Hai, pagilaran
demikianlah kita menyapa gigil
dengan membekap mulut dan perkataan di beku warna ketinggian
dan memilih menegukkan pandang
pada potong-potong langkap
alur jalan setapak hijau perkebunan, dan elok taman-taman
pada hampar kebun teh, kulihat beberapa kenangan yang dihijaukan
atas nama kesetiaan yang saling bertumbuh dan meliarkan
akar-akarnya
kemudian takdir menghujamkan
hingga batas tanah paling dalam
itu saja yang harus kita kenang dan kekalkan
pada lensa kamera
yang pucat dengarnya
Meskipun kau aku acap diam dan membisu
Meskipun kita tak pernah tahu
Sampai kapan ingatan akan liar di tanah ketinggian itu
Dan meskipun waktu dan laju kenangan akan begitu cepat bergerak
Lalu saling melupakan