Anda di halaman 1dari 3

UKT = Uang Kuliah Tunggal harusnya menjadi Uang Kuliah Tak Mahal menurut aturan UU

No.12 th.2012 tentang Perguruan Tinggi (UU PT) yang yang terbit pada bulan Agustus 2012.
Pada dasarnya, tujuan UKT adalah untuk meringankan beban mahasiswa kurang mampu dengan
menghilangkan biaya awal masuk yang terkesan mahal di beberapa Universitas sesuai Surat
bernomor 97/E/KU/2013 yang berisi dua poin penting yang harus dilaksanakan PTN yaitu PTN
harus menghapus uang pangkal dan melaksanakan uang kuliah tunggal (UKT) bagi mahasiswa
baru S1 reguler mulai tahun akademik 2013/2014.
Akibatnya, biaya per semester harus naik karena untuk mengimbangi biaya kebutuhan
universitas akibat dihilangkannya salah satu sumber pendapatan terbesar universitas (uang
pangkal). Oleh Karena itu pemerintah mengeluarkan surat edaran lainnya No. 305/E/T/2012
tertanggal 21 Feb 2012 tentang Larangan MenaikkanTarif Uang Kuliah serta mengadakan
BOPTN sebagai solusi instan untuk menjawab masalah tersebut.Bantuan ini bertujuan menjaga
stabilitas anggaran universitas akibat diberlakukannya UKT.
UKT = BKT (Biaya Kuliah Tunggal) - BOPTN (Bantuan Operasional PTN)
BKT merupakan biaya yang dibutuhkan mahasiswa untuk menyelesaikan studi (asumsi 8
semester). BKT adalah hasil akumulasi Biaya Langsung (BL) dan Biaya tidak Langsung (BTL)
yang kemudian disebut Unit Cost. Sesuai dengan UU PT pasal 88 ayat (1) maka :
BKT = Unit Cost x Indeks prodi x Indeks PTN x Indeks kemahalan wilayah
Hasil BKT akan bervariasi tergantung indeks setiap prodi, Indeks PTN dan Indeks kemahalan
wilayah . Indeks capaian Standar Nasional Pendidikan Tinggi dipengaruhi oleh satuan standar
yang meliputi standar nasional pendidikan, ditambah dengan standar penelitian, dan standar
pengabdian kepada masyarakat. Hal ini tercantum dalam UU PT ayat 1 pasal 18.Untuk nominal
indeks jenis program studi dan kemahalan wilayah memiliki variasiyang berbeda.
BOPTN merupakan bantuan biaya dari pemerintah kepada perguruan tinggi negeri untuk
membiayai keberlangsungan biaya operasionalnya. Dengan bantuan itu diharapkan masyarakat
dapat mengenyam pendidikan tinggi tanpa harus dibebankan biaya perkuliahan yang tinggi.
Permendikbud No 58 Tahun 2012 tentang BOPTN menyatakan secara rinci pertimbangan
penentuan jumlah alokasi BOPTN. Adapun cakupan alokasi pos penggunaan BOPTN adalah
pelaksanaan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, biaya pemeliharaan pengadaan,
penambahan bahan praktikum/kuliah, bahan pustaka, penjaminan mutu, pelaksanaan kegiatan
kemahasiswaan, pembiayaan langganan daya dan jasa, pelaksanaan kegiatan penunjang,
pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran, honor dosen
pegawai negeri sipil, pengadaan dosen tamu.
Selanjutnya dalam pelaksanaan UKT dibagi kedalam beberapa kategori bertingkat dengan
interval nilai nominal rupiah tertentu tiap kategori yang dimana diberlakukan sistem subsidi

silang sebagai solusi untuk mengatasi masalah kesenjangan ekonomi antar mahasiswa.inilah
yang akan dibayar setiap mahasiswa per semester selama masa study.
Penerapan Kebijakan UKT di Universitas Hasanuddin
Menurut Wakil Rektor II Unhas Dr dr A Wardihan Sinrang MS, Jumat 28 Juni 2013.
Unhas menerima aturan ini, sebab hal ini bagus. Jadi tidak terlalu besar yang akan ditarik dari
mahasiswa. Justru pemerintah yang menanggung jauh lebih besar. Pengembangan prodi kita
siapkan anggaran BOPTN sejumlah tujuh ratus lima puluh ribu juta rupiah per tahun. Penelitian
tahun ini lebih dari satu milyar. Beli bahan praktikum dan ATK sejumlah enam milyar delapan
ratus juta rupiah untuk tahun ini. Nah, justru lebih enak, kata Wardihan Tak hanya buat itu,
UKT ini akan diberlakukan buat mahasiswa penerima beasiswa. Biaya UKT ini akan diambil
dari biaya pendidikan dari penerima beasiswa.
Sesuai dengan permendikbud no 55 tahun 2013 rata-rata nilai BKT pada setiap fakultas di Unhas
adalah 5 6 Juta terkecuali Medic kompleks yang rata-ratanya 10 12 juta. Kemudian UKT
dibagi 4 5 kategori dengan interval 0 47 Juta.
Dana BOPTN untuk Unhas tahun 2013 sebesar 61 64 Milyar rupiah, meningkat dua kali lipat
dari dana BOPTN 2012 yaitu 32 Milyar rupiah.
Merunut pada pernyataan Wakil Rektor II maka dapat diperkirakan dana BOPTN yang
digunakan untuk kompensasi BKT adalah
Kompensasi BKT = 61 M (Uang Pengembangan Prodi (55 prodi) + Penelitian + ATK)
= 61 M ((750 ribu juta*55) + 1 M + 6,8 M)
= 61 M 49 M = 12 M
Setelah itu 12 M di bagi ke dalam 55 program studi hasilnya 220 Juta kemudian diasumsikan
jumlah mahasiswa minimal tiap prodi 100 orang sehingga kompensasi BKT adalah 2.200.000
sehingga UKT tiap prodi per mahasiswa :
UKT = BKT 2.200.000
Jika perhitungan diatas benar maka untuk contoh kasus di Fakultas MIPA Program Studi
Matematika kita hanya perlu membayar
UKT = 5.077.000 2.200.000
= 2.877.000
Dari hasil ini dapat dilihat bahwa dengan adanya UKT hanya menambah beban biaya kuliah per
semester yang tadinya kurang lebih 1 Juta rupiah dengan menggunakan system sebelumnya.

Hasil ini tidak bias dijadikan patokan umum karena belum memasukan asumsi-asumsi lain
misalkan bagaiman kalau jumlah mahasiwa program studi leboh dari 100 orang?? Dan asumsiasumsi lainnya Akan tetapi bagi mahasiswa dengan nilai BKT 10 12 Juta kebijakan UKT dapat
meringankan beban biaya kuliah. Sehingga dapat dismpulkan kebijakan UKT hanya membuat
buruk kesenjangan antara orang miskin dan orang kaya. Orang kaya akan semakin kaya karena
mudah mendapatkan akses pendidikan dan orang miskin akan semakin miskin Karena akses
pendidikan yang terbatas.
Rekomendasi/Tuntutan Strategis terhadap UKT
1. Menolak Kebijakan UKT (uang Kuliah Tungga ) dengan alasan :
Kebijakan UKT pada dasarnya merupakan implementasi dari Undang-Undang No. 12
Tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi (UU PT) yang ingin mengadakan
KOMERSIALISASI PENDIDIKAN .
Kebijakan ini akan berpihak kepada Perguruan Tinggi yang memang sudah besar dan
baiknamun tidak memberikan pembinaan kepada Perguruan Tinggi yang kecil. Hal ini
bisa dinilai dari kesesuaian BKT dan BOPTN. BKT yang tinggi tentu memiliki
konsekuensi BOPTN yang besar, Sedangkan perumusan BKT tergantung kepada
parameter-parameter tertentu yang tidak mendukung Perguruan Tinggi yang kecil.
Kebijakan ini hanya akan membuat orang miskin semakin miskin dan orang kaya
semakin kaya.
Kebijakan UKT akan memberatkan bagi mahasiswa yang waktu tempuh kuliahnya
melebihi 8 semester. jika terdapat mahasiswa yang waktu tempuh kuliahnya melebihi 8
semester, secara otomatis bisa dikatakan bahwa ia membayar UKT baru. Seharusnya
UKT tersebut sudah selesai dalam arti dicicil hingga 8 semester. Faktanya, di Unhas
masih banyak beberapa prodi tertentu yang rata-rata kelulusannya melibihi 8 semester.
Tidak akan adanya transparansi dan perumusan parameter untuk mengklasifikasikan
kemampuan orang tua dalam membayar tarif UKT masih dipertanyakan. Mampukah
merepresentasikan sebuah keadilan?
Kebijakan ini terlalu bergantung dengan BOPTN. Apakah BOPTN akan tetap ada terus
menerus? Tentu tidak. Bisa saja tahun depan anggaran untuk BOPTN dikurangi atau
bahkan dihilangkan bahkan ada indikasi kebijakan UKT dan BOPTN ini hanya sebagai
batu loncatan untuk tahun-tahun kedepannya agar beban biaya kuliah akan semakin
mahal yang berujung pada komersialisasi pendidikan dengan cara anggaran dana BOPTN
akan dikurangi setiap tahunnya
2. Menerima dengan syarat :
Memaksimalkan pos anggaran BOPTN untuk meminimalkan biaya UKT bukan untuk
keperluan universitas lainnya.

Anda mungkin juga menyukai