalahan intern seorang manusia. Misalnya hal itu terjadi akbat adanya
pertentangan antara dua keinginan,keyakinan, pilihan yang berbeda,harapan
harapan,atau masalah masalah lainnya.
Klimaks adalah saat konflik telah mencapai intensitas tertinggi,dan saat itu
merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari kehajiannya. Klimaks sangat
menentukan arah perkembangan plot. Klimak s merupakan titik pertemuan
antara dua hal yang dipertentangkan dan menentukan bagaimana permasalahan
itu akan diselesaikan.
C. Kaidah Pemplotan
Kaidah kaidah pemplotan meliputi :
D. Penahapan Plot
Secara teoritis plot dapat di urutkan atau dikembangkan ke dalam tahaptahap tertentu secara kronologis. Secara kronologis-teoritis tahap tahap
pengembangan atau lengkapnya struktur plot dikemukakan sebagai berikut.
a. Penahapan plot : Awal Tengah - Akhir
Tahap awal. Tahap awal sebuah cerita biasanya disebut sebagai tahjap
perkenalan. Tahap awal biasanya berisi informasi penting yang berkaitan
dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada thap tahap berikutnya.
Tahap tengah. Tahap tengah cerita dapat juga disebut sebagai tahap
pertikaian, menampilkan pertentangan atau konflik yang sudah mulai
dimunculkan pada tahap sebelumnya,yang menjadi semakin meningkat dan
menegangkan.
Tahap akhir. Tahap akhir sebuah cerita atau dapat juga disebut sebagai
tahap peleraian, menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks. Jadi
bagian ini berisi kesudahan cerita, atau menyaran pada bagaimanakah akhir
cerita.
E. Pembedaan Plot
Pembedaan Plot Berdasarkan Kriteria Urutan Waktu
Plot Lurus ( Progresif )
Plot Sorot Balik ( Flash Back )
Plot Campuran
Peristiwa peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis.Peristiwa peristiwa
yang pertama diikuti oleh peristiwa peristiwa berikutnya.
Urutan kejadian yang dikisahkahkan dalam karya fiksi yang bersifat regresif
tidak bersifat kronologis
Merupakan perpaduan antara progresif dan regresif.
Merupakan bagian dari plot utama yang berisi cerita kedua yang ditambahkan
yang bersifat memperjelas dan memperluas pandangan kita terhadap plot utama
dan mendukung efek keseluruhan cerita.
Plot Longgar
Peristiwa peristiwa fungsional terjadi susul menyusul dengan
cepat,hubungan antara peristiwa terjalin secara erat.Pembaca seolah olah selalu
dipaksa untuk terus menerus mengikutinya.
3. PENOKOHAN
Istilah tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan
karakterisasi secara bergantian menunjuk pengertian yang sebenarnya tidak
menyaran pada pengertian yang hampir sama. Walau memang ada diantaranya
yang merupakan sinonim.
Istilah tokoh, menunjuk pada orangnya,pelaku cerita. Watak.Karakter,dan
Perwatakan menunjuk pada sikap dan sifat para tokoh seperti yang di tafsirkan
oleh pembaca dan lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh.
Sedangakan penokohan dan karakter ( karakterisasi ) sering juga di samakan
artinya dengan karakter dan perwatakan yang sebenarnya menunjuk pada
penempatan tokoh tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah cerita.
Atau dengan kata lain penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang
seorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
b. Pembedaan Tokoh
4. PELATARAN
A. Pengertian dan Hakikat Latar
Lattar atau setting disebut juga sebagai landas tumpu. Yang menyaran pada
pengertian
Tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa
peristiwa yang diceritakan. ( Abrams 1981 : 175 ).
Stanton ( 1965 ) mengelompokkan latar, bersama tokoh dan plot ke dalam tiga
fakta cerita. Sebab ketiga hal inilah yang akan di hadapi oleh pembaca yang
dapat diimajinasikan secara faktual jika membaca karya fiksi.
Latar memberikan pijakan cerita secara konkrit dan jelas. Hal ini penting
untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana
tertentu yang seolah olah sungguh sungguh ada dan terjadi.
latar spiritual adalah nilai nilai yang melingkupi dan dimiliki oleh latar fisik. (
Kenny 1966 : 39).
Latar Netral.
Latar yang mendiskripsikan sebuah tempat secara umum. Artinya, latar ini
tidak memilki atau tidak mendiskripsikan sifat khas tertentu yang menonjol
yang terdapat dalam sebuah latar.
Latar Tipikal
Latar ini memiliki dan menonjolkan sifat khas latar tertentu. Baik yang
menyangkut latar tempat,weaktu maupun sosial.
Jika dalam sebuah cerita mendiskripsikan tentang latar spiritual,maka latar
tersebut akan menjadi latar yang khas,spsifik,tipikal.
B. UNSUR LATAR
Latar Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakandalam sebuah karya fiksi.Penggunaan latar tempat dengan nama
nama tertentu haruslah mencerminkan,atau paling tidak tak bertentangan
sdengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan.
Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa
peristiwa yang diceritakan dalam sebuajh klarya fiksi.
Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat.
Latar sosial merupakan bagian latar secara keseluruhan.Jadi dia berada dalam
kepaduannya dengan unsur latar yang lain.
FUNGSI LATAR
Latar sebagai salah satu unsur fiksi,sebagai fakta cerita, yang bersama unsur
unsur lain membentuk cerita. Latar berhubungan langsung dan mempengaruhi
pengaluran dan penokohan. Latar sebagai bagian yang tidak terpisahkan. Di
samping itu, latar juga dapat dilihat dari sisi fungsi yang lain, yang lebih
menyaran pada fungsi latar sebagai pembangkit tanggapan atau suasana tertentu
dalam cerita. Fungsi latar yang di maksud adalah fungsi latar sebagai metafora
dan latar sebagai atmosfir.
2. Latar Atmosfir.
Fungsi latar ini berupa deskripsi kondisi latar yang mampu menciptakan
suasana tertentu.Latar ini biasanya berupa latar penyituasian. Misalnya pada
awal cerita sebuah novel atau tahap awal,perkenalan, cerita sebuah novel pada
umunya berisi latar penyituasian. Walau hal ini juga bisa terdapat pada tahap
lain. Adanya situasi tertentu yang mampu menyeret pembaca ke dalam cerita
akan melibatkan pemabcar secara emosional. Hal ini penting sebab dari sinilah
pembaca akan tertarik,bersimpati, dan berempati, meresapi dan menghayati
secara intensif.
Latar yang berfungsi sebagai metaforik dan atmosfir, walau menyaran pada
pengertian dan fingsi yang berbeda pada kenyataannya erat berkaitan. Dalam
5. PENYUDUTPANDANGAN
Sudut pandang/point of view,merupakan salah satu unsur fiksi yang
digilingkan sebagai sarana cerita, literary device. Pemilihan sudut pandang akan
berpengaru pada penyajian cerita. Reaksi afektif pembaca terhadap sebuah
karya fiksi dalam banyak hal akan dipengaruhi oleh bentuk sudut pandang.
Sebelum pengarang menulis cerita mau tak mau ia harus telah memutuskan
memilih sudut pandang tertentu sebagai sikap naratif antara mengemukakan
cerita dengan dikisahkan oleh seorang tokohnya atau oleh seorang narator yang
berada di luar cerita itu sendiri. Ia harus telah mengambil sikap menuliskan
ceritanya dengan sudut pandang orang pertama atau ketiga masing masing
dengan berbagai kemungkinannya, atau bahkan keduanya sekaligus.
Aku tokoh tambahan : Dalam sudut pandang ini tokoh aku muncul
bukan sebagai tokoh utama,melainkan sebagai tokoh tambahan, First-person
peripheral. Tokoh aku hadir untuk membawakan cerita kepada
pembaca,sedang tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian dibiarkan untuk
mengisahkan sendiri sebagai pengalamannya.
3. Sudut Pandang Campuran
Penggunaan sudut pandang dalam sebuah novel mungkin saja lebih dari
satu tekhnik. Pengarang dapat berganti ganti mulai tekhnik yang satu ke
tekhnik yang lainnya untuk sebuah cerita yang dilukiskannya. Kesemuanya itu
tergantung dari kemauan dan kreatifitas pengarang,bagaimana mereka
memanfaatkan berbagai tekhnik yang ada demi tercapainya efektifitas
penceritaan yang lebih, atau paling tidak untuk mencari variasi penceritaan agar
memberikan kesan lain. Pemanfaatan tekhnik tekhnik tersebut dalam sebuah
novel misalnya, dilakukan dengan mempertimbangkan kelebihan dan
keterbatasan masing masing tekhnik.