Anda di halaman 1dari 15

EFUSI PLEURA

A. PENGERTIAN
Efusi Pleura (Fluid in the chest; Pleural fluid) adalah pengumpulan cairan di
dalam rongga pleura. Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput
yang melapisi paru-paru dan rongga dada. Dalam keadaan normal, hanya
ditemukan selapis cairan tipis yang memisahkan kedua lapisan pleura. Jenis cairan
lainnya yang bisa terkumpul di dalam rongga pleura adalah darah, nanah, cairan
seperti

susu

dan

cairan

yang

mengandung

kolesterol

tinggi

(www.medicastore.com).
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi
tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara
normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi
sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya
friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah penimbunan cairan di dalam rongga pleura akibat
transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari per-mukaan pleura. Efusi pleura
bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit.
Pada keadaan normal, rongga pleura hanya mengandung sedikit cairan sebanyak
10-20 ml yang membentuk lapisan tipis pada pleura parietalis dan viseralis, dengan
fungsi utama sebagai pelicin gesekan antara permukaan kedua pleura pada waktu
pernafasan.
Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan efusi pleura adalah tuberkulosis,
infeksi paru non-tuberkulosis, keganasan, sirosis hati, trauma tembus atau tumpul
pada daerah Ada, infark paru, serta gagal jantung kongestif. Di negana-negara
barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis hati,
keganasan, dan pneumonia bakteri, sementara di negara-negana yang sedang
berkembang, seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis.
Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera di
dada. Penyebab lainnya adalah: pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian
mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura, kebocoran aneurisma aorta
(daerah yang menonjol di dalam aorta) yang kemudian mengalirkan darahnya ke
dalam rongga pleura, gangguan pembekuan darah. Darah di dalam rongga pleura

tidak membeku secara sempurna, sehingga biasanya mudah dikeluarkan melelui


sebuah jarum atau selang.
Empiema (nanah di dalam rongga pleura) bisa terjadi jika pneumonia atau
abses paru menyebar ke dalam rongga pleura. Empiema bisa merupakan
komplikasi dari pneumonia, infeksi pada cedera di dada, pembedahan dada,
pecahnya kerongkongan, abses di perut.
Kilotoraks (cairan seperti susu di dalam rongga dada) disebabkan oleh suatu
cedera pada saluran getah bening utama di dada (duktus torakikus) atau oleh
penyumbatan saluran karena adanya tumor.
Rongga pleura yang terisi cairan dengan kadar kolesterol yang tinggi terjadi
karena efusi pleura menahun yang disebabkan oleh tuberkulosis atau artritis
rematoid.
Klasifikasi Efusi Pleura berdasarkan cairan yang terbentuk :
1. Transudat
Merupakan filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang
utuh, terjadi jika faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan
reabsorbsi cairan pleura terganggu yaitu karena ketidakseimbangan
tekanan hidrostaltik atau ankotik. Transudasi menandakan kondisi seperti
asites, perikarditis. Penyakit gagal jantung kongestik atau gagal ginjal
sehingga terjadi penumpukan cairan.
2. Eksudat
Ekstravasasi cairan ke dalam jaringan atau kavitas. Sebagai akibat
inflamasi oleh produk bakteri atau humor yang mengenai pleura contohnya
TBC, trauma dada, infeksi virus. Efusi pleura mungkin merupakan
komplikasi gagal jantung kongestif. TBC, pneumonia, infeksi paru, sindroma
nefrotik, karsinoma bronkogenik, serosis hepatis, embolisme paru, infeksi
parasitic

(Suzanue

Smeltezer

dan

Brenda

G.

Bare,

2002).

B. ETIOLOGI
1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti
pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig
(tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia,
virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura,
karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80%

karena tuberculosis. Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses
penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan
oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :

Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik

Penurunan tekanan osmotic koloid darah

Peningkatan tekanan negative intrapleural

Adanya inflamasi atau neoplastik pleura

Penyebab lain dari efusi pleura adalah:

Gagal jantung
Kadar protein darah yang rendah
Sirosis
Pneumonia
Blastomikosis
Koksidioidomikosis
Tuberkulosis
Histoplasmosis
Kriptokokosis
Abses dibawah diafragma
Artritis rematoid
Pankreatitis
Emboli paru
Tumor
Lupus eritematosus sistemik
Pembedahan jantung
Cedera di dada
Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin,klorpromazin,
nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin)

Pemasanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik

C. TANDA DAN GEJALA


Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang
terkumpul ataupun penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya
bersifat tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam).
Kadang beberapa penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali. Gejala lainnya
yang mungkin ditemukan: batuk, cegukan, pernafasan yang cepat, nyeri perut.
Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,
setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan
sesak napas. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan

nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak
keringat, batuk, banyak riak. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi
jika terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.
Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena
cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam
pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak,
dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis
Damoiseu).
Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian
atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan
mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler
melemah dengan ronki. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
D. PATOFISIOLOGI
Perubahan pergerakan cairan ke dalam dan keluar rongga pleura disebabkan
adanya ketidakseimbangan tekanan hidrostatik dan tekanan koloid osmotic dalam
permukaan kapiler dan pleura. Perbedaan antara eksudat dan transudat
didasarkan pada isi proteinnya trasudat (hidrotoraks) diproduksi ketika cairan yang
bebas protein mengalir dalam rongga pleura menjadi terganggu. Cairan tampak
jernih atau kuning pucat. Berat jenis 1,015 atau kurang dengan kandungan protein
normal kurang dari 3 gr/dl, hitung jenis sel darah. Peningkatan tekanan kapiler
pada gagal jantung dan pengurangan tekanan onkotik plasma dalam ginjal atau
penyakit hepar telah diketahui menyebabkan cairan transudat.
Cairan pelicin yang terdapat di dalam rongga pleura individu normal
dihasilkan oleh suatu anyaman pembuluh kapiler permukaan pleura parietalis dan
diabsorpsi oleh kapiler dan pembuluh getah bening pleura viseralis dengan
kecepatan yang seimbang dengan kecepatan pembentukannya. Oleh karena itu,
gangguan apapun yang menyangkut proses penyerapan dan bertambahnya
kecepatan proses pembentukan cairan ini akan menimbulkan penimbunan cairan
secara patologik di dalam rongga pleura.
E. DIAGNOSIS
Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya
penurunan suara pernafasan. Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan
pemeriksaan berikut:
Rontgen dada

Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk


mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa
menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor
USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya
sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis
(pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke
dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan
biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh,
penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
Analisa cairan pleura
Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang
terkumpul.
F. TERAPI
Penatalaksanaan medis

Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk


mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan
ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada

penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis).


Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan

specimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.


Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam
beberapa hari tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri,
penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam
keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan selang dada dengan

drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan

untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru.


Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan
kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah

akumulasi cairan lebih lanjut.


Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding
dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretic.

Jika jumlah cairannya sedikit, mungkin hanya perlu dilakukan pengobatan


terhadap penyebabnya. Jika jumlah cairannnya banyak, sehingga menyebabkan
penekanan maupun sesak nafas, maka perlu dilakukan tindakan drainase
(pengeluaran cairan yang terkumpul).
Cairan bisa dialirkan melalui prosedur torakosentesis, dimana sebuah jarum
(atau selang) dimasukkan ke dalam rongga pleura. Torakosentesis biasanya
dilakukan untuk menegakkan diagnosis, tetapi pada prosedur ini juga bisa
dikeluarkan cairan sebanyak 1,5 liter. Jika jumlah cairan yang harus dikeluarkan
lebih banyak, maka dimasukkan sebuah selang melalui dinding dada.
Pada empiema diberikan antibiotik dan dilakukan pengeluaran nanah.
Jika nanahnya sangat kental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka
pengaliran nanah lebih sulit dilakukan dan sebagian dari tulang rusuk harus
diangkat sehingga bisa dipasang selang yang lebih besar. Kadang perlu dilakukan
pembedahan untuk memotong lapisan terluar dari pleura (dekortikasi).
Pada tuberkulosis atau koksidioidomikosis diberikan terapi antibiotik jangka
panjang.
Pengumpulan cairan karena tumor pada pleura sulit untuk diobati karena cairan
cenderung untuk terbentuk kembali dengan cepat. Pengaliran cairan dan
pemberian obat antitumor kadang mencegah terjadinya pengumpulan cairan lebih
lanjut.
Jika pengumpulan cairan terus berlanjut, bisa dilakukan penutupan rongga
pleura. Seluruh cairan dibuang melalui sebuah selang, lalu dimasukkan bahan
iritan (misalnya larutan atau serbuk doxicycline) ke dalam rongga pleura. Bahan
iritan ini akan menyatukan kedua lapisan pleura sehingga tidak lagi terdapat ruang
tempat pengumpulan cairan tambahan.
Jika darah memasuki rongga pleura biasanya dikeluarkan melalui sebuah
selang. Melalui selang tersebut bisa juga dimasukkan obat untuk membantu
memecahkan bekuan darah (misalnya streptokinase dan streptodornase).

Jika perdarahan terus berlanjut atau jika darah tidak dapat dikeluarkan melalui
selang, maka perlu dilakukan tindakan pembedahan.
Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki kerusakan saluran
getah bening. Bisa dilakukan pembedahan atau pemberian obat antikanker untuk
tumor yang menyumbat aliran getah bening.
G. WSD
Water Seal Drainase (WSD)
1.

Pengertian
WSD adalah suatu unit yang bekerja sebagai drain untuk mengeluarkan udara dan
cairan melalui selang dada.

2.

Indikasi
a. Pneumothoraks karena rupture bleb, luka tusuk tembus
b. Hemothoraks karena robekan pleura, kelebihan anti koagulan, pasca bedah
toraks
c.Torakotomi
d. Efusi pleura
e. Empiema karena penyakit paru serius dan kondisi inflamasi

3.

Tujuan Pemasangan

Untuk mengeluarkan udara, cairan atau darah dari rongga pleura

Untuk mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura

Untuk mengembangkan kembali paru yang kolap dan kolap sebagian

Untuk mencegah reflux drainase kembali ke dalam rongga dada.

4.

Tempat pemasangan
a.

Apikal

b.

Basal

5.

Letak selang pada interkosta III mid klavikula


Dimasukkan secara antero lateral
Fungsi untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura
Letak selang pada interkostal V-VI atau interkostal VIII-IX mid aksiller
Fungsi : untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura

Jenis WSD

Sistem satu botol


Sistem drainase ini paling sederhana dan sering digunakan pada pasien

dengan simple pneumotoraks


Sistem dua botol
Pada system ini, botol pertama mengumpulkan cairan/drainase dan botol kedua

adalah botol water seal.


Sistem tiga botol

Sistem tiga botol, botol penghisap control ditambahkan ke system dua botol.
Sistem tiga botol ini paling aman untuk mengatur jumlah penghisapan.

H.

PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Aktifitas/istirahat
Gejala : dispneu dengan aktifitas ataupun istirahat
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardi, disritmia, irama jantung gallop, hipertensi/hipotensi, DVJ
c. Integritas ego
Tanda : ketakutan, gelisah
d. Makanan / cairan
Adanya pemasangan IV vena sentral/ infus
e. nyeri/kenyamanan
Gejala tergantung ukuran/area terlibat : Nyeri yang diperberat oleh napas

f.

dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen


Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi
Pernapasan
Gejala : Kesulitan bernapas, Batuk, riwayat bedah dada/trauma,
Tanda : Takipnea, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada,
retraksi interkostal, Bunyi napas menurun dan fremitus menurun (pada sisi
terlibat), Perkusi dada : hiperresonan diarea terisi udara dan bunyi pekak

diarea terisi cairan


g. Observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila
trauma atau kemps, penurunan pengembangan (area sakit). Kulit : pucat,
sianosis,berkeringat, krepitasi subkutan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif b.d hiperventilasi, kelelahan, nyeri, cemas.
b. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan
kebutuhan
c. Nyeri akut b.d agen injury fisik (pemasangan selang dada)
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan b.d kurang
paparan informasi dan tidak mengenal sumber-sumber informasi
e. Resiko Infeksi b.d prosedur invasive dan pemasangan WSD
3. Rencana Asuhan Keperawatan
No
1

Diagnosa Keperawatan
Pola napas tidak efektif b.d

NOC
NOC: Respiratory status :

penurunan hiperventilasi,

Airway Patency, Ventilasi


Setelah dilakukan tindakan

kelelahan, nyeri, ansietas

selama 5x24 jam diharapkan


pola

nafas

klien

adekuat

NIC
NIC:
Airway Management :
- Posisikan pasien
memaksimalkan

untuk

potensial

ventilasi
- Bersihkan secret dengan

dengan criteria hasil :


- Klien mendemonstrasikan

mendorong

batuk

efektif

atau suction
suara nafas yang bersih, - Dorong nafas pelan dan
mampu bernafas dengan

mudah
Klien menunjukkan jalan

nafas yang paten


Tidak ada suara nafas

abnormal
Frekuensi

dalam
- Ajarkan batuk efektif
- Auskultasi suara nafas,
catat

area

adanya

penurunan atau hilangnya

ventilasi
dalam - Monitor status respirasi dan

nafas

rentang yang diharapkan


oksigenasi, dengan tepat
Irama
nafas
dalam Terapi Oksigen :
- Pertahankan
kepatenan
rentang yang diharapkan
Inspirasi dalam
jalan nafas
Mengeluarkan dahak dari - Monitor aliran O2
- Pertahankan posisi pasien
jalan nafas
- Cek
alat
pemberian
Tidak
terdapat
oksigen secara berkala
penggunaan
otot-otot
untuk
memastikan
tambahan dalambernafas
konentrasi oksigen yang
diresepkan telah diberikan
- Sediakan oksigen saat

Intoleransi aktivitas b.d


ketidakseimbangan antara
suplai O2 dengan
kebutuhan

pasien berpindah
NOC:
NIC:
Energy Conservation
Energy Management
Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama

3x24

rvasi adanya pembatasan

jam diharapkan klien dapat

klien

beraktivitas secara optimal


dengan criteria hasil :
artisipasi
fisik

dalam
tanpa

Doro

Berp

ng klien mengungkapkan

aktivitas

perasaan

disertai

keterbatasan

Mam
aktivitas

terhadap
Kaji

adanya

melakukan

melakukan

aktivitas

TD
pu

dalam

peningkatan Nadi, RR, dan


-

Obse

yang

menyebabkan kelelahan
Monit
or

sehari-hari secara mandiri

factor

nutrisi

dan

sumber

energy yang adekuat


-

Monit
or adanya kelelahan fisik

dan

emosi

secara

berlebihan
Monit

or pola tidur dan lamanya


3

tidur pasien
Pain Management

Nyeri akut b.d agen injury

NOC :

fisik (pemasangan selang

Pain Level, Pain control,

dada)

Comfort level

nyeri secara

Setelah dilakukan tindakan

komprehensif termasuk

keperawatan selama 3x24

lokasi, karakteristik,

jam klien mampu mengontrol

durasi, frekuensi,

nyeri, tingkat berkurang, dan

kualitas dan faktor

mencapai tingkat

presipitasi

kenyamanan dengan

Lakukan pengkajian

Observasi reaksi

kriteria :

nonverbal dari

- Mampu mengontrol nyeri

ketidaknyamanan

(tahu penyebab nyeri,

Gunakan teknik

mampu menggunakan

komunikasi terapeutik

tehnik nonfarmakologi

untuk mengetahui

untuk mengurangi nyeri,

pengalaman nyeri pasien

mencari bantuan)

- Melaporkan bahwa nyeri

mempengaruhi respon

berkurang dengan
menggunakan manajemen

nyeri

nyeri
- Mampu mengenali nyeri

Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau

(skala, intensitas,

Evaluasi bersama pasien


dan tim kesehatan lain

frekuensi dan tanda nyeri)

tentang ketidakefektifan

- Menyatakan rasa nyaman

kontrol nyeri masa

setelah nyeri berkurang


- Tanda vital dalam rentang

Kaji kultur yang

lampau

normal

Bantu pasien dan


keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan

Kontrol lingkungan yang

dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan
dan kebisingan

Kurangi faktor presipitasi


nyeri

Pilih dan lakukan


penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)

Kaji tipe dan sumber


nyeri untuk menentukan
intervensi

Ajarkan tentang teknik


non farmakologi

Berikan analgetik untuk


mengurangi nyeri

Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri

Tingkatkan istirahat

Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil

Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic Administration

Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat

Cek instruksi dokter

tentang jenis obat, dosis,


dan frekuensi

Cek riwayat alergi

Pilih analgesik yang


diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu

Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri

Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal

Pilih rute pemberian


secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur

Monitor vital sign


sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali

Berikan analgesik tepat


waktu terutama saat
nyeri hebat

Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan

gejala (efek samping)


NIC:
Teaching Proscess Dissease
dan
- Kaji
pengetahuan
ke

Kurang pengetahuan

NOC :

mengenai kondisi dan

Knowledge:

aturan pengobatan b.d

terapi serta perawatan

kurang paparan informasi

Setelah dilakukan pendidikan

dan tidak mengenal

kesehatan

sumber-sumber informasi

pertemuan
menunjukkan

Penyakit

selama

luarga
3x
klien

pemahaman

tentang

pleura
- Beri informasi

efusi
tentang

status kesehatan pasien


- Beri gambaran status

tentang

penyakit

dengan

criteria hasil :
-

Paham

tentang
dan

efusi

mengerti

pengobatan

efusi

pleura

penyebab,

akibatnya)
- Libatkan keluarga dalam

pleura dengan benar


Paham

(definisi,

masalah

kesehatan saat ini

mengenai

Keluarga paham/mengerti
kondisi

kesehatan pasien
- Beri pendidikan kesehatan

dan

pendidikan

keluarga

melalui diskusi
Teaching Treatment :
- Beri informasi mengenai
treatment

perawatan yang diberikan

dalam

perawatan
- Beri informasi

berapa

lama treatment diberikan


- Jelaskan
manfaat
treatment
- Libatkan keluarga dalam
prosedur/selama
5

Risiko Infeksi b.d prosedur

NOC :

perawatan
NIC: Kontrol infeksi

invasive dan pemasangan

Kontrol Risiko

WSD

Setelah dilakukan tindakan -

Gunakan

keperawatan selama 3x24

precaution

jam klien dapat mengetahui -

Ajarkan kepada klien dan

cara mengontrol risiko infeksi

keluarganya

dengan indikator :

tanda & gejala infeksi

mengenai

Tingkatkan istirahat

dan gejala infeksi

Administrasi

Tanda-tanda vital dalam


Jumlah

leukosit

pemberian

antibiotik
-

dalam

Gunakan
perawatan

teknik
luka

yang

batas normal

sesuai

Mendeskripsikan praktek -

Cuci tangan sebelum dan

yang dapat menurunkan

sesudah merawat klien

transmisi
-

universal

Klien bebas dari tanda -

batas normal
-

Batasi jumlah pengunjung

Gunakan

Mendeskripsikan tanda &

antimikrobial

gejala infeksi

tangan
-

sabun
untuk cuci

Ganti peralatan perawatan

pasien
protokol

per

agency

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Informasi tentang penyakit : Diabetes Melitus. Download dari
http://medicastore.com/penyakit/135/Diabetes_Mellitus.html

pada

tanggal

10

Januari 2011.
Baughman C Diane, Keperawatan medical bedah, Jakrta, EGC, 2000.
Johnson, M.,et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
NANDA. 2009. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications 2009-2011.
Purnawan J. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Ed2. Media Aesculapius. FKUI.1982.
Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit, Ed4. Jakarta. EGC.
1995.
Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and Suddarth's,
Ed8. Vol.1, Jakarta, EGC, 2002.
Syamsuhidayat, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Jakarta, EGC,
1997.

Anda mungkin juga menyukai