STUDI SISTEM PENGENDALIAN PROYEK KONSTRUKSI PLTN DI INDONESIA: FAKTORFAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG
Dharu Dewi, Priyanto M. Joyosukarto , Arum Puni Rijanti
Pusat Pengembangan Energi Nuklir, BATAN
ABSTRAK
STUDI SISTEM PENGENDALIAN PROYEK KONSTRUKSI PLTN DI INDONESIA: FAKTORFAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG. Studi telah dilakukan untuk mengidentifikasi jenisjenis sistem pengendalian proyek konstruksi PLTN serta faktor-faktor penghambat maupun
pendukungnya. Metode studi mencakup kajian literatur, baik teori maupun pengetahuan praktis
pengendalian proyek dari pengalaman dalam dan luar negeri, serta kajian empiris melalui kunjungan
teknis ke berbagai proyek konstruksi yang relevan. Bahan studi diperoleh dari pengalaman
manajemen konstruksi PLTN di luar negeri maupun pengalaman industri jasa konstruksi nasional.
Pengendalian proyek yang direncanakan dan dikelola dengan baik akan menghasilkan sistem
manajemen proyek yang efektif dan efisien. Dengan demikian pengendalian proyek harus benarbenar sesuai dengan perencanaan dan dilaksanakan pemutakhiran data secara kontinyu sehingga
pelaksanaan konstruksi dapat terlaksana sesuai dengan jadwal yang disepakati dan tidak
mengakibatkan pembengkakan biaya. Studi ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
pengendalian konstruksi pada proyek PLTN yang direncanakan mulai akan di bangun di
Semenanjung Muria pada tahun 2010 agar konstruksi terlaksana dengan lancar sesuai jadwal, mutu,
dan dana/anggaran yang tersedia. Ruang lingkup studi ini mencakup jenis-jenis sistem
pengendalian, faktor penghambat dan pendukung proses pengendalian, serta langkah-langkah
antisipasi agar tidak terjadi keterlambatan/penundaan. Hasil studi ini menyimpulkan bahwa sistem
pengendalian proyek konstruksi PLTN pertama di Indonesia harus direncanakan, dipertimbangkan,
dan dikelola secara matang oleh seluruh organisasi yang terlibat yakni Owner, Kontraktor Utama,
Subkontraktor, Pabrikator, Pemasok, Penyedia jasa infrastruktur (PLN, PDAM, Telkom) dan seluruh
organisasi yang terlibat. Faktor-faktor berikut penting dipertimbangkan agar tidak terjadi hambatan
selama konstruksi: komitmen, koordinasi, dan komunikasi antar organisasi yang terlibat, jumlah dan
kualifikasi Sumber Daya Manusia yang memadai, stabilitas politik dan keamanan dalam negeri,
institusi pendanaan yang cukup handal, pemenuhan persyaratan spesifikasi teknis bagi industri yang
terlibat, proses pengadaan material dan peralatan yang tepat waktu serta pengembangan komunitas
di sekitar lokasi proyek konstruksi.
Kata Kunci: sistem pengendalian proyek, konstruksi PLTN, faktor penghambat, faktor pendukung
ABSTRACT
A STUDY ON THE INCOMING NPP CONSTRUCTION PROJECT CONTROL SYSTEM IN
INDONESIA:THE BARRIER AND SUPPORTING FACTORS. A study has been conducted to
identify the type of project control system as well as the barrier and supporting factors of the project
control system. The study method covers theoritical assessment on the relevant publication and
empirical assessment on the real project implementation by means of technical visitation to the
relevant construction project. The input data have been provided from the overseas experiences in
nuclear project as well as from the domestic conventional contruction project. The well-planned and
managed project control result in the effective and efficient management system. Hence, project
control must be in line with the planning, and never-ending updating must be done to make sure that
the construction activities will advance in accordance to the agreed schedule and free from cost
overruns. It is expexted that this study will provide a valuable input to the project control in the
construction of NPP expected to be built in 2010 at the Muria Peninsula in order that the construction
will meet the prescribed schedule and budget. It is concluded that project control system of the
incoming NPP project must be planned and managed carefully by all the relevant parties: Owner,
Main Contractor, Supplier, Subcontractors, etc. The following factors need to be carefully considered
to prevent any barrier during construction: high commitment and smooth coordination and
communication among the parties are strongly required supported with competence personnel,
political stability, liable financing institutions, conformance to industrial specification, on the material
and equipment procurement, as well as community development program.
Key words : project control system, NPP construction, barrier factor, supporting factor
475
Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006
PENDAHULUAN
Sesuai dengan roadmap Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang telah tertuang
dalam blue print Pengelolaan Energi Nasional yang diterbitkan oleh Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral, opsi PLTN merupakan salah satu alternatif penyediaan energi listrik
dalam mengatasi kekurangan permintaan energi listrik di Indonesia yang dijadwalkan akan
beroperasi pada tahun 2016. Jika opsi PLTN tersebut sesuai dengan jadwal yang
direncanakan,
maka
pelaksanaan
konstruksi
PLTN
pertama
yang
direncanakan
di
Semenanjung Muria, Jepara, Jawa Tengah, sudah harus dilaksanakan pada tahun 2010.
Meskipun konstruksi PLTN Pertama umumnya dilaksanakan dengan sistem kontrak Turnkey,
namun untuk persiapan tersebut perlu dipikirkan secara matang tentang sistem manajemen
proyek pada fase implementasi proyek bagi seluruh organisasi yang terlibat. Karena konstruksi
PLTN merupakan proyek padat modal dan komplek, maka seluruh kegiatan harus benar-benar
diinspeksi dan dicek oleh pengawas maupun oleh personil yang terlibat. Proses pengendalian
konstruksi PLTN berlangsung sepanjang daur hidup pelaksanaan proyek sehingga diharapkan
dapat diwujudkan dan diperoleh performance yang baik dalam setiap tahap pelaksanaan
konstruksi.
Sistem manajemen proyek
kegiatan
dan Pengadaan Proyek [1]. Dari seluruh kegiatan manajemen proyek tersebut,
476
Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006
dilakukan sedini mungkin. Hasil evaluasi kemajuan proyek ini berguna bagi pengambilan
keputusan terhadap masalah-masalah yang timbul. Selain itu hasil evaluasi dapat digunakan
untuk menindaklanjuti pelaksanaan pekerjaan secara tepat dengan melakukan tindakan koreksi
(corrective action) terhadap pekerjaan yang telah dicapai [2].
Tujuan studi ini adalah mengidentifikasi jenis-jenis pengendalian proyek konstruksi,
praktik-praktik pengalaman dalam pengendalian proyek konstruksi, faktor-faktor penghambat
dan pendukung pengendalian proyek serta langkah-langkah manajemen proyek yang
diperlukan agar keterlambatan proyek dapat diantisipasi. Hasil studi diharapkan dapat
diterapkan untuk kondisi di Indonesia sehingga proses pelaksanaan konstruksi PLTN pertama
di Indonesia dapat berjalan secara lancar.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah studi literatur (dokumen IAEA, dokumen
studi kerjasama BATAN dan KHNP dan dokumen manajemen proyek lainnya), searching
website yang berkaitan dengan dokumen manajemen proyek, pengkajian dan pengadopsian
pengalaman negara lain dalam pengendalian proyek konstruksi PLTN, dan kunjungan teknis ke
berbagai industri nasional yang berpengalaman dalam proyek konstruksi.
KAJIAN TEORITIS TENTANG SISTEM PENGENDALIAN PROYEK
Pengertian Pengendalian (Control)
Definisi Pengendalian menurut R.J. Mockler (1972) adalah usaha sistematis untuk
menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi,
membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisis adanya penyimpangan antara
pelaksanaan dan standar, kemudian mengambil tindakan koreksi yang diperlukan agar sumber
daya dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran.
Pengertian Penundaan (Delay)
Penundaan adalah sebagian waktu pelaksanaan yang tidak dapat dimanfaatkan sesuai
dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa kegiatan yang mengikuti menjadi tertunda
atau tidak dapat diselesaikan tepat waktu sesuai jadwal yang direncanakan.
Jenis-Jenis Pengendalian Proyek
Dalam sistem pengendalian proyek, di samping memerlukan perencanaan yang
realistis sebagai tolok ukur pencapaian sasaran, juga harus dilengkapi dengan teknik dan
metode yang dapat segera mengetahui tanda-tanda penyimpangan. Untuk pengendalian biaya
dan jadwal terdapat dua macam teknik dan metode yaitu identifikasi varians dan konsep nilai
hasil [3]. Identifikasi dilakukan dengan membandingkan jumlah biaya yang sesungguhnya
dikeluarkan dengan anggaran, sedangkan untuk jadwal dianalisis kurun waktu yang telah
dipakai dibandingkan dengan perencanaan. Dengan demikian, apabila terjadi penyimpangan
antara rencana dan kenyataan serta mendorong untuk mencari sebab-sebabnya. Dalam setiap
477
Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006
rapat koordinasi proyek, akan selalu dipertanyakan bagaimana kemajuan pelaksanaan kegiatan
terakhir, apakah pengeluaran melebihi anggaran atau kemajuan sesuai dengan jadwal. Untuk
setiap pelaporan, dikumpulkan informasi mengenai status akhir kemajuan proyek dengan
menghitung
persentase
instalasi
yang
diselesaikan
kemudian
dibandingkan
dengan
perencanaan dan penggunaan sumber daya manusia serta anggaran. Teknik yang dikenal
sebagai analisis varians ini akan memperlihatkan perbedaan antara lain biaya pelaksanaan
dengan anggaran, waktu pelaksanaan dengan jadwal, tanggal mulai pelaksanaan dengan
rencana, tanggal akhir pekerjaan dengan rencana, angka realisasi penggunaan tenaga kerja
dengan anggaran dan jumlah penyelesaian pekerjaan dengan rencana
Pengendalian proyek konstruksi PLTN terdiri dari beberapa jenis pengendalian yakni
pengendalian biaya, pengendalian jadwal, pengendalian material), pengendalian dokumen,
pengendalian instalasi dan pengawasan, pengendalian konstruksi, pengendalian mutu dan
perijinan [4,5].
Pengendalian Biaya (Cost Control)
Pengendalian biaya meliputi proses-proses yang diperlukan untuk memastikan bahwa
proyek selesai dengan dana yang telah disepakati. Pengendalian biaya tidak hanya merupakan
pemantauan/pemonitoran biaya dan perekaman jumlah data, tetapi juga analisa data agar
tindakan koreksi dapat dilakukan sebelum terlambat. Pengendalian biaya dilakukan oleh
seluruh personil baik dalam struktur organisasi manajemen proyek Owner maupun Kontraktor
Utama. Namun demikian manajemen proyek Owner harus bertanggung jawab terhadap
pengendalian biaya proyek, termasuk manajemen pendanaan, persetujuan dan pembayaran
tagihan dari Kontraktor Utama serta pengendalian dana/budget. Metode pengendalian biaya
harus secara jelas didefinisikan dan diimplementasikan.
Pengendalian Jadwal (Schedule Control)
Pengendalian jadwal meliputi proses-proses yang diperlukan untuk memastikan
penyelesaian pembangunan PLTN tepat waktu. Mengatur pembangunan proyek dengan waktu
yang tepat, sesuai biaya yang disetujui serta performance yang baik sangat sulit dilakukan.
Adapun pengendalian jadwal pada fase konstruksi PLTN adalah jadwal milestone, jadwal
rekayasa, konstruksi dan startup, program analisis tenaga kerja, Critical Path Method (CPM),
jadwal konstruksi 3 bulanan, jadwal kerja mingguan dan harian, jadwal subkontrak, jadwal
startup, dan Daftar Punch konstruksi.
Pengendalian Material (Material Control)
Pemakaian material merupakan bagian terpenting yang memiliki persentase yang
cukup besar dari total biaya proyek. Oleh karena itu penggunaan teknik pengendalian material
yang
baik
dan
tepat
untuk
memilih,
membeli,
mengirim,
menerima,
menyimpan,
mendistribusikan dan menghitung material menjadi sangat penting. Pengendalian material yang
478
Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006
mencakup sistem dan komponen utama yang tercakup dalam kontrak harus dilakukan oleh
Kontraktor
Utama.
Kegagalan
pengendalian
material
akan
berakibat
fatal
sehingga
membengkakkan biaya.
Pengendalian Dokumen (Document Control)
Dokumen yang dimaksud adalah drawing, spesifikasi, prosedur, laporan dan lain-lain
tidak hanya mengkomunikasikan informasi antara berbagai kelompok rekayasa tetapi juga
mendefinisikan kondisi tapak. Meskipun pengendalian dokumen dilakukan oleh divisi tertentu di
dalam suatu organisasi proyek, namun manajer proyek dari seluruh partner yang terlibat dalam
pembangunan PLTN harus mereview, menyetujui, dan menjaga daftar dokumen-dokumen yang
masih berlaku. Dokumentasi ini juga merupakan bagian dari sistem jaminan mutu.
Penyimpanan dokumen yang rapi dan terdokumentasi dengan baik akan memudahkan
pelacakan kembali. Untuk hal tersebut diperlukan adanya identifikasi, status, dan daftar
dokumen. Identifikasi dokumen mencakup jenis, judul, dan nomor identifikasi dokumen yang
dihasilkan, serta kelompok atau personil yang bertanggungjawab terhadap dokumen tersebut.
Sedangkan status dokumen berupa dokumen draft atau dokumen final.
Pengendalian Instalasi dan Pengawasan (Installation and Supervision Control)
Pada kontrak Turnkey, pengendalian instalasi dan pengawasan merupakan tanggung
jawab Kontraktor Utama. Owner telah mendelegasikan tanggung jawab instalasi dan
pengawasan kepada Kontraktor Utama. Namun demikian Owner tetap melakukan pengawasan
terhadap kerja Kontraktor Utama.
Pengendalian Konstruksi (Construction Control)
Peran dan tanggung jawab Owner tergantung pada seberapa besar bagian proyek
yang telah didelegasikan kepada Kontraktor Utama. Hal tersebut tergantung pada tipe kontrak
dan tanggung jawab manajemen proyek.
Pengendalian Mutu (Quality Control)
Manajemen Mutu proyek meliputi proses-proses yang diperlukan untuk memastikan
bahwa proyek akan memenuhi kebutuhan yang diperlukan. Manajemen mutu meliputi seluruh
kegiatan dari fungsi manajemen keseluruhan yang menentukan kebijakan mutu, sasaran, dan
tanggung jawab serta melaksanakan kegiatan seperti rencana mutu, jaminan mutu, kendali
mutu, peningkatan mutu dan sistem mutu. Jaminan mutu dan kendali mutu harus dilakukan
pada fase pra-kontrak sebagai bagian dari spesifikasi penawaran dan juga pada pengadaan
material dan peralatan. Masing-masing struktur organisasi manajemen proyek yang terlibat
sebagai partner pembangunan PLTN mempunyai kewajiban menyusun sistem manajemen
mutu masing-masing dan melaksanakannya sesuai dengan ruang lingkup pekerjaannya. Owner
bertanggung jawab penuh terhadap efektifitas seluruh kegiatan program jaminan mutu.
479
Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006
Perizinan (Licensing)
Owner bertanggung jawab terhadap pengajuan izin konstruksi dan izin operasi. Salah
satu tanggung jawab utama Owner adalah mengkoordinasikan persiapan dokumen PSAR
(Preliminary Safety Analysis Report) untuk memulai perizinan dan FSAR (Final Safety Analysis
Report). Selama implementasi proyek, Owner harus memastikan persyaratan-persyaratan dari
BAPETEN dan memberikan jawaban-jawaban dan/atau klarifikasi terhadap pertanyaanpertanyaan dari mereka. Secara umum jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan teknis akan
diberikan oleh Kontraktor Utama, sedangkan Owner bertanggung jawab untuk menjawab
pertanyaan yang terkait dengan ruang lingkup studi termasuk masalah tapak (site).
KAJIAN EMPIRIS PENGENDALIAN KONSTRUKSI
Pengalaman Industri Nasional dalam Pengendalian Konstruksi
Pengalaman industri nasional khususnya industri jasa konstruksi maupun industri
lainnya seperti fabrikator dan pemasok material sangat penting di dalam mendukung
kelancaran proses pengendalian proyek PLTN. Hambatan-hambatan yang terjadi pada industriindustri nasional yang terlibat nantinya dalam proyek konstruksi PLTN akan sangat
berpengaruh pula dalam proses konstruksi.
Indonesia sampai saat ini belum memiliki pengalaman konstruksi PLTN, sehingga
praktik-praktik pengalaman maupun faktor-faktor penghambat dan pendukung pengendalian
proyek dalam kajian ini diperoleh dari industri nasional yang bergerak dalam bidang konstruksi
maupun pengalaman industri pembangkit listrik konvensional, industri fabrikator dll. Selain
pengalaman industri nasional juga diperoleh praktik-praktik pengalaman negara lain dalam
pelaksanaan konstruksi PLTN khususnya dalam mengantisipasi penundaan proyek sehingga
proyek berjalan secara efektif. Dengan adanya praktik-praktik pengalaman pengendalian
proyek konstruksi baik di dalam negeri maupun di luar negeri, maka Indonesia sebagai salah
satu negara yang akan membangun PLTN pertama diharapkan dapat memetik hikmah sebagai
bahan pembelajaran (lessons learned) untuk solusi dalam mengidentifikasi masalah-masalah
yang mungkin akan terjadi jika konstruksi PLTN di Indonesia mengalami delay sehingga
diharapkan konstruksi PLTN Pertama dapat berhasil secara sukses. Namun demikian, sangat
dibutuhkan komitmen, koordinasi dan komunikasi antara institusi/organisasi yang terlibat dalam
hal ini adalah Pemerintah, Owner, kontraktor utama, subkontraktor, pemasok, industri jasa
konstruksi, industri pemasok komponen (manufacturer), badan perizinan, pemuka masyarakat
serta lingkungan masyarakat tempat beroperasinya PLTN.
Faktor-faktor penghambat dan pendukung kelancaran proyek yang terjadi di dalam
kegiatan industri nasional di dalam negeri dapat dipergunakan dan dipertimbangkan sebagai
480
Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006
penghambat dan pendukung kelancaran proyek tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
481
Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006
penghambat dan pendukung proyek harus diperhitungkan dan dipertimbangkan secara matang
jika konstruksi PLTN di Indonesia jadi dilaksanakan. Dari pengalaman-pengalaman tersebut,
dapat disimpulkan faktor-faktor penghambat pengendalian proyek:
a.
b.
c.
d.
Faktor Pendanaan
Adanya krisis ekonomi, masalah politis dalam negeri dan kurang kuatnya institusi
pendanaan mengakibatkan kegiatan konstruksi mengalami delay.
e.
Pemasokan Barang/Material
Pemasokan barang harus tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.
f.
Pengadaan Peralatan
Pengadaan peralatan konstruksi harus sesuai waktu kedatangannya dengan bahan
material yang akan menggunakan peralatan.
g.
Pekerjaan Konstruksi
Pekerjaan konstruksi khususnya pekerjaan pondasi harus dilaksanakan lebih dahulu
sampai mencapai tingkat 60%-80%. Jika hal tersebut telah dilakukan maka proses
pemasangan/pekerjaan mekanik baru dapat dilaksanakan kemudian.
h.
i.
Faktor Keamanan
Faktor keamanan di lingkungan lokasi konstruksi PLTN harus diperketat untuk
menghindari penjarahan yang dilakukan oleh penduduk di sekitar lokasi yakni dengan
meningkatkan jumlah anggota satuan pengamanan.
j.
482
Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006
Perlunya sosialisasi PLTN dan perekrutan tenaga kasar untuk menghindari dan
mengurangi premanisasi dan anti PLTN di lokasi sekitar proyek.
k.
Faktor Infrastruktur
Infrastruktur pelabuhan, jembatan (Jetty) dan jalan sudah harus disiapkan dan dibenahi
sebelum komponen-komponen maupun peralatan-peralatan berat PLTN datang melalui
pelabuhan.
Ketepatan waktu
Pemantauan yang dilaksanakan secara terus menerus akan menghasilkan informasi
yang mutakhir yang sesuai dengan kondisi di lokasi.
b.
c.
d.
Pemutakhiran Data
Pemutakhiran data selalu dilakukan untuk mengetahui kemajuan (progress) proyek.
Pemutakhiran data dapat dilakukan dengan memasukkan data lapangan ke dalam
program aplikasi komputer seperti Primavera, Microsoft Project, Time Line, Artemis dan
lain-lain. Sehingga kondisi dapat juga memperlihatkan pengaruh penundaan yang akan
terjadi pada waktu mendatang sehingga pihak pengelola proyek dapat mengantisipasi
seoptimal mungkin.
e.
KESIMPULAN
483
Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006
1.
Sistem
pengendalian
proyek
konstruksi
PLTN
pertama
di
Indonesia
harus
yakni oleh
Kebijakan pembangunan PLTN harus memiliki komitmen yang sangat kuat yang
didukung antar organisasi dalam pemerintahan.
Koordinasi dan komunikasi antara pelaksana proyek baik secara vertikal dan
horizontal harus dilaksanakan secara terus menerus.
Spesifikasi teknis harus sesuai antara dokumen pengadaan material dan material
yang dipasok oleh fabrikator ataupun pemasok barang.
3. Perencanaan yang baik dan sistem pengendalian yang kontinyu terhadap kegiatankegiatan proyek konstruksi akan memberikan performance yang baik sehingga
keterlambatan yang mengakibatkan pembengkakan biaya dapat dihindari.
4. Beberapa perusahaan nasional, khususnya perusahaan Engineering, Procurement,
Commissioning (EPC) memiliki kemampuan yang cukup tinggi dalam pengendalian
proyek dengan didukung berbagai tools yang sudah terbukti. Perusahaan tersebut
antara lain PT. Rekayasa Industri, PT. Krakatau Engineering, PT. IKPT, PT. Tripatra,
dll. Kemampuan nasional ini masih perlu dikaji lebih rinci sejauh mana aplikabilitasnya
di dalam proyek PLTN.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
484
Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006
[4]
[5]
BATAN-KHNP Report, Report on the Joint Study for Program Preparation & Planning of
the NPP Development in Indonesia (Phase I), Desember 2004.
[6]
[7]
DISKUSI
485
Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006
Tabel 1. Faktor-Faktor Penghambat dan Pendukung Proyek dalam Berbagai Industri Jasa Konstruksi dan Fabrikasi
No.
1.
Hasil Produk
Pabrik Urea
dan amonia
PT. Krakatau
Engineering,
Wisma Baja Lantai 7
Jl. Jend. Gatot Subroto
Kav.54,Jakarta 12950
Telp. 5221248
PT. Rekayasa Industri,
Jl. Kalibata Timur I/36,
Kalibata Jakarta 12740
Tel. (021) 7988700
- Manajemen
Proyek,
EPC
4..
- Konstruksi
Sipil
5.
- Konstruksi
sipil dan
manajeme
n proyek
2.
3.
- Manajemen
proyek,
EPC
Faktor Penghambat
Faktor Pendukung
- Karena level yang berjenjang dari sistem organisasi proyeknya, maka koordinasi
proyek cukup rumit. Ada berbagai level pertemuan untuk koordinasi antara lain (1)
pihak Client (PT. Pupuk Kujang) dengan TEC sebagai Main Contractor, (2)
koordinasi antara TEC dengan Joint Venture (PT. Rekayasa Industri dan PT.
IKPT), dan (3) Koordinasi PT. IKPT dengan PT. Rekayasa Industri, maupun (4)
koordinasi antara ke dua perusahaan tersebut dengan para subkontraktor
lokalnya, maupun (5) dengan berbagai institusi pemerintah dan swasta terkait
untuk berbagai pekerjaan berbeda.
- Dari sisi pengadaan material, maka material yang datang terkadang tidak sesuai
dengan spesifikasi yang ditentukan kontrak. Misalnya, sebagai contoh kasus
nyata, sebuah pressure vessel buatan Korea ternyata tidak memiliki lubang, yang
belakangan baru diketahui ketika akan dipasang. Pembuatan lubang tersebut juga
akan memberikan biaya pengeluaran tak terduga.
- Pengadaan peralatan (misalnya crane) harus tepat waktu dengan pengadaan
material boiler di lokasi. Karena jika terjadi keterlambatan boiler akan
menyebabkan kerugian cukup besar dalam penyewaan peralatan crane yang
didatangkan dari Singapura. Penyewaan crane per hari sangat mahal.
- Penyimpangan waktu pengiriman (delivery) antara pengadaan material dengan
peralatan.
- Kepala Proyek untuk pelaksanaan pengendalian proyek diambil dari divisi lain dan
tidak berdiri sendiri sehingga koordinasi dan integrasi proyek masih kurang
memadai.
Spesifikasi teknis tidak jelas dan kurang tegas karena terlalu umum.
Bahan datang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang disyaratkan.
Spek bahan yang diminta tidak umum dan tidak tersedia di pasaran.
Bahan utama harus diimpor karena tidak tersedia di pasaran.
Peralatan yang tiba-tiba rusak pada saat proyek berjalan.
Disain tidak jelas, tidak sinkron antara satu item dengan yang lain.
Shop drawing tidak siap pada saatnya, tidak ada kesempatan untuk
mempelajari.
- Kedatangan bahan terlambat dari jadwal karena tidak ready stock.
-
486
Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006
6.
7.
- Pembangkit
Listrik
Konvensional
Pembangkit
Listrik
Konvensional
487
Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006
8.
PT. Indomarine,
Jalan Sarono Jiwo no
9 Surabaya 60299
Telp: (031) 8438101
Fax: (031) 8413291
Jalan Raya Ardi Mulyo
no.2,
Singosari,
Malang
Telp: (0341) 458952
Fax: (0341) 458953
Boiler, Heat
Exchanger,
Pressure
Vessel,
konstruksi
pera-latan
mekanik
Surabaya
- Engineering
dan Drawing
sesuai dengan jadwal
harus
488
Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006
1.
Argentina
Central Nuclear
Attucha II
80
Pengeluaran
biaya
(juta,US$)
2700
2.
Brasil
Angra 2
78
3200
3.
Bulgaria
Belene
52
1200
4.
Kanada
Darlington
(4 unit)
100
10.000
5.
Kuba
Juragua #1
1200
6.
Republik
Czech
India
Temelin #1 & #2
Sipil 25,Erection
20
Listrik 16
85
Kaiga #1 & 2
92
526
Rajastan #3 dan #4
88
427
Bushehr #1
Sipil 85
Mesin Listrik 65
4000
Bushehr #2
Sipil 70
Mesin Listrik 50
100
7.
8.
9.
Negara
Iran
Romania
Unit
Cernavoda #1
Kemajuan fisik
proyek (%)
2000
2500
2000
Biaya
Penyelesaian
(juta, US$)
692
Jadwal
Penyelesaian
(bulan)
60
1200
30
(Dari
keputusan
untuk memper-cepat
penyelesaian pada
tahun 1996)
1020
0
600
54
1. Prinsip-prinsip modernisasi-konstruksi
2. Perubahan politik dan ekonomi
1. Masalah penyelesaian Civil Engi-neering
2. Seismic Analysis dan kualifikasi struktur, peralatan
dan komponen yang terkait keselamatan
3. Ketidakcukupan performance dalam paket kontraktor
4. Pemrosesan proyek baik
1300
(#1) 27
(#2) 43
(#1) 24
(#2) 7
591
1.
2.
3.
4.
5.
Cernavoda #2
40
650
1.
2.
681
1500
.........
750
(#3) 10
(#4) 19
55
.
Mulai operasi
komersial
489
Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006
10.
Rusia
3.
1.
Pemeliharaan
Sebelum tahun 1990, alasan sama seperti pada
cernavoda #1
2. Cernavoda #3, #4, #5, ditangguhkan pada tahun
1991 dan menuju pemeliharaan.
Cernavoda #3
25
Cernavoda #4
10
Cernavoda #5
Rostov N1
10
90
1100
70
700
70
900
50
Dalam
pengoperasian
start up
12, 1999
40
30
55
200
(1+2)700
Rovno-4
93
1000
Kmheinitski #2
92
1000
Kmheinitski #3
Kmheinitski #4
30-40
30-40
600-800
600-800
WWER-100
11.
Slovakia
Kalinin N5
WWER-1000
Kursk N5
RBMK-1000
Voronezh
Mochovce #1
Mochovce #2
12.
Spanyol
13.
Ukraina
Mochovce #3
Mochovce #4
Valdecaballeros
#1 dan #2
(3+4)650
3100
1.
2.
(2002)
110
18
350
32
420
40
200
860 (#1 & #2)
........
24
(# 1) 30
(#2) 44
........
930
(#3 + #4)
2000
(ramalan)
(#3) 48
(#4) 57
(#1) 48
(#2) 72
>1000
(2 unit pertama)
Belum didefinisikan
1000
1000
490
Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006
Nama
Negara
Argentina
2.
Brasilia
3.
Bulgaria
4.
Kanada
Bantuan IAEA
Koordinasi
IAEA
untuk
penyelesaian
pengalaman-pengalaman
rasional
diantara
negara-negara yang memiliki permasalahan
yang sama.
Kemungkinan
untuk
konsultansi
dan
mendapatkan pertukaran informasi teknis dari
negara-negara lain untuk permasalahan yang
sama.
491
Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006
5.
6.
Kuba
Republik
Checzh
7.
India
8.
Iran
9.
Romania
Pelatihan (training).
Pertukaran pengalaman.
492
Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006
10.
Rusia
11.
Slowakia
-
12.
Spanyol
13.
Ukraina
Penciptaan
dan
pengumpulan
dana
untuk
penyelesaian PLTN Rovno-4 & Khmelnitski-2.
Pengembangan proposal untuk upgrade PLTN untuk
memenuhi persyaratan keselamatan.
493