SIRKULUS WILLISI
Oleh :
Sara Maria laras Maharkesti
1061050082
Pembimbing :
Dr.Jan Andries Tangkilisan, MARS
BAB I
PENDAHULUAN
Sirkulus willisi pada dasar otak merupakan pokok anastomosis pembuluh darah arteri
yang penting di dalam jaringan otak. Darah mencapai sirkulus willisi melalui a. carotis interna
dan a. vertebralis. Dua pertiga jatah darah serebral dialirkan ke sebagian besar serebrum dan
diensefalon melalui sistem karotis; dan sepertiga sisanya dialirkan ke medula oblongata, pons,
otak tengah, lobus temporal bagian medial dan inferior, lobus parietal, lobus oksipital, dan
serebelum melalui sistem vertebralis. Sirkulus willisi dibentuk oleh hubungan antara a. carotis
interna, a. basilaris, a. serebri anterior, a. komunikans anterior, a. serebri posterior, a. komunikans
posterior, dan a. vertebralis.
Suplai darah serebral berasal dari arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Arteri karotis
interna pada kedua sisi menghantarkan darah ke otak melalui percabangan utamanya, arteri
serebri media dan arteri serebri anterior serta arteri khoroidalis anterior (sirkulasi anterior). Kedua
arteri vertebralis bergabung di garis tengah pada batas kaudal pons untuk membentuj arteri
basilaris, yang menghantarkan darah ke batang otak dan serebelum, serta sebagian hemisfer
serebri melalui cabang terminalnya, arteri serebri posterior (sirkulasi posterior).
Sirkulasi anterior dan posterior berhubungan satu dengan lainnya melalui sirkulus
arteriosus wilisi. Terdapat pula banyak hubunga anastomosis lain di antara arteri arteri yang
mendarahi otak, dan antara sirkulasi intrakranial dan ektrakranial,sehingga oklusi pada sebuah
pembuluh darah besar tidak selalu menimbulkan stroke karena jaringan otak di bagian distal
oklusi mungkin mendapatkan perfusi yang adekuat dari pembuluh darah kolateral.
BAB II
TNJAUAN PUSTAKA
Arteri karois interna adalah salah satu dari dua cabang terminal arteri karotis komunis
yang pda sisi kanan, berasal dari arkus aorta dalam suatu trunkus komunis ( brakhiosefalikus)
bersama arteri subklavia dextra. Arteri karotis komunis sinistra biasanya langsung beraasal dari
arkus aorta, tetapi banyak terdapat variasi anatomis. Pada 20 % individu, arteri karotis komunis
sinistra berasal dari tunkus brakhiosefalikus sinistra.
Arteri karotis interna berasal dari bifurkasio arteri karotis kominis setinggi kartilago
tiroidea dan berjalan naik ke basis kranii tanpa membentuk cabang. Arteri dipisahkan dari telinga
tengah hanya oleh dinding tulang yang tipis, dan kemudian memasuki sinus kavernosus.
Arteri karotis interna berjalan horizontal ke depan melalui sinus kavernosus dan muncul
di sisi medial prosesus anterior dengan menembus durameter. Selanjutnya masuk ke ruang
subarachnoid dengan menembus arachnoid mater dan berputar ke belakang ke daerah substansia
perforata otak pada bagian ujung medial sulkus serebral lateralis.
Karotis interna berasenden melalui leher profunda menuju kanalis karotikus dari tulang
petrosus dan sinus-sinus kavernosus, arteri memberikan cabang-cabang kecil ke lantai dari
telinga tengah, dura dari klivus, ganglion semilunaris dari saraf trigeminalis dan kelenjar hipofise.
Di bawah muara kranialis dari kanalis optikus, karotis interna memasuki rongga subarachnoid
dan memberikan cabang a. oftalmika, membelok ke rostral dan berjalan di bawah saraf optikus
melalui kanalis optikus dan ke dalam orbita.
Arteri oftalmika berasal dari arteri karotis interna dari sinus kavernosus. Masuk ke rongga
mata melalui kanalis optikus bersama dengan n. II (sebelah dorsomedialnya). Arteri ini
memperdarahi mata dan seluruh struktur di dalamnya dan cabang-cabang berakhir dengan
memperdarahi daerah frontalis kulit kepala, sinus frontalis, sinus ethmoidalis dan dorsum
nasi.
Arteri komunikans posterior merupakan arteri penghubung antara a. karotis interna dan a.
serebri posterior.
Pada daerah substansia perforata anterior, a. karotis interna akan menjadi 2 cabang yaitu a.
serebri anterior dan a. serebri media.
Arteri serebri anterior mempunyai pangkal di sebelah dorsal n. II dan ventral dari
striaolfaktorius medialis. Ia berjalan ke arah rostromedial sampai tepi medial girus rektus dan
kemudian berlanjut di pinggir korpus kalosum. Di tepi medial girus rektus kedua, a. serebri
media dihubungkan satu sama lain oleh a. komunikans anterior. A. serebri anterior
mengeluarkan cabang-cabangnya ke lobus frontalis medius dan lobus parietalis serta ke
korteks yang berdekatan di sepanjang permukaan lateral medial dari lobus-lobus ini.
Arteri serebri media, suatu cabang terminalis dari a. karotis interna, memasuki fissura
lateralis serebri dan membagi diri menjadi cabang-cabang kortikal yang memperdarahi lobuslobus frontalis, temporalis, parietalis, dan oksipitalis. Pembuluh-pembuluh nadi yang kecil,
yaitu a. lentikulostriata (a. striata lateralis), timbul dari bagian basal a. serebri media untuk
memperdarahi kapsula interna dan struktur-struktur yang berdekatan. A. lentikulostriata
sering pecah pada peristiwa stroke.
posterior serebli (PICA) dan arteri spinalis anterior. Tempat berasalnya PICA adalah tepat di
distal lokasi masuknya arteri verebralis ke ruang subarakhnoid; ruptur aneurosma pada tempat
berasalnya PICA dengan demikian dapat terjadi ektrakranial dan mensikpun demikian dapat
menyebabkn perdarahan subarakhnoid. Cabang arteri vertebralis ke medula dpinalis memiliki
anatomi yang bervariasi. Pembuuh darah ini menyuplai darah ke bagian atas medula spinalis
servicalis dan membentuk anastomosis dengan arteri spinalis segmentalis yang berasal dari
bagian proksiml arteri vertebralis, dan dengan arteri di leher.
Penurunan aliran darah di pembuluh darah akibat stenosis yang berkembang lambat di
bawah sirkulus willisi biasanya dapat dikompensasi oleh peningkatan aliran kolateral di sekitar
sirkulus, sehingga infarks hemodinamik tidak terjadi. Namun, ada banyak variasi anatomis
sirkulus willisi dengan salah satu atau beberapa segmen arteri penyusuunnya mengalami
hipoplasia atau tidak ada. Kombinasi yang tidak menguntungkan antara stenosi pembuluh darah
besar dan varian anatomis sirkulus willisi yang tidak memungkinkan aliran kolateral yang
adekuat dapat menimbulkan infark hemodinamik.
Setelah memasuki rongga subaraknoid, a. karotis interna berlanjut ke posterior di bawah
saraf optik dan kemudian dari sana ke lateral, ke tingkat kiasma optikum, dan membuat sudut
belokan ke kanan untuk memasuki fissura sylvii. Pada putaran ini arteri memberikan cabang a.
komunikans posterior, yang bergabung dengan tunggul proksimal dari a. serebri posterior dan
membentuk bersama dengan arteri ini dan a. basilaris rostral, arkus posterior dari sirkulus Willisi.
Karotis interna juga memberi cabang aa. khoroidalis anterior sebelum karotis berakhir
dengan terbagi menjadi aa. serebri anterior segera mencembung ke garis tengah dan saling
berhubungan melalui a. komunikans anterior. Jadi, arkus anterior dari sirkulus Willisi tertutup.
Pons diperdarahi oleh a. basilaris dan a. serebeli anterior, a. serebeli inferior dan a. serebeli
superior.
Medulla oblongata diperdarahi oleh a. vertebralis, a. spinalis anterior dan a. spinalis posterior, a.
serebeli posterior inferior dan a. basilaris.
Serebelum diperdarahi oleh a. serebeli superior, a. serebeli anterior inferior dan a. serebeli
posterior inferior.
Obstruksi a. serebri anterior di atas korpus kalosum dan proksimal lobulus parasentralis
akan menyebabkan paralisa spastik dan gangguan korteks sensorik tungkai kontralateral. Kadangkadang juga terjadi kelemahan sfingter kandung kemih. Penyumbatan a. Serebri anterior yang
mengakibatkan infark di rostral korpus kalosum akan menampilkan dispraksia lengan kiri.
Obstruksi kedua a. serebri anterior akan menampilkan paralisa spastik kedua tungkai dan
inkontinensia urine, refleks gasping, apraksia, dan deviasi konjugat mata.
Obstruksi a. serebri posterior biasanya menyebabkan iskhemi korteks kalkarina sehingga
menyebabkan terjadinya hemianopsia homonimus lateral (sisi yang kontralateral). Bila terjadi
infark maka akan menimbulkan hemianopsia total.
ANEURISMA SEREBRAL
Definisi
Aneurisma adalah kelainan pada pembuluh darah berupa dilatasi atau pelebaran setempat yang
tidak normal, dan berkaitan dengan adanya kelemahan pada dinding pembuluh darah.
Epidemiologi
Ruptur aneurisma serebral terjadi 5/ 100.000/ tahun. Lebih dari setengahnya adalah hipertensif
dan kebanyakan adalah pada kelompok usia 45-60. Predominan wanita.
Etiologi
Selain karena aneurisma merupakan lesi kongenital, aneurisma juga dapat disebabkan oleh
adanya lesi degeneratif yang didapat, khususnya karena efek hemodinamik, atherosclerosis,
vaskulopati, dan kondisi dimana terjadi aliran yang cepat (misalnya pada malformasi
arteriovena), trauma, infeksi, obat-obatan, dan neoplasma.
Faktor resiko
Faktor resiko terjadinya aneurisma antara lain hipertensi, kebiasaan merokok, penggunaan
antikoagulan, pertambahan usia, jenis kelamin wanita, kontrasepsi oral, alkoholism,
penyalahgunaan obat, penyakit sel sabit, penyakit ginjal polikistik, displasia fibromuskular,
kelainan jaringan ikat dan riwayat rupturnya aneurisma
Klasifikasi.
Berdasarkan patologi, ukuran, dan lokasi :
A.
2. Aneurisma disekans
3. Aneurisma fusiform
B.
Berdasarkan ukuran
1. Sangat kecil (<3 mm)
2. Kecil (4-6 mm)
3. Sedang (7-10 mm)
C.
4.
5.
Berdasarkan lokasi
1.
A. vertebralis
b.
A. Basilaris
c.
A. serebri posterior
peningkatan meningisme dengan memburuknya nyeri kepala serta kaku kuduk yang hebat.
Vasospasme umumnya mengenai pembuluh utama di dasar otak: a. karotis interna
supraklinoid, a. serebral media, a. serebral anterior, a. vertebralis, a. basilaris dan a. serebral
posterior.
1.
Perdarahan ulang
Perdarahan ulang aneurisma tetap merupakan penyebab terpenting atas kematian dan
kecacatan pada pasien yang hidup setelah perdarahan pertama. Terjadi sekitar 20% kasus
selama 2 minggu pertama sejak perdarahan inisial dari aneurisma bila aneurisma tidak
ditindak. Mortalitas perdarahan ulang mencapai 70%. Cara paling efektif untuk mencegah
perdarahan ulang adalah dengan melakukan operasi sesegera mungkin.
2.
Hidrosefalus
Masuknya darah ke ruang subarachnoid akibat perdarahan dibawa oleh CSS ke tempat
absorbsi, vili arachnoid sepanjang sinus sagital. Terjadi sumbatan oleh sel darah merah
hingga menyebabkan gangguan absorbsi serta pembesaran ventrikel akibat tekanan balik.
3.
Epilepsi
Epilepsi yang timbul lebih sering berkaitan dengan hematoma di lobus temporal akibat
rupturnya aneurisma a. serebral media.
2.
3.
Tindakan umum :
1.
2.
3.
4.
5.
DAFTAR PUSTAKA
1. Baehr,M, Frotscher,M. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi Duus, Fisiologi, Tanda, Gejala.
Jakarta : EGC. 2012. Ed ke 4. Hal: 373-87
2. Snell R, Neuroanatomi Klinik. Ed ke 2. EGC; Jakarta, 1996; 539-44
3. Sobotta, Atlas Anatomi Manusia Bagian 1; Ed ke 22. EGC; Jakarta, .