Anda di halaman 1dari 13

Asuhan keperawatan Ca.

Serviks
Disusun oLeh :
Mely Sakiyah
Novita Sari
Cakra Mahardika

PEN
GE
RTI
A

Kanker serviks
adalah penyakit
akibat tumor ganas
pada daerah mulut
rahim sebagai akibat
dari adanya
pertumbuhan
jaringan yang tidak
terkontrol dan
merusak jaringan
normal di sekitarnya
(FKUI, 1990; FKKP,
1997)

ETIOLOGI
1. hubungan seksual pertama kali pada usia dini (umur < 16 tahun).
2. Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex).
3. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18. Penelitian
menunjukkan bahwa 10-30 % wanita pada usia 30an tahun yang
sexually active pernah menderita infeksi HPV (termasuk infeksi pada
daerah vulva). Persentase ini semakin meningkat bila wanita
tersebut memiliki banyak pasangan seksual. Pada sebagian besar
kasus, infeksi HPV berlangsung tanpa gejala dan bersifat menetap.
4. Infeksi Herpes Simpleks Virus (HSV) tipe 2
5. Wanita yang melahirkan anak lebih dari 3 kali
6. Wanita merokok, karena hal tersebut dapat menurunkan daya tahan
tubuh.

PAT
O

F IS
IOL
OG
I

TANDA
DAN
GEJALA

KLA
S

IFIK
ASI

FAKTOR
RESIKO

1.Usia.
2.Jumlah
perkawinan
3.Hygiene dan
sirkumsisi
4.Status sosial
ekonomi
5.Pola seksual
6.Terpajan virus
terutama virus
HIV
7.Merokok

PEM
ERIK
SA

AN P
ENU
NJAN
G

1. Sitologi, dengan cara tes


pap smear
Tes Pap : Tes ini merupakan
penapisan untuk
mendeteksi infeksi HPV
dan prakanker serviks.
Ketepatan diagnostik
sitologinya 90% pada
displasia keras
(karsinoma insitu) dan
76% pada dysplasia
ringan / sedang.
2. Kolposkopi
3. Servikograf
4. Pemeriksaan visual
langsung
5. Gineskopi
6. Pap net (Pemeriksaan
terkomputerisasi dengan
hasil lebih sensitive)

Identitas klien.
Keluhan utama.PENGKA
JIAN
Perdarahan dan keputihan
Riwayat penyakit
sekarang
Riwayat penyakit
terdahulu.
Riwayat penyakit
keluarga
Riwayat psikososial

1.
2.
3.
4.

DIAG
NOS
A KE
PERA
WATA
N
Perubahan perfusi jaringan
berhubungan dengan anemia
trombositopenia .
Risiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan imunosupresi
Resiko tinggi terhaap cedera
berhubungan dengan
trombositopenia.
Inteloransi aktiftas berhubungan
dengan keletihan sekunder akibat
anemia dan pemberian kemoterapi.

ngan
i
r
a
j
i
s
perfu
n
a
h
a
ngan
e
d
Perub
n
unga
nia .
e
p
o
berhub
t
i
s
Tujuan:
ombo
r
t
a
i
m
an e
Mampu
mengenali dan

menangani anemia
pencegahan terhadap
terjadinya komplikasi
perdarahan.
Intervensi :
1.Kolaborasi dalam
pemeriksaan hematokrit
dan Hb serta jumlah
trombosit.
2.Berikan cairan secara
cepat.
3.Pantau dan atur
kecepatan infus.
4.Kolaborasi dalam
pemberian infus

Risiko
tinggi
infeks
terhad
i berh
ap
ubung
a
nd
imuno
supres engan
i
Tujuan:
Potensial infeksi menurun dan
tidak terdapat tanda-tanda
infeksi.

Intervensi :
1.Pantau tanda vital setiap 4
jam atau lebih sering bila
diperlukan.
2.Tempatkan pasien pada lokasi
yang tersedia.
3.Bantu pasien dalam menjaga
hygiene perorangan
4.Anjurkan pasien beristirahat
sesuai kebutuhan.
5.Kolaborasi dalam
pemeriksaan kultur dan
pemberian antibiotika.

Resiko tinggi terhaap


cedera berhubungan
dengan trombositopenia.
Tujuan:
Pasien bebas dari perdarahan
dan hipoksis jaringan
Intervensi :
1.Kolaborasi dengan petugas
laboratorium untuk
pemeriksaan darah lengkap
(Hb dan Trombosit)
2.Lakukan tindakan yang tidak
menyebabkan perdarahan.
3.Observasi tanda-tanda
perdarahan.
4.Observasi tanda-tanda vital.
5.Kolaborasi dalam tindakan
transfusi TC ( Trombosit
Concentrated)

Inteloransi aktiftas
berhubungan dengan
keletihan sekunder akibat
Tujuan:
anemia dan pemberian
Pasien mampu kemoterapi.
mempertahankan tingkat
aktiftas yang optimal.
Intervensi:
1.Kaji pola istirahat serta
adanya keletihan pasien.
2.Anjurkan kepada pasien
untuk mempertahan pola
istirahat atau tidur sebanyak
mungkin dengan diimbangi
aktiftas.
3.Bantu pasien
merencanakanaktiftas
berdasarkan pola istirahat atau
keletihan yang dialami.
4.Anjurkan kepada klien untuk
melakukan latihan ringan.
5.Observasi kemampuan
pasien dalam malakukan
aktiftas.

TERIMA
KASIH

Pertanyaan
1.

Anda mungkin juga menyukai