LP Disbetes Mellitus
LP Disbetes Mellitus
A. PENGERTIAN
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula
sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara adekuat. DM merupakan sekelompok kelainan
heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak
adekuat (Brunner & Suddart).
Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan dan
kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari
setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula
darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum
cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya.
Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, merupakan zat utama
yang bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang tepat.
Insulin menyebabkan gula berpindah ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan
energi atau disimpan sebagai cadangan energi. Peningkatan kadar gula darah
setelah makan atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin
sehingga
mencegah kenaikan
kadar
lebih
lanjut
dan
Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan (mungkin berupa infeksi virus
atau faktor gizi pada masa kanak-kanak atau dewasa awal) menyebabkan sistem
kekebalan menghancurkan sel penghasil insulin di pankreas. Untuk terjadinya hal
ini diperlukan kecenderungan genetik. Pada diabetes tipe I, 90% sel penghasil
insulin (sel beta) mengalami kerusakan permanen. Terjadi kekurangan insulin yang
berat dan penderita harus mendapatkan suntikan insulin secara teratur.
Pada Diabetes Mellitus Tipe II (diabetes yang tidak tergantung kepada insulin,
NIDDM), pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari
normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi
kekurangan insulin relatif. Diabetes tipe II bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa,
tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun. Faktor resiko untuk diabetes tipe II
adalah obesitas. Diabetes tipe II juga cenderung diturunkan. Penyebab diabetes
lainnya adalah: kadar kortikosteroid yang tinggi , kehamilan (diabetes gestasional) ,
obat-obatan, racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.
D. PATOFISIOLOGI
1. Tipe I : IDDM
Hampir 90-95% islet sel pankreas hancur sebelum terjadi hiperglikemia akibat
dari antibodi islet sel. Kondisi tersebut menyebabkan insufisiensi insulin dan
meningkatkan
glukosa.
Glukosa
menumpuk
dalam
serum
sehingga
kehilangan
cairan
dan
terjadi
polidipsi.
Penurunan
insulin
G. KOMPLIKASI
Komplikasi jangka pendek
1. Hiperglikemia
-
Insulin menurun
Glukagon meningkat
2. Hipoglikemia
-
pengaruhnya adalah otak. Untuk melindungi otak, tubuh segera mulai membuat
glukosa dari glikogen yang tersimpan di hati. Proses ini melibatkan pelepasan
epinefrin (adrenalin), yang cenderung menyebabkan rasa lapar, kecemasan,
meningkatnya kesiagaan dan gemetaran. Berkurangnya kadar glukosa darah
ke otak bisa menyebabkan sakit kepala.
Hipoglikemia harus segera diatasi karena dalam beberapa menit bisa
menjadi berat, menyebabkan koma dan kadang cedera otak menetap.
Jika terdapat tanda hipoglikemia, penderita harus segera makan gula. Karena
itu penderita diabetes harus selalu membawa permen, gula atau tablet glukosa
untuk menghadapi serangan hipoglikemia. Atau penderita segera minum
segelas susu, air gula atau jus buah, sepotong kue, buah-buahan atau
makanan manis lainnya. Penderita diabetes tipe I harus selalu membawa
glukagon, yang bisa disuntikkan jika mereka tidak dapat memakan makanan
yang mengandung gula. Gejala-gejala dari kadar gula darah rendah antara lain
rasa lapar yang timbul secara tiba-tiba, sakit kepala, kecemasan yang timbul
secara tiba-tiba,
kesadaran, koma.
3. Ketoasidosis Diabetik : insulin menurun, lipolisis, ketonbodi, koma
Ketoasidosis diabetikum merupakan suatu keadaan darurat. Tanpa pengobatan
yang tepat dan cepat, bisa terjadi koma dan kematian. Penderita harus dirawat
di unit perawatan intensif. Diberikan sejumlah besar cairan intravena dan
elektrolit (natrium, kalium, klorida, fosfat) untuk menggantikan yang hilang
melalui air kemih yang berlebihan. Insulin diberikan melalui intravena sehingga
bisa bekerja dengan segera dan dosisnya disesuaikan. Kadar glukosa, keton
dan elektrolit darah diukur setiap beberapa jam, sehingga pengobatan yang
diberikan bisa disesuaikan.
4. Neuropati Diabetik : kesemutan, lemas, baal, mual, muntah, kembung
5. Nefropati Diabetik : proteinuria
6. Retinopati Diabetik : penglihatan kabur
Retinopati diabetik dapat diobati secara langsung dengan pembedahan laser
untuk menyumbat kebocoran pembuluh darah mata sehingga bisa mencegah
kerusakan retina yang menetap. Terapi laser dini bisa membantu mencegah
atau memperlambat hilangnya penglihatan.
7. Ulkus/Gangren
8. Kelainan Vaskuler
-
Mikrovaskuler
Makrovaskuler
tungkai biasa secara tiba-tiba menjadi lemah. Jika saraf yang menuju ke tangan,
tungkai dan kaki mengalami kerusakan (polineuropati diabetikum), maka pada lengan
dan tungkai bisa dirasakan kesemutan atau nyeri seperti terbakar dan kelemahan.
Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih sering mengalami cedera karena
penderita
tidak
dapat
meradakan
perubahan
tekanan
maupun
suhu.
Berkurangnya aliran darah ke kulit juga bisa menyebabkan ulkus (borok) dan semua
penyembuhan luka berjalan lambat. Ulkus di kaki bisa sangat dalam dan mengalami
infeksi serta masa penyembuhannya lama sehingga sebagian tungkai harus
diamputasi.
Organ/jaringan
yg terkena
Yang terjadi
Komplikasi
Pembuluh darah
Mata
Ginjal
Penebalan
pembuluh darah ginjal
Protein bocor ke
dalam air kemih
Saraf
Sistem
otonom
Kelemahan tungkai
yg terjadi secara tiba-tiba
atau secara perlahan
Berkurangnya rasa,
kesemutan & nyeri di tangan
& kaki
Kerusakan saraf
menahun
Tekanan darah yg
naik-turun
Kulit
Penyembuhan luka
yg jelek
Darah
Jaringan ikat
H. PRINSIP INTERVENSI
1. Diit DM
a. Syarat
Arahkan BB normal
Tekan angiopati
Sesuaikan keadaan
Prinsip
b. Komposisi Makanan
c. Latihan fisik
Frekuensi 2-3 kali/minggu, intensitas : ringan-sedang, waktu 30-60
menit/latihan, tipe oleh raga : aerobik (jalan, renang, joging, bersepeda)
d. Obat anti diabetic
OAD : Sulfodnilurea
I. PERAWATAN PREVENTIF
1. Identifikasi
Penderita membawa keterangan tentang : jenis DM, komplikasi, regimen
pengobatan
2. Vaksinasi
Merupakan tindakan yang baik terutama terhadap pnemokokus dan influensa
3. Tidak merokok
4. Deteksi dan Penatalaksanaan hipertensi dan hiperlipidemia
5. Perawatan kaki
J. ULKUS DIABETIKUM
Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi DM yang berupa kematian
jaringan akibat kekurangan aliran darah. Penggolongan Ulkus/gangren menurut
Wagner, terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
Grade 0
Grade I
Grade II
:ulkus dalam, sering dengan selulitis, tidak ada abses atau infeksi tulang
Grade III
diabetikum
merupakan
suatu kaskade
yang
dicetuskan
oleh
adanya
hiperglikemi. Tak satupun faktor yang bisa berdiri sendiri menyebabkan terjadinya
ulkus. Kondisi ini merupakan akumulasi efek hiperglikemi dengan akibatnya terhadap
saraf, vaskuler, imunologis, protein jaringan, trauma serta mikroorganisme saling
berinteraksi menimbulkan ulcerasi dan infeksi pada kaki.
Ulkus diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar dari pintu masuknya,
dikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan
dengan kondisi hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer, keratin, kolagen, dan
suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah
kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan
terjadinya trauma berulang menyebabkan terjadinya kerusakan area dibawah kalus.
Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai permukaan
kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan proses penyembuhan luka abnormal
menghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi di daerah
ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space infection. Akhirnya sebagai
konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi
menyebar ke daerah di sekitarnya.
Pengelolaan :
1. Kontrol Nutisi dan metabolik : faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam penyembuhan luka. Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan
berpengaruh pada proses penyembuhan luka. Perlu memonitor hb diatas 12
gram/dl dan pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl. Diet pada penderita DM
dengan selulitis dan gangren diperlukan protein yang tinggi yaitu dengan komposisi
20% protein, 20% lemak, dan 60% karbohidrat.
2. Kontrol stres mekanik : perlu meminimalkan beban (weight bearing) pada ulkus.
Modifikasi weight bearing meiputi bed rest, penggunaan crutch, kursi roda, sepatu
tertutup dan sepatu khusus. Setiap pasien yang istirahat di tempat tidur, tumit dan
matakaki harus dilindungi serta kedu tungkai harus diinspeksi setiap hari. Hal ini
diperlukan sebab kaki pasien sudah tidak peka lagi terhadap nyeri, sehingga akan
terulang trauma di tempat yang sama menyebabkan bakteri masuk melalui luka.
3. Obat-obatan
Pemberian obat untuk sirkulasi darah perifer dengan pendekatan multidisiplin
(reologi-vasoaktif-neurotropik-antiagregasi-antioksidan-antibiotika)/
ANTI
- Derajat I-IV
- Derajat V
: amputasi
Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas,
ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan
darah
Integritas Ego
Stress, ansietas
Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
10
Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko ketidakstabilan kadar gula darah b.d kurang pengetahuan tentang
manajemen diabetes, kurang manajemen diabetes, ketidakadekuatan monitor
gula darah, status kesehatan fisik, stress.
2. Kerusakan integritas jaringan b.d perubahan sirkulasi; kurang pengetahuan;
mekanik:gesekan
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d kurang paparan, kurang familiar
terhadap sumber informasi
4. Kekurangan volume cairan b.d diuresis osmotik
5. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d defisiensi insulin
6. Resiko Infeksi dengan faktor resiko tindakan invasive dan luka DM.
7. Resiko terjadinya perubahan persepsi sensori b.d perubahan kimia endogen
8. Kelelahan b.d perubahan kimia tubuh
9. Resiko terhadap cedera b.d penurunan sensasi taktil, pengurangan ketajaman
pandangan
10. Resiko terhadap ketidakpatuhan b.d kompleksitas dan kronisitas aturan
perawatan/pengobatan
11. Ketakutan b.d diagnosa DM, potensial komplikasi, injeksi insulin
12. Resiko terhadap ketidakefektifan koping b.d penyakit kronis, aturan perawatan,
masa depan yang tidak pasti
13. Putus asa b.d menderita penyakit kronik
11
Masalah Kolaborasi :
1. PK : Sepsis
2. PK : Hipo/Hiperglikemia
3. PK : Diabetes Ketoasidosis (DKA)
4. PK : Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik (HHNK)
5. PK : Penyakit Vaskular
6. PK : Neuropati
7. PK : Nefropati
8. PK : Retinopati
9. PK : Asidosis Metabolik
M. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (3 Diagnosa Utama)
No Diagnosa Keperawatan
1
Resiko ketidakstabilan
NOC
Setelah dilakukan asuhan
Intervensi :
kurang pengetahuan
tentang manajemen
diabetes, kurang
manajemen diabetes,
ketidakadekuatan
Kadar GD2JPP<200
mg/dl
Tidak ada tanda-tanda
hiperglikemi/hipertensi
NIC
Kerusakan integritas
NOC :
disediakan
NIC : Wound care
sirkulasi; kurang
intention
pengetahuan;
mekanik:gesekan
Terjadi Granulasi
Terjadi Epitelisasi
12
Resolusi nekrosis
Resolusi pembentukan
rongga sinus pada luka
Resolusi bau pada luka
Resolusi ukuran luka
Kurang
tentang
pengetahuan NOC :
penyakit
sumber informasi
perawatan
NIC :
Teaching : Dissease Process
Kaji pengetahuan klien tentang
penyakitnya
tentang manajemen
kemungkinan penyebab.
13
tepat
Klien mendeskripsikan
tanda dan gejala sera
pencegahan hiperglikemi
dan hipoglikemi
Klien mendeskripsikan
gula darah
NOC:
Kontrol infeksi
Batasi pengunjung
Cuci
PK : Hipoglikemia
tangan
sebelum
dan
penanganan
aseptic
daerah IV
Berikan penyuluhan kesehatan
keperawatan selama 3x 24
14
menangani dan
meminimalkan episode
hipoglikemi dengan gejala :
mg/dl
pucat
Takikardi
Gelisah
glukosa 50% IV
Tidakk sadar
Mudah mengantuk
PK : Hiperglikemia
keperawatan selama 3x 24
asidosis
menangani dan
meminimalkan episode
Adanya benda-benda
keton
Sakit kepala
Pernafasan kussmaul
Takikardi
TD rendah
Poliuri dan polidipsi
Penurunan kadar Na, K,
PO4
30 menit
Pantau kalium, natrium, fosfat
serum
Pantau status neurologic setiap
jam
Lindungi kulit dari
mikroorganisme
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Informasi tentang penyakit : Diabetes Melitus. Download dari
http://medicastore.com/penyakit/135/Diabetes_Mellitus.html
pada
tanggal
10
Januari 2011.
Anonim. 2011. Ulkus Diabetikum. Download dari http://www.bedahugm.net/ulkusdiabetikum/ pada tanggal10 Januari 2011.
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8,
Penerbit RGC, Jakarta.
Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, edisi 2,
Penerbit EGC, Jakarta.
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6,
Penerbit EGC, Jakarta.
Johnson, M.,et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
NANDA. 2009. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications 2009-2011.
17