Anda di halaman 1dari 14

Yolune

I,

Edisi

I,

September 2010

Patogenesis Batu Empedu

Astri Sri Widiastuty


Fakultas KedokteranUniversitas MuhammadiyahrPalembang

.
Abstract

Gallstones are collections of cholesterol, bile pigment or a combination of the wo,

which areformed in the gallbladder or within the bile ducts. Cholesterol stones primarily
composed of cholesterol, while pigmented stones are primarily composed of bilirubin.

biliary system can cause blockage of the bile ducts and


sysmptoms such as abdominal pain, nausea and vomiting, and gallstones can cause
inflammation ofpancreas (pancreatitis), acute cholecystitis and choledocholithiasis. Rrst
Gallstones formed in the

factorsfor developing cholesterol gallstones arefemale genden older

age, genetic, obesity,

high cholesterol level, treatmentwith estrogen containingmedications and liver disease.


Gallstones that are not causing symptoms generally do not cause problem and do

not require further evaluation. Gallstones are diagnosed by physical exarnination


(murphy's sign), laboratory measurement (ALT AST alkaline phosphatase and bilirubin)

and radiologt procedures abdominal plain x-rays, (Jltrasonography,

Computed

tomography (CT) scan, Magnetic resonance cholangiography (MRCP), Endoscopic


ultrasound (EUS), and Biliary scintigrapy.
The treatment

for gallstones that obstruct the common bile duct is endoscopic

retrograde cholangiopancreatography (E RCP) or sutgery.


Keywords : gallstone,Cholelithias is,biliary

sys tem

40

j aundice

Yolume

Pendahuluan

Penyakit batu empedu (Kolelitiasis,


gallstone) merupakan salah satu penyakit

abdomen paling banyak yang


menyebabkan pasien datang ke rumah
sakit.''t Penyakit batu empedu sering terjadi
di Amerika Serikat, ditemukan pada5-l5o/o
dari populasi total dan 25%o dari wanita
yang berusia di atas 50 tahun. Dari jutaan

orang yang didiagnosis batu empedu setiap


tahunnya di Amerika Serikat, setengahnya
telah dilakukan operasi traktus biliaris.'''
Walaupun kolesistektomi laparoskopik
relatif mudah dan sudah lama dikenal,
masih terdapat beberapa masalah di antara
klinisi seperti bagaimana mengevaluasi
pasien yang menderita batu empedu,
menentukan siapa yang harus diterapi dan
bagaimana, serta bagaimana melakukan
pencegahan terjadinya batu empedu pada
orang-orang dengan risiko tinggi.3
Angka kejadian batu empedu di tiap
negara berbeda-beda. Banyak faktor yang

I, Edisi

1, September 2010

(asimtomatik) dan seringkali ditemukan


secara kebetulan pada saat pemeriksaan
Ultrasonograpfty (USG) atau pada saat
pemeriksaan karena keluhan lain.t Pasien
dapat mengalami nyeri abdomen (kolik
biliaris) atau ditemukan gejala yang
disebabkan komplikasi akibat obstnrksi
oleh batu atau akibat proses inflamasi,
seperti kolesistitis, kolangitis, jaundice,
koledokolitiasis dan lain-lain.'''
Hasil pemeriksaan laboratorium pada
penderita batu empedu biasanya dalam
batas normal. Pada 10-20% kasus, dapat
terjadi peningkatan ringan dari bilirubin

serum, fosfatase alkali, enzim

aminotansferase (Aspartate transaminase


[AST] dan Alanine transaminase IALTI)

atau y-glutamyl transferase (GGT).

Diagnosis batu empedu ditegakkan secara


radiologis (X-ray abdomen polos, USG,
Computed tomography [CT], Magnetic

resonance cholangiography [MRCP],


Endoscopic ultrasound [EUS], Biliary
s

mempengaruhi pembentukan batu empedu


di antaranya ras, pola hidup, genetik dan

cint i gr aphy, dan lain-lain).'-t

Delinisi Batu Empedu (Kolelitiasis,


gallstone)
Batu empedu adalah massa inorganik
yang terbentuk di dalam kandung empedu,
kadang-kadang di dalam duktus koledokus
atau duktus hepatikus. Batu ini dapat
menyebabkan nyeri abdomen dan
. 45
i.
olspepsla..

infeksi.t'''o Prevalensi batu empedu di


beberapa negara Barat hampir sama dengan
di Amerika Serikat, tetapi di negara-negara

Asia lebih rendah.''t'' Di Indonesia belum


ada penelitian epidemiologis, diduga
insidensi batu empedu masih lebih rendah
bila dibandingkan dengan di negara Barat.
Tetapi dengan adanya kecenderungan pola
hidup modem maka mungkin batu empedu
di Indonesia pada masa mendatang akan
merupakan suatu masalah kesehatan yang

Anatomi dan Fisiologi Kandung


Empedu
Kandung empedu merupakan kantung
berbentuk alpukat yang terletak tepat di
bawah lobus kanan hati. Empedu yang
disekresi secara terus menerus olehhati

perlu mendapat perhatian.

Sebagian besar pasien dengan batu


empedu tidak menunjukkan gejala klinis

4t

Yolume

masuk ke saluran kecil empedu di dalam


hati, yang disebut kanalikuli. Saluran kecil
ini bersatu membentuk saluran empedu
lebih besar (duktulus) dan akhirnya
membentuk dua saluan besar yang keluar
dari permukaan bawah hati sebagai duktus

hepatikus kanan dan kiri yang segera


bersatu membentuk duktus hepatikus
komunis (common hepatic duct). Duktus
hepatikus bergabung dengan duktus
sistikus membentuk duktus koledokus
(common bile duct). Pada sebagian besar
orang, duktus koledokus bersatu dengan
duktus pankreatikus membentuk ampula
Vateri (bagian duktus yang melebar)
sebelum bermuara ke duodenum. Bagian
terminal dari kedua saluran dan ampula
dikelilingi oleh serabut otot sirkular yang
dikenal sebagai sfingter Oddi.o''-" Secara
skematis, anatomi kandung empedu dapat

dilihatpadagambar.l dibawahini.

lbpa&drcils

Cyilcdn

G&rdthr
Panclrs

Oqnmo blbdusl
Prncredc

I, Edisi I, September 2010

Fungsi utama kandung empedu adalatt


menyimpan dan memekatkan empedu.
Empedu yang dihasilkan oleh hati, setelah
melewati duktus hepatikus akan masuk ke
duktus sistikus dan ke kandung empedu.
Dalam kandung empedu, pembuluh limfe
dan pembuluh daratr mengabsorpsi air dan
garam-garam anorganik, sehingga empedu
dalam kandung empedu kira-kira l0 kali
lebih pekat daripada empedu hati. Secara
berkala kandung empedu mengosongkan

isinya ke dalam duodenum melalui


konfraksi simultan lapisan otofinya dan
relaksasi sfingter Oddi. Adanya lemak
dalam makanan merupakan rangsang
terkuat untuk menimbulkan kontraksi
kandung empedu.t-''

Fisiologi dan Kimiawi Empedu


Empedu merupakan suatu cairan yang
mengandung 85-95% air, dan sisanya
mengandun g zat-zat organik seperti garam
empedu, bilirubin, kolesterol, fosfolipid
dan elektrolit seperti natrium, kalsium,
kalium, klorida dan karbonat. Dalam proses
pemekatan di dalam kandung empedu, air
dan elekfrolit direabsorpsi oleh mukosa
kandung empedu.nr'tt-tn
Asam empedu merupakan komponen
empedu yang terbanyak jumlatrnya yaitu

rhd

antara 8-53% dari total empedu. Asam


empedu dibentuk dari kolesterol. Proses
oksidasi dan hidroksilasi kolesterol di

Garrbar l. Anatomi kandung empedu (dikutip dari Shaffert

dalam sel-sel hati membentuk asam

Kandung empedu mendapatkan aliran


darah dari arteri sistikus yang merupakan
cabang arteri hepatikus, dan mengalirkan
darah ke vena sistikus yang bermuara ke
dalam sistem vena porta.t'"

empedu primer, yaifu asam kolat dan asam


kenodeoksikolat, seperti terlihat pada

gambar 2. di bawah ini. Keduanya akan


berkonjugasi dengan glisin atau taurin
unhrk membentuk gliko dantatro

42

Yolume

l,

Edisi 1, September 2010

terkonjugasi-asam empedu dan


disekresikan ke dalam empedu dalam
bentuk garam natrium atau kaliumnya.
Garam empedu ini berfirngsi membenhrk
kompleks-kompleks kecil dengan lemak
yang disebut micelles (misel), sehingga
menjadi mudah lanrt dan dapat diabsorpsi
mukosausus,e'rr'r1

c*ld

Pcrfiffinolr

n ftmt

,\..4*l y .r."
rll.'

tsa--l'
cer'rz^., t'

t'ff

-,
f*''r/'"

tc,is

[-*'*

*.I*IJ."
chdr.d

lt*-

Gambar 3. Siklus cntcrohepatik garam empcdu. (disadur dari

King)"

,,-_&-,.,
*$;

Empedu yang disekresikan oleh hati

normalnya antara 600-1200 ml/hari.


Gambar

2.

Empedu mempunyai dua fungsi penting,


yaitu:

Pembentukan asarn empedu primer.

@ikutipdariKiog)"

l.

pencernaan dan absorpsi lemak, karena

Kira-kira 95% asarn empedu yang

empedu

disekresikan akan diserap kembali di usus

mengandung asam

halus dan 5Yo sisanya masuk ke dalam

membantu mengemulsikan lemak


sehingga dapat dicerna oleh enzim
lipase pankreas serta membantu
tanspor dan absorpsi produk akhir

kolon kemudian diubah oleh bakteri usus


menjadi as:rm empedu sekunder, yaitu
deoksikolat dan litokolat. Deoksikolat akan

yang

lemak menuju atau melalui membran

diserap dan kembali ke hati melalui vena

mukosausus.''t''to

porta (siklus enterohepatik), sedangkan


litokolat sebagian besar dibuang melalui

2.

Empedu berperan sebagai alat untuk


mengeluarkan hasil buangan dari darah,

feses dan sebagian diubah oleh bakteri usus

seperti bilirubin dan kelebihan

menjadi ursodeoksikolat dan diserap

kolesterol yang dibentuk hati.''"''o

kembali. Di hati akanmengalarni konjugasi

kembali dengan glisin atau taurin dan


selanjutnya kembali mengikuti siklus
enterohepatik (garrbar 3.).''tt't'
43

Empedu berperan penting dalam

Yolume

KlasifikasiBatu Empedu
Batu empedu (kolelitiasis, gallstone)
mempunyai berbagai macam bentuk,
ukuran, wama dan corak tergantung pada
komposisi yang menyusunnya. Klasifikasi
batu empedu biasanya berdasarkan pada
gambaran arsitektur secara gross dan
komposisi utama batu tersebut. Terdapat 2
jenis utama batu empedu, yaitu batu
5'r 7
kolesterol dan batu pigmen3'4'7'e'r

l. Batu Kolesterol
Merupakan jenis batu yang terbanyak

I, Edisi

1, September 2010

2.BatuPigmen
Batu pigmen terdiri atas Zjenis, yaitu batu
pigmen coklat dan batu pigmen hitam.
Komponen utama batu pigmen ini ialah
kalsiumbilirubinat (40-60%)t'sedangkan
kadar kolesterolnya kurang dari 30%.' Batu

pigmen hitam berwarna coklat tua sampai


hitam dan bila dipotong permukaannnya
seperti gelas. Komponen utamanya ialah
kalsium bilirubinat dengan jalinan musin
glikoprotein-garam kalsium. Garam
kalsiumnya dapat berupa kalsium karbonat

atau kalsium non-karbonat. Intinya

dan mengandung lebih dari 50% kolesterol


(5 I -99%),sisanya kalsium karbonat, fosfat,

mengandung belerang dan tembaga dalam


t-''
kadar yang tinggi.''n''

bilirubinat, fosfolipid, glikoprotein

Batu pigmen coklat permukaannya


kasar dan seperti lumpur serta pada
potongan melintang tampak lapisan
berwarna coklat dan coklat muda
berselang-seling. Lapisan coklat

dan
mukopolisakarida.''o Bentuknya bulat atau
oval dengan permukaan yang halus atau

sedikit granuler, berwarna kuning pucat


dengan bagian inti yang lebih gelap, dari
titik tengah menyebar garis-garis radier ke
tepi. Batu jenis ini sebagian besar bersifat

mengandung garam bilirubinat sedangkan


lapisan coklat muda mengandung kalsium
palmitat dan stearat.o''''''

radiolusen dan biasanya soliter. Merupakan


jenis batu empedu yang banyak didapat di
t
negara Barat (>8 5 o7o;.rs't''s-'

Patogenesis Batu Kolesterol dan Faktorfaktor yang Mempengaruhi

Tabel l. Klasifikasi Batu Empedu (Disadur


dari Shaffer)'
Brtu Plgmen

Brtu Kolel.crul

Hlhm
Konlposisi

Kolcstcrcl

ulartu

,\da 3 mekanisme utama yang berperan


dalam pembentukan batu kolesterol yaitu
perubahan komposisi empedu, nukleasi
(pembentukan inti) kolesterol dan

Cokht

Pigmcn polimcr

Kalsium

bilirubin

bilirubr'at

Garanr

kalsiun

gangguan fungsi kandung empedu.t''u'n''

Garanr

(lbslat,

kalsiunr

karbonat)

(p!lDilrt,

Kristalin

Lokasr

f,anoung crnpcqu
Duktus kolcdokus

KcBs

Empedu mengandung 85-95% air.


Kolesterol bersifat tidak larut dalam air,
sehingga harus dipertahankan dalam
keadaan larut dengan disekresikan dari

Lunak. ralulr
uuxrus

cmpcdu

kolcrlokus

Dultus cmpcdu
KadrodcNltas

Luscn (85%)

Opak (50%)

Lu$n (1ory")

Prcdisposisi

Mctabolik

HctrcltSts

lnlcl(sl

Sircsis

lnllaru3i

Perubahan Komposisi Empedu

stcorat)

Konsistcnsi

t''

membran kanalikuli dalam bentuk vesikel


44

Yolume

fosfolipid, yaitu gabungan kolesterolfosfolipid. Kelarutan kolesterol tergantung


pada konsentrasi fosfolipid dan asam

empedu dalam empedu, juga jenis


fosfolipid dan asam empedu yang ada.2't-rr'r7
Pada keadaan empedu tidak lewat jenuh
oleh kolesterol serta mengandung cukup
asam empedu dan fosfolipid, kolesterol
akan terikat pada bagian hidrofobik dari
campuran misel (terdiri atas fosfolipid
terutama lesitin, asam empedu dan
kolesterol). Karena bersifat larut dalam air,

campuran misel

ini memungkinkan

hanspor dan absorpsi produk akhir lemak


menuju atau melalui membran mukosa

I, Edisi I, September 2010

empedu ternyata waktu pembentukan


intinya jauh lebih pendek dibandingkan
dengan yang tanpa batu empedu. Hal ini
disebabkan adanya fbktor-faktor lain yang
berperan mempercepat atau mengharnbat
terbentuknya batu, di antaranya berupa

protein atau musin (mukus) di dalam


empedu.t'to Beberapa peneliti menduga
bahwa musin yang bersifat gel di dalam
kandung empedu dapat mencetuskan

kristalisasi kolesterol. Selain itu,


glikoprotein 120 kda dan infeksi juga
diduga dapat menyebabkan kristalisasi
kolesterol

2-''6'e'r

7' I 6

usus.''tt

Bila empedu mengandung kolesterol


yang tinggi (lewat jenuh) atau kadar asam
empedu serta fosfolipid rendah, kelebihan
kolesterol tidak dapat ditranspor ke dalam
campuran misel, tetap terbentuk vesikel.
Vesikel ini bersifat tidak stabil dan akan
beragregasi membentuk vesikel yang lebih

besar dan berlapis-lapis (vesikel

Sill.ry chol.3tG.ol

I
lfi'*l ",oooooo
untt.mrtt.r

multilamellar) sehingga membentuk inti


kristal kolesterol

(galor:frlar 2.7 ;.

rr'e'e't t

Multil.mllr
wsklG ^

inti kristal

ror..

\r/

Prffior?'

9-

lg

rnhibitorr

Nu<lrtion

[]-o
I

Ceat.llir.tion

Pembentukan

((@))

PembentukanlntiKolesterol
Meningkatnya kadar kolesterol akan
menyebabkan cairan empedu menjadi
lewat jenuh dan memungkinkan tedadi
kristalisasi dan terbentuknya inti kristal
kolesterol yang merupakan kunci penting
dalam rangkaian patogenesis batu
t

Bitc .ctd

sire'cid

,2.<-.\.

b.

kolesterol.''n't't'

chot*rt

juga

dipenganrhi oleh waktu pembentukan inti


(nucleationtine). Pada penderita batu

Gambar 4. Pembentukan kristal


empedu. (disadur dari Sherlock)'

45

koleslerol

dalam

Yolume

Patogenesis Batu Pigmen dan Faktorfaktor yang Mempengaruhi


Batu pigmen merupakan jenis batu yang
banyak ditemukan di negara Timur dengan

komponen utamanya adalah kalsium


bilirubinat. Kandungan kolesterol pada
batu pigmen kurang dari 30oh.' .Batu
pigmen hitam terutama mengandung
kompleks kalsium bilirubinat dengan
kalsium dan glikoprotein.''0. Mekanisme
pembentukannya belum diketahui pasti,
tetapi diduga disebabkan karena empedu
mengalami supersaturasi oleh bilirubin
indirek, perubahan pH dan kalsium serta
produksi yang berlebihan dari glikoprotein.
Kadar bilirubin indirek yang tinggi dalam

I,

Edisi

I,

September 2010

meningkat pada keadaan inflamasi taktus


biliaris. Bilirubin indirek ini bergabung
dengan kalsium menghasilkan kalsium
bilirubinat yang tidak larut dalam air
t'o't'tt
sehingga terjadi pengendapas

Manifestasi Klinis dan Komplikasi Batu


Empedu
Sebagian besar penderita batu empedu

tidak menunjukkan gejala klinis


(asimtomatik) yang dalam perjalanan
penyakitnya dapat tetap asimtomatik
selama bertahun-tahun dan sebagian kecil

(2-3% per tahun) dapat berkembang


menjadi simtomatik (garnbar 2.9). Kurang

dari 50% penderita batu

empedu

empedu biasanya ditemukan pada penderita

mempunyai gejala klinis, dan kurang dari

hemolisis kronik."'t

lU%o-nya berpotensi mengalami


komplikasi.2't-r0:0 Manifestasi klinis yang
sering terjadi di antaranya kolik biliaris,
kolesistitis ata$ dan kronik serta batu
duktus koledokus.t'' Perjalanan klinis

Batu pigmen coklat terutama


mengandung garam kalsium dari bilirubin
indirek (kalsium bilirubinat) dan lebih

sering dihubungkan dengan stasis empedu


dan infeksi. Stasis empedu sering disertai
infeksi kandung empedu tetapi masih
belum jelas apakah stasis menyebabkan
infeksi atau infeksi yang menyebabkan
kerusakan epitel kandung empedu dan
mengakibatkan fibrosis sehingga terjadi
stasis. Infeksi oleh parasit seperti Ascaris
lumbricoides dan Clonorchis sinensis akan
menyebabkan iritasi dan fibrosis sfingter
Oddi sehingga terj adi stasis.'''''
Enzim beta glukoronidase yang
dihasilkan kelompok bakteri koli (misalnya

penderita batu empedu dapat dilihat pada


gambar

l.KolikBiliaris
Sekitar 60-70% dari pasien dengan batu

empedu simtomatik mengalami episode


kolik biliaris, yaitu nyeri yang terutama
dirasakan di daerah epigasfrium setelah
makan atau di daerah kuadran atas kanan
perut, kadang-kadang menjalar ke belakang

(interskapula) atau sampai ke bahu kanan.


Nyeri dapat dirasakan beberapa menit
sampai beberapa jam. Nyeri yang hebat
sering disertai rasa mual dan muntah
sehingga menyebabkan penderita dirawat
r3'to'rt2o'!
di rumah sakit.

Escherichia coli) akan menghidrolisis


bilirubin direk menjadi bilirubin indirek
dan asam glukoronida. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa aktivitas enzim ini
47

Yolume

Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri


epigastrium pada palpasi atau nyeri di
daerah kuadran atas kanan tetapi sebagian
besar pasien tidak menunjukkan kelainan
ro'rt'o:t
pada pemerilsaan fi sik.
2.

KolesistitisAkut

I,

September 2010

kannyeri dan rasapenuh di daerahkuadran


atas kanan. Pada palpasi di daerah kuadran
atas kanan selama inspirasi sering
menyebabkan rasa nyeri sehingga pasien
menghentikan napas sejenak (Murphy's
srgz positif). Tanda peritonitis lokal dan
demamjuga sering ditemukan.t't'to'Jo

3. Batu pada Duktus Koledokus


(Koledokolitiesis)
Koledokolitiasis dapat terjadi bila batu

dirasakan terus-menerus selama beberapa


jam, sehingga pasien merasa membutuhkan
pertolongan emergensi. Obstruksi duktus
sistikus yang menetap oleh batu, disertai
iritasi kimia oleh empedu menyebabkan
inflamasi dan edema dari dinding kandung
empedu, biasanya pasien mengalami mual
danmuntah.t'tt:o

pet

Edisi

Pemeriksaan fi sik biasanya menunjuk-

Kolesistitis akut merupakan komplikasi


paling sering, yaitu sekitar 15-20% drt
pasien dengan batu empedu simtomatik.
Pasien mengalami nyeri hebat yang

2-3o/o

I,

berpindah tempat dari kandung empedu dan

menyumbat duktus koledokus. Sumbatan


batu ini dapat menyebabkan kolangitis atau
pankreatitis akut. Pasien dengan batu pada
duktus koledokus sering menunjuldcan
gejala jaundice dan deman, selain rasa
nyeri.t'ttzo

Asimtomatik

tahun

I _rr.r.
'..J "^*

p",

_J

Batu duktus empedu

Kolesistitis
kronik

Pankreatitis
Kolangitis

jaundice

Karsinoma kandung empedu

(=0,082 per tahun dari penderita


simtomatik usia >50 thn)

Gambar 6. Pedalanan penyakit batu empedu. (disadur dari Sherlockf

48

Yolume

I,

Edisi

I,

September 2010

Diagnosis Batu Empedu


Sebagian besar penderita batu empedu

Pada penderita batu empedu dengan


pankreatitis dapat terjadi peningkatan kadar

terutama yang tanpa gejala ditemukan


secara kebetulan pada saat penderita
melakukan pemeriksaan radiologi karena
keluhan lain.r Pada anamnesis kadangkadang dapat ditemukan riwayat kolik

amilase dan lipase serum, di samping tes


fungsi hati yang abnormal. Diduga terdapat
kolesistitis akut j ika ditemukan leukositosis
dan sampai 15% penderita mempunyai

epigastrium atau di daerah kuadran kanan

peningkatan sedang dari aspartate


ami n otran s f e ra s e, ol an in e
aminotransferase, fosfatase alkali dan

atas perut.''u't''o'tt

bitirubinserum.'

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat
dilakukan pada penderita batu empedu di
antaranya hitung sel darah lengkap,
urinalisis, pemeriksaan feses, tes fungsi
hati' dan kadar amilase serta lipase

Pemeriksean Radiolo gis

biliaris, yaitu rasa nyeri

di

daerah

Diagnosis batu empedu dapat


ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
radiologis terutama pemeriksaan
Ultrasonography (USG). Pemeriksaan

biliaris,

radiologis lainyang dapat dilalokan adalah


dengan foto polos abdomen, Computed

sebagian besar penderita mempunyai hasil


laboratorium yang normal.

tomography [CTl, Magnetic nesonance


cholangiography [MRCP], Endoscopic

serum.'''t Pada episode

kolik

ultrasound [EUS], dan Biliary

Tetapi bila disertai komplikasi dapat


menunjukkan leukositosis dan peningkatan

scintigraphy.t-"0 Hanya sekitar

kadar enzim hati (aspartate


am inotransf eras e, alanine

kasus batu empedu adalah radioopak


karena batu empedu tersebut mengandung

aminotransferase, fosfatase alkali),

kalsium dan dapat terdeteksi dengan


pemeriksaan foto polos abdomen.

gamma glutamyl transferase dan bilirubin


serum, terutama jika terdapat batu pada
duktus koledokus.2'7'8'

l0% dari

Ultasonography (US G) dan

ro'20

cholescintigraphy adalah pemeriksaan

Pada pemeriksaan urinalisis, adanya


bilirubin tanpa adanya urobilinogen dalam
urin dapat mengarahkan pada kemungkinan
adanya obstruksi saluran empedu.t'
Sedangkan pada pemeriksaan feses,
tergantung pada obstruksi oleh batu
empedu, bila tedadi obstruksi total saluran
empedu, maka feses tampak pucat
(akholis)."

imaging yang sangat membantu dan sering


digunakan untuk mendiagnosis adanya batu
empedu.t'to:'

Ultrasonography (USG)
Ultrasonography (USG) merupakan
suatu prosedru non-invasif yang cukup
arnan, cepat, tidak memerlukan persiapan
khusus, relatif tidak mahal dan tidak
melibatkan paparan radiasi, sehingga
1.

49

Yolume

menjadi pemeriksaan terpilih untuk pasien

dengan dugaan

kolik biliaris.

Ultasonography mempunyai spesifisitas


90% dan sensitivitas 95% dalam
mendeteksi adanya batu kandung empedu.
Prosedur ini menggunakan gelombang

suara (sound wave) untuk membentuk


gambaran (image) suatu organ tubuh.
Indikasi adanya kolesistitis akut pada
pemeriksaan USG ditunjukkan dengan
adanya batu, penebalan dinding kandung
empedu, cairan perikolesistikus dan
Murphy sign positif akibat kontak dengan
probelJSG

I, Edisi I,

September 2010

menunjukkan radioaktivitas di dalam


kandung empedu, duktus koledokus dan
usus halus dalam 30-60 menit. Pemeriksaan

ini dapat memberikan keterangan mengenai


adanya sumbatan pada duktus sistilars.

Cholescintigraphy mempunyai nilai


akurasi 95% untuk pasien dengan
kolesistitis akut, tetapi pemeriksaan ini
mempunyai nilai positif palsu 3040%
pada pasien yang telah dirawat beberapa
minggu karena masalah kesehatan lain,

terutama

jika pasien

tersebut telah

mendapat nutrisi parenteral.6'7'r6'rt30

.2'6'1't'2o

4. Magnetic Resonunce Imaging dan

2.

Magnetic.Re

Computedtomography(CT) Scan
Pada pemeriksaan

ini gambaran

sonance

C h o I an g i op an cr e at o grap

suatu

hy

organ ditampilkan dalam satu seripotongan

Pada Magnetic resonance

cros s-s ectional yang berdekatan, biasanya

10-12 image. Deteksi batu empedu dapat

cholangiopancreatography (MRCP) adalatr


suatu pemeriksaan yang relatif banr, yang

dilakukan juga dengan Computed

menggunakan

dengan
software khusus. Pemeriksaan ini mampu
menghasilkan gambaran (images) yang

tomography, tetapi tidak seakurat USG


dalam mendeteksi batu empedu, oleh
karena itu CT scan tidak digunakan untuk
mengevaluasi pasien dengan kemungkinan
penyakit biliaris kronik. Pada kasus akut,
pemeriksaan ini dapat menunjukkan
adanya penebalan dinding kandung
empedu atau adanya cairan perikolesistikus
akibat kolesistitis akut.2'16'rt'20

3.

MRI imaging

serup

a Endoscopic

Retrograde

Cholangiopancreatograpfty (ERCP) tanpa


risiko sedasi, pankreatitis atau perforasi.
MRCP membantu dalam menilai obstruksi
biliaris dan anatomi duktus pankreatilars.

Pemeriksaan

ini

lebih efektif

dalam
mendeteksi batu empedu dan mengevaluasi
kandung empedu untuk melihat adanya
kolesistitis.t''tt

Cholescintigraphy

Pemeriksaan cholescintigraphy
menggunakan zat radioaktif, biasanya

5.

OralCholecystogrophy
Oral Cholecystography adalah suatu
pemeriksaan non invasif lain, tetapi jarang
dilalcukan. Pemeriksaan ini memerlukan
persiapan terlebih dahulu, yaitu pasien

derivat imidoacetic acid, yang dimasukkan


ke dalam tubuh secara infravena, zat ini
akan diabsorpsi hati dan diekskresikan ke
dalam empedu. Scan secara serial
50

Volume

I, Edisi I, September 2010

hanrs menelan sejumlah zat konfras oral


yang mengandung iodine sehari sebelum
dilakukan pemeriksaan. Zat kontras
tersebut akan diabsorpsi dan disekresikan
ke dalam empedu. Iodine di dalam zat
kontras menghasilkan opasifikasi dari
lumen kandung empedu pada foto polos
abdomen keesokan harinya. Batu empedu
tampak sebagai gambaran fiiling defects.
Pemeriksaan ini terutama digunakan untuk
menentukan keutuhan duktus sistikus yang

Gambar

diperlukan sebelum melakukan lithotripsy


atau metode lain untuk menghancurkan
batu empedu. Pemeriksaan ini memerlukan
persiapan 48 jam sebelumnya.2'6'r6'rt

6. Endoscopic

7.

Posisi cndoskop pada papila major (ERCP). (dikutip

dari Somnay)''

7. Endoscopic Ultrasonography
Endoscopic Ultrasonography (EUS)
adalah suatu prosedur diagnostik yang
menggunakan ultrasound frekuensi tinggi
untuk mengevaluasi dan mendiagnosis
kelainan traktus digestivus. EUS

Retrograde

C h o I an giop a n c r eat o gr ap hy

Endoscopic Retrograde Cholangio


pancreatography (ERCP) adalah
pemeriksaan gold standard untuk
mendeteksi batu empedu di dalam duktus
koledokus dan mempunyai keuntungan

menggunakan duodenoskop dengan probe


ultrasound pada bagian distal yang dapat

visualisasi duktus koledokus dan duktus

menggambarkan organ, pembuluh darah,


nodus limfatikus dan duktus empedu. Dari
bagian dalam lambung atau duodenum,
endoskop dapat memberikan gambaran
pankreas dan struktur yang berdekatan.

pankreatikus. Pada pemeriksaan ini


mengggunakan suatu kateter untuk
memasukkan alat yang dimasukkan ke

EUS dapat mendiagnosis secara akurat


adanya batu empedu di dalam duktus
koledokus tetapi tidak mempunyai nilai

dalam duktus biliari dan pankreatikus untuk

terapeutik seperti ERCP.9'''

terapeutik untuk mengangkat batu empedu.


ERCP adalah suatu teknik endoskopi untuk

mendapatkan gambaran x-ray dengan

fluoroscopy (gambar 2.13), Selama


prosedur, klinisi dapat melihat secara
langsung gambaran endoskopi dari
duodenum dan papila major, serta

Penatalaksanaan

Pada pasien dengan batu empedu


asimtomatik tidak perlu dilakukan
penanganan apa pun sampai terjadi
perkembangan berikutnya. Pada pasien

gambaran duktus biliari dan pankreatikus


tt'tt
seperti tampak pada gambar berikut.

dengan batu empedu simtomatik terdapat


beberapa pilihan penatalaksanaan yang

5l

Tolume

tergantung manifestasi

klinis,

dengan

tujuan utama mengurangi gejala klinis dan


mencegah berkembangnya komplikasi.tzo

I,

Edisi

I,

September 2010

simtomatik, seperti pemberian obat pelanrt


batu empedu (chenodeoxycholic dan
ursodeorycholic aciQ dan menghancurkan

batu dengan utracorporeal

1. TerapiOperatifKolesistektomi

li th o trip sy.t-3'6't'

shoclcwave

o'r7:r

Kolesistektorni' merupakan satu-

Ursodeoxycholic acid dapat

satunya terapi definitifuntuk penderita batu

menghambat sintesis kolesterol oleh hati.

simtoriatik, yaitu dengan mengangkat batu


dan kandung empedu, dapat mencegah
berulangnya penyakit.t-'ott Kolesistektomi
dapat dilakukan dengan cara operasi
membuka rongga perut (laparotomi
abdomen) atau dengan menggunakan
laparoskopi. Kolesistektomi laparoskopi
telah berkembang cepat setelah pertama
kali diperkenalkan pada tahun 1987,
menggantikan kolesistektomi terbuka dan

Kurang dari l0% pasien dengan batu

80-90% kolesistektomi

di

Inggris

dilalarkan dengan cara ini.''t'n''

empedu dapat ditangani secara non-operatif

dan hampir setengatr dari pasien yang


terpilih untuk pengobatan non-operatif
berhasil, tetapi pengobatan cara ini
membutuhkan biaya lebih banyak karena

lebih lama (sampai 5


tahun). Pengobatan cara ini hanya untuk

pengobatannya

pasien dengan batu empedu berulcuran kecil

dan batu kolesterol tanpa


Ir''5't'ro:r

Kolesistektomi laparoskopi adalah


suatu prosedur invasif dengan membuat
insisi kecil pada abdomen serta
menggunakan kamera video kecil untuk

kalsifikasi.

memperbesar organ di dalam rongga perut.

suara berenergi tinggi yang dapat

Extracorporeal shockwave
lithotripsy @SWL) adalah suatu terapi nonoperatif, yang menggunakan gelombang

monitor video menghasilkan shock wave. Shock wave ini


sebagai pemandu, dokter bedah akan ditransmisikan melalui air dan

Dengan menggunakan

mengidentifikasi, mengisolasi dan jaringan


serta mempunyai
mengangkat kandung empedu dengan
laparoskop.Kadang-kadang dokter bedah

untuk memecah batu empedu. Teknik ini


sudah jarang dilaktrkan karena tergeser oleh

melalekan pemeriksaan secara laparoskopi


terlebih dahulu untuk melihat adanya

kolesisteltomi laparoskopi.

kelainan lain. Risiko dari teknik


laparoskopi

ini

kemampuan

adalah trauma duktus

hepatikus atau duktus koledokus.':'o'o'o

2. TerapiNon-operatif
Beberapa teknik non-operatif telah
digunakanuntuk mengobati batu empedu
52

r,'c'e-to't,:t

Yolume 1, Edi.si

I,

September 2010

DaftarPustaka

Current Medical Diagnosis &

1. Beckingham I.J. ABC of diseases of

Treatment. 2005 : 629 -7 8.

liver, pancreas and biliary

2.

system:

9.

Gallsone disease. BMJ 200 1 ;9:56-9.

inflammatory gallbladder

Tait N, Little J.M. Fortnighly Review:

Dalam: Diseases of the liver and biliary

The treatment of gall stones. BMJ

system.

1995;311:99-105.

2002.h.597-623.

3. Apstein M.D. Gallstones. In:

10. C

practice

of

Gastroenterology.
Philadelphia: Churchill Livingstone,
1999: 1035-44.

Greenberger N.J., Paumgartner G.


Disease of the gallbladder and bile

ll'n ed. Blackwell Publishing

olizzo F.P., Farraye F.A.

1999: 1046-55.
11.

Guyton AC., Hall JE. Secretory

ducts. Dalam: Dennis L.K., Anthony

function of the alimentary tract. Dalam:

S.F., Dan L.L., Eugene B., Stephen

Texbook

L.H., J.Larry J., editors.

Philadelphia: WB Saunders Company

Harrison's

of

medical physiology l0'h ed.

2000. h.738-s3.

Principles of Internal Medicine. 16" ed.


12.

New York: McGraw-Hill, 2005: 1880-

Wolkoff A.W. Bile formation

and

excretion. Dalam: Lawrence J. Brandt,

91.

editor. Clinical practice of

5. Allen J. Cholelithiasis. (diakses 26


April 2006). Tersedia dari:

Gastroenterology. Philadelphia:
Churchill Livingstone, 1999

http //www. emedicine. com/


:

6. Johnston D.E., Kaplan M.M.


Pathogenesis and treatment of

13.

: 7 92-5.

King M.W. Bile acids synthesis and


utilization. (diakses 2l Maret 2006)

gallstones. N Engl J Med

Tersedia

1993;328:412-21.

http //web. indstate. edu/thcme/mwking

7. Shaffer E.A. The Biliary

dari:

/cholesterol.html

system.

l4.Tolman K.G., Rej R. Liver function.


Dalam: Carl A.B., Edward R.A.,
editors. Tietz Texbook of Clinical
Chemistry 3'o ed. Philadelphia:

(diakses 26 April2006) . Tersedia dari:


http //www. gastroresource.com/GlTte
:

xtbook/en/chapter I 4/Default.htm

8.

diseases.

Cholelithiasis and Cholecystitis.


Dalam: Lawrence J. Brandt, editor.
Clinical practice of Gastroenterology.
Philadelphia: Churchill Livingstone,

Lawrence J. Brandt, editor. Clinical

4,

Sherlock S., Dooley J. Gallstones and

Friedman L.S. Liver, biliary tract &


pancreas. In: Lawrence M.T., Stephen

Saunders, I 999: I 125 -7 2.


15.

J.McPhee., Maxine A.P., editors.


53

Kim I.S., Myung

S., Lee S.S.,

Lee

Yolume

S.K., Kim M.H. Classification and


Nomenclature of gallstones revisited.

L,, Kalloo

analysis. Dalam: Urinalysis and body

fluids 4th ed. Philadelphia: F.A Davis

AN.

September 2006). Tersedia dari:

Company. 2001.h. 209-17

24.

Barbara JB., Imelda B.

Basic

http:llhopkins-

haematological techniques. Dalam:

gi.nts j hu. edulpages/latin/templates/in

Lewis SM., Bain BJ., Bates I. Dacie and

dex.cfrn.

Lewis practical haematology. 9'n ed.

Ko C.W., Sekijima J.H., Lee

London: Churchill Livingstone; 2001.

S.P.

Biliary sludge. Ann of Intern Med.


1999;130:301-l1.Crawford J.M. The

25. Roche Diagnostic. AST (ASAT/GOT).

liver and the Billiary tract. In: Robbibs

Germany: Roche Diagnostic 2001.

h. l9-46.

Basic Pathology 7th ed. Philadelphia:

26. Roche Diagnostic.

Saunders, 2003 : 59 I -633.

27. Roche Diagnostic. GGT. Germany:

A., CheunB R.S., Keeffe E.B.


Management of gallstone and their
complications. Am Fam Physician
2000;6

1:1

Roche Diagnostic 2001.

28. Roche Diagnostic.

673-80, 1 687-8.

van Erpecum K.J., van

ALI (ALAT/GPT).

Germany: Roche Diagnostic 2001.

18. Ahmed

ALP.

Germany:

Roche Diagnostic 2001.

Berge-

29.

Miller JC. Magnetic Resonance

Henegouwen. Gallstones: an intestinal

Cholangiopancreatography (MRCP).

BMJ 1 999; 44:435-8.

(Diakses 15 September 2006).


Radiology Rounds A Newsletter for

disease?

20. Vogt D.P. Gallbladder disese: an update

Clinic Journal of Medicine

Refening Physicians Massachusetts


General Hospital Department of

2002;69:977-84.

Radiology 2004; Vol2.

on diagnosis and treatment. Cleveland

zl.Bellows C.F., Berger D.H.


Management

of

gallstones. The

American Family Physician


2005;72:637-42.
22.

2010

2001.h.43-66.

Gallstone disease. (diakses 16

19.

I, September

Philadelphia: F.A Davis Company.

16. Somnay K., Jagannath SB., Choti M.,

17.

Edisi

23. Strasinger SK., Di Lorenzo MJ. Fecal

Yonsei Med J 2003 ;44:561 -7 0.

Singh V., Norwib

I,

Strasinger SK.,

Di

Lorenzo MJ.

Chemical examination of urine. Dalam:

Urinalysis and body fluids 4th ed.


54

Anda mungkin juga menyukai