Anda di halaman 1dari 9

MODIFIKASI PERENCANAAN

STRUKTUR PLAT DAN BALOK DENGAN BETON PRACETAK


GEDUNG PASCA SARJANA UPN VETERAN JAWA TIMUR
Made Dharma Astawa
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur
Kampus UPN Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya 60294
Email : masdawa@yahoo.com

ABSTRAK
Beton precast adalah komponen beton yang dicor diluar site atau di pabrik.
Kelebihan beton precast adalah lebih efektif untuk kawasan yang padat bangunan
dibanding dengan struktur cast in place. Secara garis besar beton precast
mempunyai 3 (tiga) tahapan pelaksanaan, yaitu tahap pembuatan, tahap
pengangkatan dan tahap pemasangan.
Gedung Pasca Sarjana UPN Veteran Jawa Timur yang dibangun 3 tingkat
dengan cara cor di tempat (cast in place) dalam modifikasi perencanaan ini
menggunakan beton precast pada balok induk, balok anak dan plat. Sedangkan
kolom dan unsur sekunder lain (tangga dan kolom praktis) tetap menggunakan
metode cast in place. Secara keseluruhan struktur gedung ini direncanakan
dengan struktur daktail parsial.
Hasil analisa menunjukkan bahwa umumnya elemen precast pada umur 3 hari
sudah dapat dilakukan pengangkatan untuk perakitan, sedangkan pada umur 7
hari sudah dapat menerima beban dari beton cor dan beban pekerja, dan hasil
dimensi tebal plat 120 mm dengan tebal elemen precast 70 mm dan tebal topping
50 mm, dimensi balok anak 25 x 25 cm , balok induk 35 x 60 cm, 40 x 70 cm,
dimensi kolom 60 x 60 cm, 55 x 55 cm, tiang pancang dengan diameter 60 cm.
Shear connector plat precast menggunakan tulangan 8 mm, sambungan tulangan
utama balok anak menggunakan las listrik E90. Tulangan angkat balok anak 10
mm, untuk balok induk 12 mm.
Kata kunci : struktur precast concrete, cast in place, daktail parsial, sambungan struktur

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gedung
Pasca
Sarjana
Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jawa
Timur merupakan salah satu gedung
kebanggaan
Universitas
Pembangunan
Nasional Veteran Jawa Timur. Proses
pembangunan gedung Pasca Sarjana secara
keseluruhan dilaksanakan dengan cara cor
ditempat (cast in place). Alternatif lain
dalam membangun gedung adalah dengan
cara pracetak (precast), dimana beton
pracetak adalah beton (elemen struktur)
yang di buat di pabrik, kemudian di pasang
dilapangan.
Berikut ini adalah perbedaan antara beton
cor di tempat dengan beton pracetak :

ISBN No. 978-979-18342-0-9

B-72

a. Beton cor di tempat :


- Waktu pelaksanaan dilapangan relatif
lama karena waktu pengerasan beton
normal selama 28 hari.
- Membutuhkan volume bekisting yang
besar.
- Membutuhkan
schafolding
relatif
banyak.
- Melibatkan lebih banyak tenaga kerja.
b. Beton Pracetak :
- Waktu pelaksanaan lapangan dapat
dipersingkat.
- Memerlukan alat-alat berat crane atau
tower crane.
- Schafolding maupun pekerja yang
dibutuhkan lebih sedikit.

Modifikasi Perencanaan Struktur Plat Dan Balok Dengan Beton Pracetak


Gedung Pasca Sarjana UPN Veteran Jawa Timur

- Untuk sambungan antar elemen struktur


bisa
dengan
sambungan
basah,
sambungan mekanik dan sambungan las
ataupun kombinasinya.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas
maka permasalahan modifikasi perencanaan
struktur gedung dengan menggunakan beton
pracetak, dapat di identifikasi sebagai
berikut :
1. Bagaimana merencanakan elemen precast?
2. Bagaimana
merencanakan
pembebanannya?
3. Bagaimana merancanakan tulangannya?
1.3.
Pembatasan masalah
Perencanaan struktur dengan beton pracetak
ini dibatasi hanya pada elemen-elemen
struktur :
1. Elemen strukutur balok induk
2. Elemen struktur balok anak
3. Elemen struktur plat
1.4. Tujuan Penelitian
1. Sebagai
alternatif
pilihan
metode
perencanaan dan pelaksanaan struktur
beton.
2. Menjajaki
kemungkinan
percepatan
pelaksanaan
dengan metode struktur beton precast.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sistem pabrikasi dalam pembuatan sruktur
beton bertulang dikenal dengan sistem
pracetak. SNI 03-2847-2002 mendefinisikan
beton pracetak sebagai komponen beton yang
dicor ditempat yang bukan merupakan posisi
akhir didalam struktur. Pada dasarnya beton
pracetak meliputi 3 (tiga) tahapan pekerjaan
:
1. Pembuatan (pabrikasi)
2. Pengangkatan
3. Pemasangan (perakitan)
2.2 Pembebanan
Pembebanan yang dimaksud adalah bebanbeban yang direncanakan bekerja pada
struktur gedung. Jenis-jenis beban yang
direncanakan adalah:
1. Beban Mati
2. Beban Hidup
3. Beban Gempa
2.2.1 Kombinasi Pembebanan
a. U = 1,2 D + 1,6 L
b. U =1,05 (D + LR + E) atau U = 0,9 (D + E)
2.3 Dimensi Rencana
ISBN No. 978-979-18342-0-9

B-73

2.3.1 Balok
1. Balok induk h min =

fy
l
0,4 +

21
700

2. Balok anak h min = l

16

fy

0,4 +

700

Perbandingan tinggi (h) terhadap lebar (b)


disyaratkan oleh Wang-Salmon jilid 1
halaman 62 sebagai berikut:
1,5 h 2
b

2.4 Pertemuan Balok dan Kolom


Menurut ACI jenis dari pertemuan balok
kolom ini ada dua, yaitu:
1. Pertemuan tipe 1, yaitu : terutama
untuk pembebanan statis, dimana
kekuatan menjadi kriteria utama dan
tidak diharapkan terjadinya deformasi
yang berarti.
2. Pertemuan tipe 2, yaitu : untuk
pembebanan gempa atau ledakan.
Vkol

Tka

Cki
Vjh
Zki
0,70 Mkap,ki

bj

Zka

Vjv

Cka 0,70 M
kap,ka

Tki
Vkol

hc

2.5 Perencanaan Sambungan


Sambungan
pada
struktur
pracetak
direncanakan menggunakan sambungan
basah (cor ditempat)
1. Panjang penyaluran tulangan tekan
d b .fy tidak boleh kurang dari

l =
db

4. f' c

0,04 db.fy
2. Panjang penyaluran tulangan tarik
0,02 Ab . fy tidak kurang dari 0,06
l =
db

fc'

db.fy
Sambungan antara elemen precast
dengan topping harus ditinjau.
Gaya-gaya dalam pada plat:
Cc

Kasus I

Kasus II

Made Dharma Astawa

Kasus I : C < Cc maka Fh = C = T


Kasus II : C > Cc maka Fh = Cc < T
Syarat batas: Vu Vnh.
Bila dipasang sengkang pengikat minimum,
permukaan bersih yang sengaja dikasarkan
maka :
Vnh < 2,5 bv d
Bila gaya geser terfaktor Vu melebihi 2,5 bv
d maka kuat geser nominal Vn dihitung
berdasarkan:
Vn = Avt fy.
Vn < 0,2 . fc . Ac atau:
Vn < 5,5.Ac
Sambungan menggunakan sambungan las
tumpul:
Fw = f w . lw . tw
dimana:
Fw = kuat rencana sambungan las
fw = unit kuat rencana tabel A-13 PCI
lw = panjang las
tw = tebal efektif las (0,3 Db)
3.
METODOLOGI
3.1.
Tinjauan Pustaka
Mengacu pada referensi yang menunjang
pada perencanaan ini.
3.2.
Analisa analitik
Analisa struktur secara analitik pada elemen
struktur balok induk, balok anak dan plat
sesuai metode perhitungan bton pracetak.
3.3.
Diagram alir

4. ANALISA STRUKTUR
4.1 Perencanaan Struktur Sekunder (Plat,)
4.1.1 Perencanaan Plat
Plat yang direncanakan adalah plat dua
arah tebal plat 12 cm dengan : - tebal
precast = 7 cm- tebal topping = 5 cm.
4.1.1.1 Pembebanan Pada Plat
Pembebanan pada plat meliputi tahap
pengangkatan, sebelum komposit, dan saat
komposit.
4.1.1.2 Pembebanan Plat Saat
Pengangkatan
Plat Segi Empat
Sebagai contoh perhitungan pengangkatan
plat diambil pelat type S1 dengan ukuran
sebagai berikut:
TABEL DIMENSI PLAT SEBELUM DAN SESUDAH KOMPOSIT
Dimensi Plat (mm)
Type
Komposit
Pracetak
S1
3000 x 3000
2760 x 2760
S2
3000 x 1000
2760 x 850
S3
4000 x 3000
3710 x 2710
S4
1000 x 1000
850 x 850
S5
0,5(6000+9000)x1500
0,5(5850+8150)x1210
S6
0,5(4243 x 4243)
0,5(3730 x 3730)
S7
0,5(4500 x 4500)
0,5(3930 x 3930)

Sebagai kontrol momen yang terjadi saat


pengangkatan agar tidak terjadi retak,
maka momen yang terjadi harus lebih kecil
dari Mcr,
TABEL PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON PADA
BERBAGAI UMUR UNTUK BENDA UJI SILINDER
YANG DI RAWAT DI LABORATORIUM
Umur beton
3
7
14
21
28
(hari)
Kekuatan
0,46
0,7
0,88
0,96
1

Mulai

Data-data teknis:
-data bangunan
-data bahan

Sumber : PB 89 hal 17
Rencanakan dimensi:
-balok
-plat
-kolom

Pembebanan plat
saat:
-pengangkatan
-sebelum komposit

Delapan titik angkat


Mx max = 0,0054.q.Lx

Pembebanan balok induk dan balok anak:


-saat pengangkatan
-saat sebelum komposit
-saat sesudah komposit

.Ly

My max = 0,0027.q.Lx.Ly

Penulangan plat

2
2

Mx max = 0,0054.262,5.2,76 .2,76


= 29,8023 kg.m (298023 Nmm)
2

Hitung gaya gempa

My max = 0,0027.262,5.2,76.2,76
= 14,9012 kg.m (149012 Nmm)

Analisa SAP 2000

Kontrol retak arah X :


Untuk lebar diambil nilai b = Ly atau 15 .t
4
Mcr > Mx max ...................(ok)

Penulangan balok
dan kolom

Rencanakan sambungan:
-plat
-balok
-kolom

ISBN No. 978-979-18342-0-9

Selesai

B-74

Modifikasi Perencanaan Struktur Plat Dan Balok Dengan Beton Pracetak


Gedung Pasca Sarjana UPN Veteran Jawa Timur

Kontrol retak arah Y :


Untuk lebar diambil nilai b =

Lx
2

atau 15 .t,

Mcr > My max ...................(ok)


Jadi dipakai pengangkatan dengan 8 titik
angkat dengan pertimbangan momen yang
terjadi lebih kecil.
Plat Segi Tiga
Analisa pengangkatan pada plat segitiga
menggunakan bantuan program SAP2000.
Direncanakan pengangkatan dengan 6 titik
angkat pada plat type S7
Dari hasil analisa SAP2000 didapat moment
sebagai berikut :
MTxmax = MTymax = -110,80 kg.m = 1108000
N.mm
MLxmax = MLymax = 35,45 kg.m = 354500 N.mm
Kontrol retak arah X dan arah Y
Bentang arah X dan arah Y adalah sama serta
momen maksimum yang terjadi juga sama
maka untuk kontrol retak hanya ditinjau
salah satu bentang saja dengan lebar (b) =
Lx atau 15.t
3

Mcr = 2229500 N.mm


Mcr > Mxmax dan Mymax
..............................(ok)
Jadi di pakai pengangkatan dengan 6 titik
angkat.
4.1.1.3 Pembebanan Sebelum Komposit
(beton umur 7 hari)
Plat Segi Empat
A. Pada saat sebelum pengecoran
1. Tanpa pipe support
Beban ultimat (qu) = 1,2 (175) + 1,6 (100)=
370 kg/m
Bentang arah X dan arah Y adalah sama, jadi
cukup ditinjau salah satu bentang saja.

Mcr < Mx max ...................(tidak ok)


2. Dengan pipe support
Direncanakan memakai pipe support
ditengah bentang arah X, dengan adanya
pipe support bentang diasumsikan Lx
M = 1 q . (Lx )2
2

= 88,08 kg.m (880800

N.mm)
Kontrol retak :
Untuk lebar diambil nilai b = Lx atau 15.t
3

Mcr > Mx max (880800 N.mm)................ ok


B. Pada saat pengecoran (dengan pipe
support)
Beban ultimat (qu) = 1,2 (300) + 1,6 (100)
Direncanakan
memakai
pipe
support
ditengah bentang arah X, dengan adanya
pipe support bentang diasumsikan Lx
2

M = 1 q . (Lx )2 = 123,786 kg.m (1237860


2
8

N.mm)
Kontrol retak :
Untuk lebar diambil nilai b =

Lx
3

atau 15.t

Mcr > Mx max (1237860 N.mm) ................


ok
Plat Segi Tiga
A Pada saat sebelum pengecoran
Tanpa pipe support
Beban ultimat (qu) = 1,2 (175) + 1,6 (100) =
370 kg/m
Moment maximum yang terjadi dari hasil
SAP2000 adalah moment arah X = 98,27
kg.m (982700 Nmm) dan arah Y = 98,27
kg.m (982700 Nmm).
Kontrol retak
Untuk lebar diambil nilai b = Lx atau 15.t
2

Lx

Mcr > Mxmax dan Mymax (982700 Nmm)..... ok


B Pada saat Pengecoran
Tanpa pipe support
Dari hasil SAP2000 moment arah X =
(1405700 Nmm) dan arah Y = (1405700
Nmm)
Kontrol retak :
Untuk lebar diambil nilai b = Lx atau 15.t
2
Mcr > Mxmax dan Mymax (1405700 Nmm).... ok

Gambar 4.6 : Asumsi perletakan plat, ditumpu


sederhana

Moment pada plat adalah sebagai berikut :


M = 1 q . Lx 2 = 352,314 kg.m (3523140 N.mm)
8

Kontrol retak :
Untuk lebar diambil nilai b =

ISBN No. 978-979-18342-0-9

Lx
2

atau 15.t

B-75

Made Dharma Astawa

4.1.1.4 Pembebanan Sesudah Komposit


(beton umur 28 hari)
Plat Lantai (segi empat)
Lantai ruang kuliah
Beban berfaktor (qu) = 1,2 . 458 + 1,6 .250
= 949,60 kg/m2
Untuk lebar 1 meter qu = 949,6 x 1 m =
949,6 kg/m
Menggunakan tabel koefisien momen pada
CUR 4 diperoleh momen tumpuan dan
lapangan. Moment yang terjadi dipilih
moment yang terbesar yaitu sebesar 435,8664
kg.m (4358664 N.mm)
Kontrol retak:
Untuk lebar diambil nilai b = L atau 15.t
2
3,8
x
216000000
IMcr =
= 13680000 Nmm
60

Mcr > M max (4358664 N.mm) ...............(ok)


Plat atap segi tiga
Beban yang bekerja sama dengan plat atap
segi empat, untuk moment maximum yang
terjadi diambil dari hasil SAP2000 yaitu:
MTxmax = - 228,92 kg.m (2289200 Nmm)
MTymax = - 228,92 kg.m (2289200 Nmm)
MLxmax = 95,66 kg.m (956600 Nmm)
MLymax = 95,66 kg.m (956600 Nmm)
Kontrol retak :
Untuk lebar diambil nilai b = L atau 15.t
2

Mcr = fr . Ig

= 16416000 Nmm > M max .. oK)

yt

4.4 Perencanaan Struktur Primer (Balok


Induk, Kolom)
4.4.1 Perencanaan Balok Induk
Perhitungan balok induk sama caranya
dengan perhitungan pada balok anak, dimensi
balok induk 35/60 cm.
4.4.1.1 Sambungan Balok Induk dengan
Kolom
C=T
T = As . fy = 1570. 320 = 502400 N
Fh = C = T
Fh diambil sebagai Vu = T = 502400 N
Avt = Vn = 502400
= 1570 mm2
fy.

320.1

Tulangan utama yang tersedia adalah 5D-20


untuk tulangan atas dan 2D-20 untuk
tulangan bawah (Astotal = 2198 mm2),jadi
tidak perlu tulangan tambahan sambungan
balok induk dengan kolom.

4.4.2 Perencanaan Kolom


4.4.2.1 Perhitungan
Tulangan
Utama
Kolom
Data-data perencanaan:
- Dimensi kolom (b x h)
= 600 mm x
600 mm
- Tinggi kolom = 3500 mm
- fc = 30 Mpa
- fy = 320 Mpa
- Decking = 40 mm
- Tulangan utama = D25
- Sengkang pengikat = 12
- d = 40 + 12 + (0,5 x 25) = 64,5 mm
- d = h d = 535,5 mm
- Jari-jari girasi (r) : (0,3 x h) = 180 mm
- Jenis kolom = tanpa pengaku (unbraced)
Perhitungan penulangan kolom diambil
kolom lantai dasar dengan nomor elemen
155 yang terletak di tengah, dari analisa
SAP2000 didapat gaya-gaya dalam:
Moment arah X
- M1b = 462,48 kg.m
- M2b = 602,18 kg.m
- M2s = 44436,05 kg.m
Moment arah Y
- M1b = 986,13 kg.m
- M2b = 2331,61 kg.m
- M2s = 51115,97 kg.m
Vu = 48351,26 kg
Pu = -368894 kg
Menentukan Mu:
Mux
= M2b + M2s
= 450382300 Nmm
= M2b + M2s
Muy
= 534475800 Nmm (menentukan)
Pu
= 3688940 = 10,25 N/mm2
Ag
600 . 600
M u = 534475800 = 2,47 N/mm2
(600 .600).600
A g .h
diperoleh rasio penulangan = 1,6% < 8%
Direncanakan memasang tulangan pada
keempat sisi kolom, maka As = .Ag
As = 0,016.6002
= 5760 mm2
Digunakan tulangan 12D-25 (As = 5887,5
60
mm2 )

60

15,
ISBN No. 978-979-18342-0-9

B-76

6,4

Modifikasi Perencanaan Struktur Plat Dan Balok Dengan Beton Pracetak


Gedung Pasca Sarjana UPN Veteran Jawa Timur

4.4.2.2 penentukan Kelangsingan Kolom


Data balok yang menumpu pada kolom:
- Dimensi balok = 350 mm x 600 mm
- Ig = 1 350 . 600 3
= 6,3 .109 mm4

Cm

Ec = 4700

EIb = E c I g
2

30

Pc =

= 25742,96 Mpa
6

23316100 + 511159700

12

- Es = 200000 Mpa
- Is
= 25.(2).((4.(2352 ) + 2.(78,52)) =
11661225 mm4
- EsIs = 200000 . 11661225 = 2332245000000
Nmm2
- EIc = (0,2.Ec.Ig + Es.Is) / (1 + d)
= (0,2 (2,78024 x1014) + 2,332245 x1012 )
/ (1+0,04)
= 5,570869712 x1013
2
Nmm
- EIc = 0,4.Ec .Ig = 0,4(2,78024 x1014)
= 1,1121x1014 Nmm2
..(menentukan)
Faktor jepitan pada kolom:
14
= EI c = 2 1,1121 x10
A

3200

8,10903 x1013
2 5400

nilai k portal berpengaku

3688940
0,65.179810490
,6

Faktor pembesar untuk portal tanpa


pengaku (s)
Pu
= 18867610 N
Pc
= 338706106,5
1
=
= 1,109
s
18867610
1
0,65 .338706106,5
Mc
= b M2b + s M2s = 509202207,3 Nmm
Pn perlu = P u

3688940 = 5675292,31 N
=
0,65
Mn perlu =

A
= 2,31, B = 1 (tumpuan kolom
jepit/pondasi)
Dari nomogram diperoleh nilai faktor tekuk
(k) = 1,49
k.Ln = 1,49 . 3,2 = 26,5
r
0,18

Syarat kelangsingan boleh diabaikan bila


k.Ln < 22, dari perhitungan di atas diperoleh
r

nilai k.Ln > 22 yang berarti kolom termasuk


r
kolom panjang (langsing) dan pengaruh
kelangsingan harus diperhitungkan dengan
pembesaran momen.
4.4.2.3 Menghitung Pembesaran Moment
dan Eksentrisitas
Faktor pembesar untuk portal berpengaku
(b)
= Cm
b
P
1 u
Pc

ISBN No. 978-979-18342-0-9

(k.Ln ) 2

2
14
Pc = 1,10723x10 = 179810490,6 N
(0,82.3200) 2
b =
= 0,79<1 maka b = 1
0,77

= 0,04

- Ig = 1 600 . 600 3 = 1,08 .1010 mm4

L
c
EI b
L
b

2 E.I

adalah 0,82
0, 4E c I g
= 1,10723 x1014 Nmm2
EIc =
(1 + d )

= 81090324.10 Nmm

Data-data kolom:
23316100
d =

= 0,77 > 0,4

M 2b

12

= 0,6 + 0,4 M1b

B-77

eperlu

Mc

= 783388011,2 Nmm

M n 783388011,2
= 138,03 mm
=
Pn
5675292,31

= (0,03.600 + 15)
emin = (0,03h + 15)
= 33 mm < 138,03 mm.gunakan eperlu

Made Dharma Astawa

Direncanakan menggunakan sengkang 12


(Av 113,04 mm2)
Spasi maksimum :

Kontrol Tekan dalam Kondisi berimbang:


600 mm
Pn
600 mm

e = 138,03 mm
64,5 mm

=
64,5 mm

471mm

Av . 3fy
113,04 . 3(320)
=
= 181mm
bw
600

= 10(diameter tulangan utama) = 250 mm


= d = 535,5 = 267,75 mm, s < 200 mm
2
2
Digunakan sengkang 12 150 mm
4.4.2.5 Perhitungan
Pertemuan
Balok
Kolom
Perhitungan pertemuan balok kolom
dilakukan pada joint 53 adalah sebagai
berikut:

d = 535,5
Xb mm
= 349,24 mm
s = 0,0016
ab = 296,85 mm
s
0,003
0,85 fc
T
Cc Cs

fy
= 0,16%
es =
Es

d = h d = 535,5 mm
d d= 535,5 64,5 = 471 mm
0,16%
= 0,3%
535,5 X b

balok 350/600
As = 1570 mm2

= 349,24 mm
= 0,85 Xb = 296,85 mm
= 0,85 fc.a . b =4541805 N
= As.fy
= 942000 N
= As . (fy 0,85 fc) = 277419000 N
= Cb + Cs Tb
= 281018805 N > Pu (3688940 N) ok
Pn = 0,85 (0,85 fc(Ag Ast) + fy Ast)
= 6029912,48 N > Pu (3688940 N) ok
4.4.2.4 Perhitungan Tulangan Geser dan
Torsi Kolom
Data-data perhitungan:
- Vu = 48351,26 kg
- Pu = 368894 kg
- Tu = 835,01 kg.m
Syarat
torsi
dihitung
bila:
1
2
Tu (
f' c . ) x .y
20
2

X
balok 350/600
As = 1570 mm2

Xb

Xb
ab
Cb
Tb
Cs
Pb

balok 350/600
As = 1256 mm2
Y

2
2
y = 600 . 600 = 216000000 mm

1
(
f' c . ) x 2 .y
20
maka tulangan torsi boleh diabaikan.

Tu (8350100 Nmm) <

f' c b w . d
6

= 1015970,44 N > Vu (483512,6 N)


maka hanya diperlukan tulangan
minimum saja.

ISBN No. 978-979-18342-0-9

kolom 600/600
As = 5887,5

Data-data perencanaan:
- dimensi kolom = 600/600 mm
- dimensi balok = 350/600 mm
- gaya aksial tekan = 3688940 N
- sengkang = 12 mm
- fc = 30 MPa
- fy = 320 MPa
Arah X:
Gaya geser horizontal:
Vjh = Cki + Tka Vkol
Balok 350/600 kiri:
Cki = Tki = 0,70
a=

M kap ,ki
Z ki

As.fy
= 56,29 mm
0,85.f ' c.b

Z = (d a/2) = 511,855 mm

1
(
f' c . x 2 .y = 35510400 Nmm
20

Nu
Vc = 2 1 +
14 . A g

balok 350/600
As = 1884 mm2

geser

B-78

Mkap, ki = 1,25 As.fy (d a/2) = 321444940


Nmm
Cki = 0,70 321444940 = 439600 N
511,855
Balok 350/600 kanan:
M kap ,ka
Cka = Tka = 0,70
Z ka
a
= 56,29 mm
Z
= 511,855 mm
Mkap, ka = 1,25 As.fy (d a/2)

Modifikasi Perencanaan Struktur Plat Dan Balok Dengan Beton Pracetak


Gedung Pasca Sarjana UPN Veteran Jawa Timur

Cka

l
0,70 ki M kap, ki + ka M kap, ka
ln ka
ln ki
=
Vkol =
1
(h + h k,b )
2 k ,a
142550,14 N
Vjh
= 527520 + 351680 142550,14
= 736649,86 N
Kontrol gaya geser horizontal dengan
persamaan :
V jh
< 1,5 f ' c
sjh =
(b j .h c )
= 1,75 < 8,2 ok
Gaya geser yang dipikul oleh beton (Vch ):
Vch = 2 (Nu / Ag ) 0,1f ' c b j h c

= 321444940 Nmm
= 0,70 321444940 = 439600 N
511,855

Gaya geser kolom (Vkol) pada join:

l
l
0,70 ki M kap ,ki + ka M kap ,ka
ln
ln
Vkol
=
ka

ki
1
(h k ,a + h k ,b )
2
= 142864,42 N
= 439600 + 439600 142864,42
Vjh
= 736335,58 N
Kontrol gaya geser horizontal dengan
persamaan :
Vjh

Vjh
(b j .h c )

< 1,5

f 'c

= 753769,96 N > Vjh dipasang sengkang


minimum

bj = bkolom = 600 mm
bj = bbalok + (1/2 htkolom) = 950 mm
Dipilih bj = 600 mm
sjh = 736335,58 < 1,5 30 = 1,75 < 8,2 ok
(600.700)
Arah Y:
Gaya geser horizontal:
Vjh = Cki + Tka Vkol
Balok 350/600 kiri:
Cki = Tki = 0,70

12 150
mm

bj

M kap ,ki

10 250 mm

Z ki

A = 1884 .(320) = 67,55 mm


0,85.30.(350)
Z = (d a/2) = 506,225 mm
Mkap, ki = 1,25 602880 (506,225) = 381491160
Nmm
Cki = 0,70 381491160 = 527520 N
506,225
Balok 350/600 kanan:
Cka = Tka = 0,70

Daerah sendi plastis

hc

5. Kesimpulan dan saran


5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa perhitungan struktur
dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dari hasil perhitungan dapat dilihat
bahwa umumnya elemen precast pada
umur 3 hari sudah dapat dilakukan
pengangkatan
untuk
perakitan,
sedangkan pada umur 7 hari elemen
precast sudah dapat menerima beban
dari beton cor dan beban pekerja.
Berarti
sistem
precast
dapat
mempercepat
dan
mempermudah
pelaksanaan dilapangan dibandingkan
dengan sistem cast in place.
2. Tebal plat lantai dan plat atap
diperoleh 120 mm dengan elemen
precast 70 mm dan topping 50 mm.
Dimensi balok anak 25 x 40 cm, balok
induk 35 x 60 cm, 40 x 70 cm, kolom 60
x 60 cm, 55 x 55 cm, sedangkan tiang
pancang berdiameter 60 cm.

M kap ,ka
Z ka

a = 1256.(320) = 45,03 mm
0,85.30.(350)
Z = 540 22,515 mm = 517,485 mm
Mkap, ka = 1,25 401920 (517,485) = 259984464
Nmm
Cka = 0,70 259984464 = 351680 N
517,485
Gaya geser kolom (Vkol) pada join:

ISBN No. 978-979-18342-0-9

B-79

Made Dharma Astawa

3. Shear connector pada plat diperoleh 8


mm, sambungan tulangan balok anak
menggunakan las listrik E90.
4. Tulangan angkat pada plat precast 8
mm, balok anak precast 10 mm dan
balok induk precast 12 mm.
5.2
Saran
Akhir dari penulisan penelitian ini penulis
menyarankan beberapa hal sebagai
berikut:
1.
Dalam merencanakan beton pracetak
meskipun dalam perhitungan diperoleh
lendutan yang kecil saat pemasangan
sebaiknya selalu menggunakan pipe
support / scaffolding untuk penyokong
sementara elemen pracetak demi
keselamatan dan keamanan struktur
maupun pekerja.
2.
Kepada para perencana agar ketelitian
pada
saat
pemasangan
sangat
diperhatikan,
karena
sangat
berpengaruh pada sambungan antar
elemen.
6. DAFTAR PUSTAKA
1. American Concrete Institut (ACI) 1999,
Detroit, Michigan, P16.
2. Dipohusoso, Istimawan, 1994, Struktur
Beton Bertulang Berdasarkan SK SNI T15-1991-03, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
3. Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan,
1983, Peraturan Pembebanan Indonesia
Untuk Gedung, Departemen Pekerjaan
Umum, Bandung
4. Fattah Shaik, A., 1988, Design And Typical
Details of Connection for Precast And
Prestressed Concrete, PCI, Chicago
5. H.S, Sardjono, 1996, Pondasi Tiang
Pancang ,Sinar Wijaya, Surabaya
6. Suprobo, P, dkk, 1997, Kursus Singkat
Perencanaan
Konstruksi
Beton
Berdasarkan SNI-1993, Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik Sipil Dan
Perencanaan,
Institut
Teknologi
Sepuluh November Surabaya
7. Standar Nasional Indonesia (SNI 03-28472002),
Tata
Cara
Perhitungan

ISBN No. 978-979-18342-0-9

B-80

Struktur Beton untuk Bngunan


Gedung.
8. Standar Nasional Indonesia (SNI 03-17262002), Tata cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Bangunan
Gedung.
9. Vis, W.C, Kusuma, Gideon, Dasar dasar
Perencanaan
Beton
Bertulang,
Erlangga, Jakarta
10. Wiiden, Helmuth, P.E. Chairperson,
1992,
Precast
And
Prestressed
Concrete, PCI Design Handbook,
Chicago
11. Wang, C.K, Salmon, C.G, 1994, Disain
Beton Bertulang, Erlangga, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai