Model Pembelajaran
Model Pembelajaran
KAJIAN PUSTAKA
A.
1.
Pengertian pembelajaran
Istilah belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki
keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam
proses pendidikan. Pembelajaran seharusnya merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Untuk
itu, harus dipahami bagaimana siswa memperoleh pengetahuan dari kegiatan
belajarnya. Jika guru dapat memahami proses pemerolehan pengetahuan, maka
guru akan dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswanya.
Menurut Sudjana (2000) dalam Sugihartono, dkk (2007: 80) pembelajaran
merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat
menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Sedangkan Nasution
(2005) dalam Sugihartono, dkk (2007: 80) mendefinisikan pembelajaran sebagai
suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.
Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang belajar, tetapi juga meliputi
guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan
dengan kegiatan belajar siswa.
Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Syaiful Sagala (2006: 62)
pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional,
untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru
untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan
berfikir
siswa,
serta
dapat
meningkatkan
kemampuan
mengkonstruksi
10
bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktifitas belajar mengajar.
Berdasarkan dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik
dalam
mengorganisasikan
pembelajaran
tertentu
dan
pengalaman
berfungsi
belajar
sebagi
untuk
pedoman
mencapai
bagi
tujuan
perancang
pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar
mengajar.
Menurut Trianto (2010: 53) fungsi model pembelajaran adalah sebagai
pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Untuk memilih model ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi
yang akan diajarkan, dan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam
pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan peserta didik. Di samping itu pula,
setiap model pembelajaran juga mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dapat
dilakukan siswa dengan bimbingan guru. Antara sintaks yang satu dengan sintaks
yang lain juga mempunyai perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini, diantaranya
pembukaan dan penutupan pembelajaran yang berbeda antara satu dengan yang
lain. Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai
keterampilan mengajar, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka
ragam dan lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah pada dewasa ini.
Menurut Kardi dan Nur
pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau
11
prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki
oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri khusus model pembelajaran adalah:
1.
Rasional
teoretis
logis
yang
disusun oleh
para
pencipta
atau
pengembangnya.
Model pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk akal.
Maksudnya para pencipta atau pengembang membuat teori dengan
mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan sebenarnya serta tidak
secara fiktif dalam menciptakan dan mengembangankannya.
2.
3.
4.
12
1.
atau
13
pembelajaran
terpadu,
peserta
didik
dapat
memperoleh
14
atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal oleh peserta didik.
Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek
bidang kajian. Dengan demikian, melalui pembelajaran terpadu ini beberapa
konsep yang relevan untuk dijadikan tema tidak perlu dibahas berulang kali dalam
bidang kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu untuk pembahasannya
akan lebih efisien dan dapat mencapaian tujuan pembelajaran.
C.
1.
15
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Guru dapat menghemat waktu pembelajaran. Hal ini karena mata pelajaran
yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus, dan diberikan
16
dalam dua atau tiga pertemuan, dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan materi.
2.
17
Menurut
Trianto
(2011:
155-156)
secara
umum
prinsip-prinsip
b.
pembelajaran
dapat
optimal
apabila
guru
mampu
Prinsip Evaluasi
Evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Bagaimana
suatu kerja dapat diketahui hasilnya apabila tidak dilakukan evaluasi.
Dalam hal ini, maka dapat melaksanakan evaluasi dalam pembelajaran
tematik.
d.
Prinsip Reaksi
Dampak pengiring (nurturant effect) yang penting bagi perilaku secara
sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena
itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran.
Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak
mengarahkan aspek yang sempit tetapi ke sebuah kesatuan yang utuh dan
18
b.
19
sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai denan tahap
perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu
keutuhan (Trianto, 2011: 154).
Pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh
beberapa manfaat yaitu:
i.
ii.
iii.
iv.
20
Proses
pemahaman
anak
terhadap
suatu
konsep
dalam
suatu
d.
keterampilan
(memperoleh,
memanfaatkan,
dan
memilih
21
e.
f.
Efisien waktu.
Guru dapat lebih menghemat waktu dalam menyusun persiapan
pembelajaran. Tidak hanya siswa, gurupun dapat belajar lebih bermakna
terhadap konsep-konsep sulit yang akan diajarkan.
Apabila pembelajaran tematik ini dirancang bersama, dapat meningkatkan
kerjasama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta
didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan narasumber, sehingga
belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang
lebih bermakna Indrawati (2009: 24) dalam Trianto (2011: 157-158).
Apabila ditinjau dari aspek guru dan peserta didik, pembelajaran tematik
memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan pembelajaran tematik bagi guru
antara lain:
1.
2.
Hubungan antar-mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan
alami.
3.
22
Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari
berbagai sudut pandang yang ada.
5.
1.
Dapat lebih memfokuskan diri pada proses, bukan dari hasil belajar.
2.
3.
4.
5.
23
ii.
iii.
Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga
hasil belajar dapat bertahan lebih lama.
iv.
v.
vi.
24
c.
d.
e.
Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
yang lain, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan
lingkungan dimana siswa dan sekolah tersebut berada.
25
f.
yaitu
b.
c.
26
e.
f.
27
g.
h.
tiga
tahapan
kegiatan,
yaitu
kegiatan
menggunakan
kegiatan
tiga
tahapan
yaitu
kegiatan
28
j.
k.
l.
m.
29
menggunakan
kegiatan
tiga
tahapan
yaitu
kegiatan
Metode pembelajaran.
Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk untuk
menyampaikan
materi
pelajaran
kepada
peserta
didik.
Metode
q.
30
r.
s.
31
t.
32
D.
33
Pada tahap operasional formal, anak berada pada usia 11 tahun hingga
masa dewasa. Pada tahap ini remaja berfikir secara lebih abstrak, idealis, dan logis
(hipotetis-deduktif).
Dari pendapat John W Santrock di atas, maka anak usia kelas 3 sekolah
dasar berada pada tahap operasional konkrit. Menurut Syumsu Yusuf (2008: 178)
Pada usia sekolah dasar kelas 3 anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual,
atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual
atau kemampuan kognitif (seperti: membaca, menulis, dan menghitung).
Sebelum masa ini, yaitu masa prasekolah, daya pikir anak masih bersifat
imajinatif, berangan-angan (berkhayal), sedangkan pada usia sekolah dasar daya
pikirnya sudah berkembang ke arah berfikir konkret dan rasional (dapat diterima
akal).
Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu
mengklasifikasikan
seperti
menambah,
mengurangi,
mengalikan, dan membagi. Di samping itu pada akhir periode ini nanak sudah
memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar
diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau
daya nalarnya. Kepada anak sudah dapat memberikan dasar-dasar keilmuan,
seperti membaca, menulis dan berhitung. Di samping itu, kepada anak diberikan
juga pengetahuan-pengetahuan tentang manusia, hewan, lingkungan alam sekitar
34
35
E.
Kerangka pikir
Pembelajaran terpadu model tematik di kelas 3 sekolah dasar gugus Ki
kecerdasan
majemuk.
Untuk
itu
peneliti
ingin
mengetahui
memberikan
36
F.
Definisi Operasional
1.
Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh
pendidik untuk mentransfer ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan
menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa
dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien sehingga akan
mendapatkan hasil yang optimal.
2.
Model pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagi pedoman bagi
perancang
pembelajaran
dan
para
guru
dalam
merancang
dan
melaksanakan pembelajaran.
3.
37