Anda di halaman 1dari 9

DIVERSITAS MORFOLOGI DAN FENOLOGI SERTA ANCAMAN

KEPUNAHAN TERHADAP VARIETAS LOKAL UBI JALAR ASAL


CILEMBU1
Budi Waluyo1, Sekar Laras Rahmannisa2, dan Agung Karuniawan3
1) Mahasiswa Pascasarjana Program S3 di Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Dosen
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, email : budiwaluyo@ub.ac.id
2) Mahasiswa Program S1 Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
3) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, kontak email : akaruni1@unpad.ac.id

ABSTRAK
Diversitas fenotipik varietas ubi jalar asal Cilembu ditentukan berdasarkan karakter
morfologi. Sebanyak 59 aksesi ubi jalar hasil eksplorasi dievaluasi secara ex situ di
kebun percobaan Fakultas Pertanian Unpad, Ciparanje. Karakter yang digunakan
sebagai penciri adalah 29 karakter kualitatif yang diskoring dan 16 karakter kuantitatif
yang dikategorikan berdasarkan uji Scott Knott. Tujuan penelitian ialah untuk
mengetahui diversitas fenotipik dan keragaman varietas ubi jalar lokal Cilembu
berdasarkan karakter morfologi dan potensi ancaman kepunahan ubi lokal. Analisis
klaster dilakukan berdasarkan kesamaan koefisien korelasi Spearman dan metode
agglomerative UPGMA (unweighted pair group method with arithmetic mean). Hasil
penelitian menunjukkan diversitas morfologi ubi jalar di wilayah Cilembu tinggi.
Berdasarkan morfologi, ubi jalar di wilayah ini terbagi menjadi empat kelompok yang
berbeda. Tingginya diversitas ini akibat dari mudahnya pertukaran bahan tanam ubi
jalar dari stek, dan menjadi ancaman kepunahan bagi varietas ubi Cilembu.
Kata kunci: varietas lokal, morfologi, diversitas fenotipik, keragaman, kepunahan, ubi
Cilembu

ABSTRACT
Phenotypic diversity of sweetpotato varieties from Cilembu is determined based on
morphological characters. A total of 59 sweetpotato accessions derived from the
exploration evaluated ex situ in the Field Experiment Faculty of Agriculture,
Padjadjaran University, Ciparanje. Characters used is 29 qualitative characters scored
and 16 quantitative characters are categorized based on the Scott Knott test. The
research aim was to determine the phenotypic diversity and variability local varieties of
sweetpotatoes in Cilembu based on morphological characters and the potential threat
of extinction of local sweetpotatoes. Cluster analysis based on Spearman's correlation
coefficient similarity and UPGMA agglomerative method (unweighted pair group
method with arithmetic mean). The results showed phenotypic diversity and
morphological variability of sweetpotato in Cilembu is high. Based on morphological
traits, sweetpotatoes in this region is divided into four different groups. The high

Disampaikan pada Seminar Nasional Keanekaan Hayati dan Layanan Ekosistem yang
diselenggarakan atas Kerjasama Jurusan Biologi FMIPA Unpad, Program Studi Magister Ilmu
Lingkungan Program Pascasarjana Unpad, The University of Tokyo dan Himpunan
Mahasiswa Biologi FMIPA Unpad. Bandung, 20 September 2011.

diversity is a result from the easy exchange of planting material of sweetpotato


cuttings, and this is a threat to the extinction of local sweetpotatoes varieties Cilembu.
Key words: local varieties, morphology variability, phenotypic diversity, extinction,
Cilembus sweetpotato

PENDAHULUAN
Ubi jalar merupakan komoditi yang potensial dikembangka di Indonesia sebagai
sumber bahan pangan, pakan, dan bahan baku industri. Kandungan nutrisi ubi jalar
tidak hanya ada pada ubi tetapi juga pada bagian daun yang mempunyai kandungan
antioksidan dengan kualitas sangat tinggi (Manrique dan Roca , 2008; Truong et al.,
2007; Rumbaoa et al., 2009). Menurut Manrique dan Roca (2008), Indonesia
menyumbang 2% produksi ubi jalar di dunia.
Peluang ubi jalar dijadikan bahan pangan di Indonesia terbuka lebar. Selama ini
masyarakat dapat menerima ubi Cilembu yang aslinya adalah varietas Neerkom dan
Eno dikonsumsi dengan cara dibakar. Ubi Cilembu dikenal bukan hanya lokal saja
bahkan sudah mendunia.
Saat ini keberadaan ubi lokal Cilembu Neerkom dan Eno terancam punah. Hal ini
disebabkan oleh beralihnya petani Cilembu dari menanam Neerkom dan Eno ke
varietas lain. Alasannya ialah varietas Neerkom dan Eno dihadapkan pada kendala
turunnya produktifitas, waktu panen panjang yaitu 8 bulan, dan serangan penyakit totol
sehingga petani merugi (Maulana et al. 2011). Penanaman varietas ubi jalar yang mirip
Neekom dan Eno dengan waktu panen lebih singkat dan hasil panen lebih tinggi
merupakan alasan logis petani untuk meningkatkan ekonomi.
Di Jawa Barat, varietas-varietas ubi jalar lokal sangat banyak dan beragam
(Chandria et al. 2009; Chandria dan Karuniawan, 2010a). Dengan mempertimbangkan
bahwa ubi jalar diperbanyak secara vegetative dan mudah dipindahkan maka akan
terdapat hubungan genetik yang dekat. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian
Chandria dan Karuniawan (2010b) bahwa terdapat hubungan kekerabatan diantara ubi
jalar lokal di Jawa Barat. Berdasarkan hubungan kekerabatan yang dekat ini maka
akan terdapat samaan morfologi pada karakter tertentu. Hal ini dapat menyebabkan
suatu varietas yang sudah diterima di masyarakat dapat diganti dengan varietas yang
mirip, seperti varietas Neerkom yang banyak diganti dengan varietas Jawer, Rancing,
Rancung dan sebagainya, sehingga posisi varietas yang diganti jika tidak ditangani
akan musnah.

Veasey et al. (2007) mengemukakan pentingnya identifikasi morfologi untuk


mengetahui keragaman varietas lokal. Demikian pula dengan Tairo et al (2008),
Afuape et al. (2011) menyatakan hal yang sama. Huaman et al. (1999) mengemukakan
identifikasi morfologi ubi jalar hasil eksplorasi pada suatu wilayah ekogeografis berguna
untuk menghindari duplikasi varietas sehingga dapat meningkatkan efisiensi upaya koleksi
dan konservasi genetik. Jika identifikasi varietas berdasarkan morfologi berhasil
menentukan jenis yang berbeda, maka kegiatan produksi ubi dan pengelolaan plasma
nutfah ubi jalar menjadi efektif dan efisien.

METODE
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Unpad,
Ciparanje pada Februari Juli 2011. Percobaan dilakukan menggunakan metode
eksperimental yang disusun berdasarkan rancangan acak kelompok. Perlakuan terdiri
dari 59 aksesi ubi jalar berasal dari stek yang diperoleh dari hasil eksplorasi di wilayah
desa Cilembu (Tabel 1), diulang dua kali. Masing-masing perlakuan ditanam pada plot
berupa guludan barisan tunggal dengan panjang 2m. Pada setiap plot terdiri dari 10
tanaman dengan jarak tanam dalam barisan 20 cm. Jarak antar guludan 1.25m. Stek
ditanam dengan cara dimasukkan ditekuk datar pada 2-3 buku kemudian ditimbun
tanah. Pupuk majemuk NPK 16:16:16 dengan dosis 300 kg per ha diberikan pada
waktu tanam dan dua bulan setelah tanam.
Pengambilan data morfologi ubi jalar pada setiap plot berdasarkan deskriptor ubi
jalar (Huaman, 1991) terdiri dari 29 data kualitatif, yaitu bentuk daun, tipe lekukan
daun, jumlah lekukan daun, bentuk torehan daun, warna tulang daun, warna helai daun
dewasa, warna helai daun muda, warna tangkai daun, habitus, kemampuan menutup
tanah, warna sulur utama, warna sulur sekunder, bulu, warna mahkota bunga, bentuk
mahkota bunga, bentuk kelopak bunga, ujung kelopak bunga, warna kelopak bunga,
warna putik, tipe warna putik, posisi putik, bentuk ubi, tipe permukaan ubi, warna
utama kulit ubi, intensitas warna, warna sekunder kulit, warna daging ubi, warna
sekunder daging ubi, distribusi warna sekunder daging, dan 16 data kuantitatif yang
dikategorikan berdasarkan uji gerombol Scott-Knott (1974), yaitu panjang sulur (m),
diameter sulur (cm), panjang bunga (cm), lebar bunga (cm), panjang ubi (cm), diameter
ubi (cm), jumlah tanaman per plot, jumlah ubi per plot, bobot ubi per plot (kg), rata-rata
jumlah ubi per tanaman, rata-rata bobot ubi per tanaman (kg), rata-rata bobot per ubi
(kg), dan potensi hasil (t/ha).

Tabel 1. Lima puluh sembilan aksesi ubi jalar lokal Cilembu hasil eksplorasi
Kode
aksesi
CDN-04
CDD-01
CDN-10
CCN-06
CDP-01
PED-01
CDN-05
CCN-03
PED-02
PED-03
CDN-03
CDN-06
CCN-02
CDI-01
CCJ-01
PED-04
CDB-01
CDE-01
PED-05
CCM-01

Nama Varietas
Neerkom Banjaran
Lady Pink
Neerkom
Neerkom
Papua
Ayamurasaki
Neerkom
Neerkom
Kokkei 14
Murahzaki
Neerkom
Neerkom
Neerkom
Inul
Jawer Cicalung
Benimasari
Bagolo
Eno
Narutokintoki
Menes

Kode
aksesi
CTJ-02
CDN-09
CTJP-02
C2J-01
CDI-02
CCN-05
CDN-08
CCT-01
CCRI-01
PED-06
C2N-01
CTP-01
CCM-02
CDG-01
CDRA-01
CDO-01
CDTR-01
CCRA-01
CTB-01
CDB-02

Nama Varietas
Jawer
Neerkom
Jepang
Jawer
Inul Silangan
Neerkom
Neerkom
Thailand
Rancing Cicalung
Beniazuma
Neerkom
Papua
Menes Gedang
Gandola
Rancung
Odos
TR
Rancung
Benyazuma
Bagolo

Kode
aksesi
CCN-04
CDRW-01
NK-100
NK-103
NK-102
NK-101
NK-105
NK-108
NK-110
NK-109
NK-106
NK-107
NK-111
NK-114
NK-112
SLN-02
CTN-02
SLO-02
SLO-04

Nama Varietas
Neerkom
Red White
Neerkom
Neerkom
Neerkom
Jawer
Neerkom
Neerkom
Neerkom
Neerkkom
Neerkom
Neerkom
Neerkom
Neerkom
Neerkom
Neerkom
Neerkom
Odos
Odos

Principal Component Analysis (PCA) atau analisis prinsipal komponen utama


(PKU) dilakukan untuk mengetahui kontribusi keragaman karakter pada ubi jalar lokal.
Analisis klaster dan dendrogram dilakukan berdasarkan kesamaan koefisien korelasi
Spearman dengan metode agglomerative UPGMA (unweighted pair group method with
arithmetic mean). Analisis menggunakan XLSTAT (2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari nilai data skor diketahui ada beberapa karakter yang mempunyai nilai
penampilan yang sama, yaitu ujung kelopak bunga, warna putik, panjang bunga (cm),
lebar bunga (cm), panjang ubi (cm), diameter ubi (cm), rata-rata bobot ubi

per

tanaman (kg), rata-rata bobot per ubi (kg) sehingga karakter ini tidak dilibatkan dalam
analisis.

Berdasarkan analisis komponen utama, terdapat 4 komponen yang

mempunyai nilai

eigen di atas 1 dengan nilai kumulatif varians 55.4% (Tabel 2).

Prinsipal komponen utama 1 (PKU1) dengan nilai eigen 7.34 berkontribusi terhadap
22.95% total keragaman, dan principal komponen utama 2 dengan nilai eigen 4.95
berkontribusi 15.45% terhadap keragaman total diantara 59 aksesi yang diuji. PKU 3
mempunyai nilai eigen 2.89 dan berkontribusi 9.04% terhadap keragaman total, dan

PKU 4 mempunyai nilai eigen 2.55 dengan kontribusi terhadap keragaman total
sebesar 7.95%.

Tabel 2. Prinsipal komponen utama (PKU) morfologi 59 aksesi ubi jalar lokal Cilembu
Karakter
bentuk daun
tipe lekukan daun
jumlah lekukan daun
bentuk torehan daun
warna tulang daun
warna helai daun dewasa
warna helai daun muda
warna tangkai daun
warna sulur utama
warna sulur sekunder
bulu
warna mahkota bunga
bentuk mahkota bunga
bentuk kelopak bunga
warna kelopak bunga
tipe warna putik
posisi putik
bentuk ubi
tipe permukaan ubi
warna utama kulit ubi
intensitas warna
warna sekunder kulit
warna daging ubi
warna sekunder daging ubi
distribusi warna sekunder daging
panjang sulur
diameter sulur (cm)
jumlah tanaman per plot
jumlah ubi per plot
bobot ubi per plot (kg)
rata-rata jumlah ubi per tanaman
potensi hasil (t/ha)
Eigenvalue
Variability (%)
Cumulative %

PKU1
0.27
-0.02
0.48
-0.05
-0.55
-0.62
-0.36
-0.45
-0.73
-0.74
0.47
0.32
-0.01
-0.30
0.03
-0.32
-0.51
0.81
-0.69
-0.41
-0.48
-0.42
-0.09
-0.24
-0.34
-0.66
0.29
0.40
0.75
0.58
0.61
0.58
7.34
22.95
22.94

PKU2
0.81
0.86
0.74
0.79
0.57
0.47
0.24
0.57
0.03
-0.06
-0.05
-0.16
0.05
-0.28
-0.12
0.33
0.23
0.24
-0.12
-0.62
-0.55
0.51
-0.12
0.13
0.16
-0.03
-0.05
0.05
0.17
-0.10
0.11
-0.10
4.955
15.46
38.40

PKU3
0.10
0.00
-0.03
-0.04
-0.22
-0.13
-0.16
-0.31
-0.31
-0.45
0.21
-0.25
0.41
-0.26
-0.06
-0.33
-0.06
0.08
0.08
-0.24
0.07
0.13
-0.07
0.60
0.61
-0.26
0.37
-0.40
-0.33
-0.55
-0.20
-0.55
2.89
9.04
47.44

PKU4
-0.18
-0.33
0.11
-0.36
0.00
0.31
0.58
0.14
0.26
0.20
-0.11
0.47
0.37
0.20
0.29
-0.27
-0.16
0.07
-0.10
-0.01
-0.30
0.33
0.19
0.52
0.53
-0.11
0.08
-0.03
0.25
0.24
0.32
0.24
2.55
7.95
55.39

Pada PKU 1, karakter yang yang paling berpengaruh terhadap keragaman


22.95% ialah warna tulang daun, warna helai daun dewasa, warna sulur utama, warna
sulur sekunder, posisi putik, bentuk ubi, tipe permukaan ubi, panjang sulur (cm), jumlah
ubi per plot, bobot ubi per plot (kg), rata-rata jumlah ubi per tanaman, dan potensi hasil
(t/ha). Pada PKU2, karakter yang berkontribusi terhadap keragaman ialah bentuk

daun, tipe lekukan daun, jumlah lekukan daun, bentuk torehan daun, warna tulang
daun, warna tangkai daun, warna utama kulit ubi, intensitas warna, dan warna
sekunder kulit. Pada PKU3, karakter yang berkontribusi terhadap keragaman ialah
warna sekunder daging ubi, distribusi warna sekunder daging, bobot ubi per plot (kg),
dan potensi hasil (t/ha). Pada PKU4, karakter yang menyumbangkan keragaman ialah
warna helai daun muda, warna sekunder daging ubi, dan distribusi warna sekunder
daging. Menurut Afuape et al. (2011), prinsipal komponen utama merupakan teknik
yang berguna untuk mengetahui kontribusi suatu karakter terhadap keragaman
sehingga berhasil mengidentifikasi karakter yang menjadi cirri suatu varietas. Tairo et
al. (2008) juga menggunakan PKU untuk memelajari keragam varietas lokal asal
Tanzania dan menemukan keragaman genetik yang rendah.
Analisis klaster berdasarkan pada jarak koefisien korelasi Spearman berhasil
membagi aksesi hasil eksplorasi yang diidentifikasi secara in situ menjadi empat
kelompok. (Gambar 1). Kelompok pertama terdiri dari 45 aksesi, yaitu CDN-04, CDN10, CCN-06, CDN-05, CCN-03, CDN-03, CDN-06, CCN-02, CDI-01, CCJ-01, CDE01,PED-05, CCM-01, CTJ-02, CDN-09, CTJP-02, C2J-01, CDI-02, CCN-05, CDN-08,
CCRI-01, C2N-01, CCM-02, CDO-01, CDTR-01, CTB-01, CCN-04, CDRW-01, NK100, NK-103, NK-102, NK-101, NK-105, NK-108, NK-110, NK-109, NK-106, NK-107,
NK-111, NK-114, NK-112, SLN-02, CTN-02, SLO-02,

dan SLO-04.

Hapir semua

aksesi pada kelompok ini mempunyai kemiripan warna dan bentuk ubi dengan varietas
Neerkom dan Eno, yaitu varietas ubi jalar yang selama ini menjadi merek dagang ubi.
Kelompok kedua terdiri dari sepuluh aksesi ubi jalar, yaitu CDD-01, CDP-01,
PED-01, PED-02, PED-04, CDB-01, CCT-01, PED-06, CTP-01, dan CDB-02.
Kesepuluh aksesi ini mempunyai kemiripan dengan ubi jalar-ubi jalar yang diintroduksi
dari Jepang. Kelompok yang ketiga terdiri dari dua varietas yang merupakan
intermediet dari varietas Jepang dan lokal, yaitu PED-03 dan CDG-01 . Yang terakhir
adalah kelompok yang keempat terdiri dari dua aksesi, yaitu CDRA-01 dan CCRA-01.

Dendrogram

0.27

0.37

0.47

Similarity

0.57

0.67

0.77

0.87

PED03
CDG01
CDB01
CDB02
PED02
PED04
CDD01
PED06
CCT01
PED01
CDP01
CTP01
CDRA01
CCRA01
PED05
CTB01
C2J01
NK101
CCJ01
CTJ02
CCRI01
CDO01
CDI02
SLO02
SLO04
CDI01
CDN04
NK111
NK112
CCM02
NK107
CTJP02
CDRW01
CCN04
CCN03
CDN09
NK110
CCN06
CCM01
CDE01
NK100
CCN02
CCN05
SLN02
CDN06
NK105
CDN10
CDN05
CDN08
CDN03
NK108
NK109
CTN02
CDTR01
NK102
NK106
NK103
C2N01
NK114

0.97

Gambar 1. Dendrogram aksesi ubi jalar lokal Cilembu

Saat ini, ubi Neerkom dan Eno yang merupakan ubi unggul dari wilayah Cilembu,
dan sudah mendunia terancam kepunahan. Hal ini disebabkan karena petani beralih
menanam varietas lain yang secara ekonomis lebih kompetitif. Maulana et al. (2011)
menunjukkan hasil survey bahwa petani Cilembu enggan menanam Neerkom dan Eno
karena beberapa alasan, yaitu terjadi penurunan produktivitas hingga hanya bias
panen 2 t/ha, umur panen panjang sekitar 8 bulan, dan serangan penyakit totol. Hasil
survey menemukan bahwa di wilayah Desa Cilembu saat ini ditemukan sekitar 21
varietas lokal ubi yang diperuntukan dapat mengganti Neerkom dan Eno, dan berhasil
membawa 60 stek aksesi dari 21varietas yang berbeda untuk dievaluasi tingkat
kemiripannya, namun hanya 59 stek yang tumbuh. Hasil analisis kluster menunjukkan
45 aksesi berada satu kelompok dengan Neerkom dan Eno. Varietas-varietas yang
mirip ini tentu saja mengancam kelestarian Neerkom dan Eno menuju kepunahan.

KESIMPULAN
1. Terdapat diversitas morfologi dan fenologi karaker ubi jalar lokal di Cilembu
2. Neerkom dan Eno sebagai varietas asli asal Cilembu terancam punah karena
adanya varietas ubi jalar yang mirip

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih disampaikan kepada LPPM Unpad karena penelitian merupakan
rangkaian biaya penelitian dari Hibah Andalan Unpad 2009/2010, Underutilize Crops
Unpad sebagai sponsor eksplorasi dan identifikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Afuape S. O., Okocha P. I. and Njoku D. 2011. Multivariate assessment of the
agromorphological variability and yield components among sweetpotato
(Ipomoea batatas (L.) Lam) landraces. Afr. J. Plant Sci. 5(2), 123-132
Chandria, W. and A. Karuniawan. 2010b. Genetic relationships of exotic sweet potato
(Ipomea batatas (L.) Lam) collected from West java based on cluster analysis of
agro-morphological traits. [in Bahasa Indonesia with an English abstract].
Proceeding on a National Seminar Perhimpunan Hortikultura Indonesia
(PERHORTI), in cooperation with Center for Horticultural Crops, University of
Udayana Bali. 25-26 November 2010 Denpasar, Bali.
Chandria, W. and Agung Karuniawan. 2010a. Genetic Diversity of Elite West Java
Sweet Potato (Ipomea batatas (L.) Lamb) Germplasm Based on Cluster Analysis
of Phenotypic Traits. The 4-th Indonesia-Japan Joint Scientific Symposium, 29 30 September 2010, Denpasar Bali.
Chandria, W., A. Natawijaya., A. Karuniawan. 2009. Genetic Diversity Sweet Potato
(Ipomea batatas (L.) Lamb) Germplasm of West Java and Japanese Genetic
Resources Based on Cluster Analysis Phenotypic Traits. [in Bahasa Indonesia
with an English abstract]. Congress and Symposium PERIPI. Bogor Indonesia.
(November 2009).
Huamn, Z. 1991. Descriptors for Sweet Potato.: CIP; AVRDC; IBPGR, Rome.
Huaman, Z., C. Aguilar, and R. Ortiz. 1999. Selecting a Peruvian sweetpotato core
collection on the basis of morphological, eco-geographical, and disease and pest
reaction data. Theor Appl Genet 98 : 840-844.
Manrique, I., and W. Roca. 2007. Potential of Sweetpotato Ipomoea batatas )
Biodiversity as a (batatas) Functional Food in the Tropics. Workshop Functional
Foods and Medicinal ProductS Developments from Amazonian Crops. EULAFF
EMBRAPA WORKSHOP Rio de Janeiro, Brazil, Dec. 3-5 2007.
Maulana, H., B. Waluyo, dan A. Karuniawan. 2011. Status budidaya ubi jalar varietas
Neerkom dan Eno di sentra produksi ubi jalar Cilembu Kabupaten Sumedang .
Makalah disampaikan pada acara Seminar Nasional Peripi Komda Banyumas
Pemuliaan Berbasis Potensi dan Kearifan Lokal Menghadapi Tantangan
Globalisasi pada 8-9 Juli 2011 di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto,
Jawa Tengah.
Rumbaoa, R.G.O., D.F. Cornago, and I.M. Geronimo. 2009. Phenolic content and
antioxidant capacity of Philippine sweet potato (Ipomoea batatas) varieties. Food
Chemistry 113 :11331138.

Scott, A.T. and M. Knott. 1974. A cluster analysis method for grouping means in the
analysis of variance. Biometrics 30: 507-512.
Tairo F, Mneney E, Kullaya A. 2008. Morphological and agronomicalcharacterization of
sweet potato [Ipomoea batatas (L.). Lam.] germplasm collection from Tanzania.
Afr. J. P Sci., 2(8): 77-85.
Truong, V.D., R.F.Mcfeeters, R.T. Thompson, L.L. Dean, and B. Shofran. 2007.
Phenolic Acid Content and Composition in Leaves and Roots of Common
Commercial Sweetpotato (Ipomea batatas L.) Cultivars in the United States.
Journal Of Food Science 72(6):343-349.
Veasey, E.A., J. R. de Queiroz Silva, M.S. Rosa, A. Borges; E. de Andrade Bressan, N.
and Peroni. 2007. Phenology and morphological diversity of sweet potato
(Ipomoea batatas) landraces of the Vale do Ribeira. Sci. Agric. (Piracicaba,
Braz.), 64(4):416-427.

Anda mungkin juga menyukai