ABSTRAK
Penanaman kentang di dataran medium merupakan salah satu alternatif untuk membantu peningkatan
produksi benih kentang.Suhu yang tinggi di dataran medium dapat diatasi dengan pendinginan daerah perakaran
melalui penanaman secara hidroponik substrat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan suhu pendinginan
daerah perakaran yang sesuai pada produksi benih kentang di dataran medium secara hidroponik. Penelitian ini
menggunakan sistem hidroponik dengan suhu pendinginan yang diaplikasikan adalah 15 C siang (S), 15 C
malam (M), 15 C siang malam (SM), 19 C siang (S), 19 C malam (M), 19 C siang malam (SM), 24 C siang
(S), 24 C malam (M), 24 C siang malam (SM) dan kontrol (tanpa pendinginan). Varietas kentang yang digunakan
adalah Granola yang berasal dari kultur jaringan. Hasil menunjukkan bahwa pertumbuhan vegetatif tanaman lebih
tinggi pada suhu kontrol (tanpa pendinginan). Jumlah umbi tertinggi diperoleh dari pendinginan suhu 15 C siang
dan malam.
Kata kunci : benih kentang, hidroponik, modifikasi atmosfer, dataran medium
ABTRACT
Cultivation potatoes in medium land is one alternative to increase potato seed production. High temperature
in medium land can be solved by hydroponic with root zone cooling system. The purpose of this research is to get
root zone cooling temperature to potato seed production in medium land. This study used a hydroponic system
with cooling temperature is 15 C days (S) , 15 C night (M ) , 15 C days-night (SM) , 19 C day (S) , 19 C
night (M) , 19 C days-night (SM) , 24 C days (S) , 24 C night (M) , 24 C day-night (SM) and control (without
cooling). Potato variety used is Granola from tissue culture. The results showed that the vegetative growth of the
plants was higher in temperature control (without cooling ) . The highest number of tubers obtained from the
cooling temperature of 15 C day-night .
Key word: hydroponic, modified atmosphere, medium land, potatoes seed
PENDAHULUAN
Kentang (Solanum tuberosum L.)
memenuhi
kebutuhan
yang
semakin
efisiensi
produksi
harus
selama
pertumbuhan
ditingkatkan.
vegetatif
dapat
ISSN: 1411-8297
Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013
menurunnya produksi (Correa et al., 2009).
Usaha
yang
1997) .
memperoleh
produk
utama
masyarakat
di
dataran
tinggi.
perkembangan
Aplikasi
pada
guludan
tersebut
media
bagi
tanaman.
saluran
diantara
guludan
sehingga
yang
merupakan
berkembangnya
jamur
ISSN: 1411-8297
Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013
(Kurnia et al., 2004). Salah satu alternatif
PenelitianTanaman
ragam
Sayuran
(Balitsa)
METODE PENELITIAN
Desa
perakaran
Karangmangu,
Baturaden,
memberikan
tanggap
yang
malam
(34.32
cm).
Tinggi
tanaman
ISSN: 1411-8297
Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013
kontrol dan jumlah daun terendah diperoleh
pada
daerah
tinggi,
perlakuan
terutama
pendinginan
pada
malam
hari
dan
daripada
tanah.
kentang
rendah.
di
bagian
tumbuh
bawah
dengan
baik
pada
bunga
serta
stolon
muncul
di
kelembaban
udara
80
90%
(Sunarjono,
2007).
Tanaman
kentang
15
sampai
tanah
siang
dan
malam
rendah
Tabel 1. Penampilan tinggi tanaman (cm), jumlah daun dan jumlah umbi pada umur 50 HST
pada perlakuan pendinginan daerah perakaran
No.
ISSN: 1411-8297
Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013
Gambar 1. Jumlah umbi pertanaman pada sistem hidroponik dengan pendinginan daerah
perakaran.
perakaran di media tanam, penampilan
umbi,
dan
kadang-kadang
terjadinya
mengurangi
hasil.
Jika
malam
hari
C.
Suhu
pendinginan
kontrol
sebelumnya
yang
disebut
ISSN: 1411-8297
Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013
Menurut Moorby (1978), stolon yang
terbentuk
belum
pasti
akan
berubah
Hasil
menunjukkan
bahwa
dengan
pertama
sel-sel
pembengkakan
(Plaisted,
1975),
ruas
yaitu
pada
Saran
kentang hidroponik.
Melis
dan
van
Staden
(1984)
pertumbuhan
vegetatif
dengan
DAFTAR PUSTAKA
vegetatif,
pertumbuhan
umbi
akan
terhadap
pertumbuhan
vegetatif
aktivitas
fotosintesis.
Laju
tumbuh
dibuang
dari
batang
ISSN: 1411-8297
Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013
and hydroponic systems. Scientia
Horticulturae 116, 17-20.
ISSN: 1411-8297
Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013
histories. Cambridge Univ. Press,
London and New York.
Muro,
J.L.C. 1997. Comparison of
hydroponic culture and culture in a
peat/sand mixture and the influence
of nutrient solution and plant density
on seed potato yields. Potato
Research 40 (4), 431-440.
Nelson, P. V. 2003. Greenhouse Operation
& management. Departement of
Horticultural Science North Carolina
State University. Pearson Education,
Inc., Upper Saddle River, New
Jersey.
Nonnecke, L.I. 1989. Vegetable production.
Van Nostrand Reinhold, Canada.
Plaisted, P.H. 1975. Growth of the potato
tuber. Plant Physiol. 32 : 445-452.
Ranalli, P.1997. Innovative propagation
methods in seed tuber multiplication
programmes Potato Research 40 (4),
439-447
Reed, D. W., ed. 1996. Water, Media and
nutrition for greenhouse Crops.
Batavia.
Reeve, R.M., H. Tim, and M.L. Weaver.
1973. Parenchyma cell growth in
potato tuber. II. Cell division vs cell
enlargement. Am. Potato J. 50:71-78.
Rolot, J.L, Seutin, H. 1999. Soiless
production of potato tubers using a
hydroponic
technique.
Potato
Research 42 (3-4), 457-469.
Subhan dan A. A. Asandhi. 1998. Pengaruh
Penggunaan Pupuk Urea dan ZA
terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Kentang di Dataran Medium. J. Hort.
8 (1): 983-987.
Suhardiyanto, H., and T. Matsuoka. 1992.
Studies on a zone cooling system in a
greenhouse (2) : Evaluation of a
system for microclimate modification
in a plastic greenhouse during hot
weather. Emvironment Control in
Biology 30 (4): 143-151.
ISSN: 1411-8297
Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013
mendukung peningkatan produksi
kentang di Indonesia. Orasi Ilmiah
Guru Besar Tetap Ilmu Hortikultura.
Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor. 86p.