Anda di halaman 1dari 49

BAB II

PRESTASI BELAJAR DAN PEMBIASAAN HAFALAN


SURAT-SURAT PENDEK

A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat bergantung pada proses yang dialami siswa, baik ketika ia
berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.
Selanjutnya sebagai landasan untuk memberikan pemahaman yang
lebih teoritis beberapa definisi tentang belajar sebagai berikut:
a. Chaplin dalam Dictionary Of Psychology mengatakan: belajar adalah
perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat
latihan dan pengalaman.1
b. Witherington dalam buku Educational Psychology mengemukakan:
belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Rosda Karya,

1997), 9.

16

17

diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.2
c. Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk
mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.3
Dari beberapa definisi belajar di atas dapat dipahami ada tiga pokok
pikiran yang tidak dapat dipisahkan yakni:
a. Bahwa belajar itu membawa perubahan.
b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan
baru.
c. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).
2. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar terbentuk dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar,
dan kata tersebut memiliki arti yang berbeda. Berdasarkan pengertian yang
terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): prestasi adalah hasil
yang dicapai dari apa yang dilakukan atau dikerjakan.4
Menurut W. J. S Purwodarminto, prestasi adalah hasil yang telah
dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).

2
3

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Remaja Rosda Karya, 2002), 112.
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha Nasional,

1994) 21.

Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI (Jakarta: Balai Pustaka, 1989).

18

Menurut Masum Khasan Abdul Qahar, prestasi adalah apa yang telah
diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh
dengan jalan keuletan kerja.5
Sementara menurut Nasrun Harahap dan kawan-kawan, prestasi adalah
penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang
berkenaan dengan penguasaan bahasa pelajaran yang disajikan kepada mereka
serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum, baik secara individual maupun
kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.6
Dari beberapa pengertian di atas diketahui bahwa prestasi adalah hasil
dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati
yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun
kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.
Sedangkan yang dimaksud belajar akan dikemukakan beberapa
definisi, di antaranya:
a. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, belajar adalah suatu aktifitas yang
dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan
yang telah dipelajari.7
b. Menurut Gagne, dalam buku the conditions of learning (1977) menyatakan
bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi

Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha Nasional,

1994), 21.
6
7

Ibid.
Ibid.

19

ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya


berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu dari waktu sesudah ia
mengalami situasi tadi.8
c. Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.9
Dari berbagai pengertian prestasi dan belajar maka dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesankesan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam diri individu sebagai
hasil dari aktifitas belajar.
3. Indikator Prestasi Belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap
ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar.10
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa
adalah dengan mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya
prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan
atau diukur.

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 84.


Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 13.
10
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, 150.
9

20

Guru sebagai perancang belajar mengajar dituntut untuk menguasai


taksonomi hasil belajar yang selama ini dijadikan pedoman dalam perumusan
tujuan instruksional yang tidak asing lagi bagi setiap guru. Hanya saja
masalahnya bagaimana implikasinya dalam perencanaan belajar mengajar
dalam bentuk satuan pelajaran.11
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional menggunakan klasifikasi hasil
belajar dari Benyamin Bloom, yang secara garis besar membaginya menjadi
tiga ranah, yakni domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.12
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sistesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif rendah
dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek
yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian organisasi dan internalisasi.
Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik yakni:
a. Gerakan refleks.
b. Ketrampilan gerakan dasar.
c. Kemampuan perseptual.

34.

11

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998),

12

Ibid., 34.

21

d. Keharmonisan atau ketepatan.


e. Gerakan ketrampilan kompleks.
f. Gerakan ekspresif dan interpretatif.
Dalam proses belajar mengajar di sekolah saat ini, tipe hasil belajar
kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang
afektif dan psikomotorik. Sekalipun demikian tidak berarti bidang afektif dan
psikomotorik diabaikan sehingga tidak perlu dilakukan penilaian.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Seseorang yang mengalami proses belajar, agar berhasil tujuan yang
diharapkan maka perlu diperhatikan faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar itu sendiri, juga untuk meningkatkan mutu pendidikan perlu
dilaksanakan pembinaan bidang studi.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar itu dapat
dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor intern yaitu faktor yang ada dalam
diri individu yang sedang belajar dan faktor ekstern yaitu faktor yang ada di
luar individu.
a. Faktor intern
Faktor intern yaitu hal-hal atau keadaan yang muncul dari dalam
diri siswa.13

13

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 173.

22

Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak didik dibedakan


menjadi dua, pertama yakni dari segi fisiologis, yang mencakup kondisi
fisik (tonus jasmani) dan kondisi panca indera (fungsi-fungsi panca
indera). Kedua yakni dari segi psikologis yang mencakup bakat, minat,
kecerdasan, motivasi, kemampuan kognitif, pribadi, latihan dan ulangan.14
1) Faktor-faktor fisiologis, yang masih dibedakan lagi menjadi dua yakni
tonus jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis
tertentu.15
Tonus jasmani ini dipengaruhi oleh cukup atau tidaknya nutrisi
yang ada, juga dipengaruhi oleh penyakit-penyakit kronis yang sangat
mengganggu, misalnya sakit gigi, influensa, batuk, dan lain-lain.16
Kalau demikian yang dimaksud dengan tonus jasmani, maka
yang dimaksud dengan fungsi-fungsi jasmani tertentu adalah keadaan
fungsi-fungsi panca indra.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa panca indera yang
normal, dibanding dengan yang kurang normal, pasti akan mempunyai
pengaruh yang berbeda-beda terhadap hasil belajar yang dicapai
(prestasi).

14

Mahfudh Shalahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), 251.
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), 21.
16
Sumadi Surya Subrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), 251.
15

23

2) Faktor-faktor psikologis
Faktor ini mencakup minat, kecerdasan, bakat, motivasi,
kemampuan kognitif, pribadi, latihan dan ulangan.
a) Minat
Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap
sesuatu.17 Minat seseorang terhadap sesuatu, tergolong menjadi
dua, pertama minat pembawaan yaitu minat yang dengan
berdasarkan bakat yang ada.18 Kedua minat yang muncul karena
adanya pengaruh-pengaruh dari luar. Misalnya minat seseorang
yang tumbuh adanya pengaruh-pengaruh, seperti lingkungan dan
kebutuhan.
Berkaitan dengan hal di atas, keahlian seseorang terhadap
sesuatu, juga akan menyebabkan timbulnya minat pada dirinya
terhadap sesuatu tersebut. Dan akan menyebabkan ia mudah
mempelajarinya dengan baik. Misalnya anak didik yang berpotensi
pada suatu pelajaran, maka dia akan sangat berminat untuk dapat
berhasil dalam mempelajari pelajaran tersebut.
b) Kecerdasan
Dapat atau tidaknya seseorang berhasil dalam mempelajari
sesuatu, juga ditentukan oleh tarap kecerdasannya. Hal ini terbukti

17
18

Dikpud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 583.


Mahfudh Shalahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan, 61.

24

dengan adanya kenyataan yang menunjukkan bahwa meskipun


anak yang berusia 14 tahun ke atas umumnya telah matang untuk
belajar ilmu pasti, tidak semua anak tersebut pandai dalam ilmu
pasti.19
Jika dapat dikatakan bahwa kecerdasan atau intelejensi
yang dimiliki anak didik, turut mempengaruhi hasil belajar yang
mereka capai.
c) Bakat
Bakat adalah kemampuan yang melekat pada diri seseorang
sejak lahir, atau kemampuan yang melekat padanya.20
Dalam kegiatan belajar mengajar, faktor bakat mempunyai
peranan yang sangat penting, sebab bakat yang dimiliki seseorang,
ikut menentukan terhadap berhasil atau tidaknya ia menempuh
studi ataupun meniti karir.
Maka dari itu untuk mencapai prestasi yang baik, perlu
adanya kesesuaian antara bakat dan minat seseorang, dan didukung
dengan sarana dan fasilitas yang memadai.
d) Motivasi
Motivasi

adalah

suatu

usaha

yang

disadari

untuk

menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang

19
20

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), 103.
Mahfudh Shalahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan, 62.

25

agar ia terdorong dan bertindak melakukan sesuatu sehingga


mencapai hasil atau tujuan tertentu.21
Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan motif dan
tujuan, sangat mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar.22
Motivasi dibedakan menjadi dua yaitu:
(1) Motivasi instrinsik yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri
siswa itu sendiri.
(2) Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang berasal dari luar diri
siswa.
Karena belajar adalah suatu proses yang timbul dari dalam
maka faktor motivasi memegang peranan pula. Jika guru atau
orang tua memberikan motivasi yang baik, maka timbullah dari
dalam diri anak suatu hasrat atau dorongan untuk belajar, begitu
pula sebaliknya.
Motivasi sosial dapat timbul pada anak dari orang-orang
lain di sekitar seperti tetangga, sanak saudara, teman bermain dan
teman-teman di sekolah, motivasi yang timbul dari dalam maupun
dari luar diri siswa tersebut akan berpengaruh pada prestasi belajar
siswa.

21
22

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, 73.


Wasti Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), 121.

26

Maka dari itu prestasi yang diperoleh oleh anak didik,


sedikit banyak akan dipengaruhi oleh adanya motivasi pada diri
anak didik.
e) Kemampuan Kognitif
Ranah kognitif merupakan salah satu dari tiga tujuan
pendidikan, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik.
Ranah kognitif merupakan penguasaan kemampuan pada tingkat
dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki
siswa.
Untuk memiliki kemampuan kognitif harus mampu
menguasai tiga kemampuan, yaitu: persepsi, mengingat, dan
berpikir. Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan
atau informasi ke dalam otak manusia.23 Melalui persepsi inilah
manusia

terus

menerus

mengadakan

hubungan

dengan

lingkungannya.
f) Pribadi
Setiap orang mempunyai sifat kepribadian masing-masing
yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Sedangkan sifat
kepribadian tiap individu memegang peranan penting dalam
belajar.24

23
24

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Pendidikan, 168.


Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, 104.

27

g) Latihan dan Ulangan


Menurut Wasty Soemanto latihan dan ulangan adalah
termasuk aktifitas belajar. Orang yang melaksanakan kegiatan
berlatih tentunya sudah mempunyai dorongan untuk mencapai
tujuan yang dapat mengembangkan sesuatu aspek pada dirinya.
Orang yang berlatih sesuatu tentunya menggunakan set tertentu
sehingga gerakan atau tindakannya terarah pada tujuan tertentu.25
b. Faktor ekstern
Faktor ekstern yaitu hal-hal atau keadaan yang muncul dari luar diri
siswa. Faktor ekstern ini meliputi:
1) Faktor keluarga atau keadaan rumah tangga
Faktor keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan
pertama.26 Faktor keluarga meliputi:
a) Cara mendidik anak
Orang tua yang tidak atau kurang memperhatikan
pendidikan anaknya misalnya: acuh tak acuh, tidak memperhatikan
kemajuan belajar anaknya, bersifat otoriter, hal ini akan
menyebabkan anak sulit untuk belajar.

25
26

161.

Wasti Soemanto, Psikologi Pendidikan, 107.


Ahmad Mudzakir, Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 1997),

28

b) Hubungan orang tua dan anak


Sifat hubungan orang tua dengan anak sering dilupakan.
Yang dimaksud hubungan adalah kasih sayang penuh pengertian
atau kebencian, sikap keras acuh tak acuh, dan lain-lain. Faktor ini
penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak dan
berpengaruh pada keberhasilan belajar anak.
c) Contoh atau bimbingan dari orang tua
Orang tua adalah contoh bagi anak-anaknya. Segala
perbuatannya, anak akan selalu mencontoh orang tuanya. Sikap
orang tua yang pemarah harus dibuang jauh-jauh.
d) Suasana rumah atau keluarga
Suasana keluarga yang ramai, gaduh, akan membuat anak
tidak dapat belajar dengan baik. Anak akan terganggu konsentrasi
belajar. Demikian pula suasana rumah yang tegang, selalu ada
konflik antar anggota keluarga.
e) Keadaan ekonomi keluarga
Faktor biaya merupakan faktor yang sangat penting.
Karena belajar dan kelangsungannya sangat memerlukan biaya.
Misalnya, untuk membeli alat-alat sekolah, uang sekolah, hal ini
akan sangat berpengaruh pada prestasi belajar siswa.

29

2) Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat
keberhasilan belajar, kualitas guru, metode pengajarnya kesesuaian
kurikulum

dengan

kemampuan

anak,

keadaan

fasilitas

atau

perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas,


pelaksanaan tata tertib sekolah turut mempengaruhi keberhasilan
belajar anak.
3) Masyarakat
Keadaan masyarakat yang menentukan prestasi belajar. Bila di
sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang
yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi
dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar.
4) Lingkungan Sekitar
Seorang anak dari keluarga yang baik, memiliki intelejensi
yang baik bersekolah di suatu sekolah yang keadaan guru-gurunya dan
alat-alatnya baik belum tentu pula dapat belajar dengan baik.27
Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting dalam
mempengaruhi prestasi belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah,
suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim.28

27
28

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, 105.


M. Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 59-60.

30

B. Metode Pembiasaan Hafalan Surat-surat Pendek


1. Pengertian Metode Pembiasaan
Secara etimologi pembiasaan asal katanya biasa. Dengan adanya
perfiks pe dan sufiks an menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan
dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu atau seseorang menjadi
terbiasa.29
Sedangkan kaitannya dengan metode pendidikan Islam, metode
pembiasaan merupakan sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan
peserta didik berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran
agama Islam.30
Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan Islam yang
sangat penting bagi anak yang berusia kecil, karena dengan pembiasaan itulah
akhirnya suatu aktifitas akan menjadi milik anak di kemudian hari.31
Pembiasaan yang baik akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian
baik, begitu pula sebaliknya pembiasaan yang buruk akan membentuk sosok
manusia yang berkepribadian buruk.
Menanamkan kebiasaan yang baik memang tidak mudah, dan kadangkadang makan waktu yang lama. Tetapi sesuatu yang sudah menjadi

29

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan, 110.


Ibid.
31
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2002), 71-72.
30

31

kebiasaan sukar pula untuk mengubahnya.32 Maka kebiasaan mempunyai


peranan penting dalam kehidupan manusia, karena ia menghemat banyak
sekali kekuatan manusia, karena sudah menjadi kebiasaan yang mudah
melekat dan dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan di lapangan-lapangan,
seperti untuk bekerja, memproduksi dan mencipta. Islam mempergunakan
kebiasaan itu sebagai salah satu tehnik pendidikan, lalu mengubah seluruh
sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan
tanpa susah payah, tanpa kehilangan banyak tenaga dan tanpa menemukan
banyak kesulitan.33
Pembiasaan dinilai sangat efektif jika penerapannya dilakukan
terhadap peserta didik yang berusia kecil. Karena memiliki rekaman
ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga
mereka lakukan sehari-hari. Oleh karena itu, sebagai awal dalam proses
pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam
menanamkan nilai-nilai moral ke dalam jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam
dalam dirinya ini kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya
semenjak ia mulai melangkah ke usia remaja dan dewasa.34

32
33

200.

34

Ibid.
Hamdani Ihsan, H Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2002),
Ibid.

32

Al-Qur'an sebagai sumber ajaran Islam, memuat prinsip-prinsip umum


pemakaian metode pembiasaan dalam proses pendidikan. Allah menurunkan
ayat yang berbunyi:

FHJL M NOPQ
TUV
WP X TJ\
O ] F^_ ` M T] Fab d
eg]O Thei Te
(43 : Tka] )...
F]F`M Tb
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu sholat, sedang
kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang
kamu ucapkan. (Q.S. An-Nisa : 43).35
Ayat tersebut memberikan penjelasan meminum khamar adalah
perbuatan dan kebiasaan yang tidak terpuji. Sebagian di antara kaum
muslimin telah menyadari dan membiasakan diri untuk tidak lagi meminum
minuman yang memabukkan. Namun masih ditemukan juga sebagian yang
lain yang sulit merubah kebiasaan tersebut sampai-sampai ingin melakukan
sholat pun mereka melakukan kebiasaan tersebut.
2. Tujuan Metode Pembiasaan
Di dalam kehidupan sehari-hari pembiasaan itu merupakan hal yang
sangat penting, tanpa pembiasaan maka hidup kita akan menjadi lambat sekali
sebab sebelum melakukan sesuatu kita harus memikirkan terlebih dahulu apa
yang kita lakukan.
Hal tersebut dibenarkan oleh Mahmud Yunus sebagaimana katanya:36

35
36

Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya (Jakarta, 2007), 85.


Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 184.

33

Sebenarnya manusia hidup di dunia ini menurut kebiasaan (adatnya),


penghidupan menurut adatnya, makan menurut adatnya, jujur atau khianatnya
menurut adatnya begitulah seterusnya. Sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan
akan sulit mengubahnya.
Maka dari itulah tujuan dari metode pembiasaan adalah agar siswa
memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih
tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu.
Dengan perkataan lain selaras dengan norma-norma dan tata nilai moral yang
berlaku, baik bersifat religius maupun tradisional dan kultural.37
3. Syarat-syarat Pemakaian Metode Pembiasaan
Ditinjau dari segi ilmu psikologi kebiasaan seseorang erat kaitannya
dengan figur yang menjadi panutan dalam perilakunya. Seseorang anak
terbiasa shalat karena orang tua yang menjadi figurnya selalu mengajak dan
memberi contoh kepada anak tersebut tentang shalat yang mereka laksanakan
setiap waktu shalat. Demikian pula kebiasaan-kebiasaan lainnya. Oleh karena
itu, apa syarat-syarat yang harus dilakukan dalam mengaplikasikan
pendekatan pembiasaan dalam pendidikan, antara lain:38
a. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat. Usia sejak bayi dinilai waktu
yang sangat tepat untuk mengaplikasikan pendekatan ini, karena setiap

37

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Integrasi dan


Kompetensi, Edisi Revisi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), 103.
38
Ibid., 114-115.

34

anak mempunyai rekaman yang cukup kuat dalam menerima pengaruh


lingkungan sekitarnya dan secara langsung akan dapat membentuk
kepribadian seseorang anak. Kebiasaan positif maupun negatif itu akan
muncul sesuai dengan lingkungan yang membentuknya.
b. Pembiasaan hendaklah dilakukan secara kontinu, teratur, dan berprogram.
Sehingga pada akhirnya akan terbentuk sebuah kebiasaan yang utuh,
permanen dan konsisten. Oleh karena itu faktor pengawasan sangat
menentukan dalam pencapaian keberhasilan dari proses ini.
c. Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten, dan tegas, jangan
memberi kesempatan yang luas kepada anak didik untuk melanggar
kebiasaan yang telah ditanamkan.
d. Pembiasaan yang pada mula hanya bersifat mekanistis, hendaknya secara
berangsur-angsur dirubah menjadi kebiasaan yang tidak verbalistik dan
menjadi kebiasaan yang disertai dengan kata hati anak didik itu sendiri.
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembiasaan
Sebagaimana pendekatan-pendekatan lainnya di dalam proses
pendidikan, pendekatan pembiasaan tidak bisa terlepas dari dua aspek yang
saling bertentangan yaitu kelebihan dan kekurangan. Sebab tidak satupun dari
hasil pemikiran manusia yang sempurna dan bebas dari kelemahan.

35

e. Kelebihan
Kelebihan pendekatan ini antara lain adalah:
1. Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik.
2. Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan lahiriyah aspek tetapi juga
berhubungan dengan aspek bathiniah.
3. Pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling
berhasil dalam pembentukan kepribadian anak didik.
f. Kekurangan
Kelemahan metode ini adalah membutuhkan tenaga pendidik yang
benar-benar dapat dijadikan sebagai contoh tauladan di dalam
menanamkan sebuah nilai kepada anak didik. Oleh karena itu pendidik
yang dibutuhkan dalam mengaplikasikan pendekatan ini adalah pendidik
pilihan yang mampu menyelaraskan antara perkataan dan perbuatan,
sehingga tidak ada kesan bahwa pendidik hanya mampu memberikan nilai
tetapi tidak mampu mengamalkan nilai yang disampaikannya terhadap
anak didik.39

39

Ibid., 116.

36

C. Hafalan Surat-surat Pendek


Yang dimaksud menghafal adalah menghafal al-Qur'an yang terdiri dari
30 juz atau beberapa ayat saja.40 Sedangkan yang dimaksud surat pendek ialah
sejumlah surat yang terdapat dalam juzamma (juz ke-30).41
1. Bentuk-bentuk Metode Menghafal
Adapun secara praktis, bentuk-bentuk menghafal adalah sebagai
berikut:42
a. Metode Wahdah
Metode wahdah, yaitu satu proses menghafalkan al-Qur'an dengan
menghafal satu persatu ayat-ayat. Setiap ayat dibaca berulang-ulang
hingga

jelas

dan

dihafal.

Demikian

seterusnya

hingga

mampu

menghafalkan satu halaman, satu lembaran, satu jus dan akhirnya seluruh
al-Qur'an.
b. Metode Kitabah
Metode kitabah, ialah satu cara menghafalkan dengan cara
menuliskan lebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalkan pada selembar
kertas. Setelah itu, tulisan tersebut dibaca berulang-ulang hingga lancar
dan benar bacaannya lalu dihafalkan.

40

Moh. Amin dkk, Modul Quran Hadis I (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, 2000), 243.
41
U. Syamsuddin Mz et. al, Panduan Kurikulum dan Pengajaran (LPPTKA BKPRMI Pusat,
1997), 27.
42
Al-Hafidz, Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur'an (Jakarta: Bumi Aksara,
1994), 63-66.

37

c. Metode Samai
Metode samai yaitu satu cara menghafalkan al-Qur'an dengan
mendengarkan sesuatu bacaan al-Qur'an. Cara seperti ini dapat dilakukan
dengan bantuan seorang guru yang membacakan, sementara penghafalnya
mendengarkan untuk kemudian menirukan, atau mendengarkan dari
rekaman pita kaset. Metode ini dapat dipergunakan untuk penghafal tuna
netra dan anak-anak yang belum dapat membaca.
d. Metode Gabungan
Metode ini merupakan gabungan dari metode wahdah dan metode
kitabah. Hanya saja kitabah di sini hanya berfungsi sebagai uji coba
terhadap ayat-ayat yang telah dihafalkan. Setelah penghafal selesai
menghafalkan, ia kemudian menuliskannya apakah sudah benar ataukah
belum. Jika telah benar, maka ia dapat melanjutkan pada materi hafalan
berikutnya. Metode ini mempunyai keuntungan ganda, karena selain untuk
menghafal juga memantapkan apa yang telah dihafalkan.
e. Metode Jama
Metode jama ialah satu cara menghafalkan al-Qur'an yang telah
dilakukan secara kolektif, bersama-sama. Secara bersama-sama, penghafal
mendengarkan bacaan guru, kemudian bersama-sama pula membacanya
serta menghafalkan.

38

2. Kegunaan Menghafal
Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa menghafal al-Qur'an
tidak perlu dan hanya menghabis habiskan waktu saja. Dengan alasan karena
al-Qur'an itu telah banyak dicetak dan dikasetkan. Pendapat seperti ini justru
keliru, karena dengan banyaknya dicetak dan dikasetkan itu bisa terjadi
kekhilafan dan kekeliruan. Bahkan ada pula yang berniat buruk yang berusaha
masuk keaslian al-Qur'an melalui cetakan dan rekaman itu. Dan untuk
mengetahui kesalahan tersebut dapat dilakukan melalui perbaikan yang
dilakukan oleh orang-orang yang hafal al-Qur'an.43
Selain itu hafalan al-Qur'an juga dapat menjadi teman setia bagi orangorang yang sedang sendirian, kesedihan dan sebagainya. Ia seolah-seolah
mempunyai teman yang senantiasa menemaninya kemanapun ia pergi, dan
dimanapun ia berada. Menghafal al-Qur'an amal ibadah yang mulia dan
menentramkan hati yang gelisah. Oleh sebab itu Rasulullah SAW sangat
menganjurkan

menghafal

al-Qur'an,

karena

di

samping

menjaga

kelestariannya, juga merupakan amal yang mulia. Menurut beliau, rumah yang
di dalamnya tidak ada orang yang menghafal al-Qur'an adalah bagaikan
kuburan dan tidak ada berkatnya.
Dalam shalat juga untuk menjadi imamnya adalah diutamakan orang
yang banyak membaca dan menghafal al-Qur'an.44

43
44

Moh. Amin dkk, Modul Quran Hadis I, 243.


Ibid.

39

BAB III
PEMBIASAAN HAFALAN SURAT-SURAT PENDEK
DI SD MUHAMMADIYAH TERPADU (SDMT) PONOROGO

D. Data Umum
Sejarah Singkat Berdirinya SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo45
SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo pada awalnya adalah
MI Muhammadiyah yang sudah berdiri sejak tahun 1960 an, dengan berbagai
persoalan dan kondisi yang kurang mendukung kemajuan lembaga tersebut.
Lembaga sekolahan MI Muhammadiyah ini, dulu kurang bisa diterima
oleh masyarakat luas, mereka lebih memilih sekolahan umum yang
berorientasi pada pembangunan ekonomi.
Kondisi ini berlangsung sekitar 38 tahun dan pada tahun 1998 para
dewan asatid dan para tokoh masyarakat berkumpul untuk mencari solusi
demi kemajuan dan juga keberlangsungan lembaga tersebut.
Dari hasil musyawarah tersebut adalah tentang perubahan MI ke SD
Muhammadiyah Terpadu pada tanggal 28 Juli 2003 dengan alamat Jalan
Jagadan 14 Ronowijayan Siman Ponorogo Jawa Timur. Semua ini atas dasar
mufakat dan keinginan dari masyarakat luas.

45

Lihat transkrip dokumentasi nomor: 01/D/F-1/4-V/2008 dalam lampiran laporan hasil


penelitian ini.

40

Tokoh-tokoh yang memprakarsai hal tersebut berjumlah 9 orang,


yaitu:
Drs. Sulton, M.Si
Drs. Rudianto, M.Pd
Supriyanto,S.Pd
Drs. Sunyoto
Heriyanto,A.Ma
Abdul Wahid Masruri,SE
Ahmad Baedowi,ST
Hj. Siti Qomariyah,S.Ag
Suyitno,S.Ag
SDMT didirikan untuk mencetak kader-kader bangsa dan memberikan
bekal dasar pengetahuan yang memadai, memiliki kecakapan praktis serta
tidak gagap dengan perkembangan teknologi. Proses belajar ditekankan pada
ketiga ranah dalam pendidikan yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik
menuju pendidikan life skill. Proses belajar mengajar dilaksanakan dengan
modul full days school mulai pukul 07.00-15.00.
Sehingga prospek ke depan memberikan optimisme kepada yayasan
untuk mendirikan SD unggulan, dalam rangka memberikan wadah kepada
para orang tua yang ingin memilih lembaga pendidikan yang berkualitas.

41

Visi, Misi, dan Tujuan SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo46


Adapun visi, misi, dan tujuan SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT)
Ponorogo adalah sebagai berikut:
Visi
Menjadikan

SD

Muhammadiyah

Terpadu

sebagai

pusat

pendidikan berbasis tauhid dan life skill.


Misi
Melaksanakan proses pembelajaran yang integrated yang dapat
melahirkan generasi Islami yang siap dan mampu menguasai masa depan
dengan modal ilmu, iman, dan akhlakul karimah.
Tujuan
Mencetak generasi Rabby Radhiyah yang mampu memadukan
iman, ilmu, amal dalam setiap langkah dan tindakan.
Letak Geografis SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo47
SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo merupakan salah satu
lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Departemen Pendidikan
Nasional yang berlokasi di Jalan Jagadan Nomor 14 Kelurahan Ronowijayan
Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo Propinsi Jawa Timur.

46

Lihat transkrip dokumentasi nomor: 02/D/F-1/4-V/2008 dalam lampiran laporan hasil


penelitian ini.
47
Lihat transkrip observasi nomor: 01/O/20-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini.

42

Dilihat dari letak geografisnya keberadaan SD Muhammadiyah


Terpadu (SDMT) Ponorogo berada di sebelah timur jantung kota Ponorogo
jauh dari kebisingan kota sehingga akan sangat mendukung dan terasa
nyaman, kondusif serta menguntungkan bila diselenggarakan proses
pembelajaran.
Struktur Organisasi SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo
Struktur organisasi yang dibuat oleh SD Muhammadiyah Terpadu
(SDMT) Ponorogo bertujuan agar jalan pendidikan yang diselenggarakan
menjadi lancar, sehingga dapat menuju pada tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan.
Dalam suatu usaha untuk mencapai tujuan tersebut maka SD
Muhammadiyah

Terpadu

(SDMT)

Ponorogo

perlu

membuat

suatu

kelembagaan atau susunan kepengurusan sebagaimana kebutuhan yang ada.


Dengan pembagian tugas kerja yang ditetapkan, yang tersusun dalam struktur
organisasi maka langkah perjalanan SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT)
Ponorogo akan menjadi lebih lancar dan terorganisasi dengan baik.48 Adapun
struktur organisasi SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo dapat
dilihat pada lampiran I dalam skripsi ini.

48

Lihat transkrip dokumentasi nomor: 03/D/F-1/4-V/2008 dalam lampiran laporan hasil


penelitian ini.

43

Keadaan Guru dan Siswa SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo


Guru atau pendidik adalah orang yang tugasnya mendidik dan
mengajar serta bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan pembelajaran
dan berkewajiban pula membimbing serta mengarahkan peserta didik sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Tenaga pengajar yang ada di SD
Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo ini terdiri dari sarjana-sarjana
yang memiliki kualitas dan spesialisasi dalam bidang studi masing-masing.
Keadaan Guru
Jumlah guru di SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT)
Ponorogo sebanyak 21 guru yang terdiri dari guru tetap 6 orang, 1
kepala sekolah, dan guru tidak tetap 15 orang. Adapun data guru dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1
Data Guru SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo49
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
49

Nama
Drs. Rudianto, M.Ag
Bambang Harmanto, S.Pd, M.Pd
Drs. Sumaji Cd, M.SI
Farid Maruf Fauzi, S.Pd.I
Ummu Afifah, S.Ag
Imam Syaiful Bahri, S.Pd.I
Intan Sari Rufiana, S.Pd
Yeni Rahmawati, S.Pd
Binti Solikah, S.Pd

Bidang Studi/Jabatan
Kepala Sekolah
Wakasek I
Wakasek II
Pendidikan Jasmani
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Matematika
Matematika
Bahasa Inggris

Lihat transkrip dokumentasi nomor: 05/D/F-1/4-V/2008 dalam lampiran laporan hasil


penelitian ini.

44

10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

Nur Habibah, S.Pd


Alfi Marsidah, S.Pd
Fardiana Rahmawati, S.Pd
Siti Rohmatin Khusbah, S.H.I
Yuli Hartini, S.Psi
Aziz Iwan Mustofa, S.T
Ali Mustofa
Dwi Sholichah, S.Pd
Agus Arifuddin Amsa
Suci Rahayunintyas, S.E
Abdul Wahid Masruri
Wiji Lestari

Pendidikan Agama Islam


Bahasa Arab
Sains
Pendidikan Agama Islam
Bahasa Indonesia
Pengetahuan Sosial-PKn
Kertakes TIK
Bahasa Inggris
Sains
Bendahara
Tata Usaha
Rumah Tangga Sekolah

Keadaan Siswa
Siswa SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo adalah
mereka yang resmi dan diakui untuk belajar dan terdaftar dalam buku
induk SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo.
Jumlah siswa di SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT)
Ponorogo secara keseluruhan berjumlah 141. Yang terdiri dari 27
siswa kelas I, 21 siswa kelas II A, 20 siswa kelas II B, 21 siswa kelas
III, 18 siswa kelas IV, 25 siswa kelas V, dan 9 siswa kelas VI. Adapun
data siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:

45

Tabel 3.2
Data Siswa SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo50
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kelas
I
II A
II B
III
IV
V
VI
Jumlah

Jumlah Siswa
27
21
20
21
18
25
9
141

Sarana Prasarana
Sarana dan prasarana SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo
fasilitas yang ada antara lain: ruang kelas, perlengkapan tiap ruang kelas
(meja kursi, perlengkapan KBM, atribut PMP), ruang serba guna, ruang
khusus kepala sekolah, ruang khusus guru, ruang tata usaha, musholla atau
masjid, ruang UKS, ruang perpustakaan, gedung atau ruang menyimpan
peralatan, kondisi tanah gedung dan ruangan, dan WC atau kamar mandi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran.51
Perencanaan inventaris SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT)
Ponorogo dilakukan setiap tahun. Masing-masing bagian mengajukan kepada
bagian sarana dan prasarana, apabila ada inventaris yang belum lengkap atau
sudah layak pakai, tetapi kalau sudah lengkap maka dana dialokasikan ke
50

Lihat transkrip dokumentasi nomor: 06/D/F-1/4-V/2008 dalam lampiran laporan hasil


penelitian ini.
51
Lihat transkrip dokumentasi nomor: 04/D/F-1/4-V/2008 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.

46

bagian lain. Pengaturan dan pemeliharaan sarana di SD Muhammadiyah


Terpadu (SDMT) Ponorogo terorganisir dan dikelola oleh masing-masing
bagian.

Paparan Data Khusus


Data Tentang Upaya yang Dilakukan SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT)
Ponorogo dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Bidang Studi Pendidikan
Agama Islam Siswa Melalui Pembiasaan Halafan Surat-surat Pendek Tahun
Pelajaran 2007/2008
SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo senantiasa berusaha
untuk meningkatkan anak didiknya dengan berbagai cara yang baik, baik itu
melalui kegiatan pendidikan ataupun pembelajaran serta ekstrakurikulernya.
Dan untuk pembelajaran merupakan tugas guru untuk bisa menentukan suatu
metode atau cara, agar siswa yang dididiknya dapat mencapai kompetensi
yang telah ditentukan dan memiliki beberapa ketrampilan untuk bidang studi
Pendidikan Agama Islam, khususnya yang ada keharusan bisa menguasai
materi.
Adapun upaya yang dilakukan SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT)
Ponorogo dalam meningkatkan prestasi belajar bidang studi Pendidikan
Agama Islam yaitu melalui peningkatan kualitas guru serta kurikukum plus
dan kegiatan ekstrakurikuler.52
52

Lihat transkrip wawancara nomor: 02/W/F-1/27-V/2008 dalam lampiran laporan hasil


penelitian ini.

47

Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Bapak Drs.


Rudianto, M.Ag selaku kepala sekolah, dapat diketahui bahwa peningkatan
kualitas guru sebagai berikut:
Untuk meningkatkan kualitas guru SDMT mengadakan TOT (Training Of
Trainer) dengan menghadirkan ahli bidang tartil.53

Sedangkan kurikulum plus terdiri dari standar nasional dan plus.


Penjabaran standar nasional dan plus sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Drs.
Rudianto, M.Ag selaku kepala sekolah.
Pada prinsipnya SDMT berada di bawah naungan Departeman Pendidikan
Nasional, untuk itu kurikulum inti yang diterapkan sama dengan kurikulum SD pada
umumnya. Materi penunjang meliputi: penjaskes, kerajinan tangan dan kesenian,
Bahasa Inggris, Bahasa Arab, dan komputer. Dengan program unggulan yang dicapai
di SDMT adalah kemampuan siswa di bidang agama, sains, dan bahasa.54

Sedangkan kurikulum plus adalah sebagaimana penjelasan Bapak Drs.


Rudianto sebagai berikut:
Penerapan kurikulum plus dalam rangka untuk meningkatkan prestasi
belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam yaitu melalui metode pembiasaan
meliputi: hafalan doa sehari-hari, surat-surat pendek dalam juzamma dan ayat-ayat
pilihan dalam al-Qur'an, membiasakan adab dan tata cara amaliyah ibadah sesuai
tuntunan Rasulullah SAW, al-Qur'an sebagai bacaan dan pedoman kehidupan seharihari, Bahasa Arab dan terjemahan, yang bermaksud untuk memahamkan siswa pada
bacaan-bacaan al-Qur'an dan bacaan doa dalam kehidupan sehari-hari.55

Sedangkan upaya yang dilakukan SDMT untuk meningkatkan prestasi


belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam melalui program ekstrakurikuler

53

Lihat transkrip wawancara nomor: 01/W/F-1/26-V/2008 dalam lampiran laporan hasil


penelitian ini.
54
Lihat transkrip wawancara nomor: 01/W/F-1/26-V/2008 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
55
Lihat transkrip wawancara nomor: 03/W/F-1/28-V/2008 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.

48

adalah sebagaimana penjelasan Bapak Imam Syaiful Bahri, S.Pd.I selaku waka
kurikulum SDMT sebagai berikut:
Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar bidang studi Pendidikan
Agama Islam SDMT Ponorogo memberikan ekstra kurikuler yang meliputi adab
bersuci, adab antri, pesan dan nasehat dalam bentuk lagu-lagu Islami, hadits-hadits,
surat-surat pendek pada waktu istirahat.56

Dari hasil wawancara dengan Ibu Habibah selaku guru Pendidikan


Agama Islam mengenai upaya meningkatkan prestasi belajar bidang studi
Pendidikan Agama Islam di SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo
diperoleh data sebagai berikut:
Materi Pendidikan Agama Islam ada empat aspek yaitu al-Qur'an, akidah,
fiqih, dan akhlak. Untuk aspek al-Qur'an siswa dibiasakan hafalan seperti surat-surat
pendek, hadits-hadits. Untuk aspek akidah seperti mengenal asmaul husna, serta
mengetahui arti dan menyebutkan. Untuk aspek fikih seperti mengenal tata cara
wudhu, shalat, menghafal, membiasakan serta mempraktikkan dengan tertib.
Kemudian dari segi aspek akhlak seperti menampilkan adab buang air besar dan kecil
yaitu memperagakan buang air dengan cara yang benar dan membiasakan berdoa
ketika akan masuk dan keluar kamar mandi atau WC.57

Untuk mengetahui proses pembiasaan hafalan surat-surat pendek di SD


Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo, peneliti melakukan wawancara
dan observasi secara langsung terhadap pelaksanaan proses pembiasaan
hafalan sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung. Sebagaimana data
berikut:
Untuk proses pembiasaan hafalan surat-surat pendek sebagaimana
penjelasan Ibu Alfi Marsidah, S.Pd selaku wali kelas II.

56

Lihat transkrip wawancara nomor: 04/W/F-1/29-V/2008 dalam lampiran laporan hasil


penelitian ini.
57
Lihat transkrip wawancara nomor: 05/W/F-1/30-V/2008 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.

49

Hafalan surat-surat pendek dibiasakan setiap hari sebelum kegiatan belajar


mengajar dimulai yaitu jam 07.00-07.30 untuk kelas II.58 Surat yang dihafalkan
antara lain: surat al-Ashr, al-Takasur, al-Qoriah, al-Ngadiat, al-Jalzalah, dan alBayinah. Selain menghafalkan siswa juga diajarkan makna-makna ayat dan arti-arti
ayat.59

Di antara latar belakang diterapkannya pembiasaan hafalan surat-surat


pendek setiap hari adalah sebagaimana penjelasan dari Ibu Alfi Marsidah
sebagai berikut:
Anak usia SD ini masih enak diajak hafalan. Mereka belum bisa membaca
dan menulis Arab, paling tidak mereka bisa melafalkan dan hafal.60

Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Ibu Alfi


Marsidah,S.Pd selaku wali kelas II, dapat diketahui metode-metode yang
beliau pakai di SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo khususnya
kelas II pada sistem hafalan yaitu memakai metode bayangan atau metode tiru
ingat (tingat).61
Sedangkan alasan ataupun tujuan digunakan metode bayangan atau
metode tiru ingat (tingat) adalah sebagaimana penjelasan Ibu Alfi Marsidah
sebagai berikut:
Alasan saya ya, bila dengan metode bayangan atau metode tiru ingat (tingat)
untuk anak seusia SD dengan meniru, anak akan mudah dan ingat. Saya
mengevaluasi siswa dengan maju satu per satu untuk menghafalkan surat yang telah
dihafalkan serta panjang pendeknya. Dalam pembelajaran untuk mencapai

58

Lihat
penelitian ini.
59
Lihat
penelitian ini.
60
Lihat
penelitian ini.
61
Lihat
penelitian ini.

transkrip wawancara nomor: 06/W/F-2/31-V/2008 dalam lampiran laporan hasil


transkrip wawancara nomor: 08/W/F-2/2-VI/2008 dalam lampiran laporan hasil
transkrip wawancara nomor: 07/W/F-2/1-VI/2008 dalam lampiran laporan hasil
transkrip wawancara nomor: 09/W/F-2/3-VI/2008 dalam lampiran laporan hasil

50

kompetensi yang telah ditentukan, alhamdulillah, berhasil secara maksimal, dan


kompetensi yang ada dapat dicapai pula.62

Dalam pembiasaan setiap hari hafalan siswa juga sangat antusias sekali
hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan Fardan Nauval Akbar siswa
kelas II.
Saya suka dan senang karena pengen hafal, ustadzahnya juga sabar.63

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Shafira kelas II sebagaimana


berikut:
Saya senang, karena itu doa.64

Pada saat kegiatan proses hafalan berlangsung guru membacakan


keseluruhan pada surat yang akan dihafalkan, kemudian dibaca per ayat
selanjutnya siswa melafalkannya bersama-sama. Apabila siswa ada yang salah
melafalkannya guru membenarkannya. Diharapkan dari menirukan itu siswa
dapat dengan mudah mengingat dan bisa hafal.65
Dari beberapa hasil wawancara dan observasi yang dilakukan nampak
jelas bahwa dengan diterapkannya pembiasaan hafalan setiap hari dengan
menggunakan metode bayangan atau metode tiru ingat (tingat) dengan
menirukan siswa akan mudah menghafalkan sekaligus mengingatnya. Akan
tetapi hal tersebut sangat tergantung pada kemampuan siswa.
62

Lihat
penelitian ini.
63
Lihat
penelitian ini.
64
Lihat
penelitian ini.
65
Lihat
penelitian ini.

transkrip wawancara nomor: 09/W/F-2/3-VI/2008 dalam lampiran laporan hasil


transkrip wawancara nomor: 10/W/F-2/4-VI/2008 dalam lampiran laporan hasil
transkrip wawancara nomor: 11/W/F-3/4-VI/2008 dalam lampiran laporan hasil
transkrip observasi nomor: 02/O/F-1/6-V/2008 dalam lampiran laporan hasil

51

Faktor Penunjang dan Penghambat Pelaksanaan Proses Hafalan Surat-surat


Pendek di SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo Tahun Pelajaran
2007/2008
Untuk mengetahui faktor penunjang dan penghambat tidak lepas dari
peran guru yang bertugas membimbing dan mengajar siswa agar dapat
mencapai kompetensi melalui metode-metode tersebut. Peneliti memperoleh
data dari guru secara langsung, sebagaimana berikut:
Dari segi penunjang, di antaranya:
1. Buku panduan, juzamma, al-Qur'an.
2. Semangat dari guru dan siswa itu sendiri.
3. Penguasaan guru yang maksimal serta pengalaman mengajar.
Adapun faktor penghambatnya:
1. Siswa yang bermalas-malasan, kurang semangat.
2. Kurang konsentrasi.
3. Tingkat kecerdasan siswa yang berbeda-beda.
4. Kartu hafalan.66
Selain itu juga dalam metode bayangan atau metode tiru ingat (tingat)
pelaksanaan

proses

hafalan

surat-surat

pendek

sendiri

ada

faktor

penghambatnya, sebagaimana penjelasan Ibu Alfi Marsidah, S.Pd:

66

Lihat transkrip wawancara nomor: 12/W/F-3/5-VI/2008 dalam lampiran laporan hasil


penelitian ini.

52

Tidak semua siswa menirukan, dan kalaupun ada yang menirukan itupun
belum tentu benar 100%, maka kita juga harus membantu menyempurnakannya.67

Sedangkan faktor pendukungnya sebagaimana penjelasan Ibu Alfi


Marsidah sebagai berikut:
Guru memberikan semangat kepada siswa untuk meningkatkan belajar
mereka dengan sering mengulang-ulang anak akan masih ingat.68

Dari wawancara di atas dapat diketahui semangat dan dorongan dari


guru dan siswa itu sendiri dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
siswa walaupun hal tersebut belum mencapai kesempurnaan.

67

Lihat transkrip wawancara nomor: 13/W/F-3/6-VI/2008 dalam lampiran laporan hasil


penelitian ini.
68
Lihat transkrip wawancara nomor: 13/W/F-3/6-VI/2008 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.

53

BAB IV
ANALISIS DATA UPAYA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SISWA MELALUI PEMBIASAAN HAFALAN SURAT-SURAT PENDEK
DI SDMT PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2007/2008

A. Analisis Data Tentang Upaya yang Dilakukan SD Muhammadiyah Terpadu


(SDMT) Ponorogo dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Bidang Studi
Pendidikan Agama Islam Siswa Melalui Pembiasaan Hafalan Surat-surat
Pendek Tahun Pelajaran 2007/2008
Setiap manusia diperintahkan untuk mencari ilmu, karena dengan ilmulah
manusia terangkat derajatnya, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S AlMujadilah:

...
Tt W J L ] FM d
eg]O WU a b Fab d
eg]O v JO] w x _e ...
Artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.69
(Q.S. Al-Mujadilah : 11)
Untuk itu dalam realitanya banyak institusi yang berusaha untuk
menyelenggarakan pendidikan sebaik mungkin guna mencerdaskan manusia,
salah satunya adalah SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo. Di antara
upaya sekolah yang digunakan di dalam sistem pembelajarannya yaitu melalui

69

Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya (Jakarta, 2007), 543.

54

kurikulum plus dan ekstra kurikuler. Yang mana dalam hal ini diharapkan dapat
meningkatkan prestasi belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam siswa.
Dalam bab II telah dijelaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang
diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam
diri individu sebagai hasil dari aktifitas belajar. Dalam proses pendidikan Islam,
metode mempunyai kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan
salah satunya dengan metode pembiasaan, bahkan metode sebagai seni dalam
mentransfer ilmu pengetahuan atau materi pelajaran kepada peserta didik.
Adapun upaya sekolah SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo dalam
meningkatkan prestasi belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam melalui
pembiasaan yang meliputi hafalan doa sehari-hari, surat-surat pendek dalam
juzamma dan ayat-ayat pilihan dalam al-Qur'an juga diharapkan dapat
menunaikan kebiasaan tanpa susah payah, tanpa kehilangan banyak tenaga dan
tanpa menemukan banyak kesulitan ketika dibutuhkan, terutama hafalan suratsurat pendek ini berhubungan erat dengan bacaan dan praktek shalat bertujuan
untuk mencapai standar kompetensi.
Pembiasaan adab seperti adab bersuci seperti buang air besar dan kecil di
mana anak dibiasakan bagaimana cara yang benar dan membiasakan berdoa
ketika akan masuk dan keluar kamar mandi atau WC, membiasakan adab antri,
pesan nasehat dalam bentuk lagu-lagu Islami, hadits-hadits, surat-surat pendek
pada waktu istirahat.

55

Menanamkan kebiasaan yang baik memang tidak mudah dan kadangkadang makan waktu lama, maka kebiasaan itu mempunyai peranan penting dan
pembiasaan ini sangat efektif jika penerapannya dilakukan terhadap peserta didik
yang berusia kecil. Karena memiliki rekaman ingatan yang kuat dan kondisi
kepribadian yang belum matang sehingga mereka lakukan sehari-hari dengan
tujuan agar dapat membiasakan anak didik berpikir, bersikap, dan bertindak
sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.
Selain itu upaya yang dilakukan SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo
untuk meningkatkan prestasi belajar yaitu meningkatkan kualitas guru dengan
mengadakan TOT (Training Of Trainer) yang menghadirkan ahli bidang tartil.
Adapun upaya-upaya sekolah dalam meningkatkan prestasi belajar bidang studi
Pendidikan Agama Islam di atas sesuai dengan faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar yakni faktor dari sekolah di mana keadaan sekolah tempat belajar
turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar, kualitas guru, metode
mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas
atau perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas,
pelaksanaan tata tertib sekolah turut mempengaruhi keberhasilan anak.
Dari beberapa uraian di atas dapat diambil suatu pemahaman
bahwasannya upaya SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo dalam
meningkatkan prestasi belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam adalah
melalui metode pembiasaan salah satunya pembiasaan hafalan surat-surat pendek
setiap hari. Bahwa metode itu dijadikan sampel dalam pembelajaran untuk

56

mencapai sebuah kompetensi yang telah ditentukan serta dapat mencapai


kompetensi yang diharapkan.
Dalam bab II telah dijelaskan bahwa pembiasaan adalah alat pendidikan.
Bagi anak yang masih kecil tingkat SD pembiasaan ini sangat penting, karena
dengan pembiasaan itulah akhirnya suatu aktifitas akan menjadi milik anak di
kemudian hari.
Pembiasaan atau pembentukan kebiasaan adalah proses belajar tingkat
dasar. Hal ini yang terbanyak berperan adalah fungsi ingatan yaitu menerima
kesan-kesan, menyimpannya dan sewaktu-waktu secara motorik dikeluarkan atau
diproduksikan.
Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ibu Alfi Marsidah pembiasaan
hafalan sangat efektif jika penerapannya dilakukan terhadap peserta didik yang
berusia kecil, karena memiliki rekaman ingatan yang kuat dan kondisi
kepribadian yang belum matang sehingga mereka lakukan sehari-hari.70
Oleh karena itu, sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan
merupakan cara yang sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral ke
dalam jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya ini kemudian akan
termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia mulai melangkah ke usia
remaja dan dewasa.

70

Lihat transkrip wawancara nomor: 07/W/F-2/1-VI/2008 dalam lampiran laporan hasil


penelitian ini.

57

Menghafal adalah menghafal al-Qur'an yang terdiri dari 30 juz


atau beberapa ayat saja dan yang dimaksud surat pendek ialah
sejumlah surat yang terdapat dalam juzamma (juz ke-30). Sedangkan
di SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo hanya menghafal surat-surat
pendek.
Adapun

proses

pembiasaan

hafalan

surat-surat

pendek

di

SD

Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo dilakukan sebelum Kegiatan Belajar


Mengajar (KBM) dimulai jam 07.00-07.30 WIB setiap hari siswa dibiasakan
hafalan surat-surat pendek di kelas maisng-masing, setiap kelas dipandu oleh wali
kelas masing-masing. Adapun surat yang dihafalkan untuk kelas II yakni surat alAshr, at-Takasur, al-Qoriah, al-Ngadhiat, al-Zalzalah, dan al-Bayyinah.
Metode hafalan surat-surat pendek yang digunakan guru adalah
menggunakan metode bayangan atau metode tiru ingat (tingat) di mana pada saat
proses hafalan berlangsung guru membacakan keseluruhan pada surat yang akan
dihafalkan, kemudian dibaca per ayat selanjutnya siswa melafalkan bersamasama. Apabila siswa ada yang salah melafalkannya guru membenarkannya.
Karena dengan menggunakan metode tersebut pembiasaan menjadi sebuah
ingatan yang spontanitas di mana orang yang sering mendengar, menirukan dan
menghafal itu akan hafal sendiri. Evaluasi yang digunakan siswa dipanggil maju
satu persatu untuk menghafalkan surat yang telah dihafalkan serta panjang
pendeknya.

58

Metode tingat tersebut jika dilihat langkah-langkahnya sesuai dengan


teknik metode menghafal jama. Metode jama adalah menghafalkan al-Qur'an
yang telah dilakukan secara kolektif, bersama-sama. Secara bersama-sama siswa
mendengarkan bacaan guru, kemudian bersama-sama pula membacanya serta
menghafalkannya.
Pembiasaan hafalan surat-surat pendek meningkatkan prestasi belajar
Pendidikan Agama Islam siswa karena dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam
ada empat aspek yakni aspek al-Qur'an, akidah, fikih, dan akhlak. Hafalan suratsurat pendek sangat mempengaruhi prestasi Pendidikan Agama Islam karena
hafalan merupakan salah satu aspek Pendidikan Agama Islam yaitu aspek alQur'an. Jadi kalau pada aspek al-Qur'annya tidak bisa otomatis nilai Pendidikan
Agama Islamnya minim.
Dari beberapa uraian di atas dapat diambil suatu pemahaman
bahwasannya pembiasaan hafalan dengan menggunakan metode bayangan atau
metode tiru ingat (tingat) atau metode jamak yang diterapkan di SD
Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo ini dapat meningkatkan prestasi
belajar Pendidikan Agama Islam siswa.

B. Analisis Data Tentang Faktor Penunjang dan Penghambat Pelaksanaan


Proses Hafalan Surat-surat Pendek di SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT)
Ponorogo Tahun Pelajaran 2007/2008

59

Dalam penerapan hafalan surat-surat pendek ini tentunya tidak lepas dari
faktor penunjang dan penghambat. Adapun faktor yang menunjang penerapannya
dalam meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa adalah
sebagai berikut:
Faktor guru, karena setiap guru mempunyai kepribadian, seorang guru
yang bertitel sarjana pendidikan dan keguruan, berbeda dengan guru yang bukan
pendidikan dan keguruan. Di bidang penguasaan ilmu pendidikan dan keguruan,
guru yang sarjana pendidikan dan keguruan barangkali lebih banyak menguasai
metode mengajar. Karena dia memang dicetak sebagai tenaga ahli di bidang
keguruan dan wajar saja dia menjiwai dunia guru.
Memiliki pengalaman mengajar yang memadai, juga menjadi faktor
penunjang bagi guru dalam menerapkan metode ini, bagi yang berpengalaman
mungkin akan terasa mudah, namun bagi yang belum berpengalaman akan
merasa kesulitan. Semangat dari guru dan siswapun ikut menunjang keberhasilan
suatu metode. Dalam bab ini telah disebutkan penunjang lain dari penerapan
metode ini adalah buku panduan, juzamma dan al-Qur'an (sumber belajar).
Sedangkan faktor yang menghambat penerapan pelaksanaan proses
hafalan surat-surat pendek di SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo
dalam meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa adalah:
Yang pertama faktor alokasi waktu yang terbatas. Dalam hal ini jelas
menjadi kendala tersendiri di mana kompetensi yang maksimal namun dalam
prakteknya selalu berbenturan dengan adanya keterbatasan waktu pelajaran.

60

Faktor yang kedua adalah anak didik yaitu manusia berpotensi yang
menghajatkan pendidikan di sekolah, gurulah yang berkewajiban untuk
mendidiknya. Di ruang kelas guru berhadapan dengan siswa yang berbeda-beda
pada aspek intelektual. Hal ini terlihat dari cepat tanggapan siswa terhadap
rangsangan yang diberikan guru. Tinggi rendahnya kreatifitas siswa mengolah
informasi dari bahan pelajaran yang baru diterima bisa dijadikan tolak ukur dari
kecerdasan siswa. Kecerdasan siswa terlihat seiring dengan meningkatnya
kematangan usia anak. Daya pikir siswa bergerak dari cara berpikir konkrit ke
arah cara berpikir abstrak.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui perbedaan individu siswa pada
aspek intelektual bisa menghambat dalam penerapan hafalan surat-surat pendek.

61

BAB V
PENUTUP

E. Kesimpulan
Upaya yang dilakukan SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo dalam
meningkatkan prestasi belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam yaitu
melalui peningkatan kualitas guru dengan mengadakan TOT (Training Of
Trainer). Sedangkan untuk siswanya yaitu melalui pembiasaan hafalan bagi
siswa. Pembiasaan meliputi hafalan doa sehari-hari, hafalan surat-surat
pendek, membiasakan adab dan tata cara amaliyah ibadah sesuai tuntunan
Rasulullah SAW. Serta pesan dan nasehat dalam bentuk lagu-lagu Islami
pada waktu istirahat. Proses pembiasaan hafalan surat-surat pendek dilakukan
setiap hari jam 07.00-07.30 WIB sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai
dan dipandu wali kelas masing-masing. Hafalan surat-surat pendek ini
menggunakan metode bayangan atau metode tiru ingat (tingat) yang sesuai
dengan metode menghafal jamak, di mana siswa mendengarkan ayat-ayat
yang dilafalkan oleh guru kemudian secara bersama-sama menirukan serta
menghafalkannya.
Dalam pelaksanaan proses hafalan surat-surat pendek mengalami hambatan yakni
alokasi waktu yang terbatas, tingkat kecerdasan anak yang berbeda-beda,
kurang konsentrasi, dan kartu hafalan. Sedangkan faktor penunjangnya yaitu

62

buku panduan, juzamma, al-Qur'an, semangat dari guru dan siswa itu sendiri
serta penguasaan guru yang maksimal serta pengalaman mengajar.

F. Saran
Kepada SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo
Hendaknya metode pembiasaan hafalan surat-surat pendek
perlu ditingkatkan, agar para peserta didik (siswa) mendapatkan
wawasan keagamaan untuk beribadah sehari-hari.
Kepada Guru dan Wali Kelas SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo
Guru mempunyai peran penting untuk memotivasi belajar
siswa. Agar proses hafalan surat-surat pendek dapat dikuasai dengan
baik. Guru diharapkan mempunyai data tentang kemajuan hafalan
siswa

sehingga

hafalan-hafalan

surat

pendek

dapat

dinilai

kemajuannya. Serta melakukan metode yang bervariasi, selalu


memberikan bimbingan dan motivasi kepada siswa.

63

DAFTAR RUJUKAN

Alhafidz, Ahsin W. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur'an. Jakarta: Bumi Aksara,


1994.
Amin, Moh. Dkk. Modul Quran Hadis I. Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, 2000.
Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Press, 2002.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
---------. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998.
Bahri Djamarah, Syaiful. Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta, 2002.
Bahri Djamarah, Syaiful. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha
Nasioal, 1994.
---------. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Dalyono, M. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2001.
Depag RI. Al-Qur'an dan Terjemahannya. Jakarta: 2007.
Dikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI. Jakarta: Balai Pustaka, 1989.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research Jilid II. Yogyakarta: Fakultas Psikologi, 1991.
Ihsan, Hamdani. H Fuad Ihsan. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia,
2002.
Matthew, Miles dan Huberman A Michael. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI
Press.
Moeloeng, J Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2003.

64

Mudzakir, Ahmad. Jono Sutrisno. Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.


1997.
Narbuko, Cholid, Abu Ahmad. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
Nasution, S. Metode Penelitian Naturalisti Kualitatif. Bandung: Tarsito, 2003.
Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Remaja Rosda Karya, 2002.
---------. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995.
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2006.
Rianto, Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC, 1996.
Shalahuddin, Mahfudh. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: Bina Ilmu, 1990.
Soemanto, Wasti. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1990.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.
S. Winkel. J. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi, 2004.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda
Karya, 1997.
Syamsuddin Mz, dkk. Panduan Kurikulum dan Pengajaran. LPPTKA BKPRMI
Pusat Kelembagaan Agama Islam, 2000.
Tohirin. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Integrasi dan Kompetensi.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
Uhbiyati, Nur. Abu Ahmadi. Ilmu Pendidikan Islam I. Bandung: Pustaka Setia, 1998.
Uzer Usman, Moh. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
1989.

Anda mungkin juga menyukai