Dongeng
sekitarku," ajak pohon apel itu. "Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak
lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku
mempunyai cita-cita untuk berlayar. Malangnya, aku tidak mempunyai boat.
Bolehkan kau menolongku?" tanya lelaki itu.
"Aku tidak mempunyai boat untuk diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh
memotong batang pohon ini untuk dijadikan boat. Kau akan dapat berlayar
dengan gembira," kata pohon apel itu. Lelaki itu merasa amat gembira dan
menebang batang pohon apel itu. Kemudian dia pergi dari situ dengan
gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu. Namun begitu, pada suatu
hari, seorang lelaki yang semakin dimamah usia, datang menuju pohon apel
itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di pohon apel itu.
"Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepada kau.
Aku sudah memberikan buah ku untuk kau jual, dahan ku untuk kau buat
rumah, batang ku untuk kau buat boat. Aku hanya ada tunggul dengan
akarnya yang hampir mati...." kata pohon apel itu dengan nada pilu.
"Aku tidak mau apelmu karena aku sudah tiada bergigi untuk
memakannya, aku tidak mau dahanmu karena aku sudah tua untuk
memotongnya, aku tidak mau batang pohonmu karena aku berupaya untuk
berlayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat," jawab lelaki tua itu.
"Jika begitu, istirahatlah di peduku," kata pohon apel itu. Lalu lelaki tua itu
duduk beristirahat di perdu pohon apel itu dan beristirahatlah. Mereka
berdua menangis kegembiraan.
Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan didalam cerita itu adalah
kedua-dua ibu bapa kita. Bila kita masih muda, kita suka bermain dengan
mereka. Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuan mereka untuk
meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka, dan hanya kembali meminta
pertolongan apabila kita didalam kesusahan. Namun begitu, mereka tetap
menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira
dalam hidup. Anda mungkin terfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam
terhadap pohon apel itu, tetapi fikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana
kebanyakan anak-anak masa kini melayani ibu bapak mereka. Hargailah jasa
ibu bapak kepada kita. Jangan hanya kita menghargai mereka semasa
menyambut hari ibu dan hari bapak setiap tahun.