Bergemericik hujan bersama dentingan irama piano Menguap beriring jutaan kelip bintang nan rupawan Fireflies bebas riang menari didalam kerindangan hutan hujan Bersuara jangkring bersenandung lirih mengikuti alunan musik klasik.. Melanglang buana menyusuri cakrawala dunia penuh sandiwara Lalu mimpi bergema dalam terowongan hati sang rembulan malam. Hingga berkelebat manja, memeronakan pipi sang biduanita Sungguh haruskah terlelap?? nafasnya, jiwanya, rapuhnya bersemayam lelah menanti cinta Hatinya hilang, berderu derap kencang menyelam menggapai kerinduan Berbatas sudut antara hampa dan kelabu merajut jutaan luka hati Melangkah galau pada jejak pertama, bersuarakan ilalang tersentuh kelembutan embun pagi. Keberadaan cinta itu, buram. tak terjamah walau oleh deru tawa renyah keramaian Menyeruak, membatinkan keinginan, bahwa aura hidupnya meredup Kekosongan jiwa menyapanya lemah
Membuai dalam mimpi damai yang tak terperangkap
kegilaan hasrat hati Helai demi helai daun tak terjaga, menghempas kebumi, tak terselamatkan Lagu cinta itu, terlalu lama bersandar pada ketidakpastian hati sang maestro Hingga menjawab pasrah, tak terselesaikan, walau tertinggal bait melodi terakhir Lilin itu meredup, menjemput keabadian senja, menapaki kisah terakhir Sehingga, harus terlelap, walau hati berguncang hebat Karena pudar dan rapuhnya harapan hampa, tetes air mata itu mengering Irama musik klasik, berdiam, tak temukan sebait yang tersisa Melebur dalam keindahan senyum sang rembulan yang menguasai malam selamanya