Pengertian Belajar
Pengertian Belajar
A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat bergantung pada proses yang dialami siswa, baik ketika ia
berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.
Selanjutnya sebagai landasan untuk memberikan pemahaman yang
lebih teoritis beberapa definisi tentang belajar sebagai berikut:
a. Chaplin dalam Dictionary Of Psychology mengatakan: belajar adalah
perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat
latihan dan pengalaman.1
b. Witherington dalam buku Educational Psychology mengemukakan:
belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Rosda Karya,
1997), 9.
16
17
diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.2
c. Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk
mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.3
Dari beberapa definisi belajar di atas dapat dipahami ada tiga pokok
pikiran yang tidak dapat dipisahkan yakni:
a. Bahwa belajar itu membawa perubahan.
b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan
baru.
c. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).
2. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar terbentuk dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar,
dan kata tersebut memiliki arti yang berbeda. Berdasarkan pengertian yang
terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): prestasi adalah hasil
yang dicapai dari apa yang dilakukan atau dikerjakan.4
Menurut W. J. S Purwodarminto, prestasi adalah hasil yang telah
dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).
2
3
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Remaja Rosda Karya, 2002), 112.
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha Nasional,
1994) 21.
Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI (Jakarta: Balai Pustaka, 1989).
18
Menurut Masum Khasan Abdul Qahar, prestasi adalah apa yang telah
diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh
dengan jalan keuletan kerja.5
Sementara menurut Nasrun Harahap dan kawan-kawan, prestasi adalah
penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang
berkenaan dengan penguasaan bahasa pelajaran yang disajikan kepada mereka
serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum, baik secara individual maupun
kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.6
Dari beberapa pengertian di atas diketahui bahwa prestasi adalah hasil
dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati
yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun
kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.
Sedangkan yang dimaksud belajar akan dikemukakan beberapa
definisi, di antaranya:
a. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, belajar adalah suatu aktifitas yang
dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan
yang telah dipelajari.7
b. Menurut Gagne, dalam buku the conditions of learning (1977) menyatakan
bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha Nasional,
1994), 21.
6
7
Ibid.
Ibid.
19
20
34.
11
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998),
12
Ibid., 34.
21
13
22
14
Mahfudh Shalahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), 251.
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), 21.
16
Sumadi Surya Subrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), 251.
15
23
2) Faktor-faktor psikologis
Faktor ini mencakup minat, kecerdasan, bakat, motivasi,
kemampuan kognitif, pribadi, latihan dan ulangan.
a) Minat
Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap
sesuatu.17 Minat seseorang terhadap sesuatu, tergolong menjadi
dua, pertama minat pembawaan yaitu minat yang dengan
berdasarkan bakat yang ada.18 Kedua minat yang muncul karena
adanya pengaruh-pengaruh dari luar. Misalnya minat seseorang
yang tumbuh adanya pengaruh-pengaruh, seperti lingkungan dan
kebutuhan.
Berkaitan dengan hal di atas, keahlian seseorang terhadap
sesuatu, juga akan menyebabkan timbulnya minat pada dirinya
terhadap sesuatu tersebut. Dan akan menyebabkan ia mudah
mempelajarinya dengan baik. Misalnya anak didik yang berpotensi
pada suatu pelajaran, maka dia akan sangat berminat untuk dapat
berhasil dalam mempelajari pelajaran tersebut.
b) Kecerdasan
Dapat atau tidaknya seseorang berhasil dalam mempelajari
sesuatu, juga ditentukan oleh tarap kecerdasannya. Hal ini terbukti
17
18
24
adalah
suatu
usaha
yang
disadari
untuk
19
20
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), 103.
Mahfudh Shalahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan, 62.
25
21
22
26
terus
menerus
mengadakan
hubungan
dengan
lingkungannya.
f) Pribadi
Setiap orang mempunyai sifat kepribadian masing-masing
yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Sedangkan sifat
kepribadian tiap individu memegang peranan penting dalam
belajar.24
23
24
27
25
26
161.
28
29
2) Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat
keberhasilan belajar, kualitas guru, metode pengajarnya kesesuaian
kurikulum
dengan
kemampuan
anak,
keadaan
fasilitas
atau
27
28
30
29
31
32
33
200.
34
Ibid.
Hamdani Ihsan, H Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2002),
Ibid.
32
FHJL M NOPQ
TUV
WP X TJ\
O ] F^_ ` M T] Fab d
eg]O Thei Te
(43 : Tka] )...
F]F`M Tb
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu sholat, sedang
kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang
kamu ucapkan. (Q.S. An-Nisa : 43).35
Ayat tersebut memberikan penjelasan meminum khamar adalah
perbuatan dan kebiasaan yang tidak terpuji. Sebagian di antara kaum
muslimin telah menyadari dan membiasakan diri untuk tidak lagi meminum
minuman yang memabukkan. Namun masih ditemukan juga sebagian yang
lain yang sulit merubah kebiasaan tersebut sampai-sampai ingin melakukan
sholat pun mereka melakukan kebiasaan tersebut.
2. Tujuan Metode Pembiasaan
Di dalam kehidupan sehari-hari pembiasaan itu merupakan hal yang
sangat penting, tanpa pembiasaan maka hidup kita akan menjadi lambat sekali
sebab sebelum melakukan sesuatu kita harus memikirkan terlebih dahulu apa
yang kita lakukan.
Hal tersebut dibenarkan oleh Mahmud Yunus sebagaimana katanya:36
35
36
33
37
34
35
e. Kelebihan
Kelebihan pendekatan ini antara lain adalah:
1. Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik.
2. Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan lahiriyah aspek tetapi juga
berhubungan dengan aspek bathiniah.
3. Pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling
berhasil dalam pembentukan kepribadian anak didik.
f. Kekurangan
Kelemahan metode ini adalah membutuhkan tenaga pendidik yang
benar-benar dapat dijadikan sebagai contoh tauladan di dalam
menanamkan sebuah nilai kepada anak didik. Oleh karena itu pendidik
yang dibutuhkan dalam mengaplikasikan pendekatan ini adalah pendidik
pilihan yang mampu menyelaraskan antara perkataan dan perbuatan,
sehingga tidak ada kesan bahwa pendidik hanya mampu memberikan nilai
tetapi tidak mampu mengamalkan nilai yang disampaikannya terhadap
anak didik.39
39
Ibid., 116.
36
jelas
dan
dihafal.
Demikian
seterusnya
hingga
mampu
menghafalkan satu halaman, satu lembaran, satu jus dan akhirnya seluruh
al-Qur'an.
b. Metode Kitabah
Metode kitabah, ialah satu cara menghafalkan dengan cara
menuliskan lebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalkan pada selembar
kertas. Setelah itu, tulisan tersebut dibaca berulang-ulang hingga lancar
dan benar bacaannya lalu dihafalkan.
40
Moh. Amin dkk, Modul Quran Hadis I (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, 2000), 243.
41
U. Syamsuddin Mz et. al, Panduan Kurikulum dan Pengajaran (LPPTKA BKPRMI Pusat,
1997), 27.
42
Al-Hafidz, Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur'an (Jakarta: Bumi Aksara,
1994), 63-66.
37
c. Metode Samai
Metode samai yaitu satu cara menghafalkan al-Qur'an dengan
mendengarkan sesuatu bacaan al-Qur'an. Cara seperti ini dapat dilakukan
dengan bantuan seorang guru yang membacakan, sementara penghafalnya
mendengarkan untuk kemudian menirukan, atau mendengarkan dari
rekaman pita kaset. Metode ini dapat dipergunakan untuk penghafal tuna
netra dan anak-anak yang belum dapat membaca.
d. Metode Gabungan
Metode ini merupakan gabungan dari metode wahdah dan metode
kitabah. Hanya saja kitabah di sini hanya berfungsi sebagai uji coba
terhadap ayat-ayat yang telah dihafalkan. Setelah penghafal selesai
menghafalkan, ia kemudian menuliskannya apakah sudah benar ataukah
belum. Jika telah benar, maka ia dapat melanjutkan pada materi hafalan
berikutnya. Metode ini mempunyai keuntungan ganda, karena selain untuk
menghafal juga memantapkan apa yang telah dihafalkan.
e. Metode Jama
Metode jama ialah satu cara menghafalkan al-Qur'an yang telah
dilakukan secara kolektif, bersama-sama. Secara bersama-sama, penghafal
mendengarkan bacaan guru, kemudian bersama-sama pula membacanya
serta menghafalkan.
38
2. Kegunaan Menghafal
Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa menghafal al-Qur'an
tidak perlu dan hanya menghabis habiskan waktu saja. Dengan alasan karena
al-Qur'an itu telah banyak dicetak dan dikasetkan. Pendapat seperti ini justru
keliru, karena dengan banyaknya dicetak dan dikasetkan itu bisa terjadi
kekhilafan dan kekeliruan. Bahkan ada pula yang berniat buruk yang berusaha
masuk keaslian al-Qur'an melalui cetakan dan rekaman itu. Dan untuk
mengetahui kesalahan tersebut dapat dilakukan melalui perbaikan yang
dilakukan oleh orang-orang yang hafal al-Qur'an.43
Selain itu hafalan al-Qur'an juga dapat menjadi teman setia bagi orangorang yang sedang sendirian, kesedihan dan sebagainya. Ia seolah-seolah
mempunyai teman yang senantiasa menemaninya kemanapun ia pergi, dan
dimanapun ia berada. Menghafal al-Qur'an amal ibadah yang mulia dan
menentramkan hati yang gelisah. Oleh sebab itu Rasulullah SAW sangat
menganjurkan
menghafal
al-Qur'an,
karena
di
samping
menjaga
kelestariannya, juga merupakan amal yang mulia. Menurut beliau, rumah yang
di dalamnya tidak ada orang yang menghafal al-Qur'an adalah bagaikan
kuburan dan tidak ada berkatnya.
Dalam shalat juga untuk menjadi imamnya adalah diutamakan orang
yang banyak membaca dan menghafal al-Qur'an.44
43
44
39
BAB III
PEMBIASAAN HAFALAN SURAT-SURAT PENDEK
DI SD MUHAMMADIYAH TERPADU (SDMT) PONOROGO
D. Data Umum
Sejarah Singkat Berdirinya SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo45
SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo pada awalnya adalah
MI Muhammadiyah yang sudah berdiri sejak tahun 1960 an, dengan berbagai
persoalan dan kondisi yang kurang mendukung kemajuan lembaga tersebut.
Lembaga sekolahan MI Muhammadiyah ini, dulu kurang bisa diterima
oleh masyarakat luas, mereka lebih memilih sekolahan umum yang
berorientasi pada pembangunan ekonomi.
Kondisi ini berlangsung sekitar 38 tahun dan pada tahun 1998 para
dewan asatid dan para tokoh masyarakat berkumpul untuk mencari solusi
demi kemajuan dan juga keberlangsungan lembaga tersebut.
Dari hasil musyawarah tersebut adalah tentang perubahan MI ke SD
Muhammadiyah Terpadu pada tanggal 28 Juli 2003 dengan alamat Jalan
Jagadan 14 Ronowijayan Siman Ponorogo Jawa Timur. Semua ini atas dasar
mufakat dan keinginan dari masyarakat luas.
45
40
41
SD
Muhammadiyah
Terpadu
sebagai
pusat
46
42
Terpadu
(SDMT)
Ponorogo
perlu
membuat
suatu
48
43
Nama
Drs. Rudianto, M.Ag
Bambang Harmanto, S.Pd, M.Pd
Drs. Sumaji Cd, M.SI
Farid Maruf Fauzi, S.Pd.I
Ummu Afifah, S.Ag
Imam Syaiful Bahri, S.Pd.I
Intan Sari Rufiana, S.Pd
Yeni Rahmawati, S.Pd
Binti Solikah, S.Pd
Bidang Studi/Jabatan
Kepala Sekolah
Wakasek I
Wakasek II
Pendidikan Jasmani
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Matematika
Matematika
Bahasa Inggris
44
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Keadaan Siswa
Siswa SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo adalah
mereka yang resmi dan diakui untuk belajar dan terdaftar dalam buku
induk SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo.
Jumlah siswa di SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT)
Ponorogo secara keseluruhan berjumlah 141. Yang terdiri dari 27
siswa kelas I, 21 siswa kelas II A, 20 siswa kelas II B, 21 siswa kelas
III, 18 siswa kelas IV, 25 siswa kelas V, dan 9 siswa kelas VI. Adapun
data siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
45
Tabel 3.2
Data Siswa SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo50
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kelas
I
II A
II B
III
IV
V
VI
Jumlah
Jumlah Siswa
27
21
20
21
18
25
9
141
Sarana Prasarana
Sarana dan prasarana SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo
fasilitas yang ada antara lain: ruang kelas, perlengkapan tiap ruang kelas
(meja kursi, perlengkapan KBM, atribut PMP), ruang serba guna, ruang
khusus kepala sekolah, ruang khusus guru, ruang tata usaha, musholla atau
masjid, ruang UKS, ruang perpustakaan, gedung atau ruang menyimpan
peralatan, kondisi tanah gedung dan ruangan, dan WC atau kamar mandi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran.51
Perencanaan inventaris SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT)
Ponorogo dilakukan setiap tahun. Masing-masing bagian mengajukan kepada
bagian sarana dan prasarana, apabila ada inventaris yang belum lengkap atau
sudah layak pakai, tetapi kalau sudah lengkap maka dana dialokasikan ke
50
46
47
53
48
adalah sebagaimana penjelasan Bapak Imam Syaiful Bahri, S.Pd.I selaku waka
kurikulum SDMT sebagai berikut:
Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar bidang studi Pendidikan
Agama Islam SDMT Ponorogo memberikan ekstra kurikuler yang meliputi adab
bersuci, adab antri, pesan dan nasehat dalam bentuk lagu-lagu Islami, hadits-hadits,
surat-surat pendek pada waktu istirahat.56
56
49
58
Lihat
penelitian ini.
59
Lihat
penelitian ini.
60
Lihat
penelitian ini.
61
Lihat
penelitian ini.
50
Dalam pembiasaan setiap hari hafalan siswa juga sangat antusias sekali
hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan Fardan Nauval Akbar siswa
kelas II.
Saya suka dan senang karena pengen hafal, ustadzahnya juga sabar.63
Lihat
penelitian ini.
63
Lihat
penelitian ini.
64
Lihat
penelitian ini.
65
Lihat
penelitian ini.
51
proses
hafalan
surat-surat
pendek
sendiri
ada
faktor
66
52
Tidak semua siswa menirukan, dan kalaupun ada yang menirukan itupun
belum tentu benar 100%, maka kita juga harus membantu menyempurnakannya.67
67
53
BAB IV
ANALISIS DATA UPAYA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SISWA MELALUI PEMBIASAAN HAFALAN SURAT-SURAT PENDEK
DI SDMT PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2007/2008
...
Tt W J L ] FM d
eg]O WU a b Fab d
eg]O v JO] w x _e ...
Artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.69
(Q.S. Al-Mujadilah : 11)
Untuk itu dalam realitanya banyak institusi yang berusaha untuk
menyelenggarakan pendidikan sebaik mungkin guna mencerdaskan manusia,
salah satunya adalah SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo. Di antara
upaya sekolah yang digunakan di dalam sistem pembelajarannya yaitu melalui
69
54
kurikulum plus dan ekstra kurikuler. Yang mana dalam hal ini diharapkan dapat
meningkatkan prestasi belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam siswa.
Dalam bab II telah dijelaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang
diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam
diri individu sebagai hasil dari aktifitas belajar. Dalam proses pendidikan Islam,
metode mempunyai kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan
salah satunya dengan metode pembiasaan, bahkan metode sebagai seni dalam
mentransfer ilmu pengetahuan atau materi pelajaran kepada peserta didik.
Adapun upaya sekolah SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo dalam
meningkatkan prestasi belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam melalui
pembiasaan yang meliputi hafalan doa sehari-hari, surat-surat pendek dalam
juzamma dan ayat-ayat pilihan dalam al-Qur'an juga diharapkan dapat
menunaikan kebiasaan tanpa susah payah, tanpa kehilangan banyak tenaga dan
tanpa menemukan banyak kesulitan ketika dibutuhkan, terutama hafalan suratsurat pendek ini berhubungan erat dengan bacaan dan praktek shalat bertujuan
untuk mencapai standar kompetensi.
Pembiasaan adab seperti adab bersuci seperti buang air besar dan kecil di
mana anak dibiasakan bagaimana cara yang benar dan membiasakan berdoa
ketika akan masuk dan keluar kamar mandi atau WC, membiasakan adab antri,
pesan nasehat dalam bentuk lagu-lagu Islami, hadits-hadits, surat-surat pendek
pada waktu istirahat.
55
Menanamkan kebiasaan yang baik memang tidak mudah dan kadangkadang makan waktu lama, maka kebiasaan itu mempunyai peranan penting dan
pembiasaan ini sangat efektif jika penerapannya dilakukan terhadap peserta didik
yang berusia kecil. Karena memiliki rekaman ingatan yang kuat dan kondisi
kepribadian yang belum matang sehingga mereka lakukan sehari-hari dengan
tujuan agar dapat membiasakan anak didik berpikir, bersikap, dan bertindak
sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.
Selain itu upaya yang dilakukan SD Muhammadiyah Terpadu Ponorogo
untuk meningkatkan prestasi belajar yaitu meningkatkan kualitas guru dengan
mengadakan TOT (Training Of Trainer) yang menghadirkan ahli bidang tartil.
Adapun upaya-upaya sekolah dalam meningkatkan prestasi belajar bidang studi
Pendidikan Agama Islam di atas sesuai dengan faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar yakni faktor dari sekolah di mana keadaan sekolah tempat belajar
turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar, kualitas guru, metode
mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas
atau perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas,
pelaksanaan tata tertib sekolah turut mempengaruhi keberhasilan anak.
Dari beberapa uraian di atas dapat diambil suatu pemahaman
bahwasannya upaya SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo dalam
meningkatkan prestasi belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam adalah
melalui metode pembiasaan salah satunya pembiasaan hafalan surat-surat pendek
setiap hari. Bahwa metode itu dijadikan sampel dalam pembelajaran untuk
56
70
57
proses
pembiasaan
hafalan
surat-surat
pendek
di
SD
58
59
Dalam penerapan hafalan surat-surat pendek ini tentunya tidak lepas dari
faktor penunjang dan penghambat. Adapun faktor yang menunjang penerapannya
dalam meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa adalah
sebagai berikut:
Faktor guru, karena setiap guru mempunyai kepribadian, seorang guru
yang bertitel sarjana pendidikan dan keguruan, berbeda dengan guru yang bukan
pendidikan dan keguruan. Di bidang penguasaan ilmu pendidikan dan keguruan,
guru yang sarjana pendidikan dan keguruan barangkali lebih banyak menguasai
metode mengajar. Karena dia memang dicetak sebagai tenaga ahli di bidang
keguruan dan wajar saja dia menjiwai dunia guru.
Memiliki pengalaman mengajar yang memadai, juga menjadi faktor
penunjang bagi guru dalam menerapkan metode ini, bagi yang berpengalaman
mungkin akan terasa mudah, namun bagi yang belum berpengalaman akan
merasa kesulitan. Semangat dari guru dan siswapun ikut menunjang keberhasilan
suatu metode. Dalam bab ini telah disebutkan penunjang lain dari penerapan
metode ini adalah buku panduan, juzamma dan al-Qur'an (sumber belajar).
Sedangkan faktor yang menghambat penerapan pelaksanaan proses
hafalan surat-surat pendek di SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo
dalam meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa adalah:
Yang pertama faktor alokasi waktu yang terbatas. Dalam hal ini jelas
menjadi kendala tersendiri di mana kompetensi yang maksimal namun dalam
prakteknya selalu berbenturan dengan adanya keterbatasan waktu pelajaran.
60
Faktor yang kedua adalah anak didik yaitu manusia berpotensi yang
menghajatkan pendidikan di sekolah, gurulah yang berkewajiban untuk
mendidiknya. Di ruang kelas guru berhadapan dengan siswa yang berbeda-beda
pada aspek intelektual. Hal ini terlihat dari cepat tanggapan siswa terhadap
rangsangan yang diberikan guru. Tinggi rendahnya kreatifitas siswa mengolah
informasi dari bahan pelajaran yang baru diterima bisa dijadikan tolak ukur dari
kecerdasan siswa. Kecerdasan siswa terlihat seiring dengan meningkatnya
kematangan usia anak. Daya pikir siswa bergerak dari cara berpikir konkrit ke
arah cara berpikir abstrak.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui perbedaan individu siswa pada
aspek intelektual bisa menghambat dalam penerapan hafalan surat-surat pendek.
61
BAB V
PENUTUP
E. Kesimpulan
Upaya yang dilakukan SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo dalam
meningkatkan prestasi belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam yaitu
melalui peningkatan kualitas guru dengan mengadakan TOT (Training Of
Trainer). Sedangkan untuk siswanya yaitu melalui pembiasaan hafalan bagi
siswa. Pembiasaan meliputi hafalan doa sehari-hari, hafalan surat-surat
pendek, membiasakan adab dan tata cara amaliyah ibadah sesuai tuntunan
Rasulullah SAW. Serta pesan dan nasehat dalam bentuk lagu-lagu Islami
pada waktu istirahat. Proses pembiasaan hafalan surat-surat pendek dilakukan
setiap hari jam 07.00-07.30 WIB sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai
dan dipandu wali kelas masing-masing. Hafalan surat-surat pendek ini
menggunakan metode bayangan atau metode tiru ingat (tingat) yang sesuai
dengan metode menghafal jamak, di mana siswa mendengarkan ayat-ayat
yang dilafalkan oleh guru kemudian secara bersama-sama menirukan serta
menghafalkannya.
Dalam pelaksanaan proses hafalan surat-surat pendek mengalami hambatan yakni
alokasi waktu yang terbatas, tingkat kecerdasan anak yang berbeda-beda,
kurang konsentrasi, dan kartu hafalan. Sedangkan faktor penunjangnya yaitu
62
buku panduan, juzamma, al-Qur'an, semangat dari guru dan siswa itu sendiri
serta penguasaan guru yang maksimal serta pengalaman mengajar.
F. Saran
Kepada SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo
Hendaknya metode pembiasaan hafalan surat-surat pendek
perlu ditingkatkan, agar para peserta didik (siswa) mendapatkan
wawasan keagamaan untuk beribadah sehari-hari.
Kepada Guru dan Wali Kelas SD Muhammadiyah Terpadu (SDMT) Ponorogo
Guru mempunyai peran penting untuk memotivasi belajar
siswa. Agar proses hafalan surat-surat pendek dapat dikuasai dengan
baik. Guru diharapkan mempunyai data tentang kemajuan hafalan
siswa
sehingga
hafalan-hafalan
surat
pendek
dapat
dinilai
63
DAFTAR RUJUKAN
64