Dasar Hukum
Dasar hukum melakukan tindakan penagihan pajak adalah Undang-undang no. 19 tahun 1997
tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Undang-undang ini mulai berlaku tanggal 23 Mei
1997. Undang-undang ini kemudian diubah dengan Undang-undang no. 19 tahun 2000 yang
mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001.
Pengertian
Kegiatan penagihan pajak dilakukan oleh bagian penagihan (seksi penagihan) di Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar. Penagihan pajak adalah tindakan penagihan yang
dilaksanakan oleh fiskus atau juru sita pajak kepada penanggung pajak tanpa menunggu jatuh
tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, masa pajak dan
tahun pajak.
Definisi penagihan pajak menurut Soemitro (1996:17), yaitu Penagihan pajak adalah perbuatan
yang dilakukan Direktorat Jendral Pajak karena Wajib Pajak tidak mematuhi ketentuan Undangundang pajak, khususnya mengenai pembayaran pajak yang terutang.
Definisi lain menurut Rusdji (2004:6), yaitu Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar
Wajib Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau
memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus memberitahukan surat paksa,
mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan dan menjual
barang yang telah disita.
Sedangkan Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggungjawab atas
pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib
Pajakmenurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Biaya Penagihan Pajak adalah biaya pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan, Pengumuman Lelang, Pembatakan Lelang, Jasa Penilai, dan biaya lainnya
sehubungan dengan penagihan pajak.
Pejabat dan Jurusita Pajka
Pejabat adalah orang yang berwenang mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak,
menerbitkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat Paksa, Surat Perintah
Melakukan Penyitaan, Surat Pencabutan Sita, Pengumuman Lelang, dan surat lain yang
diperlukan untuk penagihan pajak sehubungan dengan Penanggung Pajak.
Jurusita adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan
sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan penyanderaan. Tugas Jurusita Pajak:
Sedangkan menurut Rusdji (2005:25), yaitu surat yang diterbitkan apabila Wajib Pajak tidak
melunasi utang pajaknya sampai dengan tanggal jatuh tempo.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa surat paksa adalah surat perintah
membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak yang diterbitkan apabila Wajib Pajak tidak
melunasi utang pajaknya sampai dengan tanggal jatuh tempo.
Surat paksa diterbitkan apabila Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tidak melunasi utang
pajaknya sampai dengan tanggal jatuh tempo dan Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan
dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayarannya.
Sebagai surat yang mempunyai kuasa hukum yang pasif, tentu memiliki cirri-ciri dan kriteria
tersendiri. Dalam Undang-undang no. 19 tahun 2000 sebagai perubahan atas Undang-undang
no.19 tahun 1997 Pasal 7 ayat 1 menyebutkan bahwa fisik dari surat paksa sendiri di bagian
kepalanya bertuliskan Demi Keadilan dan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dalam Pasal 7 ayat 2 disebutkan bahwa surat paksa sekurang-kurangnyaharus memuat:
1) Nama Wajib Pajak atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak
2) Dasar penagihan
3) Besarnya utang pajak
4) Perintah untuk membayar
Selain kriteria di atas, surat paksa juga mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1) Surat paksa langsung dapat digunakan tanpa bantuan putusan peradilan
dan tidak dapat digunakan untuk mengajukan banding
2) Mempunyai kedudukan hukum yangsama dengan grosse akte, yaitu putusan peradilan perdata
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
3) Mempunyai fungsi ganda yaitu menagih pajak dan biaya penagihannya
4) Dapat dilanjutkan dengan tindakan penagihan penyanderaan
Secara teori surat paksa diterbitkan setelah surat teguran atau surat
peringatan atau surat lain sejenis yang diterbitkan oleh pejabat. Pasal 8 ayat
1 menerangkan tentang sebab-sebab penerbitan surat paksa, yaitu:
1) Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah
diterbitkan surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang
sejenis
2) Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan seketika
dan sekaligus
3) Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum
dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran
pajak.
Surat paksa terhadap orang pribadi diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada:
1) Penanggung pajak
2) Orang dewasa yang tinggal bersama ataupun bekerja di tempat usaha
penanggung pajak, apabila penanggung pajak yang bersangkutan tidak
dapat dijumpai
3) Salah satu ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus harta
peninggalannya apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta
warisan belum dibagi
4) Para ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta
warisan telah dibagi
Surat paksa terhadap badan diberitahukan oleh Jurusita Pajakkepada:
1) Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab,
pemilik modal
2) Pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat usaha badan, apabila Jurusita Pajak tidak
dapat menjumpai salah seorang. Apabila utang pajak tidak dilunasi oleh Wajib Pajak dalam
jangka waktu 224 jam setelah surat paksa diberitahukan, maka pejabat menerbitkan surat
perintah melaksanakan penyitaan. Pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak tidak mengakibatkan
penundaan pelaksanaan Surat Paksa dan apabila Wajib Pajak dinyatakan pailit, Surat Paksa
diberitahukan kepada Kurator, Hakim Pengawas atau Balai Harta Peninggalan. Sedangkan dalam
hal Wajib Pajak dinyatakan bubar atau dalam likuidasi,Surat Paksa diberitahukan kepada orang
atau badan yang dibebani untukmelakukan pemberesan atau likuidator.
Surat Penyitaan
Penyitaan merupakan tindakan penagihan lebit lanjut setelah Surat Paksa. Surat Penyitaan
diterbitkan apabila utang pajak belum dilunasidalam jangka waktu 224 jam setelah Surat Paksa
diberitahukan, untuk itu maka dapat dilakukan tindakan penyitaan atas barang-barang Wajib
Pajak. Dalam penagihan pajak dengan surat paksa, juru sita pajak berwenang melakukan
penyitaan terhadap harta kekayaan Wajib Pajak. Untuk melaksanakan penyitaan barang milik
Penanggung Pajak tersebut diperlukan suatu prosedur yang mengatur secara rinci, jelas dan tegas
yang meliputi status, nilai serta tempat penyimpanan atau penitipan barang sitaan milik
Penanggung Pajak dengan tetap memberikan perlindungan kepentingan pihak ketiga maupun
masyarakat Wajib Pajak.
Menurut Undang-undang no. 19 tahun 2000 tentang Penagihan Dengan Surat Paksa, Penyitaan
adalah tindakan juru sita pajak untuk menguasai barang dengan penanggungan pajak, guna
dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan.
Sedangkan penyitaan menurut Hadi (2001:4), yaitu serangkaian tindakan dari juru sita pajak
yang dibantu oleh 2 orang saksi untuk menguasai barang-barang dari Wajib Pajak, guna
dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak sesuai dengan perundang-undangan.
Undang-undang no.19 tahun 2000 Pasal 14 ayat 1 menjelaskan bahwa penyitaan dapat
dilaksanakan terhadap milik Wajib Pajak yang berada di tempat tinggal, di tempat usaha, di
tempat kedudukan atau di tempat lain termasuk penguasaannya yang berada di tangan pihak lain
yang dibebani dengan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, berupa:
1) Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan dan kapal dengan isi
kotor tertentu
2) Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, deposito
berjangka, tabungan, saldo rekening koran ataupun bentuk lainnya.
Barang bergerak yang dikecualikan dari penyitaan adalah:
a) Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh penanggung pajak dan
keluarga yang menjadi tanggungannya
b) Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak
yang berada di rumah
c) Perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dinas yang diperbolehkan dari Negara
d) Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan penanggung pajak dan alat-alat yang
dipergunakan untuk pendidikan, kebudayaan dan keilmuan
e) Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan pekerjaan atau
usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp 20.000.000 (dua puluh juta
rupiah).Besarnya nilai peralatan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan atau
Keputusan Kepala Daerah
f) Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan keluarga yang
menjadi tanggungan. Penyitaan tidak dapat dilaksanakan terhadap barang yang telah disita oleh
Pengadilan Negeri atau instansi lain yang berwenang. Terhadap barang yang telah disita tersebut,
Jurusita Pajak menyampaikan SuratPaksa kepada Pengadilan Negeri atau instansi lain yang
berwenang. Pengadilan Negeri dalam sidang berikutnya menetapkan barang tersebut sebagai
jaminan pelunasan utang pajak.Pengadilan Negeri atau instansi lain yang berwenang menentukan
pembagian hasil penjualan barang tersebut berdasarkan ketentuan hak mendahului Negara untuk
tagihan pajak.
Hak mendahului untuk tagihan pajak melebihi segala hak mendahului lainnya, kecuali terhadap:
1) Biaya perkara yang semata-mata disebabkan suatu penghukuman untuk melelang suatu barang
bergerak dan atau barang tidak bergerak
2) Biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang
tersebut
3) Biaya perkara yang semata-mata disebabkan pelelangan dan
penyelesaian suatu warisan
Penyitaan tambahan dapat dilaksakan apabila:
1) Nilai barang yang disita tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan
pajak dan utang pajak
2) Hasil pelelangan barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak
dan utang pajak.
Penyitaan dilakukan oleh juru sita pajak yang telah disumpah terlebih dahulu dengan didampingi
oleh 2 orang saksi, penduduk Indonesia yang telah dewasa, yang dikenal juru sita pajak dan
dapat dipercaya(undang-undang No 19 tahun 2000 tentang Penagihan dengan Surat Paksa).
Tujuan dilakukannya penyitaan adalah untuk memperoleh jaminan pelunasan utang pajak dari
penanggung pajak.
Setiap pelaksanaan penyitaan, juru sita pajak membuat berita acara pelaksanaan sita yang
ditandatangani oleh juru sita pajak, penanggung pajak dan saksi-saksi.Jika penanggung pajak
adalah badan maka berita acara pelaksanaan sita ditandatangani oleh pengurus, kepala
perwakilan, kepala cabang, penanggung pajak, pemilik modal atau pegawai tetap
perusahaan.Salinan berita acara pelaksanaan sita dapat ditempelkan di tempat umum dan berlaku
sebagai pemberitahuan maksud tindakan juru sita pajak pada penanggung pajak atas barang yang
disita atau diberi segel sita.
Penyitaan dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup untuk
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak.Hal lainnya yang dapat disita diatur dengan
peraturan pemerintah.Pencabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasi
biaya penagihan dan utang pajak atau berdasarkan putusan pengadilan atau putusan Badan
Peradilan Pajak atau ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri Keuangan atau Keputusan
Kepala Daerah.
Lelang
Apabila Wajib Pajak telah melunasi utang pajak tetapi belum melunasi biaya penagihan pajak
maka penjualan secara lelang terhadap barang yang telah disita tetap dapat dilakukan.
Pengertian lelang menurut Keputusan Menteri Keuangan no.13/KMK.01/2002, yaitu lelang
adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum baik secara langsung maupun media
elektronik dengan carapenawaran harga secara lisan dan tertulis melalui usaha pengumpulan
peminat atau calon pembeli. Apabila Wajib Pajak atau penanggung pajak tidak melunasi
kewajiban perpajakannya dan terhadap fiskus telah melakukan segala upaya hukum agar Wajib
Pajak atau penanggung pajak melunasi kewajiban perpajakannya dengan jalan menyampaikan
Surat Teguran, Surat Paksa dan melakukan penyitaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
maka barang-barang milik Wajib Pajak atau penanggung pajak dapat dilelang oleh Kantor Lelang
Negara.
Pengertian lelang menurut Rusdji (2005:26), yaitu setiap penjualan barang dimuka umum dengan
cara penawaran harga secara lisan atau tertulis melalui pengumpulan calon pembeli.
1) Syarat-syarat lelang
Syarat yang terkandung dalam pengertian lelang adalah:
a) Lelang dilakukan dimuka umum
b) Lelang dilakukan berdasarkan hukum
c) Lelang dilakukan dihadapan pejabat
d) Lelang dilakukan dengan penawaran harga
e) Lelang dilakukan dengan usaha pengumpulan peminat
Jika setelah 14 hari sejak tanggal surat perintah pelaksanaan penyitaan wajib pajak atau
penanggung pajak belum juga melunasi hutang pajaknya maka pejabat mengajukan permintaan
penetapantanggal dan tempat pelelangan kepada Kantor Lelang Negarasetempat.
b) Pengeluaran Surat Pemberitahuan
Pengeluaran Surat Pemberitahuan akan dilakukan pelelangansetelah mendapat kepastian tentang
tanggal dan tempat akandiselenggarakan pelelangan, maka juru sita pajak segeramemberitahuan
hal tersebut kepada wajib pajak atau penanggungpajak secara tertulis dengan menyampaikan
Surat Pemberitahuankapan dilaksanakan pelelangan atau kesempatan terakhir kepadawajib
pajak.
4) Pelaksanaan Lelang
Juru sita pajak datang ketempat dimana barang-barang sitaan ituakan dilelang untuk
mendampingi juru lelang. Sesaat sebelumpelelangan dimulai sebaiknya juru sita pajak
menanyakan kepada wajibpajak apakah utang pajaknya telah dilunasi, maka pelelangan
dibatalkandan apabila tidak maka pelelangan segera dilakukan. Juru lelangmengumumkan
kepada para calon pembeli tentang syarat-syarat apayang harus dipenuhi serta cara-cara
penawarannya. Wajib pajak berhakmenentukan urutan nama barang-barang yang disita akan
dilelang. Jikahasil penjualan barang telah mencapai jumlah utang pajak ditambahdengan biaya
penagihannya maka penjualan tersebut dihentikan dan sisa
barang dikembalikan dengan segera dengan wajib pajak.Setelah selesai pelelangan, maka kantor
lelang, juru sita atau orang yang diserahi untuk menjual barang-barang sitaan melaporkan kepada
atasannya dengan membuat laporan hasil pelaksanaan lelang maka pengumuman lelang
dibatalkan dengan memuat iklan pembatalan lelang dalam media masa, media cetak, atau media
elektronik yang bersangkutan.
5) Pembatalan Lelang
Apabila wajib pajak melunasi utang pajak serta biaya penagihannya sesudah pengumuman lelang
dimuat dimedia masa, media cetak atau media elektronik tetapi sebelum pembatalan wajib pajak
yang bersangkutan harus menunjukan bukti pembayaran utang pajak dan penagihannya.
Tata Cara dan Waktu Penagihan Pajak
Menurut keputusan Menteri Keuangan No. 561/KMK.04/2000 menguraikan hal-hal yang
berkaitan dengan tata cara dan waktu penagihan pajak sebagai berikut:
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan atau Keputusan Kepala Daerah. Gugatan
diajukan dalam jangka waktu 14 hari.
Permohonan Pembetulan Atau Penggantian
Penanggung Pajak dapat mengajukan permohonan pembetulan atau penggantian kepada Pejabat
terhadap Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis, Surat Perintah
Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Surat
Perintah Penyanderaan, Pengumuman Lelang dan Surat Penentuan Harga Limit yang dalam
penerbitannya terdapat kesalahan atau kekeliruan. Dalam jangka waktu 7 hari sejak tanggal
diterima permohonan tersebut, Pejabat harus memberi keputusan atas permohonan yang
diajukan. Apabila dalam jangka waktu tersebut Pejabat tidak memberikan keputusan, maka
permohonan Penanggung Pajak dianggap dikabulkan dan penagihan ditunda untuk sementara
waktu.
Ketentuan Pidana
Penanggung Pajak dilarang:
1. Memindahkan hak, memindah tangankan, menyewakan, meminjamkan,
menyembunyikan, menghilangkan, atau merusak barang yangtelah disita
2. Membebani barang tidak bergerak yang telah disita dengan hak tanggungan untuk
pelunasan utang tertentu
3. Membebani barang bergerak yangtelah disita dengan fiducia atau diagunkan untuk
pelunasan utang tertentu
4. Merusak, mencabut, atau menghilakngkan segel sita atau salinan Berita Acara
Pelaksanaan Sita yang telah ditempel pada barang sitaan.
Penanggung pajak yang melanggar ketentuan ini dipidana dengan pidana penjara paling laam 4
tahun dan denda paling banyak Rp 12.000.000,00. Setiap orang yang dengan sengaja tidak
menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang, atau dengan sengaja
mencegah, menghalang-halangi, atau menggagalkan tindakan maka akan dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 bulan 2 minggu, dan denda paling banyak Rp 10.000.000,00.
PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
DASAR HUKUM
Undang-undang nomor 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang nomor 19 tahun 2000.
PENGERTIAN-PENGERTIAN
1)
Penanggung Pajak,
Orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang
menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan.
2)
Penagihan Pajak
Serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi Utang Pajak dan biaya penagihan pajak
dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanaan penyitaan, melaksanakan
penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
3)
Biaya pelaksanaan Surat Paksa, Suratt Perintah Melaksanakan Penyitaan, Pengumuman Lelang,
Pembatalan Lelang, Jasa Penilai, dan biaya lainnya sehubungan dengan penagihan pajak.
PEJABAT DAN JURUSITA PAJAK
Pejabat adalah orang yang berwenang mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak,
menerbitkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat Paksa, Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan, Surat Pencabutan Sita, Pengumuman Lelang, Surat Penentuan Harga
Limit, Pembatalan Lelang, Surat Perintah Penyanderaan, dan surat lain yang diperlukan untuk
penagihan pajak sehubungan dengan Penanggung Pajak tidak melunasi sebagian atau seluruh
Utang Pajak menurut undang-undang dan peraturan daerah.
Menteri Keuangan berwenang menunjuk Pejabat untuk penagihan pajak pusat. Kepala Daerah
Berwenang menunjuk Pejabat untuk penagihan pajak daerah. Jurusita Pajak adalah pelaksanaan
tindakan penagihan yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa,
penyitaan dan penyanderaan.
Tugas Jurusita Pajak :
1)
2)
3)
Melaksanakan penyitaan atas barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan
4)
Dalam melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak berwenang memasuki dan memeriksa semua
ruangan termasuk membuka lemari, laci, dan tempat lain untuk menemukan objek sita di tempat
usaha, di tempat kedudukan, atau di tempat tinggal Penanggung Pajak, atau di tempat lain yang
dapat diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita.
PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS
Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang dilakukan oleh Jurusita
Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi
seluruh Utang Pajak dari semua jenis pajak, Masa Pajak dan Tahun pajak. Jurusita Pajak
melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus berdasarkan Surat Perintah Penagihan Seketika
dan sekaligus. Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan apabila:
1)
Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat untuk
itu;
2)
Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimliki atau yang dikuasai dalam
rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukannya
di Indonesia;
3) Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan usahanya, atau
menghubungkan usahanya, atau memekarkan usahanya, atau memindahtangankan perusahaan
yang dimiliki atau dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya.
4)
5) Terjadinya penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tandatanda kepailitan.
Surat Perintah Penagihan Seketika dan sekaligus sekurang-kurangnya memuat:
1)
Nama Wajib Pajak, atau Nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak
2)
3)
4)
Surat perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan sebelum penerbitan Surat Paksa.
SURAT PAKSA
Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Surat Paksa
mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak
2)
Dasar Penagihan
3)
4)
Penanggung pajak
2)
Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama atau bekerja di tempat usaha penanggung
pajak, apabila penanggung pajak yang bersangkutan tidak dapat dijumpai.
3)
Salah satu ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus harta peninggalannya
apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan harta warisan belum dibagi.
4)
Para ahli waris, apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan harta warisan telah dibagi.
Pengajuan keberatan oleh wajib pajak tidak mengakibatkan penundaan pelaksanaan surat
paksa.
Pelaksanaan surat paksa tidak dapat dilanjutkan dengan penyitaan sebelum lewat waktu 2
(dua) kali 24 (dua puluh empat) jam setelah surat paksa diberitahukan.
PENYITAAN
penyitaan adalah tindakan jurusita pajak untuk mnguasai barang penanggung pajak, guna
dijadikan jaminan untuk malunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan. Apabila
utang pajak dilunasi penanggung pajak dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat)
jam setalah surat paksa diberitahukan, pejabat menerbitkan surat perintah melaksanakan
penyitaan. Penyitaan dilakukan oleh jurusita pajak disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua)
orang yang telah dewasa, penduduk indonesia, dikenal oleh jurusita pajsk, dan dapat dipercaya.
Setiap mekaksanakan penyitaan, jurusita pajak membuat berita acara pelaksanaan sita yang
ditandatangani oleh juru sita pajak, dn saksi-saksi.
Barang yang dapat disita dapat berupa:
1. barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito berjangka, tabungan,
saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham,
atau surat berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lain, dan atau
2. barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi kotor tertentu.
Barang bergerak yang dikecualikan dari penyitaan adalah:
1)
Pakaian dan tempat tidur beserta pelengkapannya yang digunakan oleh penanggung
pajakdan keluarga yang menjadi tanggungannya.
2)
Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak
yang ada di rumah.
3)
Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan penanggung pajak dan alat-alat
yang dipergunakan
4)
Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas yang diperoleh dari negara.
5)
Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan pekerjaan atau
usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta
rupiah). Besarnya nilai peralatan ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan atau keputusan
Kepala daerah.
6)
Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan keluarga yang
menjadi tanggungannya.
Penyitaan tidak dapat dilaksanakan terhadap barang yang telah disita oleh pengadilan Negeri
atau instansi lain yang berwenang. Terhadap barang telah disita tersebut, jurusita pajak
menyampaikan surat paksa kepada pengadilan Negeri atau instansi lain yang berwenang.
Pengadilan negeri dalam sidang sebelumnya menetapkan barang tersebut sebagai jaminan
pelunasan utang pajak. Sedangkan instansi lain yang berwenang, setelah menerima surat paksa
menjadikan barang tersebut sebagai jaminan pelunasan utang pajak. Pengadilan negeri atau
instansi lain yang berwenang menentukan pembagian hasil penjualan barang tersebut
berdasarkan ketentuan hak mendahulu negara untuk tagihan pajak.
Hak mendahulu untuk tagihan pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali terhadap:
1)
Biaya perkara yang semata-mata disebabkan suatu penghukuman untuk melelang suatu
barang bergerak dan atau barang tidak bergerak.
2)
3)
Biaya perkara yang semata-mata disebabkan pelelangan dan penyelesaian suatu warisan.
Lelang
Lelang adalah setiap penjualan barang di muka umum dengan cara penawaran harga secara lisan
dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli. Apabila utang pajak
dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli. Apabila utang pajak
atau biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah melakukan penyitaan, pejabat berwenang
melaksanakan penjualan secara lelang terhadap barng yang telah disita melalui kantor lelang.
Penjualan barang lelang dilaksanakan paling singkat 14 (empat belas) hari setelah pengumuman
lelang melalui media masa. Pengumuman lelang dilaksanakan paling singkat 14 (empat belas)
hari setelah penyitaan. Pengumuman lelang untuk barang bergerak dilakukan 1 (satu) kali dan
untuk barang tidak bergerak dilakukan 2 (dua) kali. Pengumuman lelang barang dengan nilai
paling banyak Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta) tidak harus di umumkan melalui media massa.
Hasil lelang dipergunakan terlebih dahulu untuk membayar biaya penagihan pajak yang belm
dibayar, dan sisanya untuk membayar utang pajak. Dalam hal penjualan secara lelang, biaya
penagihan pajak ditambah 1% (satu persen) dari pokok lelang, dan secara tidak lelang biaya
penagihan pajak ditambah 1% (satu persen) dari hasil penjualan. Besarnya biaya penagihan pajak
adalah Rp 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) untuk setiap pemberitahuan surat paksa dan Rp
100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk setiap pelaksanaan