Anda di halaman 1dari 53

SKENARIO B (BLOK 19)

KELOMPOK 7

Kelompok 7
Dwi Yuliani
Tia Sabrina
Azwar Zulmi
Katedi
Harris Waisaka
Iis Martilopa
Deniz Mawarni
Fary Tri Sabdillah
Elvi Indahwati
Canggih Naluri
Intan Noor Indah
Suriya Kala

04061001009
04061001010
04061001041
04061001044
04061001046
04061001052
04061001053
04061001069
04061001070
04061001084
04061001120
04061001133

SKENARIO B (BLOK 19)


Laki-laki 25 tahun dibawa oleh tukang ojek ke RSUD dengan

luka di kepala sebelah kanan dan tidak dapat menggerakan


lengan kanannya.
1 jam sebelum masuk RS, pada saat mengendarai sepeda
motor, tanpa helm, penderita ditabrak mobil dari sisi kanan.
Pada saat kejadian penderita tidak sadar selama 5 menit,
tetapi saat perjalanan ke RS panderita sadar kembali.
Pada saat tiba di RS penderita muntah-muntah dan
mengeluh nyeri kepala yang hebat, keluar darah dari hidung
sebelah kanan. Penderita kemudian dirawat di RSUD.
Setelah 4 jam masuk Rumah Sakit, penderita mulai gelisah
dan akhirnya tidak sadarkan diri kembali.
Pada saat pemeriksaan pertama didapatkan :
Pasien sadar
Tanda Vital ;
Respirasi 24 x/menit
Nadi 98 x/menit
TD 130/90 mmHg
GCS 15

Data Tambahan
Kepala :

Luka terbuka ukuran 4 x 9 cm, tepi luka tidak rata pada

pelipis kanan dengan dasar tulang.


Terdapat hematom pada rim orbita mata sebelah kanan
Deformitas pada hidung disertai perdarahan dari hidung
sebelah kanan
Antebrachii dextra :

Inspeksi : deformitas (+), oedema (+), hematoma (+)


Palpasi : krepitasi (+), nyeri tekan (+)
Range of Motion : pergerakan pasif dan aktif terhambat

Pada pemeriksaan kedua (saat penderita tidak sadar

kembali) :
Pasien tidak sadar (GCS : E2M4V4)
TD : 150/90 mmHg
Nadi : 60 x/menit
Respirasi : 32 x/menit (stridor (+) )
Pupil anisokor kanan midriasis dan kiri miosis

KLARIFIKASI ISTILAH
Luka di kepala : kerusakan pada struktur jaringan

di kepala karena fraktur eksternal


Tidak sadar : ggn. neurologis yang menyebabkan
keadaan tidak respon thdp lingkungan
Muntah muntah : pengeluaran isi lambung lewat
mulut
Nyeri kepala hebat : sensasi tidak menyenangkan
sebagai respon terhadap kerusakan jaringan kepala
Epistaksis
: keluar darah dari hidung
Gelisah : keadaan / kondisi di mana seseorang
tidak tenang; gundah

KLARIFIKASI ISTILAH
Hematoma

: akumulasi darah pd jaringan


interstitial akibat pecahnya pemb. Darah
Rim orbita mata: jaringan ikat longgar disekitar mata
Antebrachii
: alat gerak ekstremitas atas tubuh
antara pergelangan tangan dan siku
Krepitasi
: suara seperti garam dilempar ke api,
ditimbulkan oleh gesekan kedua ujung tulang yang
patah
Pupil anisokor : ukuran / diameter pupil yang tidak
sama
Midriasis
: melebar
Miosis
: mengecil
Deformitas
: kelainan bentuk
Stridor : ngorok, adanya obstruksi pada saluran
napas atas

IDENTIFIKASI MASALAH
Laki-laki 25 tahun dibawa ke RSUD dengan luka

kepala sebelah kanan dan tidak dapat


menggerakkan lengannya
1 jam sebelum masuk RS, pasien mengendarai
motor tanpa helm dan ditabrak mobil dari sisi
kanan
Pada saat kejadian, pasien tidak sadar selama 5
menit, tetapi saat perjalanan ke RS penderita sadar
kembali
Setibanya di RS, penderita muntah-muntah dan
mengeluh nyeri kepala hebat, serta keluar darah
dari hidung sebelah kanan
Setelah 4 jam dirawat di RSUD, penderita, mulai
gelisah dan akhirnya tidak sadarkan diri kembali

IDENTIFIKASI MASALAH
Hasil pemeriksaan pertama dengan GCS 15, TD

130/90 mmHg
Kepala :
luka terbuka 4 x 9 cm, pelipis kanan, tepi tak rata dasar tulang
hematom rim orbita sebelah kanan
Deformitas dan epistaksis pada hidung kanan
Antebrachii dextra :
Deformitas, oedema, hematoma
Krepitasi, nyeri tekan
Pergerakan pasif dan aktif terhambat

Pemeriksaan kedua dengan kondisi pasien tak sadar

GCS 10, TD 150/90 mmHg, nadi 60x/mnt, RR 32


x/mnt dengan stridor, pupil anisokor

ANALISIS PERMASALAHAN
Bagaimana biomekanika trauma pada kasus?
Keadaan awal penderita

Mengapa penderita mengalami muntah muntah, nyeri

kepala hebat, epistaksis hidung?


Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan awal?
Bagaimana tatalaksana awal di UGD (muntah, nyeri kepala,
epistaksis)?
Kepala :

Bagaimana anatomi dan fisiologi (TIK, CSF, dan

perdarahan)?
Interpretasi dari data tambahan yang didapat?
Apa saja kemungkinan cedera kepala yang terjadi?
Bagaimana patofisiologi yang terjadi pada kasus? Mengapa
terdapat interval sadar tidak sadar yang terjadi pada
pasien?
Apa saja pemeriksaan tambahan yang

dibutuhkan?

ANALISIS PERMASALAHAN
Antebrachii dextra :
Bagaimana anatomi dan fisiologi?
Interpretasi dari data tambahan yang didapat?
Apa saja pemeriksaan tambahan yang dibutuhkan?

Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan lain?


Bagaimana tatalaksana lanjutan untuk kasus ini?
Cedera Kepala
Fraktur antebrachii dextra
Tatalaksana kondisi keseluruhan

Bagaimana prosedur rujukan, komplikasi, dan

prognosis?

HIPOTESIS
Laki-laki berusia 25 tahun mengalami
trauma kepala sedang yang menyebabkan
peningkatan TIK (tekanan intrakranial)
disertai adanya interval Lucid, trauma
mata, hidung dan fraktur tertutup lengan
bawah kanan

SINTESIS

Biomekanika Trauma
Mekanisme cidera sendiri dibagi

menjadi :
Cidera langsung, kulit kepala bisa robek,

tulang kepala bisa retak atau patah, dapat


mengakibatkan perdarahan di otak.
Cidera perlambatan / deselerasi, misal pada
kecelakaan motor membentur benda statis
(cth: aspal). Setelah badan berhenti, maka
organ dalam akan tetap bergerak maju.
Cidera percepatan / akselerasi
Cidera kompresi

Biomekanika trauma
pada kecelakaan motor
Ada 3 cara yang sering terjadi pada saat kejadian

kecelakaan :

Tabrakan frontal, pada kecelakaan ini pengemudi akan

terbentur ke depan, kedua tungkai akan mengenai stang


kemudi yang dapat mengakibatkan patah setelah itu
pengemudi akan mengalami terjun bebas dengan cidera
yang tak bisa diramalkan.
Benturan dari samping, disini yang terbentur terlebih
dahulu adalah kaki setelah itu pengemudi akan terpental.
Sliding down the bike, pada saat akan terjadi benturan
pengemudi dengan sengaja (profesional) atau tidak
sengaja menekan motornya ke bawah sehingga motornya
akan melesat dan pengemudinya di belakangnya. ini
menimbulkan cidera yang paling ringan, namun cidera
terhadap jaringan lunak bisa sangat berat apabila
pengemudi tidak memakai jaket atau celana tebal.

Muntah muntah, Nyeri kepala


hebat, Deformitas Hidung
Muntah muntah : Vertigo dan muntah mungkin

disebabkan gegar pada labirin atau terangsangnya


pusat-pusat dalam batang otak
Nyeri kepala hebat : diterangkan pada patofisiologi
Deformitas hidung , bentuk deformitas hidung
antara lain :
Deviasi

septum
Dislokasi, yaitu bagian bawah kartilago septum ke luar dari
Krista maksila dan masuk ke dalam rongga hidung
Penonjolan tulang atau tulang rawan septum, bila
memanjang dari depan ke belakang disebut Krista, bila
sangat runcing disebut spina
Bila deviasi atau Krista septum bertemu dan melekat
dengan konka dihadapannya disebut sinekia, bentuk ini
akan menambah beratnya obstruksi

Dampak dari deformitas hidung :


Obstruksi akibat sinekia
Spina septum yang tajam sering

menyebabkan perdarahan, perdarahan dapat


terjadi di tempat spina itu sendiri atau pada
mukosa konka yang berhadapan bila konka
itu sedang mengalami pembengkakan

Epistaksis
perdarahan dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab lokal

atau sebab umum (kelainan sistemik).


Penyebab pada kasus : trauma akibat kecelakaan lalu lintas
Patofisiologi
Terdapat dua sumber perdarahan yaitu bagian anterior dan

posterior.
Pada epistaksis anterior, perdarahan berasal dari pleksus
kiesselbach (yang paling sering terjadi dan biasanya pada anakanak) yang merupakan anastomosis cabang arteri ethmoidakis
anterior, arteri sfeno-palatina, arteri palatine ascendens dan
arteri labialis superior.
Pada epistaksis posterior, perdarahan berasal dari arteri
sfenopalatina dan arteri ethmoidalis posterior. Epistaksis
posterior sering terjadi pada pasien usia lanjut yang menderita
hipertensi, arteriosclerosis, atau penyakit kardiovaskuler.
Perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti spontan

Epistaksis
Penatalaksanaan
Pertama-tama keadaan umum dan tanda vital

harus diperiksa. Anamnesis singkat sambil


mempersiapkan alat, kemudian yang lengkap
setelah perdarahan berhenti untuk membantu
menentukan sebab perdarahan.
Tiga prinsip utama dalam menanggulangi
epistaksis, yaitu :
menghentikan perdarahan
mencegah komplikasi
mencegah berulangnya epistaksis.

Kalau ada syok, perbaiki dulu keadaan umum

pasien

Menghentikan
perdarahan

Perdarahan anterior :

Menghentikan perdarahan secara aktif, seperti kaustik dan

pemasangan tampon, lebih baik daripada pemberian obat


hemostatik sambil menunggu epistaksis berhenti dengan
sendirinya.
Posisi penderita sangat penting, sering terjadi pasien dengan
perdarahan hidung harus dirawat dengan posisi tegak agar
tekanan vena turun. Sedangkan kalau sudah terlalu lemah,
dibaringkan dengan meletakkan bantal di belakang
punggungnya, kecuali sudah dalam keadaan syok.
Sumber perdarahan dicari dengan bantuan alat penghisap
untuk membersihkan hidung dari bekuan darah.
Kemudian tampon kapas yang telah dibasahi dengan adrenalin
1/10.000 dan lidocain atau pantocain 2 % dimasukkan ke dalam
rongga hidung, untuk menghentikan perdarahan dan
mengurangi rasa nyeri pada waktu tindakan-tindakan
selanjutnya. Tampon ini dibiarkan selama 3-5 menit. Dengan
cara ini dapatlah ditentukan apakah sumber perdarahan
letaknya di bagian anterior atau posterior

Menghentikan
perdarahan

Perdarahan posterior :
dicari sumber perdarahan dengan rinoskopi

anterior. Untuk menanggulangi perdarahan


posterior dilakukan pemasangan tampon
posterior, yang disebut tampon Bellocq.
Tampon terbuat dari kasa padat berbentuk
bulat atau kubus berdiameter kira-kira 3 cm.
Pada tampon ini terdapat 3 buah benang,
yaitu 2 buah pada satu sisi dan sebuah pada
sisi lainnya. Tampon harus dapat menutupi
koana (nares posterior).

Mencegah komplikasi
Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat

langsung dari epistaksis sendiri atau sebagai


akibat usaha penanggulangan epistaksis.
Sebagai akibat perdarahan yang hebat dapat
terjadi syok dan anemia. Turunnya tekanan
darah mendadak dapat menimbulkan
iskemia serebri, insufisiensi koroner dan
infark miokard, sehingga dapat
menyebabkan kematian. Dalam hal ini
pemberian infusi atau transfusi darah harus
dilakukan secepatnya.

Interpretasi dari pemeriksaan


awal
Pemeriksaan pertama

Pasien sadar
Tanda vital:
RR 24x/min normal (16-24)
Nadi 98x/min normal (80-100)
TD 130-90 normal
GCS 15 normal
Skor GCS 14-15 cedera kepala ringan
9-13 cedera kepala sedang
< 8 cedera kepala berat

* Pada keadaan diatas, pasien masih dalam batas normal,


menandakan bahwa dampak dari trauma kepala yang dialami
pasien masih bisa dikompensasi oleh tubuhnya, mengingat
otak memiliki mekanisme autoregulasi apabila terjadi
penigkatan TIK oleh karena perdarahan ataupun masa lainnya.
Selain itu juga, sesuai dengan doktrin monro-kellie, apabila
terjadi peningkatan TIK akibat perdarahan, maka TIK yang
meningkat tsb akan dikompensasi dengan cara mengurangi
volume CSS, sehingga peningkatan tsb masih bisa teratasi

Anatomi dan Fisiologi (TIK, CSF,


dan perdarahan)
Anatomi
Kulit kepala (scalp)
Tulang tengkorak
Meningen
Otak
Cairan serebrospinalis
Tentorium
Vasa Darah Otak

Fisiologi Kepala
Tekanan Intrakranial
Tekanan intrakranial (TIK) dipengaruhi oleh volume

darah intrakranial, cairan secebrospinal dan parenkim


otak

Doktrin Monro-Kellie
Konsep utamanya adalah bahwa volume intrakranial
harus selalu konstan, konsep ini dikenal dengan Doktrin
Monro-Kellie.

Aliran darah ke otak


Aliran darah otak (ADO) normal ke dalam otak pada

orang dewasa antara 50-55 ml per 100 gram jaringan


otak per menit

Interpretasi dari data


tambahan
Kepala:

Luka terbuka ukuran 4x9 cm, tepi luka tidak rata pada

pelipis kanan dengan dasar tulang terlihat

Menandakan suatu trauma tumpul pada kepala, kemungkinan

mengenai area temporalis


Trauma tumpul kepala kerusakan jaringan terjadi sewaktu
energy/ kekuatan akibat trauma diteruskan ke otak energy
diserap oleh lapisan pelindung otak yaitu rambut, kulit kepala, &
tengkorak (kerusakan jaringan pelindung otak, dasar tulang
terlihat) trauma hebat penyerapan tidak cukup untuk
melindungi otak sisa energy diteruskan ke otak

Hematoma pada rim orbita mata sebelah kanan

menandakan terjadi trauma langsung pada mata


(kontusio fasialis, blow out fracture dmn terjadi fraktur pd
tulang2 yg membentuk dasar orbita (os.zygomaticus,
fraktur Le fort tipe II atau III, dan fraktur dinding medial/
sekeliling orbita))
Fraktur robeknya PD darah cenderung mengalir &
berkumpul pada jaringan ikat yang longgar
hematoma rim orbita
Deformitas pada hidung disertai perdarahn pada hidung
sebelah kanan terjadi trauma pada hidung yang
mengakibatkan robeknya PD epistaksis

Trauma Kapitis
Cedera kepala atau yang disebut dengan trauma

kapitis adalah ruda paksa tumpul/tajam pada


kepala atau wajah yang berakibat disfungsi
cerebral sementara
KLASIFIKASI CEDERA KEPALA
Berdasarkan mekanismenya cedera kepala dibagi

atas;
1. Cedera kepala tumpul;
2. Cedera tembus;

Berdasarkan morfologinya cedera kepala

dikelompokkan menjadi;
1. Fraktur tengkorak;
2. Lesi intrakranial;

PEMBAGIAN CEDERA
KEPALA
Simple Head Injury

Diagnosa simple head injury dapat

ditegakkan berdasarkan:
Ada riwayat trauma kapitis
Tidak pingsan
Gejala sakit kepala dan pusing

Umumnya tidak memerlukan perawatan

khusus, cukup diberi obat simptomatik dan


cukup istirahat.

Commotio Cerebri
Commotio cerebri (geger otak) adalah keadaan

pingsan yang berlangsung tidak lebih dari 10 menit


akibat trauma kepala, yang tidak disertai kerusakan
jaringan otak.
Pasien mungkin mengeluh nyeri kepala, vertigo,
mungkin muntah dan tampak pucat, mungkin
terdapat amnesia retrograde, yaitu hilangnya ingatan
sepanjang masa yang terbatas sebelum terjadinya
kecelakaan. Amnesia ini timbul akibat terhapusnya
rekaman kejadian di lobus temporalis.
Contusio Cerebri
Pada contusio cerebri (memar otak) terjadi

perdarahan-perdarahan di dalam jaringan otak tanpa


adanya robekan jaringan yang kasat mata, meskipun
neuron-neuron mengalami kerusakan atau terputus.

Laceratio Cerebri
Dikatakan laceratio cerebri jika kerusakan tersebut disertai

dengan robekan piamater. Laceratio biasanya berkaitan


dengan adanya perdarahan subaraknoid traumatika,
subdural akut dan intercerebral. Laceratio dapat
dibedakan atas laceratio langsung dan tidak langsung.
Fracture Basis Cranii
Fractur basis cranii bisa mengenai fossa anterior, fossa

media dan fossa posterior. Gejala yang timbul tergantung


pada letak atau fossa mana yang terkena.
Fraktur pada fossa anterior menimbulkan gejala:
Hematom kacamata tanpa disertai subkonjungtival bleeding
Epistaksis
Rhinorrhoe

Fraktur pada fossa media menimbulkan gejala:


Hematom retroaurikuler, Ottorhoe
Perdarahan dari telinga
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan X-foto

basis kranii.

PEMBAGIAN CEDERA KEPALA


BERDASARKAN BERATNYA
Cedera
GEJALA
Kepala Ringan (CKR) termasuk didalamnya Laseratio
dan Commotio Cerebri
Skor GCS 13-15
Tidak ada kehilangan kesadaran, atau jika ada tidak lebih dari 10

menit
Pasien mengeluh pusing, sakit kepala
Ada muntah, ada amnesia retrogad dan tidak ditemukan kelainan
pada pemeriksaan neurologist.
Cedera Kepala Sedang (CKS)

Skor GCS 9-12


Ada pingsan lebih dari 10 menit
Ada sakit kepala, muntah, kejang dan amnesia retrogad
Pemeriksaan neurologis terdapat lelumpuhan saraf dan anggota

gerak.

Cedera Kepala Berat (CKB)

Skor GCS <8


Gejalnya serupa dengan CKS, hanya dalam tingkat yang lebih berat
Terjadinya penurunan kesadaran secara progesif
Adanya fraktur tulang tengkorak dan jaringan otak yang terlepas.

Mengapa terdapat interval sadar


tidak sadar yang terjadi pada
Tekanan intrakranial di pengaruhi oleh:
pasien
Volume vena
Volume arteri
Isi otak
CSF

Konsep utama: volume intrakranial harus selalu

konstan
Trauma kepalahipoksia sesaat di otakpingsanada
kompensasi peningkatan simpatisaliran darah lancar
kembalisadarseiring waktu,darah makin
menumpukpengurangan CSFperdarahan
berlanjutpengurangan volume venaCSF trus keluar,
volume vena habisvolume arteri di kurangipenurunan
oksigenasi di otakhipoksiatidak sadar kembali
Interval sadar tidak sadar disebut juga dengan interval
Lucid (Lucids interval)

Manajemen lanjutan
Cedera kepala sedang
Saat diterima di UGD (pasien umumnyamasih mampu

menuruti perintah sederhana, namun biasanya tampak


bingung atau mengantuk dan dapat disertai deficit
neurologis fokal
Tahapan:
anamnesis singkat
Segera lakukan stabilisasi kardiopulmoner (nilai ABC)
Pemeriksaan lanjutan Pemeriksaan neurologis
CT scan kepala harus selalu dilakukan dan segera menghubungi ahli

bedah saraf
Penderita harus dirawat di ruang perawatan intensif atau yang

setara, dimana observasi ketat dan pemeriksaan neurologis


serial dilakukan selama 12-24 jam pertama.
Pemeriksaan CT scan lanjutan dalam 12-24 jam
direkomendasikan bila hasilnya abnormal atau terdapat
penurunan status neurologis penderita

Anatomi dan Fisiologi


Antebrachii dextra
Antebrachii terdiri atas dua buah tulang parallel yang

berbeda panjang bentuknya ; os radius dan os ulna.


Disebelah proksimal membentuk tiga persendian
sedangkan sebelah distal dua persendian.
Tulang radius, lebih pendek daripada ulna, bentuk
lebih melengkung dan bersendi dengan os ulna pada
bagian proksimal dan distal radio-ulnar joint yang
bersifat rotator.
Antara kedua tulang ini juga dihubungkan oleh
membran interroseus, suatu jaringan fibrous yang
berjalan abliq dari ulna ke radius. Membran ini
berfungsi merotasikan tulang radius terhadap os ulna,
yang menghasilkan gerakan pada lengan bawah
Muskuli antebrachii dapat dikelompokan, muskuli
kompartemen antrior dan posterior.

NO

FUNGSI

MUSKULUS

Fleksor elbow

m. brachialis, m. Biceps, m. Brachioradialis

Ekstensor elbow

m. triceps, m. Anconeus

Supinator elbow

m. supinator, m. Biceps

Pronator elbow

m. pronator teres, m. Pronator guadratus

Fleksor

m. fleksor carpi radialis, m. Fleksor carpi

pergelangan

ulnaris

tangan
6

Ekstensor

m. ekstensor carpi radialis longus dan

pergelangan

brevis,

tangan

m. Ekstensor carpi ulnari

Interpretasi dari data


tambahan
Interpretasi Pada inspeksi:

* deformitas
Adalah perubahan bentuk atau malformasi.
Hal ini disebabkan traumanya yang secara langsung

membuat kerusakan di antebrachiinya.

* edema
Adalah pengumpulan cairan di ruang interseluler tubuh.
Hal ini disebabkan karena obstruksi yang terjadi akibat

fraktur antebrachii

* hematoma
Adalah pengumpulan darah yang terlokalisasi.
Hal ini disebabkan karena penggumpalan yang terjadi pada

rongga akibat pecahnya pembuluh darah akibat fraktur


atau trauma yang dialaminya.

Pada palpasi:

* krepitasi
adalah suara yang terdengar seperti lemparan garam

yang dimasukkan ke dalam api. Hal ini disebabkan


suara yang tercetus dari gesekan kedua ujung tulang
yang patah karena fraktur yang dialaminya.

* nyeri tekan
Nyeri tekan disebabkan karena rangsangan sensoris

akibat fraktur yang mengenai saraf-saraf nyeri di


tangannya.

Pada range of motion:

* pergerakan pasif dan aktif terhambat


Hal ini disebabkan karena nyeri dan deformitas yang

dialaminya.

Pemeriksaan tambahan untuk


fraktur antebrachii dextra
Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai

fraktur, harus mengikuti aturan role of two


Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
Pemeriksaan laboratorium, meliputi:

Darah rutin,
Faktor pembekuan darah,
Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan operasi),
Urinalisa,
Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin untuk kliren

ginjal).

Pemeriksaan arteriografi dilakukan jika dicurigai telah terjadi

kerusakan vaskuler akibat fraktur tersebut.


Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi )
atau menrurun ( perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ
jauh pada trauma multiple)
Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah
trauma.

Interpretasi dari pemeriksaan


kedua
Pasien tidak sadar (GCS : E2M4V4)
GCS = 10 Interpretasi : Cedera otak sedang
TD : 150/90 mmHg terjadi tekanan darah terjadi

karena vasokontriksi arteri untuk mengurangi volume isi


darah ke otak
Nadi : 60x/menitnormal tapi lemah
Respirasi : 32x/menit terjadi pernafasan, mungkin
akibat kompensasi keadaan kekurangan O2 di otak
Stridor (+) pada pasien tak sadar biasanya terjadi akibat
obstruksi saluran nafas parsial karena lidah yang jatuh ke
belakang
Pupil anisokor kanan midriasis kiri miosisterjadi lateralisasi,
berarti gangguan di otak hanya pada satu sisi, karena yang
midriasis sebelah kanan berarti yang rusak mata sebelah
kananotak yang rusak bagian kiri

Jenis pemeriksaan

Nilai

Respon buka mata (Eye opening, E)


-Spontan

-Terhadap suara

-Terhadap nyeri

-Tidak ada

Respon motorik terbaik (M)


-Ikut perintah

-Melokalisir nyeri

-Fleksi normal (menarik anggota yang dirangsang)

-Fleksi abnormal (dekortikasi)

-Ekstensi abnormal (deserebrasi)

-Tidak ada (flasid)

Respon verbal (V)


-Berorientasi baik

-Berbicara mengacau (bingung)

-Kata-kata tidak teratur

-Suara tidak jelas

-Tidak ada

Tatalaksana Lanjutan
Cedera Kepala

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pemeriksaan lanjutan:
Pemeriksaan umum untuk menyingkirkan kemungkinan adanya cedera sistemik.
Pemeriksaan neurologis.
Pemeriksaan darah untuk menentukan kadar alkohol, pemeriksaan urine.
Pemeriksaan x-foto kepala
Pemeriksaan x-foto vertebra servikal dan lain-lain bila memang diperlukan.
Pemeriksaan CT-scan

Pengobatan medikamentosa :

1. Decardon (deksametason) : bolus 10 mg i.v, disusul 4 mg tiap 6 jam.


2. Antikonvulsan : bolus 500 mg i.v. dalam 10 menit disusul dengan 100 mg
tiap 8 jam
selama 1 tahun
Penanganan darurat :
Dekompresi dengan trepanasi sederhana
Kraniotomi untuk mengevakuasi hematom
Terapi medikamentosa
Elevasi kepala 300 dari tempat tidur setelah memastikan tidak ada cedera
spinal atau gunakan posisi trendelenburg terbalik untuk mengurang tekanan
intracranial dan meningkakan drainase vena.

Terapi Operatif

Operasi di lakukan bila terdapat : (15)


Volume hamatom > 30 ml ( kepustakaan lain > 44 ml)
Keadaan pasien memburuk
Pendorongan garis tengah > 3 mm
Indikasi operasi di bidang bedah saraf adalah untuk life
saving dan untuk fungsional saving. Jika untuk keduanya
tujuan tersebut maka operasinya menjadi operasi
emergenci. Biasanya keadaan emergenci ini di sebabkan
oleh lesi desak ruang.
Indikasi untuk life saving adalah jika lesi desak ruang
bervolume :
> 25 cc = desak ruang supra tentorial
> 10 cc = desak ruang infratentorial
> 5 cc = desak ruang thalamus

Sedangakan indikasi evakuasi life saving adalah efek

masa yang signifikan :

Penurunan klinis
Efek massa dengan volume > 20 cc dengan midline shift > 5
mm dengan penurunan klinis yang progresif.
Tebal epidural hematoma > 1 cm dengan midline shift > 5
mm dengan penurunan klinis yang progresif.

Fraktur antebrachii dextra


Penatalaksanaan fraktur mengacu kepada empat tujuan utama yaitu:

1.
2.
3.
4.

Mengurangi rasa nyeri,


Mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.
Membuat tulang kembali menyatu
Mengembalikan fungsi seperti semula

Imobilisasi dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan atrofi otot dan

kekakuan pada sendi. Maka untuk mencegah hal tersebut diperlukan upaya mobilisasi
1. Fraktur Reduction
Manipulasi atau penurunan tertutup, manipulasi non bedah penyusunan kembali
secara manual dari fragmen-fragmen tulang terhadap posisi otonomi
sebelumnya.
Penurunan terbuka merupakan perbaikan tulang- terusan penjajaran insisi
pembedahan, seringkali memasukkan internal viksasi terhadap fraktur dengan
kawat, sekrup peniti plates batang intramedulasi, dan paku. Type lokasi fraktur
tergantung umur klien.
Peralatan traksi :
Traksi kulit biasanya untuk pengobatan jangka pendek
Traksi otot atau pembedahan biasanya untuk periode jangka panjang.
2. Fraktur Immobilisasi
Pembalutan (gips)
Eksternal Fiksasi
Internal Fiksasi
Pemilihan Fraksi
3. Fraksi terbuka
Pembedahan debridement dan irigrasi
Imunisasi tetanus
Terapi antibiotic prophylactic
Immobilisasi (Smeltzer, 2001)

Rujukan, Komplikasi, dan


Prognosis
Rujukan : setelah kondisi pasien stabil

rujuk ke dokter spesialis bedah saraf dan


dokter spesialis bedah ortopedi
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat
Komplikasi umum Cedera Kepala :
Jangka pendek :
Hematom Epidural
Hematom subdural
Perdarahan Intraserebral
Oedema serebri

Fraktur antebrachii

Kompikasi Umum :
Syok hipovolemia (karena perdarahan yang banyak), syok
neurogenik (karena nyeri yang hebat), koagulopati diffus,
gangguan fungsi pernafasan.
Komplikasi Lokal :
Infeksi, terutama pada kasus fraktur terbuka.
Osteomielitis yaitu infeksi yang berlanjut hingga tulang.
Atropi otot karena imobilisasi sampai osteoporosis.
Delayed union yaitu penyambungan tulang yang lama.
Non union yaitu tidak terjadinya penyambungan pada tulang yang

fraktur.
Artritis supuratif, yaitu kerusakan kartilago sendi.
Dekubitus, karena penekanan jaringan lunak oleh gips.
Lepuh di kulit karena elevasi kulit superfisial akibat edema.
Terganggunya gerakan aktif otot karena terputusnya serabut otot,
Sindroma kompartemen karena pemasangan gips yang terlalu
ketat sehingga mengganggu aliran darah.

Prognosis :
bergantung cepat dan tepatnya tindakan yang

diberikan, dan juga :


Lokasinya ( infratentorial lebih jelek )
Besarnya
Kesadaran saat masuk kamar operasi.

Jika ditangani dengan cepat, prognosis

hematoma epidural biasanya baik, karena


kerusakan otak secara menyeluruh dapat
dibatasi. Angka kematian berkisar antara 7-15%
dan kecacatan pada 5-10% kasus. Prognosis
sangat buruk pada pasien yang mengalami
koma sebelum operasi.

Pertanyaan
Delfa:
Deformitas hidung: fraktur? Tampon?
Pingsan: hipoksia pd trauma; penyebab lain?

Tiar:
HR turun tp tekanan darah naik?

Rara:
Biomekanika: bgmn bs menyebabkan gejala?
GCS yg k 2: V4: lidah tdak tdorong kblkg tp

kok stridor?
Prognosis bgmn?

Anda mungkin juga menyukai