Anda di halaman 1dari 11

RAFIKA MONALISA

04071001074
1. Mengapa progresivitas gejalanya (menarik diri dari social & memilih utk tetap
tinggal di kamarnya sepanjang hari) semakin memburuk?
Ny. Cek Noni memiliki kepribadian schizoid yang merupakan kepribadian prepsikotik
dengan ciri: menarik dirinya, kekakuan social, sangat pemalu dan mengalami kesulitan di
sekolah walaupun IQ-nya normal.Kepribadiannya ini akan semakin memperburuk skizofrenia
yang ia alami.
Diawali dengan Fase Residual yaitu gejala yang ringan, seperti mengisolasi dirinya,
menarik diri dan aneh. Pasien ini akan kehilangan pekerjaan dan teman karena hilangnya
minat, tidak mampu berbuat sesuatu, bicara tidak jelas, dan karena sikapnya aneh.
Penampilan dan tingkah lakunya juga mengalami kemunduran, afek menjadi tumpul, datar
atau tidak serasi, dan anhedonia (tidak mampu merasa senang). Gejala ini akan mengalami
deteriorasi yaitu perburukan yang bertahap dari kondisi bertahun-tahun, yang didahului
periode perilaku dan pikiran. (David A. Tomb)
Selain itu, tidak adanya interaksi sosial antara masyarakat dan pasien skizofrenia juga
disebabkan karena hubungan antar manusia mungkin menakutkan bagi penderita, dia akan
mengalami stress saat berhubungan interpersonal.
Kesulitan psikologis dan neurofisiologis ini yang menciptakan masalah bagi
kebanyakan orang dalam hubungan yang erat dengan pasiek skizofrenik. Oleh karena itu,
pasien memilih untuk menyendiri. (Kaplan Sadock)
2. Apa dampak setelah 2 tahun mengalami perubahan tingkah laku?
Menurut peneliti (^ Velligan DI and Alphs LD (March 1, 2008). "Negative Symptoms
in Schizophrenia: The Importance of Identification and Treatment". Psychiatric Times
25 (3). http://www.psychiatrictimes.com/schizophrenia/article/10168/1147581.), dari
beberapa gejala negatif yang dialami Cek noni, spt alogia (miskin pembicaraan),
anhedonia (tidak mampu merasa senang), afek datar, asosial (kurang minat untuk
berinteraksi), & avolition (kurang motivasi), akan berdampak:
Menurunnya kualitas hidup
Disabilitas fungsional
Beban pada orang lain dibandingkan gejala positif (halusinasi, waham
(delusi), aneh, thought disorder)

3. Apa penyebab Halusinasi ?


4. Mekanisme progresivitas halusinasi?
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana
terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan
tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari dalam
diri individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata,
yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan (Nasution, 2003).
Halusinasi pendengaran adalah kondisi dimana pasien mendengar suara,
terutamanya suarasuara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

Penyebab
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitianpenelitian yang berikut:
Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan

limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.


Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan
dan gangguan system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya

skizofrenia.
Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks
bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi
otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).

2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
hidup klien.
3). Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan
yang terisolasi disertai stress.

Teori dasar halusinasi :


1. Topological theories
Menjelaskan bahwa halusinasi timbul akibat ketidak-normalan
aktivitas otak. Sebagai contoh, pada halusinasi auditori terjadi aktivasi
abnormal pada regio visual dan auditori otak. Stimulasi elektrik juga
dapat menimbulkan keabnormalan aktivitas otak seperti yang terjadi
pada evaluasi presurgical pada pasien epilepsy.
2. Hodological theories
Teori ini menekankan bahwa halusinasi dapat timbul akibat perubahan/
gangguan pada jalur koneksi antar region otak. Sebagai contoh, pada
pasien schizophrenia studi brain imaging menemukan perubahan dan
gangguan pada aktivitas di jalur koneksi pada lobus frontalis dan
temporalis.
3. Ffytche hypothesis
Ffytche menyimpulkan bahwa halusinasi tidak dapat timbul melalui
mekanisme hodological atau topological yang berdiri sendiri,
halusinasi dapat timbul bila terdapat kombinasi antara kedua teori itu.

Penjelasan lain:
Halusinasi merupakan gejala psikotik dan dapat sebagai akibat dari intoksikasi obatobatan tertentu. Kraepelin mempostulasikan adanya abnormalitas lobus

temporalis (area Wernicke) pada pasien yang mengalami skizofrenia.


Beberapa peneliti lain meyakini keterkaitan antara ukuran lobus temporalis dengan
angka kejadian halusinasi auditori. Pada lobus temporalis yang lebih kecil,

kemungkinan untuk mengalami halusinasi auditori lebih besar.


Terdapat suatu teori yang dikenal dengan nama Hipotesis Dopamin Skizofrenia,
menyatakan bahwa terdapat aktivasi berlebihan dari reseptor D2 yang menyebabkan

(gejala positif) skizofrenia


Terjadi kelainan Potensial Cetusan (Evoked Potential) P 300 (pengukuran dengan
QEEM). Gelombang P 300 terjadi kira-kira 300 milidetik setelah stimulasi sensorik
dideteksi di struktur system limbic dari lobus temporalis medial. Pada pasien
skizofrenik, gelombang P 300 lebih kecil dan lebih lambat, hal tsb dapat
menimbulkan keadaan fenomena atau suatu sifat fenomena (halusinasi auditorik),
namun masih controversial.

Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus
asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1). Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2). Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3). Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

Gejala Halusinasi
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai berikut:
Bicara sendiri.
Senyum sendiri.
Ketawa sendiri.
Menggerakkan bibir tanpa suara.
Pergerakan mata yang cepat
Respon verbal yang lambat
Menarik diri dari orang lain.
Berusaha untuk menghindari orang lain.

Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.


Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
Sulit berhubungan dengan orang lain.
Ekspresi muka tegang.
Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
Tampak tremor dan berkeringat.
Perilaku panik.
Agitasi dan kataton.
Curiga dan bermusuhan.
Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
Ketakutan.
Tidak dapat mengurus diri.
Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003), seseorang yang
mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu:
Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
Gerakan mata abnormal.
Respon verbal yang lambat.
Diam.
Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya peningkatan

nadi, pernafasan dan tekanan darah.


Penyempitan kemampuan konsentrasi.
Dipenuhi dengan pengalaman sensori.
Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan

realitas.
Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya daripada

menolaknya.
Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
Berkeringat banyak.
Tremor.
Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
Perilaku menyerang teror seperti panik.
Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi.
Menarik diri atau katatonik.
Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks.

Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.

Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2007) halusinasi terdiri dari tujuh jenis.
1. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien,
bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami
halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien
disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
2. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun,
bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenangkan atau
menakutkan seperti melihat monster.
3. Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan
yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang,
atau demensia.
4. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
5. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6. Cenestetik
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan
atau pembentukan urine.
7. Kinistetik
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

Tahapan halusinasi
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan Laraia (2001) dan setiap
fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:
1. Fase I : Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah
dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk
meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.
2. Fase II : Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali

dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang

dipersepsikan. Di sini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat


ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan
tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk
membedakan halusinasi dengan realita.
3. Fase III : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah

pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain,
berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam
kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
4. Fase IV : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah

halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu
berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1
orang. Kondisi klien sangat membahayakan.

Rentang Respon Halusinasi.


Menurut Stuart dan Laraia (2001), halusinasi merupakan salah satu respon
maladaptif individu yang berada dalam rentang respon neurobiologi. Rentang respon

tersebut digambarkan pada gambar 2 di bawah ini.


Rentang respon neurobiologi pada gambar 2 dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pikiran logis: yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang
didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada

di dalam maupun di luar dirinya.


Emosi konsisten: yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar disertai

banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.


Perilaku sesuai: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalah

masih dapat diterima oleh norma-norma social dan budaya umum yang berlaku.
Hubungan social harmonis: yaitu hubungan yang dinamis menyangkut hubungan

antar individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk kerjasama.
Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi impuls eksternal
melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu di

otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya.
Emosi berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar berlebihan

atau kurang.
Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma norma social atau budaya
umum yang berlaku.

Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya

umum yang berlaku.


Menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,

menghindari hubungan dengan orang lain.


Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam berinteraksi.

Jenis halusinasi dengar ditentukan oleh tipe kepribadian dan gangguan mental pasien.
Sebagai contoh, command hallucination merupakan bentuk perwujudan isi hati dan
ketakutan pasien ketika bersosialisasi, sifat over-sensitive terhadap tanggapan orang
lain yang belum tentu negative dan kecendrungan untuk menyalahkan diri sendiri
akan kegagalannya dalam bergaul.

Suara serta jenis kata-kata yang muncul pada saat halusinasi diduga ditentukan oleh
memory pasien, segala macam memori kejadian, memori suara yang pernah didengar
pasien ter-recall kembali pada saat serangan.

Namun jenis command yang muncul dapat juga diciptakan oleh pasien sendiri tanpa
adanya suatu memori command tersebut.

Dampak dari halusinasi suara berbentuk command adalah tekanan terhadap perintah tersebut
sehingga penderita yang tidak tahan dengan tekanan tersebut akan melakukan hal yang
diperintahkan, atau berusaha melakukan hal-hal untuk menghentikan tekanan dari halusinasi
suara, seperti pada kasus dimana Cek Nonik berusaha untuk bunuh diri.
DETERIORASI
Hal ini terjadi karena adanya overaktifitas dari dopamine yang mempengaruhi
reseptor dopamine di daerah mesocortical yang berkaitan dengan timbulnya gejala negative
tersebut.

Neuromekanisme

Neuromekanisme yang dapat menyebabkan penurunan kemampuan cognitive


pada Cek Noni meliputi

a. Acetylcholine & Nicotine

Neurotransmiter ini berperan penting bagi fungsi belajar, ingatan jangka


pendek, rasa semangat, dan kemampuan cognitive lain.

Kekurangan atau gangguan pada sistem kolinergik yang menye- babkan


penurunan fungsi acetylcholine akan menyebabkan fungsi cognitive seseorang
juga menurun.

Pada studi post-mortem pasien schizophrenia ditemukan penurunan reseptor


muscarinic dan nikotinik pada caudate-putamen, hippocampus, dan beberapa
region pada korteks prefrontal. Reseptor-reseptor ini berperan penting dalam
regulasi sistem neurotransmitter termasuk fungsi cognitive, sehingga
dihipotesiskan bahwa deteriorasi pada pasien schizophrenia, salah satunya,
disebabkan adanya gangguan sistem kolinergik ini.

b. Serotonin

Terdapat 2 jalur serotonergic utama yang terganggu pada pasien schizophrenia:

Projeksi dari dorsal raphe nuclei ke substantia nigra

Projeksi dari rostral raphe nuclei naik menuju cerebral cortex, region limbic
dan basal ganglia.

Up regulasi dari jalur-jalur ini mengakibatkan hypofungsi dari sistem dopaminergic,


dan menyebabkan gejala-gejala penurunan intelejensia dan symptom negative pada
pasien schizophrenia.

c. Dopamin

Dopamine merupakan suatu neurotransmitter yang memiliki 4 cabang utama jalur


dopaminergic, yaitu :

jalur nigrostriatal, yang berkaitan dengan inisiasi pergerakan, motor control,


koordinasi sensorimotor dan kebiasaan.

Jalur mesolimbic, yang memegang peranan dalam fungsi cognitiv dan


minimal pada fungsi motivational. Di jalur mesolimbic inilah yang berkaitan
dengan halisinasi, delusi, depresi.

mesocortical, berperan dalam attenti- on, motivasi individu, dan sistem


reward. Ada gangguan pada jalur ini dapat menimbulkan gangguan berupa
inkoherensi, disorganized speech.

tuberoinfundibular, berkaitan dengan pengaturan pereleasean prolaktin.

Sumber:
A. David, Tomb. 2009.
Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-halusinasi/

Kaplan Sadock. 2009. Psikologi.


Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga University Press.
Stuart dan Laraia. (2001). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6. St. Louis:
Mosby Year Book.

*utk yg mbwt laporan: tlg lengkapi penulisan referensi A.David Tomb & Kaplan Sadock yo..
tenkyu

Anda mungkin juga menyukai