TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
1. Definisi dan Klasifikasi
Diabetes melitus (DM) adalah kelompok penyakit metabolisme
dengan karakteristik kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia) yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.1,2
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 1997 dan 2003,
diabetes diklasifikasikan berdasarkan etiologi dan terbagi dalam empat
kategori utama (tabel 1).2 DM tipe 2 sering disebut sebagai non-insulin
dependent diabetes mellitus (NIDDM) atau adult onset diabetes mellitus
(AODM).1 DM tipe 2 lebih sering terjadi pada middle-aged dan orang yang
lebih tua, dengan puncak onset terjadi pada usia 60 tahun.22 DM tipe 2 lebih
sering terjadi daripada DM tipe 1, yakni 90% - 95% dari kasus diabetes
merupakan DM tipe 2.1 Lima puluh persen kasus DM tipe 2 seringkali tidak
terdiagnosis, hal ini dikarenakan gejalanya seringkali tidak disadari dan fase
preklinisnya berlangsung selama 5 10 tahun. Kasus DM tipe 2 biasanya
terdiagnosis melalui pemeriksaan rutin.22
Hati
Sel
Pankreas
Genetik
Hiperinsulinemia
Resistensi Insulin
Resistensi insulin
terkompensasi
(normal atau TGT)
Didapat
Didapat
- toksisitas glukosa
- asam lemak, dll
Genetik
Kelelahan sel
DM tipe 2
resistensi insulin
produksi glukosa hati
sekresi insulin kurang
3. Penegakan Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan berdasarkan gejala klinik yang khas dan
dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium. Keluhan-keluhan khas DM
antara lain poliuri, polidipsi, polifagi, dan penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya. Gejala awal DM ialah peningkatan kadar glukosa
darah dan kehilangan glukosa melalui urin. Sejumlah besar glukosa di dalam
urin dapat menyebabkan peningkatan pengeluaran urin dan memicu
terjadinya dehidrasi. Dehidrasi menyebabkan peingkatan rasa haus dan
konsumsi air. Ketidakmampuan untuk menggunakan energi glukosa akhirnya
memicu kehilangan berat badan. Keluhan lain yang mungkin terjadi yaitu
4. Komplikasi
Komplikasi DM dapat dibedakan atas komplikasi akut dan kronik.
Komplikasi akut meliputi ketoasidosis diabetik, peningkatan osmolalitas
darah, dan hipoglikemia. Sedangkan komplikasi kronik meliputi kelainan
mikrovaskular
(retinopati,
nefropati,
dan
neuropati),
dan
kelainan
B. Saliva
Saliva total merupakan cairan kompleks yang berasal dari kelenjar saliva
mayor dan minor, dan dari cairan yang terakumulasi di dalam krevis gingiva atau
poket gingiva.29 Saliva merupakan cairan encer yang terdiri atas 99% air dan
sisanya 1% terdiri atas molekul organik dan anorganik.30 Perubahan jumlah
maupun komposisi saliva akan mengubah kesehatan rongga mulut.31 Komposisi
cairan saliva total dapat dilihat pada tabel 4.
Kelenjar saliva dibagi atas 2 kelompok, yaitu kelenjar saliva mayor dan
kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor merupakan struktur berpasangan
yang terdiri atas kelenjar parotis, kelenjar submandibular, dan kelenjar sublingual.
Sedangkan kelenjar saliva minor terdiri atas kelenjar labialis, kelenjar bukalis,
kelenjar palatinus (kelenjar Weber), kelenjar retromolar (kelenjar Carmalat), dan
kelenjar lingualis.32 Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva terbesar.32,33
Kelenjar parotis memberikan 60 65% dari total volume saliva. Sekresi utama
kelenjar parotis berupa serosa. Kelenjar submandibula memproduksi sekitar 20
30% dari total saliva. Sekresinya merupakan campuran cairan serosa dan mukus.
Kelenjar sublingual memproduksi sekitar 2 - 5% dari total saliva.34 Sekresinya
didominasi oleh cairan mukus. Kelenjar minor terletak di lidah, palatum, mukosa
bukal dan palatal. Kelenjar-kelenjar ini merupakan kelenjar mukosa kecil dengan
sekresi utamanya berupa mukus.33
Anorganik
Sodium
Potasium
Kalsium
Magnesium
Chloride
Hydrogen carbonate
Fosfat
Thiocynate
Iodide (mol/l)
Fluoride (mol/l)
Stimulasi
1,0 3,0
Hingga 8,0
Mean SD
Range
Mean SD
Range
7,7 3,0
21 4
1,35 0,45
0,31 0,22
24 8
2,9 24
55
2,5
5,5 4,2
1,5
2 26
13 40
0,5 2,8
0,15 0,6
8 40
0,1 8,0
2 22
0,4 5,0
2 22
0,2 2,8
32 20
13 80
13 38
0,2 -4,7
0,2 0,6
10 56
4 40
1,5 25
0,4 3,0
2 30
0,8 6,3
Organik
Protein (g/l)
Serum albumin(mg/l)
Gamma globulin (mg/l)
Mukoprotein (g/l)
MG1
MG2
Amilase (g/l)
Lisosim (g/l)
Proline-rich protein
(mg/l)
Histidine-rich protein
Laktoferin
Carbonic anhydrase
Fibronectin (mg/l)
Statherin (mg/l)
Karbohidrat (g/l)
Substansi kelompok
darah (mg/l)
Glukosa
Lipid (mg/l)
Kortisol (nmol/l)
Asam amino (mg/l)
Urea
Amonia
22 12
1,70 1,0
0,18 0,15
25 18
20 8
10
1,2
10 7
1,75
25
50
0,45
1,0 6,4
0,42
0,14
0 80
0,2 2,0
16 147
0,27 0,40
10 20
0,02 0,17
20
2 20
40
2,0 4,20
0,6 7,0
1. Protein Saliva
Protein saliva bersifat multifungsi, yakni memiliki fungsi protektif
terhadap antimikroba, lubrikasi, dan pencernaan. Selain itu juga berperan
penting dalam mengubah kolonisasi mikroba di permukaan gigi dan jaringan
lunak, memberikan barrier diantara toksin dan karsinogen dengan jaringan
lunak mulut. Protein saliva juga berperan dalam pembentukan pelikel email.
Protein pada permukaan email yang dipercaya sebagai proteksi, dan
kemungkinan mempengaruhi awal kolonisasi mikroba di gigi. Berdasarkan
produksi dari asam amino dasar dan peptida dalam saliva, saliva membantu
menetralisir asam plak. Semua aktivitas-aktivitas ini berperan dalam
integritas fungsional rongga mulut dan mendukung proteksi melawan
penyakit-penyakit mulut.30,36 Fungsi protein saliva dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Fungsi protein saliva dalam rongga mulut
Fungsi/Aktivitas
Masalah yang Berhubungan
Mulut
Sebagai jalan nafas
Air-borne organism
Dehidrasi
Berbicara
Kebutuhan untuk lubrikasi
Pengecapan
Jalan masuk untuk
Organisme food-borne
pengunyahan
Abrasi jaringan lunak dan
makanan, menelan
keras
Toksin makanan
Kontrol
Kolonisasi dan infeksi.
mikroorganisme lokal Pengontrolan patogen dan
dan mikroorganisme
komensal.
yang menginvasi
Pencernaan
Proteksi dan
perbaikan jaringan
lunak
Proteksi dan
perbaikan jaringan
keras
Fungsi Protein
Sistem anti-bakteri
Glicoprotein water-retaining
Sistem lubrikasi
Gustin
Sistem anti-bakteri
Lubrikasi, musin, statherin
Sistem anti-bakteri
Imunoglobulin, histatin,
glikoprotein, lisosim,
sialoperoksidase, laktoferin
Hidrolisis tepung dan lemak :
amilase dan lingual lipase
Faktor pertumbuhan jaringan
cystatin inhibitor protease
lapisan barrier protektif yang
kaya musin
Secara biologis mengontrol
protektif dan perbaikan
lingkungan anorganik,
distabilisasi oleh statherin,
acidic proline-rich dan protein
pelikel
Asam amino dasar dan peptida
Pembentukan pelikel
Pembentukan asam
Kontrol plak pH
plak
Sumber: Hay DI, Bowen WH. The Function of Salivary Protein. In: Edgar WM (ed). Saliva
and Oral Health. 2nd ed. London: British Dental Association.1996:106.37
harus terjadi pada tahap sintesis. Hal ini dikarenakan pelepasan protein
berlangsung secara otomatis tanpa stimulus lebih lanjut.33
diabetik,
sehingga
terjadi
rembesan
protein.12,38,39
2. Viskositas Saliva
Saliva adalah suatu cairan yang dalam keadaan istirahat memiliki
kepekatan (kental-dapat mengalir) sehingga tetap lama berada di dalam mulut.
Pada proses-proses seperti bicara dan menelan, saliva yang sama ini
seharusnya memberikan pelumuran selaput lendir yang baik, sehingga proses
ini dapat berlangsung tanpa gesekan. Sifat kepekatan saliva ini terutama
ditentukan oleh adanya musin. Molekul musin dalam keadaan istirahat
merupakan sutau anyaman sehingga saliva menjadi sangat pekat, tetapi
segera sesudah seseorang bicara atau menelan, anyaman ini terganggu dan
kepekatan saliva turun dramatis.40
sel
yang
mensekresikan
musin.
Kelenjar
sublingual
C. Kerangka Teori
Diabetes Melitus
Neuropati
otonom
Vaskular
Renal
Infeksi
Kelenjar saliva
Perubahan laju
alir saliva
Perubahan membran dasar
sel asinar
Perubahan viskositas
Karies gigi
Retensi
gigi tiruan
Lubrikasi
Pengunyahan
dan artikulasi
Protective
barrier