1.
Variabel Penelitian
Variabel tetap antara lain:
-
:6:1
Katalis KOH
Gliserol kasar
Kecepatan pengadukan
Waktu reaksi metil ester
Waktu reaksi pemurnian
Waktu mengkristalkan
Suhu pemurnian
Suhu mengkristalkan
: 1%
: 50 gram
: 400 rpm
: 60 menit
: 30 menit
: 30 menit
: 40oC
: 80oC
6.
Asam mineral
Konsentrasi asam
Prosedur Penelitian
1.
Pembuatan Biodisel
-
Memanaskan minyak kelapa sawit hingga suhu 60 oC. Dalam tempat terpisah dicampur metanol
dan 1% katalis dari massa minyak, kemudian dipanaskan sampai suhu yang sama, yakni suhu
60oC, dengan perbandingan mol metanol dan minyak yaitu 6:1
Setelah mencapai suhu yang sama, keduanya dicampur dalam labu leher tiga, dan direfluks dengan
kecepatan pengadukan 400 rpm selama 60 menit untuk menghasilkan metil ester dan gliserol kasar
2.
Pemurnian Gliserol
-
50 mL gliserol kasar pada suhu 40oC, yang diperoleh dari hasil samping industri dengan katalis
KOH.
Setelah itu, ditambahkan asam sulfat 96%, asam nitrat 65%, asam phosfat 85% pekat sesuai
jumlah ml asam (36 mmol, 54 mmol, 72 mmol, 90 mmol dan 108 mmol) sedikit demi sedikit
sambil di aduk dengan pengaduk stirer 400 rpm, karena larutan bersifat eksoterm.
Setelah 30 menit terbentuk endapan, dimana endapan berada bawah dan gliserol murni dan asam
lemak bebas diatas
3.
Endapan yang terbentuk dipisahkan dari gliserol murni dan asam lemak bebas, setelah dipisahkan
endapan berwarna kuning karena didalam endapan masih terkandung gliserol dan asam lemak
bebas
Memisahkan endapan garam dari sisa gliserol dan asam lemak bebas yang terikut dalam endapan
yaitu dengan menambahkan ethanol 96% ke dalam endapan berwarna kuning yang dimana
endapan akan berwarna putih dan zat organik akan larut dalam ethanol
Endapan garam dalam bentuk pasta kemudian di uapkan di atas hot plate pada suhu 80 oC dan
terbentuk kristal.
7.
Asam sulfat
Asam nitrat
Asam fosfat
6
4
2
0
24
48
72
96
Gambar 7.1. Kurva Hubungan Konsentrasi Asam dan Jenis Asam dengan pH Gliserol
3.
Pada Gambar 7.1 menunjukkan bahwa penurunan pH pada titik ekuivalen pada ketiga jenis asam
terjadi terlalu curam dari pH 12 menjadi pH 6 (perlakuan asam sulfat) dan dari pH 5 menjadi pH 2.
Titik ekuivalen adalah titik ketika OH- terlarut tepat dinetralkan oleh H+ yang ditambahkan sehingga
yang tersisa adalah kesetimbangan ionisasi pelarut. Hal ini dapat disebabkan keberadaan gliserol dan
metanol yang dominan dalam larutan. Alkohol bersifat lebih asam daripada air. Agar perubahan pH
pada titik ekuivalen tidak terlalu cepat, hal ini dapat diatasi dengan penggunaan asam yang lebih
lemah atau lebih encer.
Endapan Garam yang Dihasilkan pada Pemurnian Gliserol
Perlakuan netralisasi basa dan pemecahan sabun dengan asam mineral pada pemurnian gliserol
berhasil membentuk endapan garam.
Asam sulfat
Asam nitrat
Asam fosfat
24
36
48
60
72
84
96
108
4.
Pada Gambar 7.2. menunjukkan bahwa endapan garam (kering) tertinggi dihasilkan pada
perlakuan konsentrasi asam 36 mmol asam sulfat (endapan garam 2,63 gram; pH 6,21) dan 54 mmol
asam nitrat (endapan garam 2,36 gram; pH 5,46). Adapun perlakuan asam fosfat (endapan garam 4,26
gram; pH 5,71) diperoleh pada konsentrasi asam 54 mmol.
Proses terbentuknya endapan dipengaruhi reaksi asam kuat basa kuat dan semakin bertambahnya
konsentrasi asam maka endapan garam mengalami penurunan setelah berada di titik optimum yang
disebabkan oleh meningkatnya kelarutan garam dalam gliserol karena meningkatnya kadar air hasil
reaksi dehidrasi. Garam kalium nitrat memiliki kelarutan dalam gliserol yang lebih baik dari pada
garam kalium sulfat dan kalium fosfat. Selain itu, garam (dalam keadaan asam) dan asam nitrat
merupakan oksidator kuat terhadap molekul organik.
Uji Kadar Kalium
Kandungan kalium pada pupuk kalium sulfat, kalium nitrat, dan kalium fosfat berupa kristal
berwarna putih dan tidak berbau yang dianalisa menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom
ditunjukkan pada Tabel 7.1.
90 mmol
53,28 %
108 mmol
33,24 %
Asam Nitrat
60,17 %
62,38 %
65,00 %
68,24 %
69,80 %
Asam Fosfat
53,88 %
56,38 %
53,24 %
50,84 %
46,88 %
75.00
70.00
65.00
60.00
55.00
Nilai Kadar Kalium (% ) 50.00
45.00
40.00
35.00
30.00
24
Asam sulfat
Asam nitrat
Asam fosfat
36
48
60
72
84
96
108
Gambar 7.3. Hubungan antara Konsentrasi Asam dan Jenis Asam dengan Kadar Kalium
5.
6.
Hasil uji analisa pendahulu didapatkan kadar kalium dalam kalium sulfat sebesar 0,078%.
Sedangkan hasil peneliti kami pada Gambar 4.7 terlihat bahwa pupuk kalium sulfat (K 2SO4) semakin
banyak konsentrasi asam yang ditambahkan maka kadar K semakin turun, hal ini disebabkan karena
ion K tidak dapat lagi terikat dengan ion SO 4 (dalam keadaan lewat jenuh). Pada pupuk kalium sulfat
di dapatkan volume optimumnya pada konsentrasi asam 32 mmol dengan nilai kadar kalium 72,20%.
Pada pupuk kalium nitrat (KNO3) di dapatkan volume optimumnya konsentrasi asam pada 108 dengan
di dapatkan kadar kaliumnya 69,80% .Semakin banyak konsentrasi asam yang ditambahkan maka
kadar K semakin naik, hal ini disebabkan karena ion K masih dapat mengikat ion NO 3. Sedangkan
pada pupuk kalium fosfat (K3PO4) di dapatkan volume optimumnya dengan konsentrasi asam 54 dan
di dapatkan kadar kalium tertinggi 56,38%. Pada pupuk kalium fosfat semakin banyak konsentrasi
asam yang ditambahkan maka kadar K semakin turun, hal ini disebabkan karena ion K tidak dapat lagi
terikat dengan ion PO4 (dalam keadaan lewat jenuh).
Uji titik leleh
Hasil uji titik leleh pupuk kalium sulfat dalam penelitian ini sebesar 560 oC dengan standar
pembanding dalam Perrys Chemical Engineers Handbook sifat fisika dan kimia suatu bahan yaitu
588 oC. Dengan demikian titk leleh yang dihasilkan dalam penelitian ini sudah memenuhi standar.
Hasil uji titik leleh pupuk kalium nitrat dalam penelitian ini sebesar 310 oC dengan standar
pembanding dalam Perrys Chemical Engineers Handbook sifat fisika dan kimia suatu bahan yaitu
129; 333 oC. Dengan demikian titk leleh yang dihasilkan dalam penelitian ini sudah memenuhi
standar.
Hasil uji titik leleh pupuk kalium fosfat dalam penelitian ini sebesar 230 oC dengan standar
pembanding dalam Perrys Chemical Engineers Handbook sifat fisika dan kimia suatu bahan yaitu
256 oC. Dengan demikian titk leleh yang dihasilkan dalam penelitian ini sudah memenuhi standar.
Uji Kadar Abu
Pupuk kalium yang sudah dalm bentuk padatan, berwarna putih dan sudah diketahui titik lelehnya
maka dapat diuji kadar abu yang ditunjukkan pada Tabel 7.2.
Tabel 7.2. Data Hasil Pengukuran Kadar Abu
Konsentrasi Asam
Jenis Asam
36 mmol
54 mmol
72 mmol
90 mmol
108 mmol
Asam Sulfat
20,86 %
19,08 %
15,68 %
13,26 %
9,70 %
Asam Nitrat
10,94 %
13,36 %
14,26 %
15,28 %
17,08 %
Asam Fosfat
18,38 %
22,48 %
16,70 %
15,66 %
15,12 %
24
22
20
18
Nilai Kadar Abu (% ) 16
14
12
10
8
Asam sulfat
Asam nitrat
Asam fosfat
0
24
48
72
96
Jadi, semakin besar kadar abu yang diperoleh maka semakin besar pula kandungan mineral yang
belum hilang pada tahap determinasi dan semakin cepat pula menghambat pertumbuhan bakteri
sebaliknya, jika semakin kecil kadar abu yang diperoleh maka semakin lama pula untuk menghambat
pertumuhan bakteri pada tanaman.
8. Kesimpulan
Analisa uji kadar kalium di dapatkan volume optimumnya pada asam sulfat dengan jumlah 36 mmol
asam dengan kadar kalium sebesar 72,20%, pada asam nitrat di dapatkan volume optimumnya dengan jumlah
108 mmol asam dengan kadar yang didapatkan 69,80%, dan asam fosfat di dapatkan volume optimumnya
dengan jumlah 54 mmol asam dengan kadar yang di dapatkan 56,38%.
9. Daftar Pustaka
Afif Aufari M., Sia Robianto, Renita Manurung. 2013. Pemurnian Crude Glycerine Melalui Proses
Bleaching Dengan Menggunakan Karbon Aktif. Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 2, No. 1
Alamu, O.J., M.A. Waheed, dan S.O. Jekayinfa. 2007. Alkali-catalysed Laboratory Production and
Testing of Biodiesel Fuel from Nigerian Palm Kernel Oil. The CIGR EjournalEE 07 009 (IX) July
2007: 17
Aral, H., R. Sleigh, dan L. Simons. 2007. Salt Recovery Strategies for New Value-added Salt
Products. Project Report. Closing the Loop: An Holistic Approach to the Management of Dairy
Processor Waste Streams. Dairy Industries Sustainability Consortium.
Aziz, I., Siti Nurbayti, Fira Luthfiana. 2008. Pemurnian Gliserol Dari Hasil Samping Pembuatan
Biodiesel Menggunakan Bahan Baku Minyak Goreng Bekas. Valensi Vol. 1 No. 3, (157-162)
Bacovsky, D., W. Krbitz, M. Mittelbach, dan M. Wrgetter. 2007. Biodiesel Production: Technologies
and European Providers. IEA Task 39 Report T39-B6.
Departement Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit. Sekretariat Jendral.
Jakarta Selatan.
Fanani. 2010. Kajian Pemurnian Gliserol Hasil Samping Biodiesel Jarak Pagar Menggunakan Asam
Nitrat, Sulfat, dan Fosfat, Skripsi, tidak diterbitkan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor
Gerpen, J.V. 2005. Biodiesel Processing and Technology. Fuel Processing Technology 86: 1097
1107.
Ghosh, P.K Shethia, Bhupendra Dhanvantrai. Parmar, Dahyabhai Revabhai. Pandya, J.B. Gandhi, M.R.
Rathod, Meena R. Patel M.G. Vaghela, N.K.K. Dodia, P.J. Parmar, R.A. Patel, and S.N. Adimurthy,
S. 2006.Improved Process For The Preparation Of Fatty Acid Methyl Ester (Biodiesel) From
Triglyceride Oil Through Transesterification.WO 2006/043281. PCT/IN2004/000329.
Hambali, E., A. Suryani, Dadang, Hariyadi, H. Hanafie, I.K. Reksowardojo. M. Rivai, M. Ihsanur, P.
Suryadarma, S. Tjitrosemitro, T.H. Soerawidjaja, T. Prawitasari, T. Prakoso, dan W. Purnama.
2007. Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodiesel. Cetakan IV. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hammond, C.R. 2006. Properties of the Element and Inorganic Compounds. Di dalam D.R. Lide (Ed.).
CRC Handbook of Chemistry and Physics. Edisi 87. Boca Raton: CRC Press