I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. U
Umur
: 32 tahun
Pekerjaan
Agama
: Islam
Alamat
Masuk RS
: 11 Desember 2013
Ruangan
No. RM
: A 2123xx
II.
DATA SUBYEKTIF
dari putting (-), keluar darah pada bagian bekas operasi, benjolan di tempat lain
disangkal. berat badan menurun, napsu makan baik, benjolan di tempat lain disangkal
BAK dan BAB lancar.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat darah tinggi disangkal
Riwayat Penyakit gula disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit tumor ataupun yang serupa seperti yang
dialami oleh pasien
Riwayat Pengobatan
Pada tanggal 5 desember 2013 pasien menjalani operasi pertama nya untuk memeriksa
apakah benjolan tersebut ganas atau jinak
Kesadaran
Tekanan darah
: 120 / 90 mmHg
Nadi
Respirasi
STATUS GENERALIS
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Thorak
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Suara redup
Batas jantung :
Kiri atas : SIC II Linea parasternalis kiri
Kanan atas : SIC II Linea parasternalis kanan
Kiri bawah :SIC V 2cm caudo lateral dari linea midclavicula
Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis kanan
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Thympani
Palpasi
Extremitas atas dan bawah : Edema ( - ), ekimosis ( - ), akral hangat, perfusi jaringan
baik, sianosis ( - ), CRT < 2 detik
cm x 1 cm , teraba 1 benjolan pada axilla sinistra, bulat, lunak, mobile, tidak terfiksir 1
cm x 1cm.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
V. KESIMPULAN (Assesment)
Diagnosis
VI. PENATALAKSANAAN
-Analgetik
-radikal mastectomy
KARSINOMA MAMMAE
A. ANATOMI
Payudara terletak dari costa 2 sampai costa 6, batas medial sternum sedang lateral
sampai linea axillaris anterior. Jaringan payudara meluas dari garis clavicula di garis
tengahnya sampai costa 8 ke linea axillaris posterior, yang dikenal sebagai daerah
disseksi mastektomi radikal. Sebagai tambahan axillary tail (Spencer tail) meluas dari
tepi atas dan luar supero lateral.
Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Pada bagian lateral atasnya,
jaringan ini keluar dari bulatannya ke arah aksila, disebut penonjolan Spence atau ekor
payudara. Setiap payudara terdiri atas 12 sampai dengan 20 lobulus kelenjar yang
masing-masing mempunyai saluran ke papilla mammae, yang disebut duktus laktiferus.
Di antara kelenjar susu dan fascia pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut
mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus tersebut terdapat jaringan ikat yang
disebut ligamentum cooper yang memberi rangka untuk payudara.
Payudara diinervasi atau diperdarahi oleh cabang :
1.
2.
3.
4.
Sistem pembuluh vena meliputi v.interkostalis dari spatium intercosta 2 sampai 6 untuk
memasuki v.vertebralis di posterior. Vena interkostalis juga bisa memasuki v.azygos yang
bermuara ke dalam v.cava superior. Vena aksilaris menerima darah dari bagian superior
dan lateral payudara. Aliran vena mengikuti sistem arteri.
Aliran limfe dari payudara dibagi menjadi 3, yaitu dari kulit payudara yang mengalir ke
lnn.supraclavicula, lnn.mammaria interna, dan lnn.pektoralis, dari papilla dan areola
mengalir ke plexus subareola, dan dari jaringan payudara yang mengalir ke plexus
pektoralis.
Aliran kelenjar limfe dari payudara kurang lebih 75 % ke aksila, sebagian lagi ke kelnjar
parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial, dan ada pula aliran ke kelenjar
interpektoralis. Pada aksila terdapat kira-kira 50 (berkisar dari 10 sampai 90) buah
kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena brachialis. Saluran limfe
dari seluruh payudara mengalir ke kelompok anterior aksila, kelompok sentral aksila,
kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat sepanjang v.aksilaris dan yang berlanjut
langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam di fosa supraklavikular.
Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan n.intercostalis.
Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus oleh saraf simpatik. Ada beberapa saraf lagi
yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa pasca bedah, yakni
n.intercostobrachialis dan n.kutaneus brachius medialis yang mengurus sensibilitas
daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada diseksi aksila, saraf ini sedapat
mungkin disingkirkan sehingga tidak terjadi mati rasa di daerah tersebut.
B. DEFINISI
Karsinoma mammae merupakan pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-sel
epithelial yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan
metastasis, di payudara.
C. EPIDEMIOLOGI
Kanker payudara paling banyak diderita oleh wanita di negara barat, yaitu sekitar
32 % dari seluruh keganasan pada wanita, merupakan penyebab kematian nomor dua
pada wanita. Di Indonesia, kanker payudara merupakan kanker pada wanita terbanyak
setelah kanker mulut rahim. Insidensi kira-kira 18 per 100.000 penduduk wanita dan
kebanyak ditemukan sudah dalam stadium lanjut. Kanker payudara yang mempunyai
predisposisi keturunan ini biasanya diderita oleh penderita dengan usia muda, penderita
kanker payudara bilateral, penderita dengan riwayat keluarga tumor positif.
Karsinoma payudara jarang sebelum umur 25 tahun dan tidak biasa sebelum umur
30 tahun, tetapi insidensinya meningkat dengan cepat setelah umur 30 tahun dengan ratrata medium age 60 tahun. Penyakit ini terutama mengenai wanita, kanker payudara pada
pria hanya sekitar 1 % dari kanker mammae.
Eropa Utara, Amerika Utara merupakan area insiden tinggi, Eropa Selatan,
Amerika Selatan merupakan area insiden sedang, Asia, Afrika merupakan area insiden
rendah. Studi epidemiologi menunjukkan, perbedaan geografis insiden karsinoma
payudara tidak sepenuhnya berkaitan dengan suseptibilitas genetik, tetapi juga
dipengaruhi factor lingkungan, terutama lingkungan hidup masa kini atau life style.
D. ETIOLOGI
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor
resiko pada penderita diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :
1. Usia >30 tahun. Menurut analisis data dari 6263 kasus di RS Kanker Universitas
Zhongshan, rentang usia pasien adalah 17-90 tahun, usia median 47 tahun.
Dihitung dengan selang usia 5 tahunan, pasien terbanyak berusia 45-49 tahun
(25,2 %), disusul 40-44 tahun (15,8 %), dan 54-59 tahun (15,6 %).
2. Reproduksi. Usia menarke kecil, henti haid lanjut, dan siklus haid pendek
merupakan faktor resiko tinggi karsinoma mammae. Selain itu, yang seumur
hidup tidak menikah atau belum menikah, partus pertama berusia lebih dari 30
tahun dan setelah partus belum menyusui, berinsiden relatif tinggi.
3. Kelainan kelenjar mammae. Penderita kistadenoma mammae hiperplastik berat
berinsiden lebih tinggi. Jika satu payudara sudah terkena kanker, mammae
kontralateral resikonya meningkat. Pernah mengalami infeksi, trauma, atau
operasi tumor jinak payudara.
4. Penggunaan obat di masa lalu. Penggunaan jangka panjang hormon insidennya
lebih tinggi. Terdapat laporan penggunaan jangka panjang reserpin, metildopa,
kadar
estrogen
dalam
tubuh,
wanita
yang
setiap
hari
E. PATOFISIOLOGI
Kejadian karsinoma payudara dihubungkan dengan terjadinya hiperplasia sel
dengan perkembangan sel-sel atipik, kemudian terjadi karsinoma intraepitelial
(karsinoma in situ), setelah terjadinya karsinoma in situ akan terjadi multiplikasi sel-sel
dengan cepat. Selanjutnya sel-sel tersebut akan menginvasi stroma jaringan ikat di
sekitarnya pada payudara.
Membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 7 tahun pada karsinoma untuk tumbuh
dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat teraba
(diameter sekitar 1 cm). Pada ukuran itu sekitar kasus sudah disertai dengan kejadian
metastasis.
Untuk lokasi terjadinya kanker payudara, payudara kiri lebih sering daripada
payudara kanan, dengan perbandingan 60:40. Dengan presentasi kwadran lateral atas kiri
dan kanan 45:63 %, kwadran medial atas kiri dan kanan 15:14 %, kwadran lateral bawah
kiri dan kanan 25:17 %, kwadran medial bawah 15:6 %.
F. MANIFESTASI KLINIS
Pasien biasanya datang dengan keluhan benjolan atau massa di payudara, rasa
sakit, keluar cairan dari puting susu, timbulnya kelainan kulit (dimpling, kemerahan,
ulserasi, peau deorange), pembesaran kelenjar getah bening, atau tanda metastasis jauh.
Setiap kelainan pada payudara harus dipikirkan ganas sebelum dibuktikan tidak .
Perubahan pada kulit yang biasa terjadi adalah :
1.
Tanda lesung. Ketika tumor mengenai ligamen glandula mammae, ligamen tersebut
akan memendek hingga kulit setempat menjadi cekung, yang disebut dengan tanda
lesung
2.
Perubahan kulit jeruk (peau deorange). Ketika vasa limfatik subkutis tersumbat sel
kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan udem kulit, folikel rambut tenggelam ke
bawah tampak sebagai tanda kulit jeruk
3.
Nodul satelit kulit. Ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis masing-
masing membentuk nodul metastasis, di sekitar lesi primer dapat muncul banyak nodul
tersebar, secara klinis disebut tanda satelit
4.
Invasi, ulserasi kulit. Ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan berwrna
merah atau merah gelap. Bila tumor bertambah besar, lokasi itu dapat menjadi iskemik,
ulserasi membentuk bunga terbalik, ini disebut tanda kembang kol
5.
tampil sebagai keseluruhan kulit mammae berwarna merah bengkak, mirip peradangan,
dapat disebut tanda peradangan. Tipe ini sering ditemukan pada kanker payudara waktu
hamil atau laktasi.
Perubahan papilla mammae pada karsinoma mammae adalah :
1. Retraksi, distorsi papilla mammae. Umumnya akibat tumor menginvasi jaringan
subpapilar
2. Sekret papilar (umumnya sanguineus). Sering karena karsinoma papilar dalam
duktus besar atau tumor mengenai duktus besar
3. Perubahan eksematoid. Merupakan manifestasi spesifik dari kanker eksematoid
(Paget disease). Klinis tampak areola, papilla mammae tererosi, berkrusta, sekret,
deskuamasi, sangat mirip eksim.
Pembesaran kelenjar limfe regional. Pembesaran kelenjar limfe aksilar ipsilateral dapat
soliter maupun multipel, pada awalnya mobile, kemudian dapat saling berkoalesensi atau
adhesi dengan jaringan sekitarnya. Dengan perkembangan penyakit, kelenjar limfe
supraklavikular juga dapat menyusul membesar. Yang perlu diperhatikan adalah ada
sebagian sangat kecil pasien kanker payudara hanya tampil dengan limfadenopati aksilar
tapi tak teraba massa mammae, ini disebut sebagai karsinoma mammae tipe tersembunyi .
Adanya gejala metastasis jauh :
1. Otak : nyeri kepala, mual, muntah, epilepsi, ataksia, paresis, paralisis
2. Paru : efusi, sesak nafas
3. Hati : kadang tanpa gejala, massa, ikterus obstruktif
4. Tulang : nyeri, patah tulang .
belakang mammae, dan adanya metastasis ke kelenjar (gambaran ini tidak khas).
Pemeriksaan gabungan USG dan mammografi memberikan ketepatan diagnosis yang
lebih tinggi .
Karena tumor mammae mengandung densitas mikrovaskular (MVD = microvascular
density) abnormal, MRI mammae dengan kontras memiliki sensitivitas dan spesifisitas
tinggi dalam diagnosis karsinoma mammae stadium dini. Tapi pemeriksaan ini cukup
mahal, sulit digunakan meluas, hanya menjadi suatu pilihan dalam diagnosis banding
terhadap mikrotumor .
Dewasa ini belum ada petanda tumor spesifik untuk kanker payudara. CEA memiliki nilai
positif bervariasi dari 20 hingga 70 %, antibodi monoklonal CA 15-3 angka positifnya
sekitar 33-60 %, semuanya dapat untuk referensi diagnosis dan tindak lanjut klinis .
Pemeriksaan sitologik dengan metode aspirasi jarum halus caranya sederhana, aman, dan
akurasinya mencapai lebih dari 90 %. Data menunjukkan pungsi aspirasi jarum halus
tidak mempengaruhi hasil terapi. Pemeriksaan histologik dengan pungsi jarum mandrin
memiliki cara yang juga sederhana dan aman seperti diagnosis sitologi aspirasi jarum
halus, juga ketepatan diagnosis histologik biopsi eksisi, serta dapat dibuat pemeriksaan
imunohistologik yang sesuai. Pemeriksaan ini luas dipakai di klinis, khususnya sesuai
bagi pasien yang diberi kemoterapi adjuvan .
Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologis yang dilakukan
dengan :
1. Biopsi eksisi, dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit jaringan
sehat di sekitarnya, dilakukan bila ukuran atau diameter tumor < 2 cm
2. Biopsi insisi, dengan mengangkat sebagian jaringan tumor dan sedikit jaringan
sehat, dilakukan untuk tumor-tumor yang inoperabel atau lebih besar dari 2 cm
(Anonim, 2009).
Diagnosis bandingnya terdiri dari :
(1)
terdapat pada usia muda (15-30 tahun), dengan konsistensi padat kenyal, batas tegas,
tidak nyeri dan mobile.
(2) Kelainan fibrokistik, merupakan tumor yang tidak berbatas tegas, konsistensi padat
kenyal atau kistik, terdapat nyeri terutama menjelang haid, ukuran membesar, biasanya
bilateral/multipel.
(3)
medullary carcinoma
scrirrhus carcinoma
comedo carcinoma
papillary carcinoma
paget disease
epidermoid carcinoma
2. Lobular carcinoma (5 %)
Dewasa ini menggunakan cara penggolongan TNM menurut Perhimpunan Anti Kanker
Internasional (edisi tahun 2002).
Klasifikasi cTNM klinis
T
: kanker primer
TX
T0
Tis
paget papilla mammae tanpa nodul (penyakit Paget dengan nodul diklasifilasikan
menurut ukuran nodul)
T1
Tmic
T1a
T1b
T1c
T2
T3
T4
(dinding thoraks termasuk tulang iga, m.intercostales dan m.serratus anterior, tak
termasuk m.pektoralis)
T4a
T4b
: udem kulit mammae ( termasuk peau deorange) atau ulserasi, atau nodul satelit
di mammae ipsilateral
T4c
T4d
Catatan :
(1)
dan tak ada tumor primer yang dapat diukur, klasifikasi patologi adalah pTx.
NX
: kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai (misal sudah diangkat sebelumnya)
N0
N1
N2
: kelenjar limfe metastatik fosa aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi
dengan jaringan lain; atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe
mamaria interna namun tanpa metastasis kelenjar limfe aksilar
N2a
: kelenjar limfe aksilar ipsilateral saling konfluen dan terfiksasi dengan jaringan
lain
N2b
menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna dan metastasis kelenjar
limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral
N3a
N3b
: bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mamaria interna dan
: metastasis jauh
MX
M0
M1
Catata : jika tumor mengandung dua unsur yaitu karsinoma in situ dan karsinoma
invasif, ukuran tumor untuk klasifikasi didasarkan atas ukuran karsinoma invasif.
N kelenjar limfe regional
pNx : kelenjar limfe regional tak dapat dinilai (misal sudah diangkat sebelumnya)
pN0 : secara histologis tak ada metastasis kelenjar limfe, tapi tidak dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk kelompok sel tumor terisolasi (ITC).
Catatan : ITC adalah satu sel atau sekumpulan sel berdiameter 0,2 mm. ITC biasanya
ditemukan dengan pemeriksaan imunohistologis atau molekuler, tapi dapat diverifikasi
dengan pewarnaan HE.
pN0 ( i-)
pN0 ( i+)
positif
pN0 (mol-)
negatif (RT-PCR)
pN0 (mol+)
positif (RT-PCR)
pN1mi
pN1
diseksi kelenjar limfe sentinel secara mikroskopik ditemukan metastasis kelenjar limfe
mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa bukti klinis
pN1a
pN1b
metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral, tapi tanpa bukti klinis
pN1c
pN2
klinis menunjukkan metastasis kelenjar limfe mamaria interna ipsilateral tapi tanpa
metastasis kelenjar limfe aksilar
pN2a
minimal satu kelenjar limfe metastatik berdiameter maksimal > 2 mm; atau metastasis
kelenjar limfe infraklavikular
pN3b
disertai metastasis kelenjar limfe aksilar ipsilateral; atau secara klinis negatif, dari diseksi
kelenjar limfe sentinel secara mikroskopis ditemukan metastasis kelenjar limfe mamaria
interna ipsilateral, tapi tanpa bukti klinis, namun terdapat lebih dari 3 kelenjar limfe
aksilar metastatik
pN3c
M metastasis jauh
Klasifikasi pM dan cM sama.
Stadium
Tis
N0
M0
T1
T0
N0
N1
M0
M0
T1
N1
M0
T2
T2
N0
N1
M0
M0
T3
T0
N0
N2
M0
M0
T1
N2
M0
T2
N2
M0
T3
T4
N1,N2
Setiap N
M0
M0
Setiap T
N3
M0
Setiap T
Setiap N
M1
IIA
IIB
IIIA
IIIB
IV
I. PENATALAKSANAAN
stadium TNM
umur pasien
status menopause
Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0, I, II, dan sebagian stadium III disebut
kanker payudara operabel. Pola operasi yang sering dipakai adalah :
(1) Mastektomi radikal, lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3 cm dari
tumor, seluruh kelenjar mammae, m.pektoralis mayor, m.pektoralis minor, jaringan
limfatik dan lemak subskapular, aksilar secara kontinyu enblok direseksi.
(2) Mastektomi radikal modifikasi, lingkup reseksinya sama dengan teknik radikal, tapi
mempertahankan
m.pektoralis
mayor
dan
minor
(model
Auchincloss)
atau
Radioterapi pasca operasi adalah radioterapi seluruh mammae (bila perlu ditambah
radioterapi kelenjar limfe regional) pasca operasi konservasi mammae dan radioterapi
adjuvan pasca mastektomi (Desen, 2008).
Dewasa ini indikasi radioterapi pasca mastektomi adalah : diameter tumor primer 5 cm,
fasia pektoral terinvasi, jumlah kelenjar limfe aksilar metastatik lebih dari 4 buah dan tepi
irisan positif .
Radioterapi paliatif terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut dengan rekurensi,
metastasis. Dalam hal meredakan nyeri efeknya sangat baik. Selain itu kadang kala
digunakan radiasi terhadap ovarium bilateral untuk menghambat fungsi ovarium (Desen,
2008).
Kemoterapi dibagi menjadi kemoterapi pra-operasi, kemoterapi adjuvan pasca operasi,
kemoterapi terhadap kanker payudara stadium lanjut atau rekuran dan metastatik.
Kemoterapi pra-operasi, terutama kemoterapi sistemik, bila perlu dapat dilakukan
kemoterapi intraarterial, mungkin dapat membuat sebagian kanker mammae lanjut lokal
nonoperabel menjadi operabel. Kemoterapi adjuvan pasca operasi, diindikasikan untuk
operasi yang relatif luas, terhadap semua pasien karsinoma invasif dengan diameter
terbesar tumor 1 cm. Hanya terhadap pasien lanjut usia dengan ER, PR positif dapat
dipertimbangkan hanya diberikan terapi hormonal. Kemoterapi terhadap kanker payudara
stadium lanjut atau rekuren dan metastatik sebagian kecil masih memakai regimen CMF,
semakin banyak yang memakai kemoterapi kombinasi berbasis golongan antrasiklin .
Dewasa ini dilakukan pemeriksaan reseptor estrogen (ER) dan progesteron (PR) dari
tumor untuk menentukan efek terapi hormonal. Pasien dengan hasil pemeriksaan positif
tergolong kanker mamae tipe bergantung hormon, hasil terapi hormonal baik, pasien
dengan hasil tes negatif tergolong kanker mamae tipe tak bergantung hormon, efek terapi
hormonal agak kurang. Terapi hormonal terutama mencakup bedah dan hormon. Terapi
hormonal bedah terutama adalah ooforektomi (disebut juga kastrasi) terhadap wanita
pramenopause, sedangkan adrenalektomi dan hipofisektomi sudah ditinggalkan. Yang
sekarang digunakan adalah : (1) obat antiestrogen, seperti tamoksifen, (2) inhibitor
aromatase, seperti aminoglutetimid tetapi saat ini obat ini sudah tidak dipakai karena efek
sampingnya yang berbahaya, yang sekarang digunakan adalah golongan steroid
anastrozol, letrozol, dan golongan steroid eksemestan, (3) obat sejenis LH-RH (luteining
hormon-realising hormon), seperti goserelin, (4) obat sejenis profesteron, seperti
medroksiprogesteron asetat (MPA) dan megesterol asetat (MA).
Yang terbaru adalah terapi biologis, menggunakan herseptin dengan overekspresi
terhadap gen cerbB-2 (HER-2). Herseptin adalah antibodi monoklonal hasil teknologi
transgenik yang berefek antiprotein HER-2 secara langsung dan menghasilkan efek
sitotoksik yang dimediasi sel dan bergantung antibodi, sehingga berefek antitumor .
J. PROGNOSIS
Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis. Tapi yang paling jelas dan
berpengaruh terbesar atas prognosis adalah kondisi kelenjar limfe dan stadium. Dari hasil
analisis atas data 6263 kasus karsinoma mammae yang operabel di RS Kanker
Universitas Zhongshan, survival 5 tahun pasca operasi pada kasus kelenjar limfe negatif
dan positif adalah masing-masing 80 % dan 59 %, survival 5 tahun untuk stadium )-I, II
dan III adalah masing-masing 92 %, 73 %, dan 47 %. Sedangkan pada yang inoperabel,
survival 5 tahun kebanyakan dilaporkan dalam batas 20 %. Oleh karena itu dalam kondisi
dewasa ini, untuk meningkatkan angka kesembuhan kanker payudara kuncinya adalah
penemuan dini, diaognosis dini, terapi dini dan tepat .
MAMMOGRAFI
Mammografi adalah salah satu cara yang dipilih untuk mendeteksi karsinoma
mammae, baik pada penderita yang klinis dicurigai karsinoma mammae ataupun pasien
dengan tumor kecil non-palpable (occult lession).
Indikasi mammografi adalah:
1. klinik curiga kanker payudara dan mengesampingkan karsinoma mammae
kontralateral.
menganjurkan CBE (Clinical Breast Examination) dan BSE (Breast Self Examination)
untuk usaha dini deteksi kanker payudara.
Mammografi dari wanita < 45 Tahun sering sukar untuk diinterpretasi sebab
terjadi densitas jaringan kelenjar payudara, tetapi pada wanita postmenopause
kebanyakan lebih mudah interpretasinya, sebab terjadi regresi jaringan kelenjar. Karena
itu mammografi dapat digunakan sebagai suatu metode deteksi dari suatu populasi
program skrining untuk wanita menopausal (Anonim, 2002).
Gambaran mammographs yang abnormal terdiri dari, tumor dengan batas tidak
tegas dan meluas (spikulae), mikrokalsifikasi (karsinoma intraduktal), dan penebalan
kulit/papila. Gambaran mammografi yang tak tampak kelainan, bukan garansi tidak ada
karsinoma mammae. Apabila ada suatu (bahkan kecil) kecurigaan klinik karsinoma
mammae harus selalu diikuti dengan pemeriksaan histopatologik.
Goal dari mammografi adalah mendeteksi kelainan-kelainan kecil pada payudara
dimana tidak teraba melalui pemeriksaan fisik (Sabiston, 1995).
Interpretasi untuk mammografi terdiri dari :
0