Oleh:
Taufik Ali Zaen
G0007161
Eriza Kusumawardhani
G0006072
Aura Ihsaniar
G0006184
Savero Iman HS
G0006221
Pembimbing :
No
Masalah Aktif
Masalah Inaktif
Azotemia
e.c
nefropati
Tanggal
Akut
DM tipe 2 obese
7 Februari 2012
GDS, GDP,
GD2JPP,
TD,HbA1c
Hipertensi grade II
Neuropati DM
7 Februari 2012
7 Februari 2012
BMI
Tensi
Pemeriksaan
fisik:
sensorik dan
Dislipidemia
30 Januari 2012
ureum
Feses rutin
Kreatinin n
28 januari 2012
Keterangan
motorik
Profil lipid:
HDL,
Hipokalemi
3 Februari
trigliserid
Kalium (3,2
mmol/L)
Gastroenteritis
akut perbaikan
LAPORAN KASUS
7 Februari 2012
I.
ANAMNESIS
A. Identitas Penderita
Nama
: Tn .Sunardi
Umur
: 67 tahun
Jenis Kelamin
: laki-laki
Alamat
Suku
: Jawa
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Kawin
Pekerjaan
: Wiraswasta
No.RM
: 01109591
Tanggal Masuk RS
: 28 Januari 2012
Tanggal Periksa
: 7 Februari 2012
Kamar
B. Keluhan Utama
Lemas
maupun gatal di daerah kemaluan, ataupun luka yang sukar sembuh. Pasien
kemudian periksa ke dokter dan dikatakan pasien sakit DM dan tekanan darah
tinggi. Oleh dokter pasien diberi obat glibenklamid 1x1. Pasien mengaku sejak
5 tahun terakhir jarang control sakit DM nya.
Saat ini pasien masih mengeluhkan lemas. Pasien juga masih
mengeluhkan kaki dan tangannya terasa kesemutan, jimpe-jimpe dan tebal.
Pasien merasakan diarenya sudah berhenti dengan frekuensi BAB 2-3x / hari,
konsistensi lunak, warna kuning, lendir (-), darah(-), dan @ BAB 1/2 -1 gelas
belimbing. Pasien masih mengeluhakn kepalanya cekot-cekot, kepala masih
terasa berat dan leher belakang terasa kaku/cengeng. Pasien sudah tidak
merasakan mual, dan perut kembung. Pasienak tidak mengeluhkan sesak nafas,
bangun malam karena sesak(-), dan sesak ketika beraktivitas (-).
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit jantung
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat hipertensi
jarang kontrol dipuskesmas . Pasien tidak tahu nama obat yang biasa di
minum.
Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
F. Riwayat Gizi
Pasien makan sehari 4-6 kali, sekali makan satu porsi dengan nasi, lauk pauk
dan sayuran. Pasien tidak terbiasa minum susu. Pasien terbiasa minum 10-11
gelas sehari.
G. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien memilik 4 anak. Pasien seorang wiraswasta. Pasien berobat di RSUD
Dr.Moewardi menggunakan fasilitas jamkesmas.
H. Anamnesis Sistemik
Kepala
cengeng (+)
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
mendengkur (-)
Sistem kardiovaskuler
Sistem gastrointestinal
Sistem muskuloskeletal
Sistem genitourinaria
Ektremitas
Atas kanan
Atas kiri
Bawah kanan
Bawah kiri
Sistem neuropsikiatri
Sistem intergumentum
II.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik dilakukan tgl 7 Februari 2012
A. Keadaan Umum
B. Status gizi
BB 80
TB 163
BMI 30,11 (Obese II)
RBW = 129
Tanda Vital
Kesan: Obese
Tensi : 180/90
Nadi : 98 x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan
cukup
Frekuensi Respirasi : 21 x/menit, nafas kussmaul (-)
Suhu : 37.3C
C. Kulit
GDS : 174
Warna coklat, turgor menurun (-), hiperpigmentasi
(-), kering (-), petechie (-), ikterik (-), ekimosis (-),
D. Kepala
E.
Mata
strabismus (-/-)
Membran timpani intak, sekret (-), darah (-), nyeri
G. Hidung
H. Mulut
F.
Leher
(-)
JVP (R+2) cm, trakea di tengah, simetris, pembesaran
kelenjar tiroid (-), pembesaran limfonodi cervical (-),
J.
Thorax
Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Pemeriksaan
09/04
10/04
Hb
10
Hct
11/04
12/04
Satuan
Rujukan
10,2
8,8
g/dl
13,5-17,5
32
32
28
33-45
AL
7,1
7,4
8,4
Ribu/ul
4,5-11,0
AT
245
263
175
Ribu/ul
150-450
AE
3,73
3,62
3,23
Juta/ul
4,50-5,90
Gol darah
Rutin
Kimia klinik
GDS
101
Mg/dl
60-140
SGOT
15
u/l
0-35
SGPT
u/l
0-45
Kreatinin
8,8
8,2
Mg/dl
0,8-1,3
Ureum
109
100
Mg/dl
<50
Elektrolit
Natrium
139
140
135
136
Mmol/L
132-146
Kalium
4,0
4,01
4,7
3,8
Mmol/L
3,7-5,4
Mmol/L
1,17-1,29
Mmol/L
98-106
Kalsium Ion
Klorida
Serologi
1,08
101
98
HbsAg
Non
reakti
f
AGD
PH
7,310-7,420
BE
Mmol/L
-2 - +3
PCO2
mmHg
27,0-41,0
PO2
mmHg
80,0-1000,0
Hematokrit
37-50
HCO3
Mmol/L
21,-28,0
Total CO2
Mmol/L
19,0-24,0
O2 saturasi
94,0-98,0
87
Mg/dl
98-210
34
Mg/dl
30-75
117
Mg/dl
<150
MCV
/um
80,0-96,0
MCH
Pg
28,0-33,0
MCHC
g/dl
33,0-36,0
RDW
11,6-14,6
HDW
g/dl
2,2-3,2
LDL
Kolesterol
HDL
Kolesterol
Trigliserida
INDEX
ERITROSI
T
MPV
Fl
7,2-11,1
PDW
25-65
4,8-5,9
Mg/dl
70-110
118
Mg/dl
80-140
125
Mg/dl
50-200
KIMIA
KLINIK
HbA1c
5,6
Glukosa
92
Puasa
Glukosa
2jam PP
Kolesterol
Total
Hematologi
Hemostasis
PT
19,5
detik
10-15
APTT
30,9
detik
20-40
IV.
DAFTAR ABNORMALITAS
Anamnesis:
1. Lemas
2. Kaki dan tangan terasa kesemutan, jimpe-jimpe, dan tebal
3. BAK sering > 10 kali perhari
4. Kepala terasa berat, cekot-cekot dan leher belakang terasa cengeng
5. Mudah lelah, cepat mengantuk, sering kencing terutama malam hari, mudah
haus, mudah lapar, dan berat badannya menurun.
6. DM sejak 10 tahun, terakhir jarang kontrol
7. Hipertensi sejak 10 tahun.
Pemeriksaan Fisik:
8. Tekanan darah tinggi 180/90
9. BMI 30,11 (Obes II)
10. Hipoestesi ektremitas superior dekstra et sinistra
11. Hipoestesi ektremitas inferior dekstra et sinistra
Pemeriksaan Laboratorium:
12. GDS 242 mg/dl, 199 mg/dl, 225 mg/dl, 187mg/dl, 174 mg/dl
13. Gula darah Puasa 333mg/dl, 109mg/dl, 91mg/dl
V.
VI.
PROBLEM
A. DM TYPE 2 OBESE
Ass : Komplikasi
CVA
Retinopati DM
Nefropati DM
IpDx :
IpTx :
Bed rest tidak total
Diet DM 1300 kkal
Inj actrapid 4-4-4
Metformin 3x500mg
Aspilet 1 x 80 mg
IpMx :
GDS harian, GDP/GD2PP/3 hari, HbA1c/3bulan, profil lipid/3bulan
IpEx :
Edukasi
kepada
pasien
dan
keluarga
tentang
penyakit
dan
IpPx
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanam
: dubia ad malam
Ad fungsionam
: dubia ad malam
B. Problem Neuropati DM
Ass
: diagnosis
IpDx
IpTx
: Aspilet 1 x 80 mg
Mecobalamin 2x1
IpMx
IpEx
: ad vitam
: dubia ad bonam
ad sanam
: dubia ad malam
ad fungsionam
: dubia ad malam
Retinopati hipertensi
Nefropati hipertensi
penyakit
serta
pemeriksaan
yang
diperlukan
untuk
menegakkan diagnosis.
D. Problem . Hipokalemia
Ass
Ip Dx
:-
Ip Tx
: Aspar K 3x1
Ip Mx
Ip Ex
Prognosis : Ad vitam
: dubia et bonam
Ad sanam
: dubia et bonam
Ad fungsionam
: dubia et bonam
E. Problem Dislipidemia
Ass
Ip Dx
:-
Ip Tx
: Simvastatin 10 mg (0-0-1)
Ip Mx
Ip Ex
Penjelasan kepada pasien untuk mengatur pola makan dan latihan jasmani
VII.
PROGRESS REPORT
PROGRESS REPORT
Tgl
S
O
10 April 2012
Nyeri di kedua kaki
KU : Gizi kesan cukup, CM
11 April 2012
Kaki kemeng, sesak nafas
KU : Gizi kesan cukup , CM
Vital Sign:
Vital Sign:
T :140/90 mmHg
T :160/100 mmHg
N :80 x/menit
Rr :32 x/menit
Rr :30 x/menit
t :35,80 C
Mata : CP (+/+)
SI(+/+)
:66 x/menit
:36,20 C
Mata : CP (+/+)
SI(+/+)
Cor :
Cor :
I : IC tdk tampak,
I : IC tdk tampak,
tidak
kuat angkat
kuat angkat
P : batas jantung kesan melebar caudolateral
A : BJ I-II int N, regular, bising (-).
Pulmo :
I : pengembangan dada kiri=kanan
Abdomen :
Abdomen :
I : DP>DD
I : DP>DD
A : BU (+) N
A : BU (+) N
dievaluasi
dievaluasi
+
+
+ + -
Ekstremitas :
Ekstremitas :
-
Akral dingin
Akral dingin
Oedema
Oedema
Problem:
Problem:
2. CKD stage V
2. CKD stage V
3. DM tipe 2 NO
3. DM tipe 2 NO
4. HT stage II
4. HT stage II
5. Anemia ringan
5. Anemia ringan
Terapi
Terapi
40 mg/hari
mg/hari
3. O2 2 lpm
3. O2 2 lpm
Plan:
Plan:
GDP
G2PP
2. GDS
HbA1C
DR2
Elektrolit
Profil Lipid
Asam Urat
Albumin
Urin Esbach
Tgl
S
O
12 April 2012
Nyeri di kedua kaki, bengkak, sesak
KU : Tampak sakit sedang, CM
13 April 2012
Nyeri di kedua kaki, bengkak
KU : Tampak sakit sedang , CM
Vital Sign:
Vital Sign:
T :170/80 mmHg
T :140/80 mmHg
N :84 x/menit
Rr :28 x/menit
Rr :24 x/menit
t :360 C
Mata : CP (+/+)
SI(+/+)
:80 x/menit
:360 C
Mata : CP (+/+)
SI(+/+)
Cor :
Cor :
I : IC tidak tampak,
I : IC tidak tampak,
tidak
kuat angkat
kuat angkat
P : batas jantung kesan melebar caudolateral
A : BJ I-II int N, regular, bising (-).
Pulmo :
Pulmo :
Abdomen :
Abdomen :
I : DP>DD
I : DP>DD
A : BU (+) N
A : BU (+) N
+ + -
dievaluasi
Ekstremitas :
Ekstremitas :
-
Akral dingin
Akral dingin
Oedema
Oedema
Problem:
Problem:
2. CKD stage V
2. CKD stage V
3. DM tipe 2 NO
3. DM tipe 2 NO
4. HT stage II
4. HT stage II
5. Hiperurisemia
5. Hiperurisemia
6. Anemia ringan
6. Anemia ringan
Terapi
Terapi
mg/hari
40 mg/hari
3. O2 2 lpm
3. O2 2 lpm
9. Aspilet 1x80mg
9. Aspilet 1x80mg
Plan:
Plan:
Paket post HD
Konsul BTKV
Angiografi CT
PT, APTT
TINJAUAN PUSTAKA
DIABETES MELITUS1,2,3,4
A. Definisi
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, disfungsi, atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama
mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. World Health Organization (WHO)
sebelumnya telah merumuskan bahwa DM merupakan sesuatu yang tidak dapat
dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat
dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomic dan kimiawi akibat dari
sejumlah factor dimana didapat defisiensi insulin absolute atau relative dan gangguan
fungsi insulin.
DM sering disebut dengan the great imitator (peniru ulung), yaitu penyakit
yang dapat menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan.
Penyakit ini timbul secara perlahan-lahan, sehingga seseorang tidak menyadari
adanya berbagai perubahan seperti minum yang menjadi lebih banyak, buang air kecil
lebih sering ataupun berat badan yang menurun. Gejala-gejala tersebut dapat
berlangsung lama tanpa diperhatikan, sampai kemudian orang tersebut pergi ke
dokter dan diperiksa kadar glukosa darahnya.
B. Penyebab DM
DM disebabkan berkurangnya produksi dan ketersediaan insulin dalam tubuh
atau terjadinya gangguan fungsi insulin yang sebenarnya berjumlah cukup. Insulin
adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, merupakan zat utama yang
bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang tepat. Insulin
menyebabkan gula berpindah ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau
disimpan sebagai cadangan energi. Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau
minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah
kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah
menurun secara perlahan.
Kekurangan insulin disebabkan adanya kerusakan sebagian kecil atau
sebagian besar sel-sel beta pulau langerhans dalam kelenjar pankreas yang berfungsi
menghasilkan insulin. Namun, jika dirunut lebih lanjut, beberapa faktor yang
menyebabkan DM sebagai berikut.
1. Genetik atau faktor keturunan
DM cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan. Anggota
keluarga penderita DM (diabetisi) memiliki kemungkinan lebih besar terserang
penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM.
Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut
kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita
sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen
untuk diwariskan kepada anak-anaknya.
2. Virus dan bakteri
Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4.
Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan
destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi
otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. DM akibat
bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri
cukup berperan menyebabkan DM.
D. Diagnosis DM
E. Tipe DM
1. Diabetes Tipe I (IDDM / tergantung insulin)
Seseorang dikatakan Diabetes tipe I, jika tubuh perlu pasokan insulin dari
luar. Hal ini disebabkan karena sel-sel beta dari pulau-pulau Langerhans telah
mengalami kerusakan, sehingga pankreas berhenti memproduksi insulin.
Kerusakan sel beta tersebut dapat terjadi sejak kecil ataupun setelah dewasa.
2. Diabetes Tipe II (NIDDM / tidak tergantung insulin)
Diabetes tipe II terjadi jika insulin hasil produksi pankreas tidak cukup atau
sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin, sehingga terjadi
gangguan pengiriman gula ke sel tubuh. Biasanya orang yang terkena penyakit
diabetes tipe ini yaitu orang dewasa.
3. Tipe lain
4. Diabetes melitus gestasional
F. Komplikasi DM
Komplikasi DM dapat dibagi menjadi :
1. Komplikasi akut :
a. Hipoglikemia
b. Ketoasidosis : i. Keto Asidosis Diabetikum (KAD)
ii. Hiper Osmolar Non Ketotik (HONK)
2. Komplikasi kronis :
a. Komplikasi vaskuler :
i. mikrovaskuler :
mata : - retinopati
berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
Keluhan lain
dan
disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulvae pada
wanita.
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui cara, yaitu :
1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa darah sewaktu
(GDS) 200 mg/dl atau glukosa darah puasa (GDP) 126 mg/dl sudah cukup
untuk menegakkan diagnosis DM. Puasa diartikan pasien tidak mendapat
kalori tambahan sedikitnya 8 jam.
2. Dengan TTGO : Kadar glukosa darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl (11,1
mmol/L), TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban
glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam air.
Tetapi meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitive dan
spesifik disbanding dengan pemeriksaan glukosa darah puasa, namun
memiliki keterbatasan karena sulit dilakukan berulang ulang, dan dalam
praktek sangat jarang dilakukan.
C. Faktor Resiko DM
Adapun faktor resiko DM antara lain :
Faktor resiko yang tidak bisa dimodifikasi :
Ras dan etnik
Riwayat DM dalam garis keturunan (genetic)
Umur. Risiko untuk menderita intolerasi glukosa meningkat seiring
dengan meningkatnya usia. Usia > 45 tahun harus dilakukan pemeriksaan
DM
Riwayat melahirkan bayi melahirkan dengan BB lahir bayi > 4000 gram
atau riwayat pernah menderita DM gestasional(DMG)
Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi yang
lahir dengan BB rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding
dengan bayi lahir dengan BB normal.
Faktor risiko yang bisa dimodifikasi :
Berat badan lebih (IMT > 23 kg/m2)
Kurangnya aktivitas fisik
Hipertensi (>140/90)
Dislipidemia (HDL < 35mg/dl atau trigliserida > 250 mg/dl)
Diet tak sehat (unhealthy diet). Diet dengan tinggi gula dan rendah serat
akan meningkatkan risiko menderita prediabetes/intolerasi glukosa dan
DM tipe 2.
2. Jangka panjang :
Tercegah
dan
terhambatnya
progresivitas
penyulit
Edukasi
2.
3.
latihan jasmani
4.
intervensi farmakologis
F. Penyulit DM
Dalam perjalanan penyakit DM, dapat terjadi penyulit akut dan menahun :
1. Penyulit akut
a.
ketoasidosis diabetic
b.
c.
hipoglikemi
2. Penyulit menahun
a.
mikroangiopati :
retinopati diabetic
nefropati diabetic
3.
Neuropati
Neuropati DM/ND 3
Definisi
Istilah deskriptif yang menunjukan adanya gangguan, baik klinis maupun subklinis,
yang terjadi pada diabetes mellitus tanpa penyebab neuropati perifer yang lain.
Gangguan somatis ini termasuk manifestasi somatic dan atau autonom dari system
saraf perifer.
Diagnosis
Polineuropati sensori-motoris simetris distal atau distal simetrical sensorymotor
polineuropathy(DPN) merupakan jenis kelainan ND yang paling sering terjadi. DPN
ditandai dengan berkurangnya fungsi sensorik secara progresif dan fungsi
motorik(lebih jarang) yang berlangsung pada bagian distal yang berkembang kearah
proksimal. Diagnosis neuropati perifer sangat bergantung pada anamnesis dan
pemeriksaan fisik.Hanya dengan jawaban tidak tahu saja tidak cukup untuk
mengeluarkan kemungkinan adanya neuropati. Pada evaluasi tahunan perlu dilakukan
pengkajian terhadap : 1. Refleks motorik; 2. Fungsi serabut saraf besar dengan tes
kuantifikasi
sensasi
kulit
seperti
tes
rasa
getar(biotesiometer)
dan
rasa
kecil dengan tes sensasi suhu; 4. Untuk mengetahui dengan lebih awal adanya
gangguan hantar saraf dapat dikerjakan elektromiografi
Pengelolaan
Pengelolaan pasien DM dengan keluhan neuropati diabetik dibagi kedalam 3 bagian.
Strategi pertama adalah diagnosis ND sedini mungkin, diikuti strategi kedua dengan
kendali glikemik dan perawatan kaki sebaik-baiknya, dan strategi ketiga ditujukan
pada pengendalian keluhan neuropati/nyeri neuropati diabetic setelah strategi kedua
dikerjakan.
HIPERTENSI5
Definisi dan Klasifikasi
Tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg sistolik dan/atau sama
atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang tidak sedang makan obat
antihipertensi.
Berdasarkan penyebabnya, selama ini dikenal dua jenis hipertensi, yaitu:
a. Hipertensi Primer atau Esensial
Penyebabnya tidak diketahui dan mencakup 95% kasus hipertensi. Hipertensi
esensial merupakan penyakit multifaktorial yang timbul akibat interaksi
beberapa faktor risiko, seperti:
1) Pola hidup seperti merokok, asupan garam berlebih, obesitas, aktivitas fisik,
stres.
2) Faktor genetis dan usia
3) Sistem saraf simpatis : tonus simpatis dan variasi diurnal.
4) Ketidakseimbangan antara modulator vasokontriksi dan vasodilatasi.
Tekanan Tekanan
Darah
Sistolik (mmHg)
(mmHg)
Normal
< 120
dan
< 80
120-139
atau
80-89
140-159
atau
90-99
160
atau
100
Prahipertensi
Hipertensi derajat 1
Hipertansi derajat 2
5. Fungsi ginjal
a. Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria/mikromakroalbuminuria serta rasio albumin kreatinin urin
b. Perkiraan laju filtrasi glomerolus, yang untuk pasien dalam kondisi
stabil dapat diperkirakan dengan menggunakan modifikasi rumus dari
Cockroft-Gault sesuai dengan anjuran National Kidney Foundation
(NKF).
Terapi
Pada penggunaan penghambat ACE atau antagonis reseptor evaluasi
kreatinin dan kalium serum, bila terdapat peningkatan kreatinin > 35 % atau timbul
hiperkalemi
harus
dihentikan.
Pengobatan
hipertensi
terdiri
dari
terapi
2. Beta bloker
3. Calcium channel blocker atau calcium antagonist
4. Angiotensin converting enzym inhibitor (ACE I)
5.Angiotensin II receptor blocker atau AT receptor II antagonist/blocker
(ARB)
Hipokalemi5
Hipokalemi adalah suatu keadaan dimana kadar kalium dalam plasma kurang dari
3,5 meg/dl.
Penyebab hipokalemi dapat dibagi sebagai berikut : 1. Asupan kalium yang kurang. 2.
Pengeluaran kalium yang berlebihan melalui saluran cerna atau ginjal atau keringat.
3. Kalium masuk kedalam sel.
Pengeluaran kalium yang berlebihan dari saluran cerna antara lain karena muntah,
selang nasogastrik, diare atau pemakaian pencahar. Pengeluaran kalium yang
berlebihan melalui ginjal dapat terjadi pada pemakaian diuretik, kelebihan hormon
mineralkortikosteroid primer/hiperaldosteronisme primer(adenoma kelenjar adrenal).
Pengeluaran berlebihan melalui keringat dapat terjadi bila dilakukan latihan berat
pada lingkungan panas sehingga diproduksi keringat mencapai 10L. Kalium dapat
masuk sel pada keadaan alkalosis ekstrasel, pemberian insulin, peningkatan aktivitas
beta adrenergik,paralisis periodik hipokalemik nda hiponatremia.
Pengobatan
Dislipidemia 3,6
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan
maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama
adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida
serta penurunan kadar HDL.
Klasifikasi
a. klasifikasi EAS (European Atheroselerosis Society)
Pengelolaan Dislipidemia
I. Umum
Pilar utama pengelolaan dislipidemia adalah upaya nonfarmakologist yang
meliputi modiflkasi diet, latihan jasmani serta pengelolaan berat badan. Tujuan utama
terapi diet disini adalahm mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol serta
mengembalikan kesimbangan kalori, sekaligus memperbaiki nutrisi. Perbaikan
keseimbangan kalori biasanya memerlukan peningkatan penggunaan energi melalui
kegiatan jasmani serta pembatasan asupan kalori
II. Upaya Non Farmakologist
Terapi diet
Terapi diet dimulai dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi
makanan yang mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol serta berapa sering
keduanya dimakan. Jika diperlukan ketepatan yang lebih tinggi untuk menilai asupan
gizi, perlu dilakukan penilaian yang lebih rinci, yang biasanya membutuhkan bantuan
ahli gizi.Penilaian pola makan penting untuk menentukan apakah harus dimulai
dengan diet tahap I atau langsung ke diet tahap ke II. Hasil diet ini terhadap kolesterol
serum dinilai setelah 4-6 minggu dan kemudian setelah 3 bulan.
Latihan jasmani
Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat meningkatkan
kadar HDL dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas dan
meningkatkan keseragaman fisik, menurunkan trigliserida dan LDL, dan menurunkan
berat badan.
Setiap melakukan latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap :
1. Pemanasan dengan peregangan selama 5-10 menit
2. Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut jantung
maximal ( 220 - umur ) selama 20-30 menit .
3. Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara perlahan - lahan, selama 510 menit. Frekwensi latihan sebaiknya 4-5 x/minggu dengan lama latihan
seperti diutarakan diatas. Dapat juga dilakukan 2-3x/ minggu dengan lama
latihan 45-60 menit dalam tahap aerobic.
III. Farmakologi
Bila terapi Non Farmakologi tidak berhasil maka kita dapat memberikan
bermacam-macam obat normolipidemia tergantung dari jenis dislipidemia yang kita
dapat. Beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan adalah kemampuan dari pada obat
obat tersebut dalam mempengaruhi HDL, Trigliserida, Fibrinogen, LDL, dan juga
diperhatikan pengaruh atau efek samping dari pada obat-obat tersebut .
Saat ini didapat beberapa golongan obat :
1) Golongan resin ( sequestrants )
2) Asam nikotinat dan Acipimox
3) Golongan Statin (HMG-CoA Reductase Inhibitor)
4) Derivat Asam Fibrat
5) Probutol
6) Lain lain
DAFTAR PUSTAKA