Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KEGIATAN LAPANGAN
3.1
perusahaan yang bergerak dalam pengelolaan bijih besi yang bertempat di Jl.
Jend. Sudirman, Cilegon. Setelah sampainya disana, kegiatan pertama yang
dilakukan adalah sambutan-sambutan oleh manajement PT. Krakatau Steel
(Persero) Tbk dan pembimbing kuliah kerja lapangan (KKL), serta pengenalan
profil perusaan oleh pihak PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, berdiri pada tahun1956 1957 atas
gagasan Ir. H Juanda untuk membangun industry baja dan penelitian lokasi oleh
biro perancang nasional. Dan kemudian peletakan batu pertama oleh proyek besi
baja TRIKORA pada tanggal 20 Mei 1962, dan sempat terhenti pada tahun 1956
1967 yang disebabkan terjadinya gejolak politk yaitu meletusnya G30SPKI, dan
pada tanggal 28 Desember 1967 dilanjutkan kembali untuk pembangunan
industry baja dengan status proyek menjadi PT. Krakatau Steel.
Perkembangan Krakatau Steel sebagai perusahaan yang bergerak di
bidang industri baja berlangsung cukup maju. Dalam kurun waktu kurang dari
sepuluh tahun, Perseroan sudah menambah berbagai fasilitas produksi
seperti Pabrik Besi Spons, Pabrik Billet Baja, Pabrik Batang Kawat, serta fasilitas
infrastruktur berupa pusat pembangkit listrik, Pusat Penjernihan Air, pelabuhan
khusus Cigading dan sistem telekomunikasi. Dengan perkembangan ini, PT
Krakatau Steel (Persero) menjadi satu-satunya perusahaan baja yang terpadu di
Indonesia.
Tidak berhenti di sana, Perseroan terus mengembangkan produksi
berbagai jenis baja untuk bermacam keperluan, seperti baja lembaran panas,
baja lembaran dingin dan batang kawat. Saat ini, Krakatau Steel memiliki
kapasitas produksi baja kasar sebesar 2,45 juta ton per tahun untuk mendukung
produksi baja tersebut. Dan dengan sepuluh anak perusahaan Krakatau Steel
Gambar 3.1
Korporasi PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
tahun 1983
Diresmikan Pabrik Slab Baja dan Pabrik Baja Lembaran Panas pada
tahun 1983
Pabrik Baja Lembaran Dingin diakuisisi ( merger) menjadi unit produksi
PT KS Pabrik Kawat,Pabrik Baja Tulangan dan Pabrik Baja Profil
tahun 1993
Restrukturisasi Perusahaan : PLTU, Pengadaan Air Pelabuhan dan
Pihak dari PT. Krakatau Steel juga memutarkan film tentang profil
perusahaan (Induction PT. Krakatau Steel) serta arahan sebelum dilakukannya
kegiatan kunjungan ke pabrik-pabrik pengolahan (vaints) yang berada di area PT.
Krakatau Steel. Dalam pemaparannya, PT. Krakatau Steel memiliki enam pabrik
produksi dengan produk yang berbeda-beda yang membuat perusahaan ini
sebagai pabrik baja terpadu. perusaan ini memproduksi berbagai jenis produk
baja yang prosesnya dari hulu yang berupa bahan baku sampai ke hilir yang
produknya berupa baja. Dan berikut adalah pembahasan dari keenam pabrik
produksi tersebut yang mengolah bijih besi menjadi beberapa kategori, sekaligus
merupakan hasil dari kunjungan pada ,masing-masing pabrik tersebut.
3.1.1
melalui Direct Reduction Proses /DR proses yang memproduksi logam besi
( Metalic Iron ) dari proses reduksi biji besi atau bentuk besi oksida lainnya,
misalnya pellet yang berkangsung di bawah suhu lebur ( temperature melting )
dari bahan-bahan yang terlibat,dalam hal ini logam besi.
Proses reduksi yang popoler memakai gas alam sebagai sumber gas
reduktor adalah proses Midrex dan proses Hyl I,III. Proses Hyl I ini terdiri dari
dua bagian utama yaitu proses reduksi bijih besi dan proses pengubahan atau
reformasi gas alam. Proses reduksi bijih besi dilakukan dalam suatu bejana
retort, biji besi yang dipakai pada umumnya adalah pellet, besi,oxyda,yang
dimaksud bagian retort. Sedangkan gas reduktor hasil dari reaksi cracking dalam
alat reformer yang terdiri dari campuran H2 dan CO yang juga dimasukan dari
atas retort dan di keluarkan dari bawah retort. Reaksi reduksi berlangsung
selama 5 6 jam pada temperature antara 9000 C s/d 10000 C.
Gambar 3.1
Gas Base Integrated Steel Plant Route
Setelah reaksi reduksi pellet sesuai makan berubah menjadi besi spons
dengan derajat metalisasai antara 85 s/d 90 % langkah selanjutnya adalah
didinginkan dan kemudian dikeluarkan dari dalam rector lewat pintu bawah.
Perbandingan gas reduktor yang umum di gunakan antara 3/1 s/d 6/1 sedangkan
gas yang digunakan pada plant DR kita, perbandingannya antara 5/1 ( 74% H2
dan 14% Co dan selebihnya gas Co2 dan CH4 ). Dan berikut merupakan
penjabaran reaksi kimia yang terjadi.
Fe23 3H2
Fe2 O3+3CO2
Disamping itu terjadi jug areaksi yang pada akhirnya besi spons akan
mengandung sejumlah unsur carbon, dengan reaksi sebagai berikut:
2CO
3Fe + 2CO
CH4
3Fe + CH4
C + CO2
Fe3C + CO2
C + 2H2
Fe3C + 2H2
2CH4 + O2
4H2 + 2CO
2CH4 + H2O
3H2 + CO
CH4 + CO2
2H2 + 2CO
Dalam proses reaksi reformasi gas alam dengan uap air dihasilkan gas
CO dan gas H2 (reaksi 3) yang juga dihasilkan gas CO2 menurut reaksi sebagai
berikut :
CO + H2O
CO2 + H2
Dan karena reaksi gas alam tidak berlangsung sempurna sekali, maka
lazimnya masih ada CH4 tersisa, sehingga gas reduktor akan terdiri dari H2, CO,
CO2 dan CH4. Pada umumnya reaktort retort proses Hyl disusun seri seperti yang
kita miliki 4 tersusun seri dan merupakan satu modul, dari ke 4 ( empat ) reactor
tersebut tidak bersamaan seperti contoh satu reactor dalam posisi
tapping/mengeluarkan material dan secara bersamaan satu reactor dalam posisi
charge/pemasukan pellet, dan saat itu juga satu reactor ada pada posisi
pendinginan sedang dua reactor yang lain dalam proses reduksi awal dan
reduksi akhir/lanjut. Proses Hyl pada dasarnya adalah proses yang tidak continue
( batch proses ) sehingga pemakaian gas lam per ton DRI yang dihasilkan
relative tinggi, yaitu di sekitar 500 s/d 600 m3.
Setelah mempelajari proses dan cara kerja HYL I sebagai basis
pengindungan selanjutnya yang pada akhirnya muncul proses HYL III yang
dilakukan dalam suatu tanur tegak dan prosesnyapun continuos dan produksinya
dapat mencapai 500.000 ton pertanur, dan proses tanur HYL I sebenarnya dapat
juga di gunakan pada HYL III ini. Proses produksi berlangsung pada temperature
9000 C pada tekanan 4,5 atm (gangue), sehingga system klep, baik pada bagian
atas maupun dasar, tanur cukup complex dan dalam proses ini di perlukan
peralatan untuk menghilangkan gas CO2 ( CO2 removal equipment ) agar
kemampuan mereduksi dari gas reduktor tetap baik.
Dengan proses Hyl III pemakain gas alam dapat di hemat 20 s/d 30%
perton besi spons dan yang dihasilkan bisa mencapai 380 s/d 400 m3.
sedangkan midrex yang systemnya hampir tidak jauh berbeda memiliki kapasitas
lebih tinggi hingga 800.000 ton DRI pertahun dan hanya mengkonsumsi gas
alam sekitar 400 m3 per ton.
3.1.2
a.
Bahan baku utama proses pembuatan baja adalah besi tua yang dikenal dengan
istilah umum besi rongsokan, seperti kapal bekas, mobil bekas/bekas perkakas.
Besi jenis inilah yang terkandung cukup merepotkan dalam segi control maupun
pembersihan dari zat-zat yang melekat yang bukan saja mengandung unsurunsur yang tidak kalah konstribusi downnya kualitas seperti Cu,Cr,Zn,H dan Ni.
Bahan lain yang tidak kalah pentingnya untuk di waspadai adalah skull yang
membawa kotoran cukup tinggi tidak saja berpengaruh terhadap kualitas akan
tetapi juga proses itu sendiri yaitu membuat electrode patah karena skull adalah
merupakan barang limbah industri baja yang gagal diproses,yang sengaja atau
tidak di sengaja dibuang sehingga banyak sekali mengandung bahan pengotor
yang ikut mengeras sehingga menjadi pelapis dan lapisan tersebut termasuk
dalam jenis non konduktor,namun masih dapat dihisap oleh magnit sehingga
b.
dari limbah industri roling baik plat maupun Profil dan billet cacat/reject yang
termasuk bahan baku berkualitas tinggi. Bahan baku buatan yaitu bahan baku
yang sengaja diproduksi untuk dijadikan bahan baku pokok pembuatan baja,
yaitu seperti DRI/besi sponge yang sudah di bahas pada bagian terdahulu, yang
c.
d.
tertentu.
CBI/Cold Briket Iron yaitu debu dari besi sponge yang di beri perekat dan di
e.
Gambar 3.1
Bagan Alir Proses Produksi PT. Krakatau Steel
Proses penanganan yang baik ini tidak saja dilakukan dalam proses
pembuatan baja, namun hampir semua kegiatan usaha di harus harus ditangani
dengan baik jika kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan,baik dalam
proses kehidupan maupun usaha. Namun proses penanganan yang baik dalam
kontek upaya pencapaian produksi baja yang berkualitas dan memiliki daya
saing yang tinggi nampaknya tidak sederhana misalnya di mulai dari
penanganan material sebagai bahan baku harus betul-betul di perhatikan
kebersihannya dari unsur pengotor,unsure kualitas dan distribusi :
a.
Unsur pengotor dimaksud dari Lumpur, tanah bahkan hingga kepada ukuran
b.
c.
d.
3.2
produk baja yang dihasilkan dari proses hot rolling. Baja ini biasa disebut sebagai
'baja hitam', kata tersebut digunakan untuk membedakannya dengan Hot rolled
coil/plate yang dikenal sebagai 'baja putih'.
Foto 3.
Product Hot Rolled Coil / Plate
Tabung gas
Kapal konstruksi
3.2.2
yang diproduksi dari proses cold rolling. Baja putih ini memiliki tipe berbeda
secara signifikan dari karakteristik dibandingkan dengan 'baja hitam' atau hot
rolled coils. Gulungan cold rolled coil memiliki kualitas permukaan yang lebih
baik, lebih tipis dan dengan ukuran yang lebih tepat, dan juga memiliki sifat
mekanik yang baik dan sifat keterbentukan yang sangat baik.
Foto 3.
Product Cold Rolled Coil / Plate
Baja dalam kategori ini memiliki sifat kemampu bentukan yang lebih baik,
dan kualitas yang cukup bagus. Baja-baja putih juga digunakan untuk aplikasi
dalam galvanizing (zinc-coating) dan enamel (lapisan porselen-) industri, dan
digunakan sebagai bahan dasar dalam pemebuatan kaleng timah mill black plate
dalam industri makanan dan minuman.
Untuk spesifikasi ketebalan, berbagai perusahaan baja memproduksi
baja putih dengan ukuran 0,20-3,00 mm, whilefor unannealed sheet (dalam
bentuk coil) dengan ketebalan maksimum adalah 2,00 mm. Krakatau Steel
memiliki degasser vakum dan fasilitas metalurgi ladle untuk menghasilkan baja
dengan kualitas tertentu, seperti baja low carbo dan Baja Interstitial (IF Steel),
dan cocok untuk menghasilkan produk dengan kualitas tinggi. Dalam rangka
memenuhi kebutuhan cold rolled coil dengan formability berkualitas tinggi,
Krakatau Steel menggunakan batch khusus dengan fasilitas tungku yang murni
akan hidrogen atmosfer.
Aplikasi dari cold rolled coil yang diproduksi oleh Krakatau Steel, antara
lain sebagai berikut:
Otomotif
3.2.3
Galvanis Lembar
Pipa dan Tabung
Porcelain Enamel
Tin Mill Hitam Plat
Wire Rod
Wire rod merupakan batang kawat terbuat dari baja billet, sehingga
batang kawat dikategorikan sebagai produk bar, untuk membedakannya dari hot
rolled coil dan cold rolled coil yang terbuat dari baja slab. Batang kawat biasanya
diklasifikasikan sesuai dengan isi dari karbon, yaitu kawat batang dengan karbon
rendah, menengah, atau tinggi.
Foto 3.
Product Wire Rod
Tabel 3.
Size And Application Product
PRODUCT
SIZE SPECIFICATION
HRC/P
MAJOR APPLICATION
Automotive
Ship Build
Containers
Thickness 1.8 to 25 mm
(Hot Rolling
Width 600 to 2080 mm
Coil / Plate)
CRC/S
(Cold Rolling
Appliance
Tin Plate
Automotive
Enamel
Drum
Pipe
Galvalum
Wire Rod
Diameter 5.5 to 20 mm
Nail
Electroda
Bendrad
Wiremesh
Spring Bed
Shafting Bar
Grafik 3.
Grafik Ukuran (Size) Baja dan Jenis Produk Yang Dihasilkan
Gambar 3.2
Aliran Produk PT. Krakatau Steel