Kurikulum merupakan suatu hal yang penting karena kurikulum bagian dari program
pendidikan. Tujuan utamanya adalah meningkatkan kualitas pendidikan dan bukan sematamata hanya menghasilkan suatu bahan pelajaran. Kurikulum tidak hanya memperhatikan
perkembangan dan pembangunan masa sekarang tetapi juga mengarahkan perhatian ke
masa depan.
1. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu carier yang artinya pelari
dan curare yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga
pada zaman Romawi Kuno di Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus
ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish.
Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus di tempuh murid untuk
memperoleh ijazah. Pengertian tadi mempunyai imflikasi sebagai berikut:
a) kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran .mata pelajar sendiri hakikatnya
adalah pengalaman nenek moyang di masa lampau.berbagai pengalaman tersebut
di pilih,dianalisis,serta di susun secara sistematis dan logis,sehingga muncul mata
pelajaran seperti nsearah,ilmu hayat,ilmu bumi dan sebagainya.
b) mata pelajaran adalah sejumlah informasi atau pengetahuan,sehingga menyimpan
mata pelajaranpada siswa akan membentuk mereka menadi manusia yang
mempunyai kecerdasan berfikir
c) mata pelajaran menggambarkan kebudayaan masa lampau.adapun pengajaran
berarti penyampaian kebudayaan kepada generasi muda.
d) tujuan mempelajari mata pelajaran yang untuk memperoleh ijazah.ijazah di posisikan
sebagai tujuan ,sehingga menguasai mata pelajaran berarti telah mencapai tujuan
belajar.
e) adanya aspek keharusan bagian setiap sisiwa untuk mempelajari yang
sama.akibatnya,faktor minat dan kebutuhan siswa tidak di pertimbangakan dalam
penyusunan kurikulum.
f) sistem penyampaian yang di gunakan oleh guru adalah sistem penuangan(imposisi)
akibatnya,dalam kegiatan belajar gurulah yang lebih banyak bersikap
aktif,sedangkan siswa hanya bersifat pasif belaka.
2. Karakteristik Kurikulum
Menurut Schubert dkk (Print,1993), ada lima karakteristik kurikulum, yaitu:
Kurikulum sebagai mata pelajaran
Ini menggambarkan kurikulum sebagai pengkombinasian mata pelajaran untuk
membentuk sekumpulan materi yang diajarkan.
Kurikulum sebagai pengalaman
Kurikulum dipandang sebagai sejumlah pengalaman (experience) yang dihadapi siswa
dalam konteks pembelajaran
Kurikulum sebagai tujuan
Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan
Kurikulum Sebagai Reproduksi Sosial
Kurikulum haruslah merefleksikan kultur suatu masyarakat.
Kurikulum sebagai currere
kurikulum diartikan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh
3. Dimensi Kurikulum
Ada empat dimensi pengertian kurikulum menurut Hamid Hasan (1988), dimana satu
dimensi dengan dimensi lainnya saling berhubungan, di antaranya:
Kurikulum sebagai suatu ide/gagasan (dimensi ide)
Berkenaan dengan landasan filosofis dan berkaitan dengan: landasan teori (teori
belajar, model dan desain kurikulum yang digunakan). Pengertian kurikulum sebagai
dimensi berkaitan dengan ide pada dasarnya mengandung makna bahwa kurikulum
itu adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman dalam pengembangan
kurikulum selanjutnya.
Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan perwujudan
dari kurikulum sebagai suatu ide (dimensirencana)
Makna dari dimensi kurikulum ini adalah sebagai perangkat rencana dan cara
mengadministrasikan tujuan, isi, dan bahan ajar.
Kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah kurikulum
sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum (dimensi aktivitas)
Pelaksanaan pembelajaran perlu memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan
dengan implementasi kurikulum (SDM, fasilitas, lingkungan, pendanaan,
kepemimpinan, sebagainya).
Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai
suatu kegiatan (dimensi hasil)
Berkaitan dengan Output dan outcome yang dihasilkan.
4. Fungsi Kurikulum
Pada dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Namun, apabila
berbicara fungsi kurikulum bagi kepala sekolah, guru, orang tua, masyarakat, dan siswa,
akan ada perbedaan untuk fungsi kurikulum itu sendiri.
Bagi kepala sekolah, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan
supervisi atau pengawasan
Bagi guru kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
Bagi orang tua kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anak belajar
di rumah
Bagi masyarakat kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan
bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah
Bagi siswa kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subek didik, terdapat enam fungsi
kurikulum, yaitu :
a) Fungsi penyesuaian ( the adustive or adative function )
Kurikulum harus mampu mengarahkan siswa agar mampu menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
b) Fungsi intergrasi ( the integrating function )
Kurikulum bermakna sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi
pribadi yang utuh, untuk dapat hidup dan berintergrasi dengan masyarakat.
5. Peranan Kurikulum
Sebagai perogram pendidikan yang telah di rencanakan secara sistematis,kurikulum
mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan siswa.apa bila di analisis sifat
dari masyarakat dan kebudayaan,dengan sekolah yang institusi sosial dalam melaksanakan
operasinya,maka dapat di tentukan paling tidak tiga peranan kurikulum yang sangat penting
yaitu :
a) Peranan konservatif
Kebudayaan telah ada lebih dahulu daripada lahirnya sesuatu generasi tertentu dan
tidak akan mati dan habisnya generasi yang bersangkutan
b) Peranan kritis atau evaluatif
Kebudayaan senantiasa berubah dan bertumbuh sejalan perkembangan zaman yang
terus berputar. sekolah tidak hanya mewariskan kebudayaan yang ada melainkan juga
menilai, memilih unsurunsur kebudayaan yang akan diwariskan
c) Peranan kreatif
Kurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif dalam arti menciptakan
dan menyusun sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa
mendatang dalam masyarakat guna membantu setiap individu dalam mengembangkan
potensi yang ada padanya. kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara
berpikir, berkemampuan dan keterampilan yang baru, dalam arti memberikan manfaat
bagi masyarakat
1. Komponen tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Dalam skala
makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang
dianut masyarakat. Tujuan menggambarkan sesuatu yang dicita-citakan masyarakat.
Seperti halnya masyarakat Indonesia menganut sistem nilai pancasila, maka tujuan yang
diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum adalah terbentuknya masyarakat yang pancasilais.
Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan visi dan misi sekolah serta
tujuan-tujuan yang lebih sempit, seperti tujuan mata pelajaran.
Tujuan pendidikan diklasisifikasikan menjadi 4 yaitu :
a. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
Tujuan pendidikan nasional merupakan sumber dan pedoman dalam usaha
penyelenggaraan pendidikan. Setiap lembaga penyelenggara pendidikan harus dapat
membentuk manusia sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yang dirumuskan
dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003, pasal 3 bahwa: Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
b. Tujuan Institusional (TI)
Tujuan pendidikan nasional yang merupakan pendidikan pada tataran makroskopik,
selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu tujuan pendidikan yang ingin
dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah atau satuan pendidikan. Tujuan
institusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan,
berupa kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, kejuruan, dan pendidikan tinggi.
menggambarkan perubahan perilaku spesifik apa yang hendak dicapai peserta didik
melalui proses pembelajaran. Merujuk pada pemikiran Bloom, maka perubahan perilaku
tersebut meliputi perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
2.
Sahih (valid); dalam arti materi yang dituangkan dalam pembelajaran benarbenar telah teruji kebenaran dan kesahihannya. Di samping itu, juga materi yang
diberikan merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan zaman, dan memberikan
kontribusi untuk pemahaman ke depan.
2.
Tingkat kepentingan; materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta didik.
Mengapa dan sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari.
3.
Kebermaknaan; materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis
maupun non akademis. Manfaat akademis yaitu memberikan dasar-dasar pengetahuan
dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan lebih
lanjut. Sedangkan manfaat non akademis dapat mengembangkan kecakapan hidup dan
sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
4.
Layak dipelajari; materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat
kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit) maupun aspek kelayakannya
terhadap pemanfaatan materi dan kondisi setempat.
5.
3.
Menarik minat; materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat
memotivasi peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut, menumbuhkan rasa ingin tahu
sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka.
Komponen Metode / Strategi
Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam pengembangan kurikulum.
Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran sangat penting, sebab
berhubungan dengan implementasi kurikulum.
Strategi meliputi rencana, metoda dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk
mencapai tujuan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian
kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya /
kekuatan dalam pembelajaran.
Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan
nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, dinamakan metode.
Menurut Roy Killen (1998) pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
terhadap proses pembelajaran. . Oleh karena itu, dalam prakteknya seorang guru
seyogyanya dapat mengembangkan strategi pembelajaran secara variatif, menggunakan
berbagai strategi yang memungkinkan siswa untuk dapat melaksanakan proses belajarnya
secara aktif, kreatif dan menyenangkan, dengan efektivitas yang tinggi.
4. Organisasi Kurikulum
Beragamnya pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum memunculkan
terjadinya keragaman dalam mengorganisasikan kurikulum. Setidaknya terdapat enam
ragam pengorganisasian kurikulum, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
Mata pelajaran terpisah (isolated subject); kurikulum terdiri dari sejumlah mata
pelajaran yang terpisah-pisah, yang diajarkan sendiri-sendiri tanpa ada hubungan
dengan mata pelajaran lainnya. Masing-masing diberikan pada waktu tertentu dan
tidak mempertimbangkan minat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik, semua
materi diberikan sama
Mata pelajaran berkorelasi; korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi
kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan mata pelajaran. Prosedur yang
ditempuh adalah menyampaikan pokok-pokok yang saling berkorelasi guna
memudahkan peserta didik memahami pelajaran tertentu.
Bidang studi (broad field); yaitu organisasi kurikulum yang berupa pengumpulan
beberapa mata pelajaran yang sejenis serta memiliki ciri-ciri yang sama dan
dikorelasikan (difungsikan) dalam satu bidang pengajaran. Salah satu mata
pelajaran dapat dijadikan core subject, dan mata pelajaran lainnya dikorelasikan
dengan core tersebut.
Program yang berpusat pada anak (child centered), yaitu program kurikulum
yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta didik, bukan pada mata
pelajaran.
Inti Masalah (core program), yaitu suatu program yang berupa unit-unit masalah,
dimana masalah-masalah diambil dari suatu mata pelajaran tertentu, dan mata
pelajaran lainnya diberikan melalui kegiatan-kegiatan belajar dalam upaya
Komponen Evaluasi
Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir (Oliva, 1988).
Proses tersebut meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Evaluasi merupakan
komponen utuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum evaluasi
berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum,
atau untuk evaluasi yang digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang
ditetapkan.
Menurut R. Ibrahim model evaluasi kurikulum secara garis besar di golongkan kedalam
empat rumpun model, yaitu:
a. Measurement
Dalam kegiatan evaluasi, cenderung ditempuh pendekatan atau cara-cara antara lain:
c. Illumination
Dalam kegiatan evaluasi, cenderung ditempuh pendekatan atau cara-cara antara lain:
d.
Dalam kegiatan evaluasi, cenderung ditempuh pendekatan atau cara-cara antara lain:
Membandingkan performance setiap dimensi program dengan kriteria internal
Membandingkan performance program dengan menggunakan kriteria eksternal
Teknik evaluasi mencakup tes, observasi, wawancara, angket, dan analisis dokumen
https://denzvstyle.wordpress.com/2013/02/05/konsep-dasar-kurikulum/
http://tirtanizertrs.blogspot.com/2012/11/konsep-dasar-kurikulum.html
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/komponen-komponenkurikulum/
http://fahrulwahid.blogspot.com/2013/10/komponen-komponen-kurikulum.html
http://anisroiyatunisa.blogspot.com/2013/02/komponen-komponenpengembangan-kurikulum.html