Anda di halaman 1dari 5

b.

Pilar
Pilar adalah bangunan bawah yang terletak diantara kedua kepala jembatan,
berfungsi meneruskan beban dari elevasi atas ke elevasi dibawahnya hingga sampai
tanah melalui fondasi. Kolom merupakan strukur tekan sehingga keruntuhan pilar tidak
memberikan peringatan awal yang cukup jelas. Oleh karena itu, dalam merencanakan
pilar perlu adanya cadangan kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan elemen
beton bertulang lainnya.
Apabila beban yang bekerja pada pilar semakin besar, maka retak akan terjadi
diseluruh tinggi pilar pada daerah sengkang. Pada batas keruntuhan biasanya ditandai
dengan selimut beton akan lepas terlebih dahulu sebelum baja tulangan kehilangan
lekatan.
Berdasarkan posisi beban, pilar dibedakan menjadi 2 yaitu pilar dengan beban
sentris dan pilar dengan beban eksentris. Pilar dengan beban eksentris mengalami
momen lentur dan gaya aksial. Keruntuhan pilar dapat terjadi pada beton hancur karena
tekan atau baja tulangan leleh karena tarik. Pilar pendek adalah pilar yang runtuh karena
materialnya yaitu lelehnya baja tulangan atau hancurnya beton. Pilar langsing adalah
pilar yang runtuh karena tekuk yang besar. Perencanaan pilar didasarkan pada dua
kondisi y aitu:
1) Pilar Pendek dengan Beban Sentris
Kapasitas beban sentris maksimum diperoleh dengan menambah kontribusi beton,
yaitu (Ag - Ast) 0,85 f c dan kontribusi baja tulangan yaitu Ast fy, dimana Ag luas
penampang bruto dan Ast luas total tulangan baja. Kapasitas beban sentris maksimum
yaitu:
P0 = (Ag - Ast) 0,85 f c +Ast fy
Pada kenyataannya, beban eksentrisitas sebesar nol sangat sulit terjadi dalam
struktur aktual. Hal tersebut disebabkan karena ketidaktepatan ukuran pilar, tebal
pelat yang berbeda dan ketidaksempurnaan lainnya. Batas eksentrisitas minimal
untuk pilar dalam arah tegak lurus sumbu lentur adalah 10% dari tebal pilar.
2) Pilar dengan Beban Eksentris
Pilar yang menahan beban eksentris mengakibatkan baja pada sisi yang tertarik akan
mengalami tarik dengan garis netral dianggap kurang dari tinggi efektif penampang
(d). Apabila angka kelangsingan klu/r 22 maka tergolong pilar pendek.
Berdasarkan regangan yang terjadi pada tulangan yang tertarik, kondisi awal
keruntuhan digolongkan menjadi dua yaitu:
a) Keruntuhan tarik yang diawali dengan luluhnya tulangan tarik dimana Pn < Pnb
b) Keruntuhan tekan yang diawali dengan kehancuran beton dimana Pn > Pnb

Kondisi balance terjadi saat baja tulangan mengalami luluh bersamaan dengan
regangan beton. Beton mencapai kekuatan maksimum f c pada saat regangan desak
beton maksimal mencapai 0,003. Perancangan pilar eksentris diselesaikan dengan
dua cara, antara lain
a) Metode Pendekatan Diagram Pn - Mn
Diagram Pn Mn yaitu suatu grafik daerah batas yang menunjukkan ragam
kombinasi beban aksial dan momen yang dapat ditahan oleh pilar secara aman.
Diagram interaksi tersebut dibagi menjadi dua daerah, yaitu daerah keruntuhan
tekan dan daerah keruntuhan tarik dengan pembatasnya adalah titik balance.
Tulangan dipasang simetris untuk mempermudah pelaksanaan, mencegah
kekeliruan dalam penempatan tulangan tarik atau tulangan tekan dan
mengentisipasi perubahan tegangan akibat beban gempa. Analisis pilar dengan
diagram Pn - Mn diperhitungkan pada tiga kondisi yaitu:
1. Pada Kondisi Eksentrisitas Kecil
Prinsip-prinsip pada kondisi ini dimana kuat tekan rencana memiliki nilai
sebesar kuat rencana maksimum.
Pn = Pn max = 0,80 (Ag Ast) 0,85 f c + Ast fy
Sehingga kuat tekan pilar maksimum yaitu Pn = Pn max/
2. Pada Kondisi Momen Murni
Momen murni tercapai apabila tulangan tarik belum luluh sedangkan
tulangan tekan luluh dimana fs adalah tegangan tulangan tekan pada kondisi
luluh. Pada kondisi momen murni keruntuhan terjadi saat hancurnya beton
(Pn = Pu = 0). Keseimbangan pada kondisi momen murni yaitu:
ND1 + ND2 = NT
.............. (1)
Dimana :
ND1 = 0,85 fc b a
ND2 = fs As
NT = fy As
Selisih akibat perhitungan sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
Persamaan yang diperoleh dari segitiga yang sebangun dengan titik sumbu
netral pada c yaitu:
0,003(cd ' )
fs = Es = Es
c

.............. (2)

dengan mensubtitusikan persamaan (1) dan (2) akan dihasilkan persamaan


pangkat dua dengan peubah tinggi sumbu netral c. Momen rencana dapat
dihitung sebagai :
Mr = Mn
Mn = Mn1 + Mn2 = ND1Z1 + ND2Z2

3. Pada Kondisi Balance


Kondisi keruntuhan balance tercapai apabila tulangan tarik luluh dan beton
mengalami batas regangan dan mulai hancur. Persamaan yang diperoleh
dari segitiga yang sebangun dengn persamaan sumbu netral pada kondisi
balance (cb) yaitu:
cb
0,003
=
d
f
0,003+ y
Es
Atau dengan Es = 200000, maka :
600 d
cb = 600+ f y
persamaan kesetimbangan pada kondisi balance :
Pb = ND1 + ND2 - NT
sehingga eksentrisitas balance (eb) dapat ditulis sebagai :
Pb (eb + d/2) = Mnb
Mrb = Pbeb
b) Metode Pendekatan Whitney
Persamaan-persamaan yang disyaratkan Whitney digunakan sebagai solusi
alternatif dengan cara coba-coba walaupun tidak selalu konservatif khususnya
apabila beban rencana terlalu dekat dengan beban balance.
3) Pilar Langsing
Apabila angka kelangsingan pilar melebihi batas untuk kolom pendek maka kolom
tersebut akan mengalami tekuk sebelum mencapai batas limit kegagalan material.
Kolom tersebut adalah jenis kolom langsing yang mengalami momen tambahan
akibat efek P dimana P adalah beban aksial dan adalah defleksi kolom tertekuk
pada penampang yang ditinjau.
a) Besarnya k dapat dihitung dengan persamaan-persamaan dari peraturan ACI
antara lain:
1. Batas atas faktor panjang efektif untuk batang tekan berpengaku diambil
dari nilai terkecil antara persamaan berikut:
,k = 0,7 + 0,05 (A + B) 1,0
,k = 0,85 + 0,05 min 1,0

Dimana A dan B adalah pada ujung kolom dan min adalah yang terkecil

dari kedua harga tersebut. =

(EI /l u) kolom
EI

balok
lu

( )

dimana lu adalah panjang

tak tertumpu pilar dan ln adalah bentang bersih balok.


2. Batas atas faktor panjang efektif untuk batang tekan tanpa pengaku yang
tertahan pada kedua ujungnya diambil sebesar :
Untuk m < 2
20 m
1+ m
k =
20
untuk m 2
k = 0,9 1+ m
dimana m adalah harga rata-rata dari kedua harga tersebut.
3. Batas atas faktor panjang efektif untuk batang tekan tanpa pengaku yang
kedua ujungnya sendi diambil sebesar:
,k = 2,0 + 0,3
b) Kelangsingan
Portal bergoyang klu/r 22
c) Metode pembesaran momen
Metode pembesaran momen tergantung pada kelangsingan batang, desain
penampang dan kekakuan seluruh rangka portal bergoyang. Komponen struktur
tekan harus direncanakan menggunakan beban aksial terfaktor dan momen
terfaktor yang diperbesar.
Ms
s M s=
Pu
1
0,75 Pc
Dengan :
Pc = 2

EI =

EI
2
( k lu)

0,4 Ec I g
1+ d

1,5
'
Ec = ( w c ) 0,043 f c

d=

momen beban mati rencana


1
momen total rencana

Dimana Pu adalah beban vertikal terfaktor pada suatu tingkat dan P c adalah
kapasitas tekan total pilar-pilar.
Perencanaan pilar harus mempertimbangkan gaya geser yang bekerja antara
lain:
1. Komponen struktur yang menerima beban aksial tekan:
Nu
f 'c b d
V c = 1+
w
......................... (1)
14 A g
6

)( )

Dimana besaran

Nu
14 A g harus dalam MPa

2. Kuat geser boleh dihitung dengan perhitungan yang lebih rinci yaitu:
V u d bw d
Vc = f ' c +120 w M u 7
........................ (2)

Dengan nilai Mm menggantikan nilai Mu dan Nilai

Vud
M u boleh diambil

lebih daripada 1,0 dengan :


( 4 hd )
M m=M uN u
8
Tetapi dalam hal ini Vc tidak boleh diambil lebih besar daripada :
0,3 N u
V c =0,3 f ' c b w d 1+
........................... (3)
Ag

Jika geser aktual Vu lebih besar dari 0,5 Vc maka tulangan geser

diperhitungkan dimana Vs >


Bila

Vs

1 '
f b d
3 c w

maka spasi maksimum d/2 600 mm

Bila

Vs

1 '
f b d
3 c w

maka spasi maksimum diambil sebesar 0,25d

Tulangan geser maksimum


4) z

2
f' b d
3 c w

A v=

bw s
3f y

Anda mungkin juga menyukai