Bab 2 Peledkan
Bab 2 Peledkan
BAB II
PELEDAKAN TAMBANG TERBUKA
dilakukan hampir
setiap hari untuk memenuhi target produksi yang telah direncanakan. Bila kegiatan
peledakan tidak di lakukan, maka dapat mempengaruhi target produksi, karena
untuk memuat batuan harus diledakkan terlebih dahulu.
Tujuan operasi peledakan adalah untuk melepaskan batuan dari batuan
induknya agar mendapatkan hasil yang baik dan tidak menimbulkan suatu bahaya
fly rock sebagai efek samping.
Pada pembongkaran batuan dengan metode pemboran dan peledakan
ukuran fragmentasi batuan hasil peledakan merupakan suatu faktor yang sangat
penting, dimana ukuran fragmentasi batuan di harapkan sesuai dengan kebutuhan
pada kegiatan penambangan selanjutnya yaitu pemuatan dan pengangkutan.
(Anonim, 2014)
2.1.1. Geometri Peledakan Tambang Terbuka
Geometri peledakan yang pertama terlebih dahulu ialah burden (B). Jika B
sudah ditentukan maka besaran yang lain seperti spacing, stemming, subdriling, dan
sebagainya dapat ditentukan.
Iqbaluddin Permana
H1C112043
Gambar 2.1.
Geometri Peledakan Jenjang
a.
Penentuan Burden
Dimensi
pertama
kali
ditentukan adalah
burden
(B)
yang
diturunkan
berdasarkan diameter lubang tembak atau diameter mata bor atau diameter dodol
bahan peledak. Untuk menentukan R.L. Ash (1967) mendasarkan pada acuan yang
dibuat secara empiris yaitu adanya batuan standar dan bahan peledak standar.
Batuan standar memiliki bobot isi 60 lb/cuft dan bahan peledak standart memiliki
berat jenis 1,2 dan kecepatan detonasi 12000 fps. Apabila batuan yang akan
diledakkan sama dengan batuan standar dan bahan peledak yang dipakai ialah
bahan peledak standar, maka digunakan burden ratio (kb) standart yaitu 30. Apabila
batuan yang diledakkan tidak sama dengan batuan standar dan bahan peledak yang
dipakai bukan pula bahan peledak standar, maka harga Kb standart itu darus
dikoreksi menggunakan faktor penyesuaian (Adjustment faktor).
B =
KbxDe
(Ft)
12
atau B =
KbxDe
39,3
(m)
Keterangan : De
B
Kb = Burden Ratio
Bobot isi batuan standar (Dst) = 160 lb/cuft
Iqbaluddin Permana
H1C112043
.............................................(2.1)
2
= SGxVe
SGstd xVe std
1
3
............ (2.2)
S = Ks x B
..............................................................................................
(2.3)
........
T = Kt x B .......................................................................................
(2.4)
L = Kl x B
............
...........................................................................(2.5)
Subdrilling (J)
Iqbaluddin Permana
H1C112043
...........
PC = L - T
(2.7)
de PC
BS L
........
(2.8)
Keterangan : SC
De
h.
lubang ledak.
SC =
de PC
BS L
Dimana : D
e
........
Iqbaluddin Permana
H1C112043
(2.9)
BR
W
E
.......
(2.10)
Dimana : W
E
E
W
..........................................................................
(2.11)
Dimana : E
W
Iqbaluddin Permana
H1C112043
Tabel 2.1.
Tabel Loading Density
Diameter
lubang ledak
mm
inci
0.70
0.80
0.85
0.90
1.00
1.15
1.20
1.25
1.30
76
89
102
108
114
121
127
3.00
3
4.00
4
4
4
5.00
3.18
4.35
5.72
6.41
7.14
8.05
8.87
3.63
4.98
6.54
7.33
8.17
9.20
10.13
3.86
5.29
6.95
7.79
8.68
9.77
10.77
4.08
5.60
7.35
8.24
9.19
10.35
11.40
4.54
6.22
8.17
9.16
10.21
11.50
12.67
5.22
7.15
9.40
10.54
11.74
13.22
14.57
5.44
7.47
9.81
10.99
12.25
13.80
15.20
5.67
7.78
10.21
11.45
12.76
14.37
15.83
5.90
8.09
10.62
11.91
13.27
14.95
16.47
130
5 18
9.29
10.62
11.28
11.95
13.27
15.26
15.93
16.59
17.26
140
152
159
165
178
5
6.00
6
6
7.00
10.78
12.70
13.90
14.97
17.42
12.32
14.52
15.88
17.11
19.91
13.08
15.42
16.88
18.18
21.15
13.85
16.33
17.87
19.24
22.40
15.39
18.15
19.86
21.38
24.88
17.70
20.87
22.83
24.59
28.62
18.47
21.78
23.83
25.66
29.86
19.24
22.68
24.82
26.73
31.11
20.01
23.59
25.81
27.80
32.35
187
7 38
19.23
21.97
23.34
24.72
27.46
31.58
32.96
34.33
35.70
203
210
229
8.00
8
9.00
22.66
24.25
28.83
25.89
27.71
32.95
27.51
29.44
35.01
29.13
31.17
37.07
32.37
34.64
41.19
37.22
39.83
47.37
38.84
41.56
49.42
40.46
43.30
51.48
42.08
45.03
53.54
251
9 78
34.64
39.58
42.06
44.53
49.48
56.90
59.38
61.85
64.33
270
10 5 8
40.08
45.80
48.67
51.53
57.26
65.84
68.71
71.57
74.43
279
286
311
349
381
432
11.00
11
12
13
15.00
17.00
42.80
44.97
53.18
66.96
79.81
102.60
48.91
51.39
60.77
76.53
91.21
117.26
51.97
54.61
64.57
81.31
96.91
124.59
55.02
57.82
68.37
86.10
102.61
131.92
61.14
64.24
75.96
95.66
114.01
146.57
70.31
73.88
87.36
110.01
131.11
168.56
73.36
77.09
91.16
114.79
136.81
175.89
76.42
80.30
94.96
119.58
142.51
183.22
79.48
83.52
98.75
124.36
148.21
190.55
Iqbaluddin Permana
H1C112043
2 SGe
1,5 De
SGr
B =
Keterangan : B
...........
(2.12)
= Burden (Ft)
SGe
= SG bahan Peledak
De
Menurut Konya setelah diketahui burden dasar maka harus dikoreksi dengan
beberapa faktor penentu, yaitu :
1) Faktor jumlah baris lubang ledak (Kr)
2) Faktor bentuk lapisan batuan (Kd)
3) Faktor kondisi batuan dan geologi (Ks)
Dengan adanya faktor koreksi tersebut maka hasil nilai burden dapat
dikoreksi dengan banyak baris yang akan diledakkan serta kondisi geologi setempat
dalam pelaksanaan peledakan. Secara matematis persamaan burden terkoreksi
dapat ditulis :
Bc = Kl x Kd x Ks x B
......
(2.13)
Kr
Iqbaluddin Permana
H1C112043
H/B < 4
S = (H + 2B) / 3
S = (H + 7B) / 8
H/B > 4
S = 2B
S = 1,4B
= Spacing (ft)
= Burden (ft)
c. Stemming (T)
`
Stemming adalah kolom material penutup lubang ledak di atas kolom isian
bahan peledak. Secara teoritik panjang stemming sama dengan panjang burden,
agar tekanan ke arah bidang bebas atas dan samping seimbang.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung jarak stemming adalah :
T = 0,7 x B
........
Keterangan : T
(2.14)
= Stemming (ft)
= Burden (ft)
d. Subdrilling (J)
Subdrilling merupakan panjang lubang ledak yang berada di bawah garis
lantai jenjang yang berfungsi untuk membuat lantai jenjang relatif rata setelah
peledakan.Adapun persamaan untuk mencari jarak subdrilling menurut Konya
adalah:
J = 0,3 x B
........
Keteranagan : J
(2.15)
= Subdrilling (ft)
= Burden (ft)
e. Waktu Tunda
Pemakaian detonator tunda dimaksudkan untuk mendapatkan perbedaan
waktu peledakan antara lubang sehingga diperoleh peledakan secara beruntun.
Pengaturan waktu ini dapat diterapkan pada peledakan beruntun dalam tiap-tiap
baris. Detonator tunda digunakan untuk peledakan beruntun antar baris lubang
ledak, maka persamaan yang digunakan untuk menentukan suatu waktu tundanya
adalah sebagai berikut :
tr = Tr x B
........
Keteranagan : tr
Tr
= Burden (ft)
Iqbaluddin Permana
H1C112043
(2.16)
de = 0,34 x SGe x De
.............................................................................................
Keterangan : de
(2.17)
SGe
De
Banyaknya bahan peledak yang digunakan dalam setiap lubang digunakan rumus :
...................................................................................................
E = Pc x de x N
Keterangan : E
(2.18)
Pc
de
g. Stiffness Ratio
Stiffness ratio merupakan hubungan tinggi jenjang dengan burden yang
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.3.
Stiffness Ratio
Stiffness
Ratio
Fragmentasi
Air Blast
Flyrock
Vibrasi
Keterangan
Potensi
terjadinya
backbreak
dan toe
Harus
dihindari dan
dirancang
ulang
Jelek
Berpotensi
Berpotensi
Berpotensi
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Baik
Baik
Baik
Baik
Sempurna
Sempurna
Sempurna
Sempurna
Iqbaluddin Permana
H1C112043
Sebaiknya
dirancang
ulang
Terkontrol
dan
fragmentasi
memuaskan
Tidak
menguntungk
an lagi bila
Stiffness
Ratio
lebih
dari 4
....(2.19)
Burden dan spasi dapat berubah tergantung pada sekuen penyalaan yang
digunakan, yaitu :.
1) Tipe sistem penyalaan tergantung pada bahan peledak yang dipilih dan peraturan
setempat yang berlaku.
2) Delay antar lubang sepanjang baris yang sama disarankan minimal 4 ms per meter
panjang spasi.
Iqbaluddin Permana
H1C112043
Gambar 2.2.
Tipe-tipe sekuen inisiasi dari ICI Explosives
(Anonim, 2014)
2.1.2. Pola Pemboran
Berdasarkan letak lubang bor maka pola pemboran dibagi menjadi dua
pola dasar, yaitu:
a. Pola pemboran sejajar (parallel pattern). Pola pemboran sejajar (parallel pattern),
terdiri dari dua macam, yaitu :
1) Pola bujur sangkar (square pattern), yaitu jarak burden dan spasi yang sama
2) Pola persegi panjang (rectangular pattern), yaitu jarak spasi dalam satu baris
lebih besar dibandingkan dengan burden.
b. Pola pemboran selang seling (staggered pattern)
Iqbaluddin Permana
H1C112043
Gambar 2.3.
Pola Pemboran
2.1.3. Pola Peledakan
Dalam kegiatan peledakan juga diperlukan pengetahuan tentang pola-pola
peledakan. Pola peledakan ini ditentukan berdasarkan urutan waktu peledakan
serta arah runtuhan material yang diharapkan. Ada beberapa tipe-tipe pola
peledakan:
a. Pola flat face, yaitu peledakan dengan waktu tunda yang sama untuk tiap deret
lubang ledak.
3
Gambar 2.4.
Pola Flat Face
b. Pola V-cut atau box cut, yaitu peledakan
dengan waktu tunda yang diatur
FREE FACE
sedemikian rupa arahnya menyerupai huruf V.
Iqbaluddin Permana
H1C112043
FREE FACE
Gambar 2.5.
Pola V cut
c. Variasi dari pola ini diterapkan untuk membuka lubang terowongan yang disebut
dengan pola burn cut.
Gambar 2.6.
Pola Burn Cut
d. Pola echelon, yaitu peledakan dengan waktu tunda yang diterapkan apabila
terdapat dua bidang bebas.
Gambar 2.7.
Pola Eschelon
Berdasarkan urutan waktu peledakan, maka pola peledakan diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Pola peledakan serentak
Suatu pola yang menerapkan peledakan secara serentak untuk semua
lubang tembak.
Iqbaluddin Permana
H1C112043
Iqbaluddin Permana
H1C112043
Gambar 2.8.
Beberapa Cara Peledakan Mud Capping
2. Snake holing
Tujuan metode snake holing adalah untuk mendorong batu yang tertanam
dalam tanah ke atas dan sekaligus memecahkannya. Caranya adalah dengan
membuat lubang ledak persis di bawah batu.
Gambar 2.9.
Sketsa Snake Holing
3. Block holing atau Pop Shooting
Umumnya digunakan untuk memecahkan bongkah batu yang besar dengan
cara membuat lubang bor ke arah pusat bongkah batu. Pada kenyataannya, metode
block holing adalah yang paling efektif digunakan.
Iqbaluddin Permana
H1C112043
Gambar 2.10.
Sketsa Block Holing
Peledakan Dibagi berdasarkan sumbernya yaitu:
a. Peledakan Metode Elektrik dan Rangkaian Peledakan
Peledakan dengan menggunakan arus listrik adalah metode peledakan
dengan menggunakan tenaga listrik untuk menyalakan bahan peledak. Arus listrik
yang digunakan berupa arus searah (DC) ataupun arus bolak balik (AC).
1) Rangkaian Seri
Pada rangkaian seri, arus peledakan harus paling rendah 1,5 ampere (pada
suatu detonator) supaya tiap-tiap detonator dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Gambar 2.11.
Rangkaian Seri
2) Rangkaian Paralel
Pada rangkaian paralel arus yang digunakan paling rendah 0,5 ampere yaitu
paling kecil digunakan untuk satu detonator.
Iqbaluddin Permana
H1C112043
Gambar 2.12.
Rangkaian Paralel
3) Rangkaian Paralel-Seri
R1 R2 R3 R4 R5
R6 R7 R8 R9
R10
Gambar 2.13.
Rangkaian Paralel-Seri
b. Peledakan Metode Non Elektrik
Metode peledakan ini menggunakan metode nonel. Metode nonel adalah
suatu metode peledakan generasi baru yang telah dikembangkan oleh Netro Nobel
AB Swedia. Metode ini pada prinsipnya adalah suatu sistem peledakan beruntun
tanpa
menggunakan listrik.
delay Connector.
Iqbaluddin Permana
H1C112043
Gambar 2.14.
Peedakan Non Elektrik
(Anonim, 2013)
Dari ketiga bahan peledak di atas, yang umum digunakan sebagai bahan
peledak industry ialah golongan bahan peledak kimiaBerdasarkan kecepatan
perambatan reaksinya, bahan peledak kimia dapat dibagi menjadi dua jenis (menurut
R. L. Ash, 1962), yaitu:
Iqbaluddin Permana
H1C112043
Iqbaluddin Permana
H1C112043
Gambar 2.15.
Arah Pemboran
4) Pola Pemboran
Keberhasilan suatu peledakan salah satunya terletak pada ketersediaan bidang
bebas yang mencukupi.Pola pemboran merupakan suatu pola pada kegiatan
pemboran dengan mendapatkan lobang-lobang tembak secara sistematis. Pola
pemboran yang bisa diterapkan pada tambang terbuka bisaanya ada tiga macam pola
pemboran yaitu:
a) Pola Bujur Sangkar (square pattern) Pola pemboran ini adalah dimana jarak antara
burden dan spasinya sama panjang yang membentuk bujursangkar.
b) Pola Persegi Panjang (rectangular pattern) Pola pemboran persegi panjag dimana
ukuran spacing dalam satu baris lebih besar dari jarak burden yang membentuk
pola persegi panjang. Untuk mendapatkan fragmentasi yang baik, pola ini kurang
tepat karena daerah yang tidak terkena pengaruh peledakan cukup besar.
c) Pola selang-seling (staggered pattern) Dalam pemboran selang seling lobang
tembak dibuat seprti zig zag sehingga membentuk pola segi tiga. Dimana jarak
spacing besar sama atau lebih besar dari pada jarak burden. Pada pola ini daerah
yang tidak terkena pengaruh peledakan cukup kecil dibandingkan dengan pola
yang lainya.Namun pada penerapan dilapangan pola ini cukup sulit melakukan
pemboran dan pengaturan lebih lanjut.Tetapi untuk menperbaiki fragmentasi
batuan hasil peledakan maka pola ini lebih cocok untuk digunakan.
Untuk mendapatkan fragmentasi hasil peledakan yang baik, pola pemboran
juga harus diperhatikan.Karena, terlihat jelas pada gambar 24 area tidak terkena
energi peledakan lebih kecil dibandingkan pola pemboran sejajar. Dimana pada area
tidak terkena energi peledakan, batuan tersebut akan berurukan besar atau dapat
dikatakan fragmentasi hasil peledakan berukuran besar (boulder).
Iqbaluddin Permana
H1C112043
Gambar 2.16.
Perbandingan Pola Pemboran
b.
c.
d.
Dinamit buatan, berfungsi sebagai tiruan bahan peledak kuat yang dikemas
dalam bentuk dodol.
e.
Meteran, berfungsi sebagai alat untuk mengukur burden dan spasi pada simulasi
peledakan jenjang tambang terbuka.
f.
Corong dan kayu, berfungsi sebagai alat untuk memasukkan bahan peledak dan
stemming ke dalam lubang ledak.
g.
Box kayu dan ember, berfungsi sebagai wadah untuk bahan peledak dan
stemming.
Bahanbahan yang digunakan pada praktikum perencanaan peledakan jenjang
tambang terbuka dengan metode elektrik kali ini adalah sebagai berikut :
a.
b.
b.
c.
Detonator listrik (detonator in hole delay dan detonator surface delay buatan),
berfungsi sebagai pemicu buatan.
Iqbaluddin Permana
H1C112043
Dinamit buatan, berfungsi sebagai tiruan bahan peledak kuat yang dikemas
dalam bentuk dodol.
e.
Meteran, berfungsi sebagai alat untuk mengukur burden dan spasi pada simulasi
peledakan jenjang tambang terbuka.
f.
Corong dan kayu, berfungsi sebagai alat untuk memasukkan bahan peledak dan
stemming ke dalam lubang ledak.
a. Box kayu dan ember, berfungsi sebagai wadah untuk bahan peledak dan stemming.
Bahan bahan yang digunakan pada praktikum perencanaan peledakan
jenjang tambang terbuka dengan metode non elektrik (nonel) kali ini adalah sebagai
berikut :
a.
b.
b.
c.
d.
e.
Mengisi lubang ledak dengan bahan peledak dengan mula mula memasukkan
sedikit ANFO dengan tujuan agar hasil peledakannya lebih bagus dan energi
peledakannya yang dikeluarkan lebih optimal, lalu setelah itu masukkan primer
kemudian ANFO lagi sampai batas powder column yang telah didapatkan dan
terakhir memasukkan stemming (bottom priming).
f.
Merangkai lubang ledak dengan sirkuit seri dan mengukur tahanan total dengan
menggunakan multitester.
g.
Iqbaluddin Permana
H1C112043
b.
c.
d.
e.
Mengisi lubang ledak dengan bahan peledak dengan mula mula memasukkan
sebagian ANFO, primer kemudian ANFO lagi sampai batas powder column yang
telah didapatkan serta terakhir memasukkan stemming (middle priming).
f.
Iqbaluddin Permana
H1C112043