Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

PRAKTIKUM GEOFISIKA II
METODA ELEKTROMAGNETIK CONDUCTIVITY
Interpretasi Data Anomali Konduktivitas Lapangan Merah
Universitas Padjadjaran

oleh:
Salim Muhammad
NPM: 140710110014

Asisten Laboratorium:
Gilang Ramdhany
Tiar Rinaldi
Angga Apriansyah

PROGRAM STUDI GEOFISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA
NPM
JADWAL PRAKTIKUM

: Salim Muhammad
: 140710110014
: Senin, 12.00 14.30

KOLOM NILAI

Laporan Akhir

Jatinangor, .................................
Asisten

___________________________
NPM

ABSTRAK

Pengukuran telah dilakukan di Lapangan Merah Universitas Padjadjaran dengan


menggunakan metode elektromagnetik, yaitu Horizontal Coplanar (HCP) pada tanggal 24 Maret
2014. Data yang diambil berupa data anomaly konduktivitas. Pengambilan titik-titik pengukuran
dilakukan dengan menggunakan Global Positioning System (GPS).
Lapangan Merah Universitas Padjadjaran memiliki medan yang pada umumunya
memiliki relief yang datar dan berlapiskan tanah liat. Kami melakukan pengambilan data
menggunakan Conductivity Meter CMD pada Lapangan Merah untuk mendapatkan nilai
anomaly konduktivitasnya. Dan setelah menentukan line pengukuran kami mendapatkan 434
data yang tersebar dalam 5 line berikut dengan posisinya berdasarkan GPS.
Hasil yang didapatkan dari pengukuran ini adalah peta penampang 2D konduktivitas
Lapangan Merah yang pengolahannya dilakukan dengan perangkat lunak Surfer. Dan grafik
setelah slicing yang diedit dengan menggunakan Microsoft Excel.
Adapun konduktivitas lapangan merah berkisar dari -15 ohm.m-1 ke 60 ohm.m-1 dan
penyebaran yang bersifat anomali. Penyebaran yang sedikit rata terjadi di tengah-tengah
Lapangan Merah dan kusut pada bagian pinggir. Hal tersebut tergambarkan pada peta
konduktivitas 2D.
Ada beberapa hal yang mungkin saja mempengaruhi pengukuran. Mungkin karena imbas
elektromagnetik dari matahari, atau terkena dampak sinyal handphone yang dipakai oleh
praktikan, atau memang terdapat benda anomali di dalam tanah. Jika benar ada, maka
diperkirakan bahwa benda anomaly tersebut adalah benda plastic yang terbuat dari silicon (pada
rentang -15 ohm.m) dan benda ferromagnetic (pada rentang 60 ohm.m-1)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Lapangan Merah merupakan sebuah lokasi strategis yang berada pada lingkungan
Universitas Padjadjaran, khususnya untuk Mahasiswa Geofisika Unpad untuk mengadakan
pengukuran-pengukurangeofisika di LapanganMerah. Lokasi geografis Lapangan Merah terletak
pada 6.927525 Lintang Selatan, 107.7750328 Bujur Timur. Permukaan Lapangan Merah
merupakan tanah liat dengan relief yang datar.
Untuk mata kuliah Praktikum Geofisika, biasanya praktikan menggunakan Lapangan
Merah sebagai daerah pengukuran. Oleh karena itu pembimbing pengukuran menanam sebuah
benda berupa tong ke bawah permukaan Lapangan Merah. Dan praktikan menggunakan metodemetode geofisika untuk menggambarkan bawah permukaan dari Lapangan Merah tersebut.
Pada praktikum kali ini, kami menggunakan metode elektromagnetik menggunakan alat
Electromagnetic Conduktivity Meter CMD yang digunakan demi mendapatkan nilai
konduktivitas Lapangan Merah Universitas Padjadjaran. Agar kita dapat menginterpretasi
anomali konduktivitas yang kita dapatkan di Lapangan Merah.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah:
1. Agar praktikan dapat memahami konsep elektromagnetik dan mendapatkan pengalaman
dalam pengukuran konduktivitas dengan menggunakan metode elektromagnetik.
2. Agar praktikan dapat menginterpretasikan hasil pembelajaran selama berada di
Universitas Padjadjaran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Elektromagnetik


Metode elektromagnetik biasanya digunakan untuk eksplorasi benda-benda konduktif.
Perubahan komponen medan akibat variasi konduktivitas dimanfaatkan untuk menentukan
struktur bawa permukaan. Medan elektromagnetik yang digunakan dapat diperoleh dengan
sengaja membangkitkan medan elektromagnetik di sekitar daerah observasi. Pengukuran
semacam ini disebu tteknik pengukuran aktif. Metode ini kurang praktis dan daerah observasi
dibatasi oleh besarannya sumber yang dibuat. Teknik pengukuran lain adalah teknik pengukuran
pasif. Tenik ini memanfaatkan medan elektromagnetik yang berasal dari sumber yang tidak
sengaja dibangkitkan. Gelombang elektromagnetik seperti ini berasal dari alam dan dari
pemancar frekuensi rendah (15-30 kHz) adalah yang biasa disebut VLF (Very Low Frequency).
Teknik ini lebih praktis dan mempunyai jangkauan daerah pengamatan yang luas.
Metode elektromagnetik VLF ini bertujuan untuk mengukur harga daya konduktivitas batuan
berdasarkan pengukuran gelombang elektormagnetik skunder. Metode ini memanfaatkan
gelombang hasil induksi elektomagnetik yang berfrekuensi sangat rendah. Karena frekuensinya
yang cukup rendah, gelombang ini memiliki penetrasi yang cukup dalam. Gelombang ini juga
menjalar ke seluruh dunia dengan atenuasi yang kecil dalam pandu gelombang antara permukaan
bumi dan ionosfer.
Karena induksi gelombang tersebut, maka di dalam medium oleh batuanakan timbul arus
induksi. Arus induksi inilah yang menimbulkan medan skunder yang dapat ditangkap di
permukaan bumi. Besarnya kuat medan elektromagnetik skunder ini sebanding dengan besarnya
daya hantar listrik batuan (rho), sehingga dengan mengukur kuat medan pada arah tertentu, maka
secara tidak langsung kita dapat mendeteksi daya hantar listrik batuan di bawahnya.

Adapun parameter elektromagnet VLF yang penting adalah :


1. Pemancar
Pemancar ini mulai dibangun sejak Perang Dunia I, digunakan untuk komunikasi jarak jauh
karena kemampuannya untuk komunikasi gelombang dengan pelemahan yang sangat kecil pada
gelombang bumi ionesfer.Penetrasinya cukup efektif hingga dapat menembus laut dalam.
2. Pengaruh Atmosfer
Sumber nois yang utama adalah radiasi medan elektromagnetik akibat kilat atmosfer baik di
tempat dekat atau jauh dari lokasi pengukuran. Pada frekwensi VLF radiasi medan ini cukup
dapat melemahkan sinyal yang dipancarkan oleh pemancar. Daerah yang cukup banyak badai
tersebut adalah Afrika tengah dan Asia tenggara termasuk Indonesia. Noise kedua adalah variasi
diurnal medan elektromagnetik bumi di mana terjadi pergerakan badai dari arah timur ke barat
yang terjadi mulai siang hingga sore hampir malam.
3. Rambatan Gelombang Elektromagnetik
Pada elektromagnetik VLF dengan frekuensi <100 KHz, arus pergeseran akan lebih kecil dari
arus konduksi karena permitivitas dieletrik batuan rata-rata cukup kecil dan konduktivitas target
biasanya > 10-2 S/m. Hal ini menunjukkan efek medan akibat arus konduksi memegang peranan
penting ketika terjadi perubahan konduktivitas batuan.
4. Pelemahan (Atenuasi) Medan
Pelemahan medan ini mempengaruhi kedalaman. Kedalaman pada saat amplitudo menjadi 1/e
(kira-kira 37%) dikenal sebagai skin depth atau kedalaman kulit. Kedalaman ini dalam metode
elektromagnetik disebut sebagai kedalaman penetrasi gelombang, yaitu kedalaman = 504 di
mana adalah resistivitas dalam ohm-meter, dan f adalah frekuensi.
Persamaan Maxwell merupakan sintesa hasil-hasil eksperimen (empiris) mengenai fenomena
listrik - magnet yang didapatkan oleh Faraday, Ampere, Gauss, Coulomb disamping yang
dilakukan oleh Maxwell sendiri. Penggunaan persamaan tersebut dalam metoda MT telah banyak
diuraikan dalam buku-buku pengantar geofisika khususnya yang membahas metoda EM (Keller
& Frischknecht, 1966 ; Porstendorfer, 1975 ; Rokityansky, 1982 ; Kauffman & Keller, 1981 ;

1985). Dalam bentuk diferensial, persamaan Maxwell dalam domain frekuensi dapat dituliskan
sebagai berikut,

dimana E : medan listrik (Volt/m)


B : fluks atau induksi magnetik (Weber/m2 atau Tesla)
H : medan magnet (Ampere/m)
j : rapat arus (Ampere/m2)
D : perpindahan listrik (Coulomb/m2)
Persamaan (1a) diturunkan dari hukum Faraday yang menyatakan bahwa perubahan fluks
magnetik menyebabkan medan listrik dengan gaya gerak listrik berlawanan dengan variasi fluks
magnetik yang menyebabkannya. Persamaan (1b) merupakan generalisasi teorema Ampere
dengan memperhitungkan hukum kekekalan muatan. Persamaan tersebut menyatakan bahwa
medan magnet timbul akibat fluks total arus listrik yang disebabkan oleh arus konduksi dan arus
perpindahan. Persamaan (1c) menyatakan hukum Gauss yaitu fluks elektrik pada suatu ruang
sebanding dengan muatan total yang ada dalam ruang tersebut. Sedangkan persamaan (1d) yang
identik dengan persamaan (1c) berlaku untuk medan magnet, namun dalam hal ini tidak ada
monopol magnetik.
Hubungan antara intensitas medan dengan fluks yang terjadi pada medium dinyatakan oleh
persamaan berikut,

Dimana

: permeabilitas magnetik (Henry/m)


: permitivitas listrik (Farad/m)
: konduktivitas (Ohm-1/m atau Siemens/m)
: tahanan-jenis (Ohm.m)

Untuk menyederhanakan masalah, sifat fisik medium diasumsikan tidak bervariasi


terhadap waktu dan posisi (homogen isotropik). Dengan demikian akumulasi muatan seperti
dinyatakan pada persamaan (1c) tidak terjadi dan persamaan Maxwell dapat dituliskan kembali
sebagai berikut,

Tampak bahwa dalam persamaan Maxwell yang dinyatakan oleh persamaan (3) hanya terdapat
dua variabel yaitu medan listrik E dan medan magnet H. Dengan operasi curl terhadap
persamaan (3a) dan (3b) serta mensubstitusikan besaran-besaran yang telah diketahui pada
persamaan (3) akan kita peroleh pemisahan variabel E dan H sehingga,

Dengan memperhatikan identitas vektor x x 2 x dimana x adalah E atau H,


serta hubungan yang dinyatakan oleh persamaan (3c) dan (3d), maka kita dapatkan persamaan
gelombang (persamaan Helmholtz) untuk medan listrik dan medan magnet sebagai berikut,

Perlu diingat bahwa pada persamaan tersebut di atas variabel E dan H merupakan fungsi posisi
dan waktu. Jika variasi terhadap waktu dapat direpresentasikan oleh fungsi periodik sinusoidal
maka,

dimana E0 dan H0 masing-masing adalah amplitudo medan listrik dan medan magnet, dan
adalah frekuensi gelombang EM.

2.2 Co-Planar
Taksatu pun dari EM perangkat induksi borehole komersial tradisional memiliki azimuth
yang memfokuskan property sampai sekitar 10 tahun yang lalu, sedangkan konvensional
coplanar coil array yang memiliki ,dengan desain , focus azimuth kuat . Karakteristik ini
coplanar array kumparan telah dieksplorasi selama beberapa dekade di permukaan survey
elektromagnetik . Yang mendorong Moran & Gianzero ( 1979) dan Kaufman & Keller ( 1989)
untuk menyelidiki penerapan melintang EM ini berbagai induksi pada geometri sederhana dari
lingkungan lubangbor . Untuk pemahaman yang lebih baik darirespon coplanar dalamlubangbor ,
kelompok yang dipimpinoleh Prof Om Verma di Federal University membangun model
laboratorium ( Carvalho&Verma , 1994; Souza &Verma , 1995; Carvalho&Verma , 1998)
jugasebagai model numeriksatudimensi ( Carvalho , 2000; Santos , 2007) . Kriegshuser et al .
(2000) disajikan array multi- coil untukmengevaluasipasir - serpihurutan tipis dilaminasi
,ditemui dalam turbidites dalam air . Pada dasarnya ,dalam alat induksi triaksial tersebut ada tiga
gulungan sumber , salah satu yang koaksial dengan sumbu lubang bor dan dua yang melintang
ituseperti yang ditunjukkanpada Gambar 1 . Wang et al .( 2003) menunjukkan bahwa Sembilan
komponen medan magnet hanya berbeda dalam lingkungan trimatra dan / atau anisotropic . Lu

&Alumbaugh( 2001) menerapkan enam komponen lintas digabungkan untuk menentukan posisi
azimuth alat ke dalam lubangbor . Souza &Verma( 1995) adalah salah satu yang pertama untuk
mengeksplorasi azimuth memfokuskan sifat dari array coplanar dalam penyelidikan lubang bor
situasi geologi asimetris seperti vugular dan patah zona .

Dua keterbatasan utama alat induksi uniaksial( array coaxial ) adalah pembacaan resistivitas
salah dalam mencelupkan tidur dan dalam lapisan anisotropic . Anderson ( 2008) menunjukkan
beberapa studi kasus di mana keterbatasan ini diatasi dengan induksi triaksial ( coaxial dan
coplanar array bersama-sama ) pengukuran . Resistivitas lebih akurat mengarah kesaturasi air
yang lebih akurat , yang memungkinkan petrophysicist suntuk benar mengevaluasi reservoir
hidrokarbon .
Sebagai Ellis & Singer ( 2007) , dalam karya ini kita mengabaikan enam komponen lintas
digabungkan dan membandingkan hanya tanggapan yang diperoleh dari array kumparan koaksial

dengan yang dari array coplanar coil , karena mereka adalah sinyal yang paling penting dari
induksi yang modern logging alat . Hal ini membuat kita dengan hanya tiga komponen yang
berbeda dari medan magnet .

Untukmendapatkanhasildaribeberapaumumdengantetapmenjagatingkatkesederhanaandalampemo
delan

,hasil

yang

disajikan

Dalampengobatanteoritiskami

di

siniterbataspada

array

dua

coil

dasar

,kumparandirepresentasikansebagaititikdipolmagnetiksejakjari-

jarikumparannyatadalamalatinduksidianggapsangatkecildibandingkandenganjarakkoildanpanjang
gelombang

Santos

2007)

Howard

1997)

menunjukkanbahwalingkarandengansumbusejajardenganantarmuka planar dantanggapan Model


HMD dapatberangkatdengan 10 sampai 15 % ketikajarakkumparankurangdariempat kali loop
jari-jari . Olehkarenaitu ,dalam model kami , sumberdapatdianggapdipolmagnetik ( VMD dan
HMD ) , karenajarakkoilmerekalebihbesardarisepuluh kali loop jari-jari .

2.3 PengenalanAlat Electromagnetic Conductivity Meter CMD


Elektromagnetic Conductivity Meter CMD untuk penilaian cepat tanah konduktivitas dan
inphase ( kerentanan ) . Tunggal atau multi probe kedalaman dirancang untuk 0,5-9 m kedalaman
memungkinkan pemetaan lapisan tunggal atau multi dalam mode klasikatau GPS termasuk
aplikasi kendaraan . Karena stabilitas suhutinggi dana kurasi kalibrasi sistem CMD membuka
jalan yang benar untuk inverse elektromagnetik dengan bagian ( berlapis atau struktur gradien )

sangat cocok dengan DC pencitraan . Cara mudah ini dapat sangat dihargai dalam kondisi
lapangan menuntut seperti tanah kering dan dingin .
Keunggulan:

dua mode manual danduapengukurankontinyudengan GPS ataupanjangtanda positioning


kebutuhan minimum pengaturandanpemeriksaankalibrasi
resistensi yang tinggiterhadapkebisinganelektromagnetik
beratbadansangatrendahdankonsumsidaya
visibilitas yang baikdaritampilangrafik di bawahsemuakondisi
kapasitasmemori yang besar
transfer data mudahuntuk PC menggunakansaluran USB atau USB flash disk
kompatibilitasdenganinversidanpemetaan SW ( IX1D , Res2DInv/Res3DInv , Surfer )

BAB III
PENGOLAHAN DATA

3.1 Pengambilan Data


Kami mengambil data di LapanganMerahUniversitasPadjadjaran. Pengambil data
terbagimenjadibeberapakelompokdanmenghasilkan 434 titik yang terbagidalam 5 line.

3.2 Pengolahan Data


1. Langkah pertama adalah memasukkan data tersebut kedalam surfer.

2. Kemudian File Save As dalam format .bln

3. Lalu pilih menu Grid Data pilih data *.bln yang kita simpan tadi akan muncul kotak
dialog seperti di bawah ini. Masukkan Gridding Method dan klik OK

4. Lalu pilih menu Map New Contour Map dan pilih hasil *.grd yang telah kita dapatkan

5. Peta penampang akan muncul di layer Plot1. Edit sesuai kebutuhan, misalnya menambahkan
warna, indeks kontur, dan lain-lain.

6. Lalu tentukan peta yang akan kita slicing yaitu peta yang memiliki anomali yang selanjutnya
akan kita interpretasi. Pilih Map Digitize dan mulai mendijitasi titik A ke B.

7. Ketika kita mendijitasi titik Adan B, maka akan muncul kotak dialog seperti berikut. Setelah
selesai, maka pilih File Save As dalam format *.bln

8. Lalu pada peta Plot1, pilihGrid Slice pilihmap.grdlalupilihdigitize.bln

9. Lalu klik File Open pilih ab_slice.dat dan akan muncul data seperti dibawah ini. Pilih
kolom D sebagai x dan kolom C sebagai y pindahkan ke Microsoft Excel untuk membuat grafik
yang akan di analisa. Lakukan slicing pada 3 titik untuk mendapatkan perbandingan.

BAB IV
HASIL DAN INTERPRETASI

4.1 Hasil
Adapun peta hasil dari pengukuran konduktivitas Lapangan Merah Universitas
Padjadjaran ini adalah:

Dan setelah slicing kita mendapatkan grafik di AB, CD, dan EF adalah:

4.2 Interpretasi
4.2.1 InterpretasiKualitatif
Dalam pembuatan peta, penulis melakukan dua metoda dalam interpolasi data, yaitu
krigging dan minimum curvature agar mendapatkan perbandingan interpolasi mana yang lebih
bagus. Lalu ketika peta penampang konduktivitas 2D telah terbentuk, penulis menemukan bahwa
interpolasi data pada pengukuran penulis dan teman-teman lakukan lebih baik diinterpolasi
dengan metode krigging.
Lalu kemudian, pada peta penampang 2D konduktivitas tersebut, penulis melakukan
slicing pada titik AB, CD, dan EF agar mendapatkanperbandingan. Terlihat pada sudut kiri
bawah dan sudut kanan atas, konduktivitasnya sangat beragam dan berbeda secara signifikan.
Sedangkan pada bagian tengah peta dapat dilihat perubahan secara linear. Penulis merasa bahwa
ada yang mempengaruhi pengukuran pada dua titik ini.
Konduktivitas adalah tingkat sebuah benda dapat mengantarkan arus listrik. Namun jika
kita mengatakan bahwa terdapat kandungan mineral ferromagnetic di daerah pengekuran, hal itu
akan menyebabkan kesalahan fatal karena medan pengukuran tidak menunjukkan ada kandungan
mineral besi.

Hal ini memungkinkan bahwa pada daerah sana disaat pengukuran yang panas, alat
conductivity meter terkena imbas elektromagnetik dari matahari sehingga ada gangguan pada
daerah tersebut.
4.2.2 Interpretasi Kuantitatif
Lalu secara kuantitatifpenulis melihat skala harga konduktivitas dari rentang -15 ohm -1
hingga 60 ohm-1. Dan pada hasil slicing AB perbedaan konduktivitas pada rentang 30 ohm -1
hingga 50 ohm-1 sama seperti slicing EF. Namun dari tabel konduktivitas listik yang saya lihat
pada internet konduktivitas listrik pada rentang tersebut adalah silikon dan barang-barang plastik.
Mungkin terdapat barang plastik tertanam di daerah itu.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum yang penulis lakukan
adalah:
1. Pengukuran yang dilakukan di Lapangan Merah Universitas Padjadjaran mendapatkan
hasil 434 titik yang tersebar dalam 5 line.
2. Mendapatkan peta anomaly konduktivitas yang perbandingannya kemudian setelah
slicing terlihat pada Grafik AB, CD, dan EF
3. Secara kualitatif dapat disimpulkan bahwa alat terkena imbas elektromagnetik dari
matahari dan lingkungan sekitar pada titik AB. Karena jika kita menganalisa bahwa
disana ada bahan ferromagnetic maka hal tersebut dapat dikatakan salah ketika kita
melihat medan pengukuran yang tidak menunjukkan adanya besi sekalipun.

4. Secara kuantitatif dapat dilihat bahwa anomaly konduktivitas terdapat pada rentang -15
ohm.m-1 dan 60 ohm.m-1 yang menunjukkan bahwa adanya benda anomali yang bersifat
konduktiv di bawah permukaan lapanganmerah.

5.2 Saran
Adapun saran-saran dari penulis untuk pengukuran lanjutan kedepannya adalah:
1. Pengukuran lebih baik di lakukan menggunakan 2 metode, tidak hanya Horizontal CoPlannar tapi juga menggunakan metode geolistrik sehingga mendapatkan perbandingan
nilai.
2. Penelitian sebaiknya dilakukan pada saat sore hari sehingga terik matahari tidak terlalu
berpengaruh pada alat

DAFTAR PUSTAKA

http://www.gfinstruments.cz/index.php?menu=gi&cont=cmd_ov
http://rilgeofisika.blogspot.com/2012/07/metode-elektromagnetik-vlf.html
http://www.scielo.br/scielo.php?pid=S0102-261X2010000100002&script=sci_arttext
Telford, W.M., Geldart, R.E., Sheriff, D.A.,and Keys, 1979, Applied Geophysics,Cambridge
University Press.

Anda mungkin juga menyukai