Pertemuan ke
: 3
Topik belajar
Alokasi waktu
: 200 menit
Tujuan pembelajaran
Materi 1
Kopling
Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebahgai penerus putaran
dari poros penggerak ke poros yang digerakkan. Kopling ada dua macam yaitu kopling
tetap (coupling) dan kopling tidak tetap (clutch).
Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara
pasti (tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut terletak pada
satu garis lurus atau dapat sedikit berbeda sumbunya.
Kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan. Putaran
pada kopling tidak tetap dapat dilepaskan atau dihubungkan bila diperlukan.
Kopling jenis ini biasanya dipakai pada kendaraan bermotor.
Modul ini akan membahas kopling tetap yaitu kopling flens kaku dan kopling karet
ban. Kopling tetap jenis kopling flens kaku dipergunakan bila kedua poros harus
dihubungkan dengan sumbu segaris. Kopling flens kaku digunakan pada kopling mesin
dan transmisi umum di pabrik-pabrik. Kopling karet ban dipergunakan bila kedua sumbu
poros yang dihubungkan tidak segaris atau tidak benar-benar lurus. Kopling karet ban
dapat meredam tumbukan dan getaran yang terjadi pada transmisi akibat kedua sumbu
poros yang dihubungkan tidak segaris.
Penggunaan koplng untuk menghubungkan dua poros sangat banyak digunakan
karena mempunyai berbagai macam keunggulan yaitu:
dengan
diameter
poros
yang
akan
dihubungkan
dan
untuk
karena
dapat
dipasang
dengan
kuat
sehingga
mengurangi
kemungkinan terjadi getaran yang cukup kuat dan juga dapat menahan jika
ada tumbukan,tumbukan yang kecil. Pada waktu pemasangan, sumbu kedua
poros harus terlebih dahulu diusahakan segaris dengan tepat sebelum bautbaut flens dikeraskan. Untuk dapat menyetel lurus kedua sumbu poros secara
mudah, permukaan flens yang satu dapat dibubut kedalam dan dan
permukaan flens yang menjadi pasangannya dibubut menonjol sehingga
dapat saling mengepas.
Perencanaan Kopling Flens Kaku
Kopling flens kaku dipergunakan bila kedua poros harus dihubungkan dengan
sumbu segaris. Kopling jenis ini banyak digunakan pada kopling mesin dan sistem
transmisi di pabrik. Kopling flens kaku terdiri atas naf dengan flens yang dibuat dari besi
cor atau baja cor, dan dipasang pada ujung poros dengan diberi pasak serta diikat
dengan baut pada flensnya. Ada juga naf kopling yang dipasang pada poros dengan
sambungan pres atau kerut.
Untuk merencanakan kopling pertama harus diketahui besarnya daya (P) dan
putaran (n) yang akan diteruskan poros penggerak. Diameter poros penggerak seperti
pada poros motor listrik harus diperiksa agar diameter tersebut sama dengan poros
yang digerakkan. Sifat dari daya yang akan diteruskan harus dperiksa untuk
menentukan faktor koreksi daya, baru kemudian dapat dihitung besarnya daya rencana
(Pd). Kemudian dapat dihitung momen rencana (T).
Bahan baut dapat ditentukan sesuai dengan standar, sehingga kekuatannya
daoat diketahui dengan jelas. Jika bahan baut dibuat dari baja liat maka faktor-faktor
keamanan yang dipakai cukup besar sehingga pada umumnya ukuran yang ditentukan
akan memenuhi semua persyaratan pada hampir semua pemeriksaan. Namun
demikian jika ternyata masih kurang kuat, dapat diambil bahan baut yang mempunyai
kadar karbon yang lebih tinggi, atau ambil bahan lain untuk flensnya.
Bagian yang perlu diperiksa adalah baut. Jika ikatan antara kedua flens
dilakukan dengan baut-baut pas, dimana lubang-lubangnya dirim, maka meskipun
diusahakan ketelitian yang tinggi, distribusi tegangan geser pada semua baut tetap
3
tidak dapat dijamin seragam. Makin banyak jumlah baut yang digunakan, makin si lit
untuk menjamin keseragaman tersebut. Sehingga contoh dalam hal kopling yang
mempunyai ketelitian rendah, dapat terjadi bahwa hanya satu baut saja yang menerima
seluruh beban transmisi hingga dalam waktu singkat akan putus. Jika setelah baut ini
putus terjadi lagi pembebanan pada satu baut, maka seluruh baut dapat mengalami hal
yang sama dan putus secara bergantian.
Biasanya dalam perhitungan dianggap bahwa hanya 50( %) saja dari seluruh
baut yang berjumlah n buah menerima seluruh beban secara merata. Jika jumlah baut
efektif yang menanggung beban dinyatakan dengan ne maka besarnya tegangan geser
pada baut dapat dihitung sbb.
2
B
d b b n e (kg.mm)
4
2
8T
(kg / mm 2 )
2
d b n e B
b ba
ba adalah suatu harga tegangan geser izin bahan baut yang diperoleh misalnya
dengan membagi kekuatan tarik 41 (kg/mm2 ) dari bahan SS41 dengan faktor
keamanan S f = 6. Bagian yang mengalami konsentrasi tegangan seperti bagian ulir
baut harus dijauhkan dari permukaan kontak dari kopling. Jika kemungkinan akan
terjadi tumbukan, maka b harus dikalikan dengan faktor Kb (faktor tumbukan) yang
dipilih antara 1.5 dan 3.
4
Bagian kopling yang perlu direncanakan berikutnya adalah flens. Jika kopling
dipergunakan untuk menghubungkan turbin dengan generator, maka pemakaian baja
tempa perlu digunakan untuk menghindari adanya bagian yang keropok. Untuk
pemakaian lain dapat digunakan baja cor. Karena bagian yang keropok peka terhadap
tumbukan, maka faktor koreksi K b harus diambil sebesar 2 atau 3 dan dikalikan pada
f .
T CF f
C
2
2T
C 2 F
f Fa
Jika baut pas dipakai, gesekan antara kedua flens dapat juga meneruskan
momen tetapi gesekan ini biasanya diabaikan.
Ada juga flens yang ditempa menjadi satu dengan poros pada ujung poros dan
disebut poros flens tempa. Keuntungannya adalah diameter flens dapat dibuat kecil
karena tidak memerlukan naf.
Contoh soal.
Rencanakan kopling flens kaku yang dipasang pada poros baja liat dengan sebuah
pasak untuk meneruskan daya sebesar 50 (kW) pada putaran 180 (rpm), dan periksa
kekuatan baut dan flens.
Penyelesaian soal
1. P= 50 (kW), n1 = 180 (rpm)
2. fc = 1,2
5
3. Pd = 1,2 x 50 = 60 (kW)
4. T = 9,74 x 105 x 60/180 = 4,12 x 105 (kg.mm)
5. Dengan mengambil kadar karbon untuk baja liat sebesar 0,20 (%), maka
kekuatan tarik B adalah
5,1
1/ 3
98,2(mm) 100(mm)
8x3,10x10 5
1,21(kg / mm 2 )
x 25 2 x 4x 260
Misalkan momen puntir yang diteruskan bervariasi seperti dalam gambar, garis
putus-putus menunjukkan momen puntir Tm (kg.mm) yang dihitung dari daya nominal P
8
(kW) dan putaran n1 (rpm) dari suatu motor listrik, motor tersebut mampu memberikan
daya tambahan yang cukup besar sesuai denagan permintaan diatas daya rata -rata
yang sesungguhnya.
Tm 9,74x105 xP / n1 (kg.mm)
Bila terdapat variasi momen, kalikan harga T m dengan faktor koreksi fc untuk
tumbukan dan umur ban.
Bila variasi momen sangat besar seperti dikemukakan diatas, kalikan harga T max
(kg.mm) yang terbesar dalam satu putaran dengan faktor koreksi yang sama f c seperti
di atas.
Td f c Tmax
Pilihlah ukuran sedemikian rupa sehingga momen Td (kg.mm) lebih rendah dari
pada momen normal maksimum dari kopling standar Tu (g.mm).
Perlu juga diperiksa apakah momen awal yang dikenakan beberapa kali dalam
sehari juga lebih rendah dari harga Td ini.
Untuk perhitungan diameter poros, faktor koreksi K t untuk poros sudah tercakup
didalam Td. Faktor koreksi lenturan C b ditentukan atas dasar perkiraan apakah kopling
tersebut dimasa mendatang akan diganti dengan alat lain yang menimbulkan momen
lentur pada poros. Biasanya perhitungan didasarkan atas harga C b = 1, yaitu dengan
anggapan tidak akan ada pergantian kopling dengan alat lain.
Dengan demikian rumus untuk diameter poros adalah
5,1
d s Td
a
1/ 3
Bagian yang menempel dapat dibagi atas bagian piringan dan bagian silinder.
Luas tempelan S 1 dan Ss (mm). Jika diameter luar bagian piringan dan silinder adalah
d1 dan d2 (mm), maka tegangan geser t (kg / mm 2 ) yang timbul pada bagian yang
menempel adalah
d
d 1 d 2
S 2 2 t Td
S1
4
2
d
d d2
t Td / S1 1
S2 2
4
2
Tegangan geser yang diizinkan Ta antara ban kopling dan logam pemasang
adalah 0,04 (kg/mm2 ).
t ta
Pemeriksaan selanjutnya dilakukan pada baut pengikat antara flans dengan
logam pemasang kopling ban.
Dalam hal kopling flens kaku yang diikant dengan baut pas, perhitungan
kekuatan didasarkan pada setengah dari jumlah semua baut, karena distribusi gaya
gesek yang tidak merata. Tetapi pada kopling karet ban, karena flens pada semua baut.
Dengan pemakaian baut tanam ini, tegangan geser terjadi pada ulir baut sehingga
konsentrasi tegangan harus diperhatikan. Disini konsentrasi tegangan dapat diambil
sebesar 3,0. Maka besarnya tegangan geser yang diizinkan pada baut adalah
ba B /(Sf 1 xSf 2 )
Jika diameter inti baut adalah dr, maka
8Tmax
d 2r xn e xB
ne = n
Akhirnya, pada kopling yang dipergunakan untuk meneruskan daya dari suatu
penggerak mula dengan momen puntir yang sangat bervariasi seperti sebuah motor
10
torak dengan jumlah silinder sedikit, ayau kopling untuk menggerakkan mesin dengan
beban yang bervariasi secara periodic, maka getaran puntir harus diperiksa.
Jika jumlah puncak momen tiap putaran adalah v, dan putaran poros adalah n1
(rpm), maka frekuensi variasi momen puntir adalah vn1. Sekarang akan dihitung
frekwensi pribadi dari poros, momen inersia poros yang digerakkan dinyatakan dengan
ll (kg.cm.s2). Jika GD2t (kg.m 2 ) diberikan, maka l l 10 4 xGD 2t /( 4x980) . Ini adalah jumlah
inersia beban dan dari momen inersia kopling. Momen inersia dari satu flens dapat
diperoleh dari tabel 2.6, yang besarnya adalah setengah dari selisih antara momen
inersia logam pemasang dan momen inersia badan kopling.
Momen inersia dari badan motor induksi GD 2m adalah 10 4 xGD 2m /( 4x980) dan
dari momen inersia kopling adalah Im.
Jika roda gigi reduksi dipakai antara motor dan kopling, maka GD 2 dari motor
dan pinyon harus dikalikan dengan kuadrat dari perbandingan reduksi i(i>l). hasil
perkalian tersebut setelah ditambah dengan GD 2 dari roda gigi kemudian dikalikan
dengan (104/4 x 980).
Jika konstanta pegas kopling ban adalah k (kg.cm/rad), maka harga ukuranukuran yang bersangkutan adalah seperti tertera dalam tabel 2.6, putaran krisisnya n c
(rpm) adalah
nc
60 l
l
k
2 l l l m
Adalah suatu hal yang dapat dipandang baik jika frekwensi variasi momen puntir
vn1 tidak lebih dari 0,8 nc.
Contoh soal
Sebuah kompresor yang menimbulkan variasi momen puntir seperti dalam gambar
dalam satu putaran poros, digerakkan oleh sebuah motor induksi sebesar 5,5 (kW)
pada 960(rpm). Pilihlah suatu kopling karet ban untuk menghubungkan kedua mesin
tersebut. Motor tersebut mempunyai poros dengan diameter 42 (mm), GD 2 sebesar
11
0,22 (kg.m2), dan 6 buah kutub, sedang kompresor mempunyai GD 2 sebesar 0,12
(kg.m2).
Penyelesaian soal.
1. P = 5,5 (kW), n1 = 960 (rpm)
2. Tm = 9,74 x 105 x 5,5/960 = 5580 (kg.mm)
3. Tmax = 11000 (kg.mm), v=2
4. dari tabel 2.7,fc = 3,0
5. Td = 3,0 x 11000 = 33000 (kg.mm)
6. no. 265 A = 265 (mm)
momen normal maksimum Tu=36(kg.m) > 33000(kg.mm).
B = 140 (mm), C = 100(mm), L=71(mm), F=14(mm), d=12(mm),
n=2 x6
7. Bahan poros S45C
B 58(kg / mm 2 ), Sf 1 6,0
Dengan alur pasak Sf2 = 2,5
Pengaruh tangga poros adalah kecil
8. a
58
3,87(kg / mm 2 )
6,0x 2,5
5,1
x33000
9. d s
3,87
1/ 3
35,1(mm)
Diameter poros sebesar 35(mm) dapat dipandang cukup. Tetapi karena diameter
poros motor adalah 42 (mm), maka diameter yang sama juga harus diambil
untuk poros yang digerakkan.
10. Dengan diameter naf kopling sebesar 100(mm), diameter luna ng poros
maksimum adalah 56(mm). Jadi diameter poros sebesar 42(mm) adalah cukup
baik.
12
200 164
164
2
13. 33000 /10287
6180
0,023(kg / mm )
4
2
d b1 10,863(mm), B 140(mm), n 6, Sf 1 6, Sf 2 3, f c 3
16. ba 41 /(6x3) 2,28(kg / mm 2 )
17. b
8x11000
0,283(kg / mm 2 )
x (10,863) 2 x 6x140
Kopling: lc = (0,83-0,38)=0,45(kg.cm.s2)
Sisi digerakkan l1 = 0,560+(0,45/2)=0,531 (kg.cm.s2)
Motor GD 2 = 0,22 (kg.m2), l=104 x 22/(4 x 980) = 0,560 (kg.cm.s2)
Sisi penggerak l m = 0,560 + (0,45/2) = 0,785 (kg.cm.s2)
Konstanta pegas puntiran : k = 6,07 x 10 4 (kg.cm./rad)
20. n c
60
1
1
6,07 x10 4
4180(rpm)
2
0,531 0,785
Materi 2
Bantalan Gelinding
Bantalan gelinding dapat diklasifikasikan atas: bantalan radial, yang terutama
membawa beban radial dan sedikit beban aksial, dan bantalan aksial yang membawa
beban yang sejajar sumbu poros. Menurut bentuk elemen gelindingnya, dapat pula
dibagi atas bantalan bola dan bantalan rol. Demikian pula dapat dibedakan menurut
banyaknya baris dan kontruksi dalamnya. Bantalan yang cincin dalam dan cincin
luarnya dapat saling dipisahkan disebut macam pisah.
Menurut diameter luar atau diameter dalamnya, bantalan gelinding dapat dibagi atas:
Diameter luar lebih dari 800(mm)
ultra besar
Besar
Sedang
14
Diameter kecil
Miniatur
15
16
semen
yang
kedalaman sementasinya
dan kekerasa
dari
inti
dan
dari plastic. Sebagai paku keeling untuk sangkar dipergunakan baja karbon rendah
bermutu baik.
Nomor Nominal Bantalan Gelinding
Dalam praktek, bantalan gelinding standart dipilih dari catalog bantalan. Ukuran
utama bantalan gelinding adalah diameter lubang, diameter luar, lebar, dan
lengkungan sudut. Pada umumnya, diameter lubang diambil sebagai patokan,
dengan mana berbagai diameter luar dan lebar digabungkan.
Nomor nominal bantalan gelinding terdiri dari nomor dasar dan pelengkap.
Nomor dasar yang terdapat merupakan lambang jenis, lambang ukuran (lambang
lebar, diameter luar), nomor diameter lubang, dan lubang sudut kontak.
Lambang-lambang pelengkap mencakup lambang sangkar, lambang skat(sil),
bentuk cincin, pemsangan, kelonggaran, dan kelas. Jika hal-hal tersebut tidak
doperinci, maka lambang-lambang diatas tidak dituliskan.
Lamnbang jenis menyatakan jenis bantalan. Baris tunggal alur dalam diberi tanda
6; rol silinder diberi tanda huruf seperti N, NF, dan NU, yang menyatakan macam
kerahnnya.
Lambang ukuran merupakan lebar untuk bantalan radial dan tinggi untuk
bantalan aksial; dapat juga menyatakan diameter luar dari bantalan-bantalan
tersebut. Untuk bantalan radial, tidak mendapat lambang lebar. Diameter membesar
dalam ukuran; 7,8,9,0,1,2,3 dan 4. lambang diameter luar 0,2, dan 3 pada umumnya
banyak dipakai. Juga lambang lebar, 0,1,2, dan 3 lazim dipergunakan. Lambang
diameter luar 0 dan 1 menyaakan jenis beban yang sangat ringan ; 2, jenis beban
ringan; 3, jenis beban sedang dan 4, jenis beban berat.
Nomor diameter lubang dinyatakan dengan dua angka. Untuk bantalan yang
berdiameter 20-500 (mm), kalikanlah 2 angka lubang tersebut dengan 5 untuk
mendapatkan diameter lubang yang sebenarnya (dalam mm). nomo r tersebut
bertingkat, dengan kenaikan sebesar 5 (mm), nomor 00 menyatakan 10 (mm); 01,
12 (mm); 02, 15(mm); dan 03, 17(mm) diameter lubang. Untuk diameter lubang
dibawah 10(mm), nomor tanda adalah sama dengan diameter lubangnya.
Dibawah ini akan diberikan contoh nomor nominal dan artinya.
18
1. 6312 ZZ C3 P6
6
12
ZZ
berarti bersil 2
C3
adalah kelonggaran C3
P6
2. 22220 K C3
2
22 menunjukkan diameter luar 180 (mm) dan lebar 46 (mm) untuk diameter
lubang 110 (mm)
20 berarti 20 x 5 = 100 (mm) diameter lubang
K
C3 kelonggaran C3
Sebagai tambahan, untuk bantalan rol kerucut dalam inc dapat ditemui dalam
standar AFBMA, dan untuk bantalan miniature dalam USAS. Untuk perusahaan
kereta api nasional jepang terdapat nomor nominal de ngan lambang-lambang
seperti diatas disamping penomoran menurut JIS.
Kapasitas Nominal Bantalan Gelinding
Ada dua macam kapasitas nominal, yaitu kapasitas nominal dinamis spesifik dan
kapasitas nominal statis spesifik.
Misalkan sejumlah bantalan membawa beban tanpa variasi dalam arah yang
tetap. Jika bantalan tersebut adalah bantalan radial, maka bebannya adalah radial
murni, cincin luar diam dan cincin dalam berputar. Jika bantalan tersebut adalah aksial,
maka kondisi bebannya adalah aksial murni, satu cincin diam dam cincin yang lain
berputar. Jumlah putaran adalah 1.000.000 (atau 33,3 rpm selama 500 jam). Setelah
menjalani putaran tersebut, jika 90 (%) dari jumlah bantalan tersebut tidak menunjukkan
19
kerusakan karena kelelahan oleh beban gelinding pada cincin atau elemen
gelindingnya, maka besarnya beban tersebut dinamakan kapasitas nominal dinamis
spesifik, dan umur yang bersangkutan disebut umur nominal.
Jika bantalan membawa beban dalam keadaan diam (atau berayun-ayun), dan
pada titik kontak yang menerima tegangan maksimum besarnya deformasi cincin
menjadi 0.0001 kali diameter elemen gelinding, maka beban tersebut dinamakan
kapasitas nominal statis spesifik.
Kedua macam beban diatas merupakan faktor dasar yang pertama dalam
pemilihan bantalan. Rumus-rumus perhitungan beban dinamis spesifik dulu belum
diseragamkan diseluruh dunia. Hal ini dapat dolihat pada perbedaan besarnya harga
beban dinamis spesifik C dari bantalan yang sama ukurannya tetapi dibuat oleh pabrik
yang berbeda.
Dalam tahun 1959, persamaan teoritis dari lundberg dan palmgrens diterima oleh
ISO, dan dimasukkan dalam JIS B 1518. pada saat ini, semua produsen bantalan
menggunakan standar perhitungan tersebut sehingga harga C yang terdapat dalam
catalog bantalan dari berbagai pabrik sama besarnya untuk bantalan yang sama
ukurannya. Persamaan untuk C pada bantalan bola dan rol radial adalah sebagai
berikut.
Untuk diameter bola 25,4 (mm) atau kurang
C = fc (i cos ) 0,7 Z 2 / 3 D a
1,8
c f c (il a cos ) 7 / 9 Z3 / 4 D a
29 / 27
Dimana
C: adalah kapasitas nominal stasis spesifik
20
21
Beban radial ekivalen statis P o (kg), dan beban aksial ekivalen statis P oa (kg) untuk
suatu bantalan yang membawa beban radial F r (kg) dan beban aksial Fa (kg), dapat
ditentukan dengan persamaan berikut.
p 0 X 0 Fr Y0 Fa
P0 Fr ,
Hara-harga
22
33,3
Untuk bantalan bola, f n
n
33,3
Untuk bantalan rol, f n
1/ 3
3 / 10
C
P
L n a 1 , a 2 , a 3 .L h
Dimana:
a1: adalah faktor keandalan (tabel 4.10). a 1 = 1 bila keandalan 90(%) dipaka
seperti biasanya, atau 0,21 bila keandalan 99 (%) dipakai.
a2: adalah faktor bahan. a2 = 1 untuk bahan baja bantalan yang dicairkan
secara terbuka, dan kurang lebih = 3 untuk baja bantalan de-gas hampa.
a3: adalah faktor kerja. a3 = 1 untuk kondisi kerja normal, dan kurang dari 1
untuk hal-hal berikut ini (karena kondisinya tidak menguntungkan umur
bantalan):
23
Jika bantalan tinggal diam, bila cincin dalam, cincin luar, dan elemen gelinding
berputar bersama sebagai satu kesatuan (tidak ada gerakan relative antara
ketiga bagian tersebut), atau bantalan berputar dengan putaran tidak lebih dari
10 (rpm), atau berayun-ayun, maka perhitungan L tidak dilakukan. Dalam hal ini
keadaan beban dianggap statis, dan perhitungan hanya didasarkan pada beban
ekivalen statis yang harus lebih rendah dari pada beban nominal statisnya.
Untuk menentukan apakah umur yang dihitung perlu dihitung lagi dengan
nomor bantalan yang lain, harus dipertimbangkan berdasarkan harga-harga
standard alam tabel 4.11.
24
25
Soal evaluasi
1. Kopling flenz kaku berfungsi untuk
a. penerus putaran
b. penurun putaran
c. pemercepat putaran
d. pemutus putaran
2. Kopling karet ban berfungsi untuk
a. sumbu poros yang dihubungkan segaris
b. sumbu poros yang dihubungkan tidak segaris.
c. sumbu poros yang dihubungkan sejajar
d. sumbu poros yang dihubungkan berpotongan
3. Jika sumbu poros yang dihubungkan tidak segaris, kopling yang tepat adalah
a. Kopling flenz kaku
b. Kopling karet ban
c. Kopling bus
d. Kopling tempa
4. Tujuan dari penggunaan kopling adalah untuk
a. perawatannya mudah dan cepat
b. pemasangannya mudah dan cepat
c. pemasangan poros mudah dan cepat
d. pemasangan baut mudah dan cepat
5. Rencanakan sebuah kopling untuk memindahkan daya dari sebuah motor listrik
sebesar 5 (kW) pada putaran 1000 (rpm). Poros mengalami sedikit beban
tumbukan, dan dipakai selama 16 jam. Bahan harus dipilih sendiri yang sesuai.
6. Rencanakan bantalan gelinding untuk sebuah poros yang memindahkan daya dari sebuah
motor listrik sebesar 5 (kW) pada putaran 1000 (rpm). Poros mengalami beban puntir, dan
juga beban lentur karena ada 2 puli yang terpasang. besarnya beban lentur yang terjadi
dapat dilihat pada gambar. Pada poros dibuat alur pasak untuk memasang puli dan dibuat
bertangga untuk memasang bantalan, jika sehari poros ini dipakai selama 16 jam dengan
tumbukan ringan. Bahan harus dipilih sendiri yang sesuai.
26
7. Rencanakan bantalan gelinding untuk sebuah poros dipasang roda gigi transmisi
dengan ukuran diameter 15 cm dan lebar 3 cm. Daya yang ditransmisikan 5 kW,
pada putaran 200 Rpm dan bahan poros yang dipakai S35C .
roda gigi
bantalan
12 cm
15 cm
bantalan
12 cm
27
a
b
b
b
28
Rangkuman.
Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebahgai penerus putaran
dari poros penggerak ke poros yang digerakkan. Kopling ada dua macam yaitu kopling
tetap (coupling) dan kopling tidak tetap (clutch). Kopling tetap yang dibahas yaitu
kopling flens kaku dan kopling karet ban. Kopling tetap jenis kopling flens kaku
dipergunakan bila kedua poros harus dihubungkan dengan sumbu segaris. Kopling
flens kaku digunakan pada kopling mesin dan transmisi umum di pabrik-pabrik. Kopling
karet ban dipergunakan bila kedua sumbu poros yang dihubungkan tidak segaris atau
tidak benar-benar lurus. Kopli ng karet ban dapat meredam tumbukan dan getaran yang
terjadi pada transmisi akibat kedua sumbu poros yang dihubungkan tidak segaris.
Penggunaan koplng untuk menghubungkan dua poros sangat banyak digunakan
karena mempunyai berbagai macam keunggulan yaitu pemasangannya yang mudah
dan cepat, ringkas, ringan dan aman tehadap putaran tinggi; getaran dan tumbukan
kecil.
Bantalan gelinding dapat diklasifikasikan atas: bantalan radial, yang terutama
membawa beban radial dan sedikit beban aksial, dan bantalan aksial yang membawa
beban yang sejajar sumbu poros. Menurut bentuk elemen gelindingnya, dapat pula
dibagi atas bantalan bola dan bantalan rol.
29
Daftar pustaka
Holowenko, dkk. , 1980 , Machine Design, Asian Student Edition, Schaums
Outline Series, New York : McGraw-Hill Book, Inc.
Khurmi, R.S., Gupta, J.K., 1980 , Machine Design, New Delhi: Eurasia Publishing
House.
Shigley, J.E., Mitchell, L.D., 1986, Perencanaan Teknik Mesin Jakarta :
Erlangga.
Sularso, Kiyokatsu Suga, 1980, Elemen Mesin, Jakarta: Pradnya Paramita.
30