Anda di halaman 1dari 13

KONSEP PENYAKIT BATU GINJAL

1. Pengertian
Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan terdapatnya batu (kalkuli) di
ginjal. Batu ginjal terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum , pelvis
ginjal dan bahkan bias mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum
dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga
disebut batu sthagon kelainan atau obstruksi pada system pelvikasises ginjal (penyempitan
invudibulum dan stenosis uretropelvik) mempermudah timbulmnya batu saluran kemih. Jika
disertai dengan infeksi skunder dapat menimbulkan pionefrosis, urosepsis, abses ginjal, abses
perinefrik, abses paraneprik ataupun pielunefritis.
2. Etiologi
Ada beberapa factor yang memungkinkan terbentuknya batu pada saluran kemih yaitu
sebagai berikut:
a. Hiferkalseuria adalah kelainan metabolic yang paling umum. Bebrapa kasus
hiperkalseuria berhubungan dengan gangguan usus meningkatakn penyerapan kalsium
(dikaitkan dengan kelebihan diet kalsium dan/ atau mekanisme penyerapan kalsium
terlalu aktif), beberapa kelebihan terkait dengan resorbsi kalsium dari tulang (yaitu
hiperparatiroidisme), dan beberapa yang berhubungan dengan ketidakmampuan dari
tubulus ginjal untuk merebut kembali kalsium dalam filtrate glomerulus
(ginjal+kebocoran hiperkalseuria).
b. Pelepasan ADH yang menurun dan peningkatan konsentrasi, kelarutan dan pH urin.
c. Lamanya Kristal terbentuk didalam urin dipengaruhi mobilisasi rutin.
d. Gangguan reabsorbsi ginjal dan gangguan aliran urin.
e. Infeksi saluran kemih.
f. Kurangnya asupan air dan diet yang tinggi mengandung zat penghasil batu.
g. Idiopatik.
3. Menifestasi klinik
Disamping adanya serangan sakit hebat yang timbul secara mendadak yang berlangsung
sebentar dan kemudian hilang tiba-tiba untuk kemudian, timbul lagi, disertai nadi cepat,
muka pucat, berkeringat dingin dan tekanan darah turun atau yang disebut kolik, dapat pula
disertai rasa nyeri yang kabur berulang-ulang di daerah ginjal dan rasa panas atau terbakar di
pinggang yang dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Hematuri dapat
juga terjadi apabila terdapat luka pada saluran kemih akibat pergeseran batu.
Bila terjadi hydronefrosis dapat diraba pembesaran ginjal. Urin yang keruh dan demam
akan juga dialami penderita batu ginjal. Demam menandakan infeksi penyerta. Jika terjadi
penyumbatan saluran kemih menyeluruh, suhu tubuh bias mendadak tinggi berulang-ulang.
Anuria akan terjadi jika ada batu bilateral atau jika hanya ada satu ginjal penderita.
4. Patofisiologi
1

Zat pembentuk batu terendap di urin jika ambang kelarutaqnnya terlampaui. Pada
rentang yang disebut rentang metastabil, pembentukan Kristal mungkin tidak terjadi sama
sekali atau hanya berjalan dengan sangat terlambat, meskipun larutan sangat jenuh. Namun,
jika konsentrasinya meningkat melebihi rentang metastabil, maka terjadilah kristalisasi.
Pelarutan Kristal yang telah terbentuk hanya dapat terjadi dengan menurunkan konsentrasi
dibawah rentan metastabil.
Menurut silber nagl (2007), senyawa yang sering ditemukan dalam batu ginjal adalah
kalsium oksalaf ( sekitar 70%), kalsium fosfat atau magnesium+ammonium posfat ( sekitar
30%), asam urat atau garam asam urat (30%), serta xantin atau sistin ( < dari 5%). Beberapa
zat bias terdapat didalam satu batu karena Kristal yang telah terbentuk sebelumnya berperan
sebagai inti kristalisasi dan memudahkan pengendapatn bagi zat metastabil terlarut lainnya
(oleh karena itu, totalnya adalh > 100%). Pada peningkatan filtrasi dan ekskresi zat penghasil
batu akan membuat peningkatan konsentrasi didalam flasma.
Jadi, hiperkalseuria dan posfaturia terjadi akibat peningkatan absorbs di usus dan
mobilisasi dari tulang, contohnya jika terdapat kelebihan PTH atau kalsitriol.
Hiperkalsalemia dapat disebabkan oleh kelainan metabolic oleh pemecahan asam amino atau
melalui peningkatan absorbsinya di usus. Hiperurisemia terjadi akibat suplai yang berlebih,
sintesis baru yang meningkat, atau peningkatan pemecahan purin. Batu xantin dapat terjadi
jika pembentukan purin sangat meningkat dari pemecahan purin xantin menjadi asam urat di
hambat. Namun, xantin lebih mudah larut daripada asam urat sehingga batu xantin lebih
jarang ditemukan.
Gangguan reabsorpsi ginjal merupakan penyebab yang sering dari peningkatan dari
ekskresi ginjal pada hiperkalseuria dan merupakan penyebab tetap pada sistinuria.
Konsentrasi Ca2+ didalam darah dipertahankan melalui absorpsi di usus dan mobilisasi
mineral tulang, sementara konsentrasi sistin dipertahankan dengan mengurangi
pemecahannya.
Pelepasan ADH (pada situasi volume yang berkurang pada saat dehidrasi, kondisi
stress, dan lainnya) menyebabkan peningkatan konsentrasi zat pembentuk batu melalui
peningkatan konsentrasi urin. Kelarutan beberapa zat bergantung pada pH urin. Pospat
mudah larut pda urin yang asam, tapi sukar larut pada urin yang alkalis. Jadi, pospat baru
biasanya hanya ditemukan pada urin yang alkalis.
Sebaliknya, asam urat (garam asam urat) lebih mudah larut jika terdisosiasi daripada
yang tidak terdisosiasi, dan asam urat baru lebih cepat terbentuk pada urin yang asam. Jika
pembentukan NH3 berkurang, urin harus lebih asam untuk dapat mengeluarkan asam dan hal
ini meningkatkan pembentukan batu garam asam urat. Fakor lain yang juga pentinga adalah
berapa lama sekiranya krisstal yang telah terbentuk tetap berada didalam urin yang sangat
jenuh. Lama waktu bergantung pada diuresis dan kondisi aliran dari saluran kemih bagian
bawah misalnya dapat menyebabkan Kristal menjadi terperangkap. Batu ginjal terbentuk
pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, inpundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bias
mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari 2 kaliks
ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu staghorn.
2

Kelainan atau obstruksi pada system pelikalises ginjal) )penyempitan inpudibulum dan
stianosis ureteropelvik) mempermudah timbulnya batu ginjal.
Batu ginjal yang tidak terlalu besar didorong oleh pristaltik otot-otot system
pelvikalises dan turun ke ureter dan menjadi batu ureter. Tenaga peristaltic ureter mencoba
untuk mengeluarkan batu hingga turun ke kandung kemih. Batu yang ukurannya kecil (lebih
kecil 3 mm) pada umumnya dapat keluar spontan, sedangkan yang lebih besar sering kali
tetap berada di ureter dan menyebabkan reaksi jperadang, serta menimbulkan obstruksi
kronis berup hidroneprosis.
Batu yang terletak pada ureter maupun system pelvikalises mampu menimbulkan
obstruksi saluran kemih dan menimbulkan kelainan struktur sebelah atas. Obstruksi di ureter
menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis, yaitu di pielum dapat menimbulkan
hidronefrosis, dan batu di kaliks mayor dapat menimbulkan kaliekstasis Pada kalieks yang
bersangkutan. Jika disertai dengan infeksi sekunder dapat menimbulkan pienefrosis,
urosepsis, abses ginjal, abses perineprik, abses paraneprik, ataupun pielonefritis. Pada
keadaan yang lanjut dapat terjadi kerusakan ginjal dan jika mengenai kedua sisi dapat
mengakibatkan gagal ginjal permanen.
Kondisi adanya batu pada ginjal memberikan masalah keperawatan pada pasien
dengan adanya berbagai respon obstruksi, infeksi, dan peradangan.
5. Phatofisiologi Nursing Pathway

Kelalinan metabolic
Pemecahan purin
Peningkatan absorpsi di
usus dan mobilisasi dari
tulang
Hiperkalsimea
Hiperuresemia
Peningkatan filtrasi
dan ekskresi zat
penghasil batu

Konsentrasi pembentuk
batu

Pelepasan ADH

Paratiroid
Hormone
kalsiterol

Larutan
metastabil

Konsentrasi dan
kelarutan pH
urine
Pemekatan urine
Perubahan pH

Proses
kristalisasi
Pengendapan batu

Factor mobiltas
rutin
Lamanya Kristal
terbentuk dalam urine

Stagnasi urine

Infeksi saluran
kemih

Pembentukan batu
ginjal

Respon obstruksi

Nyeri kolik
Hematuria,
piuria
Sering miksi

Respon infeksi

Respon edema

Infeksi akibat iritasi


batu

Peningkatan tekanan
hidrostatik dan distensi
piala ginjal, serta
ureter.

Nyeri kolik
Hematuria, piuria
Sering miksi
Respon sistemik akibat nyeri
kolik (mual muntah anoreksia)

Nyeri akut
Perubahan pola miksi
Pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan

Pemeriksaan diagnostic
prognosis pembedahan
respon psikologis

Nyeri akut
Perubahan pola miksi
Pemenuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan

Pemenuhan
informasi
kecemasan

Sumber : Muttaqin ariif & Kumala sari (2011)

6. Pengkajian Diagnostik
a. Pemeriksaan sedimen urine menunjukkan adanya : leukosituria, hematuria, dan dijumpai
keristal-keristal pembentuk batu.
b. Pemeriksaan kultur urin mungkin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah
urea.
c. Pemeriksaan fungsi ginjal untuk memonitor penurunan fungsi.
d. Pemeriksaan elektrolit untuk keterlibatan peningkatan kalsium dalam darah.
e. Pemeriksaan foto polos abdomen, PIV, urogram, dan USG untuk menilai posisi, besar,
serta bentuk batu pada saluran kemih.
7. Komplikasi
Jika batu dibiarkan dapat menjadi sarang kuman yang dapat menimbulkan infeksi saluran
kemih, pylonetritis, yang pada akhirnya merusak ginjal, kemudian timbul gagal ginjal dengan
segala akibatnya yang jauh lebih parah.
8. Penatalaksanaan Medis dan Therapy
Tujuan dari penatalaksanaan adalah menurunkan komplikasi pada ginjal dan
menghilangkan keluhan. Penatalaksanaan yang diberikan adalah sebagai berikut.
4

a.
b.
c.
d.

Medikamentosa
Dipecahkan dengan ESWL
Tindakan endourologi atau bedah laparaskopi.
Pembedahan terbuka.

9. Konsep asuhan keperawatan


a. Pengkajian
1) Pengkajian anamnesis focus
Keluhan yang didapat dari pasien bergantung pada: posisi atau letak batu, besar
batu, dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah
nyeri pada pinggang. Untuk lebih konferhensipnya, pengkajian nyeri dapat dilakukan
dengan pendekatan PQRST. Pengkajian anamnesis lainnya yang diperlukan perawat
pada saat anamnesis meliputi hal-hal berikut.
a) Apakah pasien mengeluh tidak nafsu makan, mual, atau muntah.?
b) Bagaimana keluhan terjadi? Pada waktu kapan saja, sebelum atau sesudah makan,
setelah mencerna kamakanan pedas atau pengiritasi, atau setelah mencerna obat
tertentu atau alcohol?.
c) Bagaimana cara pasien untuk menurunkan keluhan ? minta pertolongan atau
berupaya untuk mengobati sendiri ?.
d) Apakah keluhan yang ada berhubungan dengan perubahan posisi, beraktivitas,
asnsietas, stress, makan atau minum terlalu banyak, atau makan terlalu cepat ?
e) Bagaiman keluhan berkurang atu bisa hilang? Atau bisa hilang dengan
sendirinya ?.
f) Adakah riwayat keluarnya batu bersama urin sebelumnya atau pembedahan
ginjal ?.
g) Bagaimana riwayat diet yang baru dimakan selama 72 jam ?.
h) Apakah ada orang lain pada lingkungan pasien yang mempunyai gejala seurpa ?.
Pengkajian
Provoking
Incident
Quality of Pain

Region,
Radiation,

Teknik pengkajian, Prediksi hasil dan Implikasi Klinis


Tidak ada penyebab spesifik yang menyebabkan nyeri, tetapi pada
beberapa kasus di dapatkan bahwa pada perubahan posisi secara
tiba-tiba dari berdiri atau berbaring berubah ke posisi duduk atau
melakukan fleksi pada badan biasanya menyebabkan keluhan nyeri.
Kualitas nyeri batu ginjal dapat berupa nyeri kolik ataupun bukan
kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltic otot polos
system kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk
mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltic
tersebut menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga
terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi
nyeri. Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena
terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal.
Batu ginjal yang terjebak di saluran ureter menyebabkan sensasi
nyeri yang luar biasa, akut dan kolik yang menyebar ke-paha dan
5

Relief
Severity (Scale)

Time

genetalia. Pasien ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang


keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu.
Keluhanini disebut keluhan ureteral.
Pasien bisa di tanya dengan mengunakan rentang 0-4 dan pasien
akan menilai seberapa jauh rasa nyeri yang di rasakan.
0= tidak ada nyeri
1 = nyeri ringan
2 = Nyeri sedang
3 = nyeri berat
4 = nyeri berat sekali/ tidak tertahankan.
Sifat mula timbulnya (onset), tentukan apakah gejala timbul
mendadak, perlahan lahan atau seketika itu saja.

Pengkajian riwayat penggunaan obat-obatan sebelumnya, khususnya pada pasien


yang menderita penyakit peradangan sendi akan penggunaan OAINS dan
pascaintervensi kemoterapi. Riwayat adanya penurunan imunitas seperti kangker,
luka bakar, sepsis, trauma pembedahan, gagal pernapsan, gagal ginjal, dan kerusakan
susunan saraf pusat dapat menjadi factor penyebab gastritis akut.
Pengkajian riwayat sanitasi lingkungan, penggunaan air minum dan cara
pengolahan makanan perlu di tanyakan untuk mengkaji kemungkinan invasi infeksi
Helicobakter Pylori. Infeksi ini menyebabkan keluhan nyeri efigastrium, mual,
muntah, kembung, malaise, dan kadang demam.
Pengkajian psikologis pasien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan
perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai setatus emosi, kognitif dan
prilaku pasien. Perawan mengumpulkan pemeriksaan awal pasien tentang kapasitas
fisik dan intlektual saat ini, yang menentukan tingkat perlunya pengkajian
psikososilspiritual yang seksama.
Pendapatan ekonomi yang rendah berpengaruh terhadap kemampuan penderita
dalam memenuhi tingkat kesehatannya. Status pendidikan yang rendah
mempengaruhi persepsi pasien dalam menanggulangi penyakit system perkemihan.
Pada beberapa pasien yang diputusakan untuk dilakukan pembedahan yang
berhubungan untuk mengatasi masalah pada sisitem perkemihan akan memberikan
implikasi keperawatan tentang penurunan kecemasan dan pemenuhan informasi
periopratif.
2) Pemeriksaan fisik focus
Pada pemerikasaan fisik didapatkan adanya perubahan TTV sekunder dari
nyeri kolik, papsien sangat terlihat kesakita, keringat dingin dan lemah.
Insfeksi : pada pola eliminasi urin terjadi perubahan akibat adanya hematuria, retensi
urine, dan sering miksi. Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat
mual dan muntah.
6

Palpasi : palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi massa. Pada beberapa kasus
dapat teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.
Perkusi : perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan
ketokan pada sudut kostovertebrata dan didapatkan respon nyeri.
b. Diagnosis Keperawatan
1) Nyeri kolik b/d aktivitas peristaltic otot polos system kalises, peregangan dari
terminal sarf sekunder dari adanya batu pada ginjal.
2) Perubahan pola miksi b/d retensi urine, sering BAK, hematuria sekunder dari iritasi
saluran kemih.
3) Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual, muntah efek
sekunder dari nyeri kolik.
4) Kecemasan b/d prognosis pembedahan , tindakan invasif diagnostic.
5) Pemenuhan informasi b/d rencana pembedahan, tindakan diagnostic invasive
(ESWL), perencanaan pasien pulang.
c. Rencana Keperawatan
Nyeri kolik b/d aktivitas peristaltic otot polos system kalises, peregangan dari terminal
sarf sekunder dari adanya batu pada ginjal.
Tujuan: dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang /hilang atau teradaptasi.
Kriteria Evaluasi:
- Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Scala nyeri 01 (0-4).
- Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
- Ekspresi pasien relaks.
Intervensi

Rasional

Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan Pendekatan


dengan
menggunakann
pereda
nyeri
nonfarmakologi
dan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah
noninvasive.
menunjukkan
keefektifan
dalam
mengurangi nyeri.
Intervensi
Rasional
Lakukan menejemen nyeri keperawatan.
- Istirahatkan pasien
-

Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2


jaringan
perifer
sehingga
akan
Menejemen lingkungan dan batasi meningkatkan suplai darah kejaringan .
pengunjung
Lingkungan tenang akan menurunkan
stimulasi nyeri eksternal.
Beri kompres hangat pada pinggang
Vasodilatasi dapat menurunkan spasme otot
Lakukakan teknis stimulasi perkutaneus dan kontraksi otot pinggang sehingga
7

Lakukan masasse sekitar nyeri

menurunkan stimulus nyeri.


Salah satu metode distraksi untuk
Dekatkan orang terdekat
menstimulasi
pengeluaran endorphinenkefalin yang berguna sebagai analgetik
Ajarkan teknik relaksasi pernapasan internal.
dalam
Meningkatkat
suplai
darah
untuk
menurunkan iskemia.
Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri Eksplorasi stimulasi eksternal untuk
menurunkan stimulus nyeri.
Tingkatkan pengetahuan tentang sebab- Meningkatkan asupan O2 sehingga
sebab nyeri dan menghubungkan menurunkan nyeri sekunder
beberapa lama nyeri berlangsung.
Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
menurunkan stimulus internal.
Penegtahuan
yang
akan
dirasakan
membantu mengurangi nyerinya dan dapat
membantu pengembangan kepatuahan
pasien terhadap rencana terapeutik

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian Analgetik memblok lintasan nyeri akan
analgetik.
berkurang

Perubahan pola miksi b/d retensi urine, sering BAK, hematuria sekunder dari iritasi
saluran kemih
Tujuan: dalam waktu 1 x 24 jam pola eliminasi optimal sesuai kondisi pasien.
Kriteria evaluasi:
- Frekuensi miksi dalam batas 5-8 x/24 jam
- Pasien mampu minum 2.000 cc/24 jam dan kooferatif untuk menghindari cairan yang
mengiritasi kandung kemih.
Intervensi

Rasional

Kaji pola berkemih, dan catat produksi Mengetahui pengaruh iritasi


urine tiap 6 jam.
kemih dengan frekuensi miksi.

kandung

Anjurkan pasien untuk minum 2.000 Membantu mempertahankan fungsi ginjal,


cc/hari
pemberian air secara oral adalah pilihan
terbaik untuk mendukung aliran darah renal
dan untuk membilas bakteri dari traktus
urinarius
Hindari minum kopi, teh, kola dan alkohol

Menurunkan iritasi dengan menghindari


minuman yang beresifat mengiritasi saluran
kemih.

Kolaborasi
8

Pemberian medikamentosa

Tindakan ESWL
Tindakan endourologi

Pembedahan terbuka

Terapi medikamentosa di tujukan untuk


batu yang ukurannya kurang dari 5 mm
karena di harapkan dapat keluar sepontan.
Alat ini dapat memecah batu ginjal.
Tindakan invasive minimal untuk memecah
batu dan mengeluarkannya melalui alat
yang di masukkan ke saluran kemih.
Bedah terbuka pada kondisi pasien yang
mengalami batu ginjal di lakukan atas
pertimbangan medis.

Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual, muntah efek sekunder
dari nyeri kolik.
Tujuan: dalam waktu 1 x 24 jam setelah diberikan asupan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria evaluasi:
- Klien dapat mempertahankan status asupan nutrisi yang adekuat
- Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Intervensi

Rasional

Kaji status nutrisi klien , turgor kulit, berat Memvalidasi dan menetapkan
badan dan derajat penurunan berat badan , masalah untuk menetapakan
integritas mukosa oral, kemampuan intervensi yang tepat
menelan, riwayat mual/muntah dan diare.

derajat
pilihan

Fasilitasi klien memperoleh diet biasa yang Memperhitungkan keinginan individu dapat
disukai klien ( sesuai indikasi ).
memperbaiki asupan nutrisi.
Pantau intake dan output, anjurkan untuk Berguna dalam mengukur
timbang berat badansecara periodic (sekali nutrisi dan dukungan cairan.
seminggu).

keefektifan

Lakukan dan ajarkan perawatan mulut Menurunkan rasa tak enak karena sisa
sebelum dan sesudah makan, serta sebelum makanan atau bau obat yang dapat
dan sesudah intervensi/pemeriksaan peroral merangsang pusat muntah.
Fasilitasi kllien memperoleh diet sesuai Intek minuman yang mengandung kafein
indikasi dan anjurkan menghindari asupan dihidari karena merupakan stimulan system
dengan agen iritan.
saraf pusat yang meningkatkan aktifitas
lambung dan sekresi pepsin.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk Merencanakan diet dengan kandungan
menetapkan komposisi dan jenis diet yang nutrisi yang adekuat untuk memenuhi
tepat.
peningkatan kebutuhan energy dan kalori
sehubungan dengan status hyper metabolic
9

klien.
Kolaborasi untuk pemberian anti muntah

Menuingkatkan
rasa
nyaman
gastrointestinal
dan
meningkatkan
kemampuan asupan nutrisi dan cairan
peroral.

Kecemasan b/d prognosis pembedahan , tindakan invasif diagnostic.


Tujuan: dalam waktu 1 x 24 jam tingkat kecemasan pasien berkurang dan hilang
Kriteria evaluasi:
- Pasien menyatakan kecemasan berkurang,, mengenal perasaannya, dapat
mengidentifikasi penyebab atau factor yang mempengaruhinya kooferatif terhadap
tindakan dan wajh rileks.
Intervensi

Rasional

Bantu pasin mengekspresikan perasaan Cemas berkelanjutan memberikan dampak


marah.
serangan jantung selanjutnya.
Beri dukungan prabedah.

Hubungan emosional yang baik antara


perawat dan pasien akan mempengaruhi
penerimaan pasien dengan pembedahan.

Hindari komfrontasi.

Komfrontasi dapat meningkatkan rasa


marah, menurunkan kerja sama dan
mungkin memperlambat penyembuhan.

Beri lingkungan yang tenang dan suasana Mengurangi ransangan eksternal yang tidak
penuh istirahat
perlu.
beri kepada pasien untuk mengungkapkan Dapat menghilangkan ketegangan terhadap
ansietasnya
kehawatiran yang tidak diekspresikan.
Kolaborasi:
Berikan anti cemas
contohnya diazepam

sesuai

indikasi Meningkatkan relaksasi dan menurunkan


kecemasan

Pemenuhan informasi b/d rencana pembedahan, tindakan diagnostic invasive (ESWL),


perencanaan pasien pulang.
Tujuan: dalam waktu 1x 24 jam terpenuhinya pengetahuan pasien dan keluarga pasien
dengan pembedahan
Kriteria evaluasi:
- Pasien dan keluarga mengetahui kapan pembedahan.
10

Pasien dan keluarga kooferatif pada setiap intervensi keperawatan.


Pasien dan keluarga secara subjectif menyatakan bersedia dan termotivasi untuk
melakukan aturan dan prosedur prabedah yang telah dijelaskan.
Pasien dan keluarga memahami tahap-tahap intraopratif dan pascaanastesi.
Pasien dan keluarga mampu mengulang kembali secara narasi intervensi prosedur
pascaanastesi atau perencanaan pasien pulang.
Pasien dan keluarga memahami respon pembedahan secara fisiologis dan psikologis.
Secara subjeksif pasien menyatakan rasa nyaman dan relaksasi emosional.
Intervensi

Kaji
tingkat
pengetahuan,
informasi yang telah diterima.

Rasional
sumber Menjadi data dasar untuk memberikan
pendidikan kesehatan dan mengklarifikasi.

Diskusikan jadwal tindakan jadwal Pasien dan keluarga harus diberitahu waktu
diagnostic
invasive
(ESWL)
dan dimulainya
tindakan
ESWL
dan
pembedahan.
pembedahan.
Diskusikan lamanya pembedahan.

Kurang bijaksana bila memberitahukan


pasien dan keluarganya tentang lamanya
waktu tindakan ESWL dan operasi yang
telah dilakukan.

Lakukan pendidikan kesehatan preoperatif

Manfaat dari instruksi preoperative telah


dikenal sejak lama. Setiap pasien diajarkan
sebagai seorang individu dengan segala
mempertimbangkan segala keunikan asietas
kebutuhan dan harapan-harapannya..

Beritahu persiapan pembedahan meliputi:


- Persiapan intestinal.
-

Pembersihan dengan enema atau laktasif


mungkin dilakukan pada malam sebelum
operasi dan mungkin di ulang jika tidak
Persiapan kulit.
efektif. Untuk mencegah defekasi selama
anastesi.
Percukuran area operasi.
Untuk mengurangi sumber bakteri tanpa
mencedrai kulit.
Persiapan administrasi dan informed Pencukuran area dilakukan apabila protocol
consent.
lembaga atau ahli bedah mengharuskan
kulit untuk dicukur.
Pasien sudah menyelesaikan administrasi
dan mengetahui secara finansial biaya
pembedahan. Pasien sudah mendapat
penjelasan dan menandatangani informed
consent.
11

Ajarkan aktivitas pada postoprasi, meliputi:


Latihan napas diafragma
Intervensi

Untuk meningkatkan ventilasi paru dan


oksigenasi darah setelah anastesi umum.
Rasional

Ajarkan latihan batuk efektif dan gunakan Tujuan dalam meningkatkan batuk adalah
bantal agar mengurangi respon nyeri.
untuk memobilisasi sekresi sehingga dapat
dikeluarkan.
Ajarkan aktivitas pada postoprasi meliputi:
- Latihan tungkai.

Untuk memperbaiki sirkulasi, untuk


mencegah stasis vena dan menunjang
fungsi pernapasan yang optimal.

Beritahu pasien dan keluarga kapan pasien Pasien akan mendapat manfaat bila
sudah bisa dikunjungi.
mengetahui kapan keluarganya dan
temannya dapat berkunjung setelah
pembedahan.
Evaluasi
1. Penurunan keluhan dan respon nyeri.
2. Terjadi perubahan pola miksi.
3. Peningkatan asupan nutrisi kurang.
4. Penurunan tingkat kecemasan.
5. Terpenuhinya informasi tentang rencana pembedahan, tindakan diagnostic invasive
(ESWL), dan perencanaan pasien pulang.

12

DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin arif & Kumala Sari (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan System Perkemihan.
Salemba Medika : Jakarta.
http://blogkugratis.blogspot.com/2009/04/asuhan-keperawatan-pada-pasiendengan_24.html

13

Anda mungkin juga menyukai