Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN LINGKUNGAN RUMAH DAN PENYEDIAAN AIR BERSIH DENGAN

KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAMERINDU


KECAMATAN SUNGAI SERUT
KOTA BENGKULU TAHUN 2012
( Lucky Nelazyani, SST : Akademi Kebidanan Dehasen Bengkulu
email : luckynelazyani@yahoo.co.id, Hp 085268297048 )
( Rina : Akademi Kebidanan Dehasen Bengkulu
email : midwife_rina@ymail.com, Hp 087770727161)

ABSTRAK
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan peningkatan volume, keenceran, dan frekuensi
dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3 kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari
(Hidayat, A. 2009). Pada tahun 2011 didapatkan angka kejadian diare terbanyak adalah di
Puskesmas Sukamerindu yaitu sebanyak 1.311 kasus. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan lingkungan rumah dan penyediaan air bersih dengan kejadian Diare pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan desain cross sectional.
Populasi penelitian adalah seluruh Ibu yang memiliki balita usia 1 5 tahun yang berjumlah
sebanyak 1.311 balita, jumlah sampel 93 balita dan teknik pengambilan sampel menggunakan
teknik accidental sampling. Analisis menggunakan univariat dan bivariat dengan uji chi-square
(=0,05).
Hasil penelitian diketahui sebagian besar balita atau sebanyak 54 orang (58,1%) menderita
Diare. Sedangkan jika dilihat dari lingkungan rumah, sebagian besar balita yang memiliki
lingkungan rumah yang kurang baik sebanyak 52 orang (55,9%). Selanjutnya, dilihat dari
penyediaan air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebagian besar sebanyak 57 orang
(61,3%). Dan ada hubungan antara lingkungan rumah

dengan kejadian diare, dengan

=0,000=0,05 dan ada hubungan antara penyediaan air bersih dengan kejadian diare, dengan
=0,006=0,05.
Dengan hasil penelitian ini, diharapkan kepada petugas Puskesmas agar meningkatkan
penyuluhan penanganan dan pencegahan penyakit Diare pada balita di masyarakat.
Kata Kunci : Kejadian Diare, Lingkungan Rumah dan Penyediaan Air Bersih

PENDAHULUAN

menjadi penyebab kematian sebesar 15 34

Masa balita merupakan masa yang


paling rentan terhadap serangan penyakit.
Salah satu penyakit infeksi pada balita adalah
diare dan ISPA. Diare adalah keadaan
frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali
pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak,
dengan

konsistensi

feses

encer,

dapat

berwarna hijau dapat pula bercampur lendir


dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2007).
Diare lebih dominan menyerang balita karena
daya tahan tubuh balita yang masih lemah
sehingga

balita

sangat

rentan

terhadap

penyebaran virus penyebab diare.

% dari semua penyebab kematian (Depkes,


2010). Angka kesakitan diare di Indonesia
dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Di
Indonesia dilaporkan terdapat 1,6 sampai 2,3
kejadian diare per tahun (Pitono, dkk, 2006).
Hal yang bisa menyebabkan balita
mudah

terserang

penyakit

diare

adalah

perilaku hidup masyarakat yang kurang baik


dan keadaan lingkungan rumah yang buruk.
Diare dapat berakibat fatal apabila tidak
ditangani secara serius karena tubuh balita
sebagian besar terdiri dari air, sehingga bila
terjadi diare sangat mudah terkena dehidrasi

Angka kejadian diare pada anak di


dunia mencapai 1 miliar kasus tiap tahun,
dengan korban meninggal sekitar 5 juta jiwa.
Statistik di Amerika mencatat tiap tahun
terdapat 20-35 juta kasus diare dan 16,5 juta
diantaranya adalah balita (Pickering et al,
2004). Sedangkan menurut Parashar tahun
2007 di dunia terdapat 6 juta balita yang
meninggal tiap tahunnya karena penyakit
diare.

(Depkes, 2010).
Ada beberapa faktor yang berkaitan
dengan

kejadian

memadainya
tercemar

diare

penyediaan

oleh

tinja,

yaitu
air

tidak

bersih,

kekurangan

air

sarana

kebersihan, pembuangan tinja yang tidak


hygienes,

kebersihan

perorangan

dan

lingkungan yang jelek, serta penyiapan dan


penyimpanan makanan yang tidak semestinya
(Sander, 2005).

Di

Negara

berkembang

termasuk

Indonesia anak-anak menderita diare lebih


dari 12 kali per tahun dan hal ini yang

Kasus diare juga sering berhubungan


dengan pola makan dan lingkungan. Sering

kali kasus diare akut ini menyebabkan

angka kejadian diare tertinggi dibandingkan

terjadinya wabah sehingga perlu penanganan

Puskesmas lain (Data terlampir). Pada tahun

sedini mungkin (Zein, 2004). Berdasarkan

2010 diketahui bahwa balita yang terserang

hasil penelitian Adisasmito, (2007) dapat

diare yaitu 540 balita (42,39 %) dari 1274

disimpulkan bahwa faktor lingkungan (sarana

keseluruhan jumlah balita yang ada di

air

ibu

Puskesmas Sukamerindu dan pada tahun 2011

(pengetahuan, perilaku dan higiene ibu), serta

diketahui bahwa balita yang terserang diare

faktor anak (status gizi, dan pemberian ASI

yaitu 548 balita (41,80 %) dari 1311

eksklusif) berhubungan terhadap kejadian

keseluruhan jumlah balita yang ada di

diare pada balita. Sedangkan hasil penelitian

Puskesmas

Yulisa (2008), diketahui bahwa ada pengaruh

Sukamerindu, 2011).

bersih

tingkat

dan

jamban),

pendidikan,

sumber

faktor

air

minum,

Sukamerindu

(Puskesmas

Diare dapat menyebabkan anoreksia

kualitas fisik air minum, jenis jamban

(kurangnya

nafsu

makan)

sehingga

keluarga, jenis lantai rumah serta tidak ada

mengurangi asupan gizi, dan diare dapat

pengaruh jenis pekerjaan dengan kejadian

mengurangi daya serap usus terhadap sari

diare pada anak balita.

makanan. Sehingga dalam keadaan infeksi,

Dikota Bengkulu, angka kejadian diare

kebutuhan sari makanan pada anak yang

sendiri masih cukup besar dan masuk dalam

mengalami diare akan meningkat, maka setiap

10 penyakit terbanyak dengan urutan ke-4

serangan

(Data terlampir). Pada tahun 2009 jumlah

kekurangan gizi. Jika hal ini berlangsung

balita yang terkena diare 4.479 (13,32 %)

terus

penderita, dan meningkat pada tahun 2010

gangguan pertumbuhan anak (Widoyono,

yaitu 4.751 (52,37 %) penderita (Dinas

2011).

Kesehatan Kota Bengkulu, 2011).

diare

menerus

akan

akan

menyebabkan

mengakibatkan

Adapun dampak dari penderita diare

Dari 19 Puskesmas yang ada di Kota

akut, jika kehilangan cairan lebih dari 10 %

Bengkulu, Puskesmas Sukamerindu memiliki

berat badan, pasien dapat mengalami syok

yang disebabkan oleh berkurangnya volume

Pengukuran

darah yang disebut hipovolemia (Widoyono,

Pengumpulan

2011). Diare juga dapat berdampak kematian

mengunakan data primer dan data sekunder.

pada balita.

Data

Berdasarkan uraian di atas maka


peneliti

tertarik

meneliti

Hubungan

data

primer

wawancara

dalam penelitian

diperoleh

langsung

dengan

kepada

ini

cara

responden

(sampel) menggunakan daftar pertanyaan

lingkungan rumah dan penyediaan air bersih

(Kuisioner),

dengan kejadian diare pada balita di wilayah

Rumah

kerja Puskesmas Sukamerindu Kecamatan

Sedangkan data Sekunder diperoleh melalui

Sungai Serut Kota Bengkulu.

metode dokumentasi,
dalam

untuk

dan

melihat

Lingkungan

Penyediaan

penelitian

Air

Bersih.

Metode dokumentasi

ini

digunakan

untuk

BAHAN DAN METODE

mengetahui dan mendapatkan data tentang

Desain Penelitian dan Sampel

jumlah balita dan balita yang terkena diare

Desain penelitian yang digunakan adalah

pada tahun 2010 dan 2011, yang diperoleh

deskriptif analitik dengan pendekatan Cross

dari ibu balita yang datang ke Puskesmas

Sectional.

Populasi dalam penelitian ini

Sukamerindu

adalah Ibu yang memiliki balita usia 1 5

sukamerindu.

tahun yang berkunjung

Data yang telah terkumpul di olah dengan

ke Puskesmas

dan

beberapa

sebanyak 1.311 balita yang dilaksanakan pada

memeriksa kelengkapan data, sehingga bila

bulan April sampai dengan bulan Mei tahun

ada

2012

Puskesmas

diperbaiki terlebih dahulu, selanjut nya di

Sukamerindu Kota Bengkulu. Pengambilan

koding untuk mengaklasifikasi data menurut

sampel

masing masing kategori

menggunakan

kerja

teknik

Accidental

sampling dengan jumlah sampel 93 balita.

kekurangan

yaitu

di

puskesmas

Sukamerindu tahun 2011 yang berjumlah

diwilayah

tahap

Register

dapat

editing

dilengkapi

untuk

dan

selanjutya di

scoring memberikan skor atau nilai pada

setiap kategori., tabulasi data, entri data dan

yaitu variabel Independent dan variabel

cleaning data.

Dependent.
bivariat

Dalam

digunakan

peneliti
untuk

ini,

analisis

mengetahui

HASIL DAN PEMBAHASAN

hubungan lingkungan rumah dan penyediaan

Hasil

air bersih dengan kejadian Diare pada balita

Analisa Univariat
Analisa

di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu

univariat

digunakan

untuk

Kec. Sungai Serut Kota Bengkulu. Dengan

mengetahui gambaran mengenai lingkungan

menggunakan uji chi-square.

rumah dan penyediaan air bersih (sebagai

Dari hasil Analisa Bivariat dapat diketahui

variabel independen) serta mengenai jumlah

bahwa sebagian besar balita yaitu 52 orang

responden (balita) yang mengalami kejadian

balita

memiliki lingkungan rumah yang

diare dalam enam bulan terakhir (sebagai

kurang

baik,

variabel

analisa

mengalami diare dan 10 (19,2%) orang balita

Univariat dapat diketahui bahwa dari 93 orang

yang tidak mengalami diare. Sedangkan

balita sebagian besar balita yaitu sebanyak 54

hampir sebagian balita yaitu 41 orang balita

(58,1%)

Diare.

memiliki lingkungan rumah yang baik, 12

Sedangkan jika dilihat dari lingkungan rumah,

(29,3%) orang balita yang mengalami diare

sebagian

memiliki

dan 29 (70,7%)

lingkungan rumah yang kurang baik sebanyak

mengalami diare.

52 (55,9%) orang

balita. Selanjutnya,

Hasil uji Chi Square didapatkan nilai X2

sebagian besar balita memiliki penyediaan air

hitung sebesar 22,901 dengan p-value sebesar

bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan

0,000. Nilai p-value lebih kecil dari nilai

yaitu sebanyak 57 (61,3%) orang balita.

(0,05) maka HO ditolak berarti terdapat

Analisa Bivariat

hubungan yang signifikan antara Lingkungan

Analisis Bivariat merupakan analisis untuk

Rumah dengan kejadian Diare pada balita.

mengetahui hubungan antara dua variabel

Selain itu diperoleh juga nilai Odds Ratio

dependen).

orang

besar

Dari

balita

hasil

menderita

balita

yang

42

(80,8%)

orang

balita

orang balita yang tidak

(OR) sebesar 10,150 yang berarti bahwa

syarat kesehatan akan berpeluang 3 kali untuk

Lingkungan

terjadinya Diare pada balita.

yang

kurang

baik

akan

berpeluang 10 kali untuk terjadinya Diare


pada balita
Sedangkan

Pembahasan
hasil

pengujian

hipotesis

hubungan Penyediaan Air Bersih dengan

Lingkungan Rumah
Berdasarkan

hasil

penelitian

kejadian Diare pada balita bahwa sebagian

menunjukkan bahwa dari 93 orang balita

besar balita yaitu 57 orang balita memiliki

didapatkan 52 orang balita yang memiliki

penyediaan air bersih yang tidak memenuhi

lingkungan rumah yang kurang baik, dan

syarat kesehatan, 40 (70,2%) orang balita

sebanyak 41 orang balita yang memiliki

mengalami diare dan 17 (29,8%) orang balita

lingkungan rumah yang baik.


Penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang tidak mengalami diare. Sedangkan


Bhakti (2010) dengan hasil penelitian yang
hampir sebagian yaitu 36 orang balita
menunjukkan bahwa ada hubungan antara
memiliki

penyediaan

air

bersih

yang
faktor sanitasi lingkungan yang meliputi

memenuhi syarat kesehatan, 14 (38,9%) orang


sumber air (=0,009), jenis jamban (=0,029),
balita yang mengalami diare dan 22 (61,1%)
kebersihan jamban (=0,002), pembuangan
orang balita yang tidak mengalami diare.
sampah (=0,005), dan pengelolaan air
2

Hasil uji Chi Square didapatkan nilai X

limbah (=0,026) dengan kejadian diare pada


hitung sebesar 7,632 dengan p-value sebesar
0,006. Nilai p-value lebih kecil dari nilai

balita.
Menurut asumsi peneliti, selain faktor

(0,05) maka HO ditolak berarti terdapat

rumah dan jamban, pengelolaan sampah dan

hubungan yang signifikan antara Penyediaan

pengelolaan air limbah juga menjadi faktor

Air Bersih dengan kejadian Diare pada balita.

resiko kejadian diare. Ini dibuktikan hasil

Selain itu diperoleh juga nilai Odds Ratio

observasi yang dilakukan peneliti di Wilayah

(OR) sebesar 3,697 yang berarti bahwa

Kerja Puskesmas Sukamerindu Tahun 2012

Penyediaan Air Bersih yang tidak memenuhi

menunjukkan hasil bahwa responden yang

pengelolaan sampah dan air limbah tidak

Hasil

analisa

univariat

diketahui

menenuhi syarat kesehatan menunjukkan

hampir sebagian besar (61,3%) responden

angka kejadian diare yang lebih tinggi

memiliki penyediaan air bersih yang tidak

dibandingkan

syarat

memenuhi syarat kesehatan. Sedangkan hasil

kesehatan. Pengelolaan sampah yang tidak

uji Chi Square didapatkan nilai -value 0,006

memenuhi syarat menyebabkan lebih banyak

diare karena sampah yang tidak diolah atau

hubungan yang signifikan antara Penyediaan

dibuang sembarangan dapat menjadi tempat

Air Bersih dengan kejadian diare pada balita.

yang

memenuhi

yang baik bagi perkembangbiakan serangga


dan

mikroorganisme,

serangga

alpha

0,05,

Penelitian

yang

ini

menunjukkan

sejalan

ada

dengan

sebagai

penelitian Eva (2010) dengan nilai -value

pembawa mikroorganisme patogen dapat

0,000 alpha 0,05, yang menunjukkan bahwa

menyebarkan mikroorganisme kemana- mana

ada hubungan antara penyediaan air bersih

sehingga menjadi resiko kejadian diare.


Sedangkan pengaruh pengelolaan air

dengan kejadiaan diare pada balita.


Penelitian ini juga sejalan dengan pendapat

limbah terhadap diare terjadi karena air


Hartono Andry (2005) yang menyatakan
limbah yang dibuang tanpa pengelolaan yang
bahwa di Negara berkembang sekitar 70 %
baik akan menjadi tempat yang baik sebagai
kasus penyakit diare adalah disebabkan
tempat berkembangbiaknya vektor pembawa
penyediaan air minum yang terkontaminasi
bakteri yang menyebabkan diare sehingga
dan hygiene yang tidak baik. Adnani Hariza
menimbulkan bahaya kontaminasi bagi orang
(2011) juga menjelaskan bahwa masalah
atau masyarakat yang mempergunakan air
kesehatan lingkungan air bersih perlu
permukaan untuk keperluan sehari- hari.
diperhatikan dengan baik karena menyangkut
Sehingga

yang

menggunakan

air

yang
sumber air minum yang dikonsumsi sehari-

mengandung bakteri penyebab diare untuk


hari. Apabila sumber air minum yang
kehidupan

sehari-

hari

menjadi

rentan
dikonsumsi keluarga tidak sehat, maka

mengalami diare.
Penyediaan Air Bersih

seluruh anggota keluarga akan menghadapi


masalah kesehatan atau penyakit seperti diare.

a. Pada

bagian

P2M

(Pemberantasan

Penyakit Menular) di Puskesmas untuk


lebih meningkatkan dalam melakukan

KESIMPULAN DAN SARAN

penyuluhan dan pengenalan secara dini

Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan

hasil

dapat

penelitian

dan

diambil

beberapa

dari

responden

kesimpulan, yakni:
1. Sebagian
besar

apa itu Diare kepada masyarakat.


b. Bagian kesehatan lingkungan
1) Untuk petugas Puskesmas agar
meningkatkan

dalam

mengikuti

pelatihan Tim pengelola program

mengalami Diare yaitu 58,1%.


2. Sebagian
besar
dari
responden

PHBS dan kesehatan lingkungan.


2) Untuk meningkatkan pelatihan para
kader

posyandu

mengenai

Lingkungan Rumah kurang baik yaitu


kesehatan lingkungan rumah dalam
55,9%.
3. Sebagian

besar

dari

responden

PHBS.
3) Untuk

memperluas

survey

Penyediaan Air Bersih tidak memenuhi


pemetaan PHBS yang dilaksanakan
syarat kesehatan yaitu 61,3%.
4. Ada hubungan yang signifikan antara

oleh

kader

posyandu

supaya

lingkungan rumah dengan kejadian diare

mendapatkan data indikator PHBS

pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas

dan kesehatan lingkungan malalui

Sukamerindu Kecamatan Sungai Serut

kunjungan rumah.

Kota Bengkulu tahun 2012.


5. Ada hubungan yang signifikan antara

2. Bagi Akademik
Khususnya bagi Jurusan Kebidanan

penyediaan air bersih dengan kejadian

untuk menggunakan Penelitian ini sebagai

diare pada balita di Wilayah Kerja

literature penyuluhan tentang lingkungan

Puskesmas

rumah yang baik, penyediaan air bersih

Sukamerindu

Kecamatan

Sungai Serut Kota Bengkulu tahun 2012.

yang sesuai dengan syarat kesehatan dan


cara pencegahan penyakit Diare kepada

Saran
1. Bagi Puskesmas

Ibu yang memiliki Balita pada saat

kegiatan

praktek

lapangan,

baik

di

Puskesmas, RSUD maupun pada saat PKL.


3. Bagi Peneliti
Sebagai bahan bagi penelitian
berikutnya untuk melakukan penelitian
dengan

penambahan

variabel

lain,

misalnya syarat kimia, bakteriologis air,


sosial ekonomi, perilaku, dan status gizi

Dinas Kesehatan Kota Bengkulu , 2011.


Bengkulu.
Eva, 2010. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian diare pada balita di
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Sukamerindu. Program Studi Akademi
Kebidanan
Poltekkes
Kemenkes
Bengkulu.
Hartono, Andry, 2005. Penyakit Bawaan
Makanan : Fokus Pendidikan
Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.

balita. Bahkan penelitian selanjutnya dapat


menggunakan metode penelitian yang
berbeda.

Hidayat Alimul Aziz, A, 2008. Riset


Keperawatan dan Teknik Penulisan
Ilmiah. Salemba Medika, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito. W, 2007. Faktor Risiko Pada
Bayi dan Balita di Indonesia.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Adnani.
H, 2011. Ilmu
Masyarakat,
Nuha
Yogyakarta.

Hidayat Alimul Aziz, A, 2008. Pengantar


Ilmu
Kesehatan
Anak
untuk
Pendidikan Bidan, Salemba Medika,
Jakarta.

Kesehatan
Medika,

Bhakti, R, 2010. Hubungan antara Sanitasi


Lingkungan dengan Kejadian Diare
Pada Balita di Kecamatan Jatipuro
Kabupaten Karanganyar. Program
Studi
Kesehatan
Masyarakat.
Falkultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Behrman, R, Kliegman, R dan Arvin, A, 1999.
Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol. 2.
Edisi 15. Penerbit buku EGC. Jakarta.
Betz Cecily Lynn dan Sowden Linda, 2009.
Buku Saku Keperawatan Pediatri.
Edisi 5. Penerbit buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Depkes, R I., 2010. Panduan Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat Di Rumah Tangga.
Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan.

Menkes RI, 2001. Pedoman Pemberantasan


Penyakit Diare. Jakarta : Menkes RI.
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi
kedua, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Ngastiyah, 2007. Perawatan Anak Sakit. Edisi
kedua, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Notoatmodjo. S, 2003. Ilmu Kesehatan
Masysarakat Prinsip-Prnsip Dasar.
Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, S,
2007. Kesehatan
masyarakat : ilmu dan seni. Jakarta :
Rineka Cipta.
Nursalam, Susilaningrum, R, dan Utami, S,
2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan
Anak (untuk Perawat dan Bidan).
Salemba Medika, Jakarta.
Pitono.

A.J;Dasuki;
Ismail,
2006.
Penatalaksanaan Diare di Rumah
pada Balita. Berita Kedokteran
Masyarakat. Vol. 22. No. 1. Maret

2006 : 7-14. Universitas Gadjah Mada,


Yogyakarta.
Pitojo, S, dan Purwantoyo, E, 2003. Deteksi
Pencemar Air Minum. Aneka Ilmu,
Semarang.
Puskesmas Sukamerindu, 2011. Register Poli
KIA Puskesmas Sukamerindu Tahun
2011.
Bengkulu
:
Puskesmas
Sukamerindu.

Widoyono, 2011. Epidemologi, Penularan


Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Tropis. Erlangga. Jakarta.
Yulisa., 2008. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kejadian Diare pada Anak
Balita (Studi pada Masyarakat Etnis Dayak
Kelurahan Kasongan BaruKecamatan
Kentingan Hilir Kabupaten Kentingan

Sander, M. A., 2005. Hubungan Faktor Sosio


Budaya dengan Kejadian Diare di
Desa
Candinegoro
Kecamatan
Wonoayu Sidoarjo. Jurnal Medika.
Vol 2. No.2. Juli-Desember 2005 :
163-193.
Setiadi, 2007. Konsep dan Penulisan Riset
Keperawatan, Edisi Pertama. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
Soegijanto Soegeng, 2002. Ilmu Penyakit
Anak,
Diagnosa
dan
Penatalaksanaan, Edisi Pertama.
Salemba Medika. Jakarta.
Warman, Yance, 2008. Klasifikasi Diare Akut.
Diperoleh
dari
http://kuliahbidan.wordpress.com/200
8/07/16/hubungan-faktor-lingkungansosial-ekonomi-dan-pengetahuan-ibudengan-kejadian-diare-akut-padabalita-di-kelurahan-pekan-arbakecamatan-tembilahan-kabupatenindragiri-hilir/. Diakses tanggal 10
12-2011.

Kalimantan Tengah). (Skripsi) Fakultas


Kesehatan Masyarakat. Universitas
Diponegoro.

DAFTAR TABEL
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Kejadian Diare, Lingkungan Rumah
dan Penyediaan Air Bersih yang menjadi Sampel Penelitian
No

Variabel

Jumlah

Persentase
(%)

54
39
93

58,1
41,9
100

52
41
93

55,9
44,1
100

57
36

61,3
38,7

93

100

Kejadian Diare
1
- Diare
- Tidak Diare
Jumlah
Lingkungan Rumah
2
- Kurang Baik
- Baik
Jumlah
Penyediaan Air Bersih
- Tidak memenuhi
3
syarat kesehatan
- Memenuhi Syarat
Kesehatan
Jumlah
Sumber : Hasil Penelitian 2012

Tabel 4.3
Hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Diare pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu
Tahun 2012
Kejadian Diare
Lingkungan
Rumah
Kurang Baik
Baik
Jumlah

Diare

Tidak
Diare

Jumlah

value

OR

42

80,8

10 19,2

52

100

12

29,3

29 70,7

41

54

58,1

39 41,9

93

100 22,90 0,000 10,150


1
100

Sumber : Hasil Penelitian 2012, diolah

Tabel 4.4

Hubungan Penyediaan Air Bersih dengan Kejadian Diare pada Balita di


Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerindu Kec. Sungai Serut Kota Bengkulu
Tahun 2012

Kejadian Diare
Penyediaan
Air Bersih
Tidak
Memenuhi
Syarat
Kesehatan
Memenuhi
Syarat
Kesehatan
Jumlah

Diare

Tidak
Diare

40

70,2

17

29,8

Jumlah

X2

OR

57 100
7,632

14

38,9

22

61,1

36 100

54

58,1

39

41,9

93 100

Sumber : Hasil Penelitian 2012, diolah

value

0,006

3,697

Anda mungkin juga menyukai