Anda di halaman 1dari 9

ISSN: 1411-8297

Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013


PENGARUH SUHU MEDIATANAM TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF
KENTANG HIDROPONIK DI DATARAN MEDIUM TROPIKA BASAH
Oleh:
GH. Sumartono1, Eni Sumarni2
1

Staf Pengajar Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Unsoed


Staf Pengajar Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Unsoed

ABSTRAK
Penanaman kentang di dataran medium merupakan salah satu alternatif untuk membantu peningkatan
produksi benih kentang.Suhu yang tinggi di dataran medium dapat diatasi dengan pendinginan daerah perakaran
melalui penanaman secara hidroponik substrat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan suhu pendinginan
daerah perakaran yang sesuai pada produksi benih kentang di dataran medium secara hidroponik. Penelitian ini
menggunakan sistem hidroponik dengan suhu pendinginan yang diaplikasikan adalah 15 C siang (S), 15 C
malam (M), 15 C siang malam (SM), 19 C siang (S), 19 C malam (M), 19 C siang malam (SM), 24 C siang
(S), 24 C malam (M), 24 C siang malam (SM) dan kontrol (tanpa pendinginan). Varietas kentang yang digunakan
adalah Granola yang berasal dari kultur jaringan. Hasil menunjukkan bahwa pertumbuhan vegetatif tanaman lebih
tinggi pada suhu kontrol (tanpa pendinginan). Jumlah umbi tertinggi diperoleh dari pendinginan suhu 15 C siang
dan malam.
Kata kunci : benih kentang, hidroponik, modifikasi atmosfer, dataran medium

ABTRACT
Cultivation potatoes in medium land is one alternative to increase potato seed production. High temperature
in medium land can be solved by hydroponic with root zone cooling system. The purpose of this research is to get
root zone cooling temperature to potato seed production in medium land. This study used a hydroponic system
with cooling temperature is 15 C days (S) , 15 C night (M ) , 15 C days-night (SM) , 19 C day (S) , 19 C
night (M) , 19 C days-night (SM) , 24 C days (S) , 24 C night (M) , 24 C day-night (SM) and control (without
cooling). Potato variety used is Granola from tissue culture. The results showed that the vegetative growth of the
plants was higher in temperature control (without cooling ) . The highest number of tubers obtained from the
cooling temperature of 15 C day-night .
Key word: hydroponic, modified atmosphere, medium land, potatoes seed

PENDAHULUAN
Kentang (Solanum tuberosum L.)

memenuhi

kebutuhan

yang

semakin

meningkat dari pertumbuhan populasi,

menjadi komoditi penting ke empat dunia

efisiensi

produksi

harus

setelah padi, jagung dan gandum. Kentang

Kendala utama dalam budaya kentang

sebagai sumber karbohidrat kompleks

adalah biaya produksi umbi bibit. Biaya

memiliki kandungan lemak yang rendah,

bibit mencapai 30 sampai 50 % dari total

sehingga kentang merupakan salah satu

biaya produksi. Infeksi virus atau bakteri

bahan pangan yang digunakan untuk diet.

selama

Kentang dapat diterima secara luas oleh

menimbulkan penyakit degenerati .

pertumbuhan

ditingkatkan.

vegetatif

dapat

masyarakat, kentang juga berkontribusi

Suhu dan kelembaban yang tinggi di

pada pengurangan kelaparan di berbagai

daerah beriklim tropis memicu penyakit

belahan dunia. Namun, dalam rangka

pada tanaman kentang dan mengakibatkan

ISSN: 1411-8297
Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013
menurunnya produksi (Correa et al., 2009).

resiko kontaminasi umbi oleh patogen tanah

Usaha

yang

(Rolot dan Seutin 1999; Corra et al . 2008),

berkualitas, sehat, bebas pestisida, seragam,

(3) lebih rendah insiden penyakit fisiologis,

dan kontinyu telah banyak dilakukan, yaitu

(4) tidak memerlukan sterilisasi tanah, dan

melalui penanaman secara hidroponik di

(5) kontrol nutrisi lebih mudah (Ranalli,

dalam (rumah tanaman) (Tchamitchian

1997) .

memperoleh

produk

et.al., 2005; Perret et.al., 2005; Tawegoum

Usaha budidaya tanaman hortikultura

et.al., 2006; Gunadi et al., 2006). Sistem

dan sayuran merupakan sumber pendapatan

hidroponik telah digunakan untuk produksi

utama

stroberi, bawang merah, cabai, mentimun,

Pengelolaan lahan umumnya tanpa upaya

tomat, melon, semangka, asparagus dan

konseryasi tanah dengan teknik budidaya

radish (Reed, 1996; Whipker et al, 2000;

yang tidak sesuai dengan kondisi tanah dan

Nelson, 2003; Hogan et al., 2006; Keutgen

kebutuhan tanaman. Diprediksi erosi pada

dan Pawelzik, 2007, Sumarni et al., 2005).

pertanian di dataran tinggi mencapai 180

masyarakat

di

dataran

tinggi.

Teknik budidaya secara hidroponik

ton/ha/tahun dengan tingkat bahaya erosi

substrat tanaman di tanam pada media

sedong hingga beraf trebih besar dari erosi

tanam, larutan nutrisi diberikan melalui

yang dapat ditoleransikan yang hanya 22.5-

emiter mengandung hara dengan jumlah

41.5 tor/ha/tahun (BP Batanghari, 2003).

yang seimbang dari komponen penting

Salah satu faktor yang mempengaruhi

yang diperlukan untuk pertumbuhan dan

implementasi teknik konservasi tanah di

perkembangan

Aplikasi

Indonesia adalah aspek kultur/budidaya

hidroponik untuk komersial dimulai pada

petani (Murtilaksono, 1998). Hasil survei di

tahun 1930-an , Hidroponik sebagian besar

beberapa sentra produksi kentang yang

digunakan di Amerika Serikat untuk

menunjukkan bahwa petani umumnya

produksi sayuran segar dalam kondisi cuaca

belum menerapkan penanaman guludan

yang kurang menguntungkan. Produksi

searah kontur (memotong lereng) karena

benih kentang menggunakan hidroponik

beranggapan: 1) membutuhkan waktu yang

telah digunakan di Brazil, Rusia, Belgia dan

lebih lama dalam mengerjakannya dan 2)

Belanda . Keuntungan yang melekat pada

ketika hujan menyebabkan genangan air

penggunaan hidroponik untuk produksi

pada

benih kentang antara lain : (1) hasil

meningkatkm kelembaban tanah di dalam

produksi tinggi dibandingkan konvensional

guludan

tersebut

(Muro 1997; Ranalli 1997; Rolot dan Seutin

media

bagi

1999; Correa et al., 2008) , (2) menurunnya

penyebab penyakit busuk akar atau umbi

tanaman.

saluran

diantara

guludan

sehingga

yang

merupakan

berkembangnya

jamur

ISSN: 1411-8297
Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013
(Kurnia et al., 2004). Salah satu alternatif

(SM). Bibit kentang yang digunakan

untuk eksplorasi kentang adalah melakukan

berasal dari kultur jaringan dari Balai

budidaya kentang di dataran medium (300

PenelitianTanaman

m sampai 700 m di atas permukaan laut)

Bandung. Varietas yang digunakan adalah

yang tersedia cukup khas di Indonesia.

Granola. Nutrisi yang digunakan adalah AB

Suhu tinggi di dataran medium dapat diatasi

mix. Penelitian menggunakan rancangan

dengan melakukan pendinginan terbatas

acak kelompok (RAK) dengan 3 kali

pada daerah akar tanaman (Suhardiyanto

ulangan. Analisis data menggunakan sidik

dan Matsuoka 1992; Sumarni et al., 2013a;

ragam

2013b). Tujuan dari penelitian ini adalah

ganda Duncan (UJGD) pada taraf =5%.

Sayuran

(Balitsa)

dan dilanjutkan dengan uji jarak

mendapatkan respon pertumbuhan tanaman


terhadap pendinginan daerah perakaran

HASIL DAN PEMBAHASAN

pada produksi benih kentang di dataran


medium secara hidroponik.

Tinggi dan Jumlah Daun Tanaman


Kentang pada perlakuan Pendinginan
Daerah Perakaran pada Penanaman
Secara Hidroponik

METODE PENELITIAN

Hasil analisis pertumbuhan tanaman

Penelitian dilakukan pada bulan Mei

kentang penanaman secara hidroponik

2012 sampai dengan November 2012 di

sampai umur 50 HST disajikan pada Tabel

Greenhouse percobaan dataran medium

1. Perlakuan suhu pendinginan di daerah

Desa

perakaran

Karangmangu,

Baturaden,

memberikan

tanggap

yang

Purwokerto. Ketinggian tempat 400 m dpl.

berbeda terhadap tinggi tanaman dan

Greenhouse yang digunakan dalam

jumlah daun. Tanaman tertinggi diperoleh

penelitian bertipe standar peak, arah

pada suhu kontrol (41.83 cm), 19 C malam

orientasi utara selatan. Greenhouse tersebut

(32.95 cm), 24 C siang (36.27 cm) dan

memiliki panjang 7 m, lebar 6 m. Alat yang

malam

digunakan dalam penelitian meliputi EC

terendah diperoleh pada perlakuan suhu

dan pH meter portable Merk Hanna,

pendinginan siang malam 19 oC (18.85 cm).

pompa, termometer, Lux meter, chiller

Suhu udara rata-rata harian di lokasi

dengan daya listrik 300 Watt.

penelitian 26 oC, suhu maksimum di dalam

(34.32

cm).

Tinggi

tanaman

Suhu yang diaplikasikan adalah 15 C

rumah tanaman dapat mencapai 35 oC pada

siang (S), 15 C malam (M), 15 C siang

cuaca cerah. Suhu udara malam hari rata-

malam (SM), 19 C siang (S), 19 C malam

rata mencapai 21.5 oC.

(M), 19 C siang malam (SM), 24 C siang

Tanaman kentang dengan jumlah

(S), 24 C malam (M), 24 C siang malam

daun terbanyak diperoleh pada perlakuan

ISSN: 1411-8297
Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013
kontrol dan jumlah daun terendah diperoleh

yang berperan dalam metabolism pati

pada

daerah

tertekan (Krauss dan Marschner, 1984).

perakaran siang malam suhu 19 oC. Suhu

Pada suhu malam yang tinggi tanaman lebih

tinggi,

banyak menghasilkan daun baru, cabang,

perlakuan

terutama

pendinginan

pada

malam

hari

menyebabkan pertumbuhan lebih banyak

dan

terjadi pada bagian tanaman di atas tanah

permukaan tanah membentuk batang dan

daripada

tanah.

daun sehingga tanaman menghasilkan umbi

Pertumbuhan tanaman kentang sangat

dalam jumlah yang sedikit. Keadaan

dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Tanaman

sebaliknya terjadi jika suhu malam yang

kentang

rendah.

di

bagian

tumbuh

bawah

dengan

baik

pada

bunga

serta

stolon

muncul

di

lingkungan dengan suhu rendah, yaitu 15

Midmore (1984; 1992) menyatakan bahwa

sampai 20 oC, cukup sinar matahari, dan

suhu tanah tidak hanya mempengaruhi

kelembaban

udara

80

90%

hasil, tetapi juga mempengaruhi saat

(Sunarjono,

2007).

Tanaman

kentang

tumbuh, saat inisiasi, bentuk daun, jumlah

menghendaki suhu yang berbeda untuk

daun, dan struktur percabangan. Suhu tanah

setiap periode pertumbuhan. Daerah dengan

siang dan malam yang tinggi mempercepat

suhu maksimum 30 oC dan suhu minimum

pertumbuhan tanaman, sedangkan suhu

15

sampai

C sangat baik untuk pertumbuhan

tanah

siang

dan

malam

rendah

tanaman kentang daripada daerah dengan

memperlambat tumbuhnya tanaman di atas

suhu yang relatif konstan, yaitu 24 oC. Suhu

tanah. Hal tersebut sesuai dengan penelitian

tanah yang lebih tinggi dari 24

menyebabkan aktivitas beberapa enzim

sebelumnya pada bawang merah yang


diberi perlakuan suhu pendinginan daerah

Tabel 1. Penampilan tinggi tanaman (cm), jumlah daun dan jumlah umbi pada umur 50 HST
pada perlakuan pendinginan daerah perakaran
No.

Perlakuan suhu suhu pendinginan


Tinggi tanaman
Jumlah daun
daerah perakaran
(cm)
(helai)
1 Kontrol
41,83 a
55,17 a
2 15 oC Siang
32,73 b
40,83 bc
3 15 oC Malam
24,75 bc
24,33 cd
o
4 15 C Siang Malam
26,50 bc
43,67 ab
5 19 oC Siang
25,00 bc
21,50 cd
o
6 19 C Malam
32,95 ab
36,67 bc
7 19 oC Siang Malam
18,85 c
18,83 d
8 24 oC Siang
36,27 abc
31,17 cd
o
9 24 C Malam
34,32 ab
34,67 bcd
10 24 oC Siang Malam
29,00 bc
25,17 cd
Keterngan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada
UJGD taraf 5%

ISSN: 1411-8297
Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013

Gambar 1. Jumlah umbi pertanaman pada sistem hidroponik dengan pendinginan daerah
perakaran.
perakaran di media tanam, penampilan

umbi,

dan

kadang-kadang

terjadinya

tinggi tanaman dan jumlah daun tertinggi

rangkaian umbi). Suhu tinggi, keadaan

diperoleh pada suhu ruang bawang merah

berawan, dan kelembaban udara yang

(Sumarni et al., 2005).

rendah akan menghambat pertumbuhan,

Jumlah Umbi Kentang pada Penanaman


Secara Hidroponik dengan Pendinginan
Daerah Perakaran

pembentukan umbi, dan perkembangan

Jumlah umbi kentang pada masing-

berbeda antara siang dengan malam akan

bunga. Fluktuasi kelembaban yang sangat

masing perlakuan sampai umur 70 HST

mengurangi

hasil.

Jika

malam

hari

pada Gambar 1 menunjukkan bahwa

kelembaban rendah, suhu udara menjadi

pendinginan daerah perakaran 15 C siang

tinggi, tanaman akan banyak melakukan

dan malam memberikan potensi jumlah

respirasi (Nonnecke, 1989).

yang lebih banyak (4 umbi per tanaman


dibandingkan suhu pendinginan 19 C dan
24

C.

Suhu

pendinginan

kontrol

memberikan jumlah umbi pertanaman


terendah (1 umbi pertanaman).
Cekaman suhu yang tinggi selama
perkembangan umbi, umbi yang dihasilkan
akan berbentuk abnormal karena terjadi
pertumbuhan baru dari umbi yang telah
terbentuk

sebelumnya

yang

disebut

pertumbuhan sekunder (retakan-retakan


pada umbi, pemanjangan bagian ujung

Gambar 2. Tanaman kentang hidroponik


pada masa pertumbuhan.

ISSN: 1411-8297
Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013
Menurut Moorby (1978), stolon yang
terbentuk

belum

pasti

akan

berubah

menjadi umbi karena bisa berubah tumbuh

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

Hasil

menunjukkan

bahwa

ke atas menjadi batang. Pembentukan umbi

pertumbuhan vegetatif (jumlah daun dan

dimulai di daerah di bawah stolon apikal

tinggi tanaman) tanaman lebih tinggi pada

dengan

pertama

suhu kontrol (tanpa pendinginan). Jumlah

sel-sel

umbi tertinggi diperoleh dari pendinginan

pembengkakan

(Plaisted,

1975),

ruas

yaitu

pada

parenkhima jaringan floem dalam dan luar

suhu 15 C siang dan malam.

(Reeve et al.1973; Burton, 1981). Fase itu

Saran

dinamakan fase inisiasi umbi. Inisiasi umbi

Perlu dilakukan kajian lanjut perlakuan

merupakan faktor penting dalam penentuan

kombinasi pendinginan daerah perakaran

hasil, khususnya di daerah bersuhu tinggi,

pada root (bagian akar) dan shoot (bagian

yang karena suhu tinggi, inisiasi umbi

atas) tanaman agar diperoleh informasi

sering terhambat (Levy, 1978). Gambar 2

lengkap modifikasi iklim mikro tanaman di

menunjukkan fase pertumbuhan tanaman

dataran medium tropika basah.

kentang hidroponik.
Melis

dan

van

Staden

(1984)

UCAPAN TERIMA KASIH

menyatakan bahwa pada pertumbuhan

Terima kasih kepada Dikti yang telah

tanaman kentang terjadi persaingan antara

memberikan pendanaan melalui Hibah

pertumbuhan

Strategis Nasional tahun 2011 atas biaya

vegetatif

dengan

pertumbuhan umbi pada saat pembentukan

yang diberikan untuk penelitian ini.

umbi. Dengan demikian, jika keadaan


lingkungan lebih mendorong pertumbuhan

DAFTAR PUSTAKA

vegetatif,

BP Batanghari. 2013. Rencana Tehnik


Lapangan Rehabilitasi Lahan dan
Konservasi Tanah (RTL-RLKT) DAS
Batang Merao. Buku I dan II. Badan
Pengelolaan
DAS
Batanghari.
Direktorat Jenderal Rehabilitasi
Lahan dan Ferhutanan Sosial.
Departernen Kehutanan.

pertumbuhan

umbi

akan

terhambat, terdapat pengaruh pertumbuhan


umbi

terhadap

pertumbuhan

vegetatif

(daun) atau pengaruh penerima (sink)


terhadap

aktivitas

fotosintesis.

Laju

penimbunan asimilat dalam daun akan


mengalami penurunan jika umbi yang
sedang

tumbuh

dibuang

dari

(Moorby dan Milthorpe, 1975).

batang

Burton, W.G. 1981. Challenges for stress


physiology in potato. Am. Potato J.
58 :3-14.
Correa, R. M, Pinto, J.E.B, Pinto, C.A.B.P,
Faquin,V., Reis E.S., Monteiro, A.B.,
Dyer, W.E. 2008. A comparison of
potato seed tuber yields in beds, pots

ISSN: 1411-8297
Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013
and hydroponic systems. Scientia
Horticulturae 116, 17-20.

Skripsi. Jurusan Budi Daya Pertanian


Fakultas Pertanian IPB. 62p.

Devitt, D.A., and R.L. Morris. 1987.


Morphological response of flowering
annuals to salinity. J. Amer. Soc.
Hort. Sci. 112: 951 955.

Kurnia U., H.Suganda, D. Erfandi, H.


Kusnadi. 2004. Teknologi konservasi
tanah, pada budidaya sayuran
dataran tinggi. Dalam Teknologi
Konservasi Tanah pada Lahan
Kering Berlereng. Pusat Penelitian
dan
Pengembangan
Pertanian.
Departemen Pertanian. HaI.: 133 150.

Gunadi, N., T. K. Moekasan, L.


Prabaningrum, H. D. Putter, dan A.
Everaarts. 2006. Budidaya tanaman
paprika
(Capsicum
annuum
var.grossum) di dalam rumah plastik.
Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hortikultura. Bogor.
Hay, R.K.M., and E.J. Allen. 1978. Tuber
initiation and bulking in the potato
(Solanum tuberosum L.) under
tropical conditions: The importance
of soil and air temperature. Trop.
Agric. (Trinidad.) 55(3) : 289-295.
Hogan, J. D., E. E. Murray, and M. A.
Harrison. 2006. Ethylene production
as an indicator of stress conditions in
hydroponically-grown strawberries.
Scientia Horticulturae Journal. 110 :
311 318. Perret, J.S., A.M. AlIsmaili;
S.S.
Sablani.
2005.
Development of a humidificationdehumidification system in a quonset
greenhouse for sustainable crop
production in arid regions. Journal of
Biosystem Engineering, 3:349 359.
Keutgen, A. J. And E. Pawelzik. 2007.
Quality and nutritional value of
strawberry Fruit Under Long Term
Salt Stress. Food Chemistry Journal.
Krauss, A., and H. Marschner. 1984.
Growth rate and carbohydrate
metabolism of potato tuber exposed
to high temperature. Potato Res.
27:297-303.
Kuntjoro, A. S. 2000. Produksi umbi mini
kentang G0 bebas virus melalui
perbanyakan planlet secara kultur
jaringan di PT. Intidaya Agrolestari
(Inagro) Bogor Jawa Barat.

Kusmana dan R.S. Basuki. 2004. Produksi


dan Mutu Umbi Klon Kentang dan
Kesesuaiannya Sebagai Bahan Baku
Kentang Goreng dan Keripik
Kentang. J.Hort. 14(4):246-252.
Levy, D. 1978. Heat tolerance in potato
and its effect on tuber yielding
capacity in hot climate. Isr. J. Bot. 27
: 35-40.
Matsuako, T., H. Suhardiyanto, A.S.
Yuwono. 1992. Energy and thermal
aspects of intermittent circulation of
coolde nutrient solution for NFT
cultivation in summer. Bull.Res.Inst.
System Hort. Fac.of.Agric.Kochi
Univ. 9:65-71.
Melis, R.J.M., and J. van Staden. 1984.
Tuberization and hormones. Z.
Planzenphysiol. 113:271-283.
Midmore, D.J. 1984. Potato (Solanum
tuberosum. L.) in the hot tropics. I.
Soil
temperature
effects
on
emergence, plant devolopment and
yield. Field Crop Res. 8 : 255-271.
Midmore, D.J. 1992. The potato crop. The
scientific basis for improvement.
p.728-793 In P.M. Harris (ed.) Potato
Production in the Tropics. 2 nd ed.
Chapman and Hall, London.
Moorby, J. 1978. The physiology of growth
and tuber yield. p.153-188 In: The
potato crop. P.M. Harris (ed.).
Chapman and Hall, Ltd., London.
Moorby, J., and F.L. Milthorpe. 1975. The
potato. p. 255-257. In: L.T. Evans
(ed.) Crop physiology, some case

ISSN: 1411-8297
Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013
histories. Cambridge Univ. Press,
London and New York.
Muro,
J.L.C. 1997. Comparison of
hydroponic culture and culture in a
peat/sand mixture and the influence
of nutrient solution and plant density
on seed potato yields. Potato
Research 40 (4), 431-440.
Nelson, P. V. 2003. Greenhouse Operation
& management. Departement of
Horticultural Science North Carolina
State University. Pearson Education,
Inc., Upper Saddle River, New
Jersey.
Nonnecke, L.I. 1989. Vegetable production.
Van Nostrand Reinhold, Canada.
Plaisted, P.H. 1975. Growth of the potato
tuber. Plant Physiol. 32 : 445-452.
Ranalli, P.1997. Innovative propagation
methods in seed tuber multiplication
programmes Potato Research 40 (4),
439-447
Reed, D. W., ed. 1996. Water, Media and
nutrition for greenhouse Crops.
Batavia.
Reeve, R.M., H. Tim, and M.L. Weaver.
1973. Parenchyma cell growth in
potato tuber. II. Cell division vs cell
enlargement. Am. Potato J. 50:71-78.
Rolot, J.L, Seutin, H. 1999. Soiless
production of potato tubers using a
hydroponic
technique.
Potato
Research 42 (3-4), 457-469.
Subhan dan A. A. Asandhi. 1998. Pengaruh
Penggunaan Pupuk Urea dan ZA
terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Kentang di Dataran Medium. J. Hort.
8 (1): 983-987.
Suhardiyanto, H., and T. Matsuoka. 1992.
Studies on a zone cooling system in a
greenhouse (2) : Evaluation of a
system for microclimate modification
in a plastic greenhouse during hot
weather. Emvironment Control in
Biology 30 (4): 143-151.

Suhardiyanto. 2009. Teknologi rumah


tanaman untuk iklim tropika basah.
IPB Press. Bogor.
Sumarni, E., A. Margiwiyatno, Ardiansyah.
2005. Studi Modifikasi Atmosfir
Akar Media Tanam Pada Tanaman
Bawang Merah Dalam Rangka
Memperoleh Bibit Bermutu Dengan
Hidroponik
Substrat.
Laporan
penelitian Hibah A2. Unsoed.
Sumarni, E., H. Suhardiyanto, K.B.
Seminar. S.K. Saptomo. 2013a.
Aplikasi pendinginan zona perakaran
(root zone cooling) pada produksi
benih kentang menggunakan sistem
aeroponik. Vol. XLI, No. 2, Agustus
tahun 2013.
Sumarni, E., A. Sudarmadji, N. Farid.
2013b. Respon pertumbuhan tanaman
kentang pada sistem aeroponik
dengan zone cooling untuk produksi
benih kentang di dataran rendah
tropika basah purwokerto. Prosiding
seminar
nasional.
Nasional
Pengembangan
Sumber
Daya
Pedesaan dan Kearifan Lokal
Berkelanjutan III 2013. 26-27
november . Purwokerto.
Sunarjono. 2007. Petunjuk Praktis
Budidaya
Kentang.
Agromedia
Pustaka: Jakarta.
Tawegoum, R., R. Teixeira, and G.
Chasseriaux. 2006. Simulation of
humidity control and greenhouse
temperature tracking in a growth
chamber using A passive air
conditioning unit. Cotrol Engineering
Journal. 14:853-861.
Tchamitchian, M., R. Martin C., J. Lagier,
B. Jeannequin, and S. Mercier. 2005.
SERRISTE: A Daily set point
determination
software
for
glasshouse
tomato
production.
Agriculture Journal. 20: 25-47.
Wattimena, G. A. 2000. Pengembangan
propagul kentang bermutu dan
kultivar kentang unggul dalam

ISSN: 1411-8297
Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013
mendukung peningkatan produksi
kentang di Indonesia. Orasi Ilmiah
Guru Besar Tetap Ilmu Hortikultura.
Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor. 86p.

Whipker, B. E., W. C. Fonteno, T. J.


Cavins, and D. A. Bailey. 2000. Pour
Thru nutritional monitoring manual.
N. C. Commercial Flower Growers
Assoc. 3906 Wake Forest Rd., Siute
102, Raleigh, NC 27609. Avaliable at
Website: floricultureinfo.com.

Anda mungkin juga menyukai