Anda di halaman 1dari 15

USULAN PENELITIAN S1

PENGARUH TWEEN 80 TERHADAP ENKAPSULASI KETOPROFEN


DENGAN KITOSAN-ALGINAT

NUR WAROHMAH

11/316980/PA/14098

DWI REZKI AMALIA F.

11/316982/PA/14100

PRAMITA SIWI R.A.

11/316984/PA/14102

ELVINA APRILIANI P.

11/316985/PA/14103

NOVIA KADARSIH

11/316990/PA/14108

MARDATILAH

11/316992/PA/14110

FAHRI SWASDIKA

11/316995/PA/14113

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
HALAMAN PENGSAHAN
USULAN PENELITIAN S1

E PENGARUH TWEEN 80 TERHADAP ENKAPSULASI KETOPROFEN


DENGAN KITOSAN-ALGINAT

Diusulkan oleh
NUR WAROHMAH

11/316980/PA/14098

DWI REZKI AMALIA F.

11/316982/PA/14100

PRAMITA SIWI R.A.

11/316984/PA/14102

ELVINA APRILIANI P.

11/316985/PA/14103

NOVIA KADARSIH

11/316990/PA/14108

MARDATILAH

11/316992/PA/14110

FAHRI SWASDIKA

11/316995/PA/14113

Telah disetujui
pada tanggal 6 Mei 2014

Pembimbing
Prof. Dr. Endang Tri Wahyuni, M.S.
Pembimbing I

Dr. Dwi Siswanta, M.Eng


Pembimbing II
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................

i
ii
2

DAFTAR ISI.....................................................................................................
INTISARI.........................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang dan Permasalahan............................................
1.2 Tujuan Penelitian.....................................................................
1.3 Manfaat Penelitian...................................................................

iii

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................

2.1 Ketoprofen.................................................................................
2.2 Kitosan......................................................................................

3
3

1
1
2
2

BABIII.LANDASAN TEORI, HIPO0TESIS, DAN RANCANGAN


PENELITIAN.....................................................................................

BAB IV. METODE PENELITIAN..................................................................


8
4.1
Bahan.........................................................................................
8
4.2
Alat............................................................................................
8
4.3
Cara Kerja..................................................................................
8
BAB V. JADWAL PENELITIAN..................................................................... 10
5.1 Tempat, Alamat dan Waktu Pelaksanaan................................... 10
5.2 Rincian Jadwal Penelitian......................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 11

INTISARI
PENGARUH TWEEN 80 TERHADAP ENKAPSULASI KETOPROFEN
DENGAN KITOSAN-ALGINAT
Oleh :
Nur Warohmah, Dwi Rizki Amalia F, Pramita Siwi R.A, Elvina A., Novia
Kadarsih, Mardatilah, dan Fahri Swasdika
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Gadjah Mada

Ketoprofen merupakan obat anti-peradangan kelompok nonsteroidal.


Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan arthritis reumatoid, osteoarthritis,
dan berbagai penyakit muskuloskeletal kronis. Waktu eliminasi ketoprofen terlalu
cepat, yaitu 1,5 2 jam, sehingga obat tersebut harus sering dikonsumsi. Untuk
mengatasi kelemahan tersebut dilakukan metode enkapsulasi dan pembuatan
nanopartikel untuk meningkatkan efektivitas ketoprofen menggunakan penjerat
kitosan-alginat.Waktu pemecahan nanopartikel tersebut dipengaruhi konsentrasi
surfaktan yaitu tween 80.
Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap percobaan yaitu enkapsulasi
ketoprofen kitosan-alginat dan efisiensi nanoenkapsulasi ketoprofen. Pada
enkapsulasi ketoprofen kitosan alginat variabel bebas yang digunakan adalah
konsentrasi tween 80 yaitu 1, 2, dan 3% dan waktu sonifikasi yaitu 15, 30, dan 60
menit. Sedangkan untuk efisiensi nanoenkapsulasi ketoprofen dilakukan dengan
analisis dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang () 260,1 nm dari
50 mg kapsul yang dilarutkan dalam 100 mL buffer fosfat pH 7,2. Pada penelitian
ini medium pendispersi matriks kitosan-alginat bersistem (W/O) sehingga dicoba
menggunakan tween 80 yang juga bersifat hidrofobik. Surfaktan tween 80 yang
merupakan surfaktan nonionik dan tidak bersifat toksik. Dugaan dari hasil
perlakuan pada penelitian ini adalah semakin tinggi konsentrasi surfaktan yang
digunakan maka semakin besar persentase ketoprofen terjerat kitosan-alginat dan
semakin rendah pemakaian surfaktan serta semakin lama waktu pengadukan
maka semakin besar ukuran partikel nano yang dihasilkan.
Kata kunci : nanopartikel, surfaktan, enkapsulasi, kitosan, ketoprofen

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
Ketoprofen merupakan obat anti-peradangan kelompok nonsteroidal.
Ketoprofen

biasa

digunakan

untuk

pengobatan

arthritis

reumatoid,

osteoarthritis, dan berbagai penyakit muskuloskeletal kronis. Waktu eliminasi


ketoprofen terlalu cepat, yaitu 1,5 2 jam, sehingga obat tersebut harus
sering dikonsumsi. Menurut Yamada, Machida, dan Yakugaku tahun 2001,
salah satu cara untuk mengatasi kelemahan tersebut ialah dengan cara
mikroenkapsulasi ketoprofen dengan suatu penyalut. Penyalut yang telah
digunakan adalah kitosan.
Kitosan adalah polisakarida alami yang memiliki sifat nontoksik,
biokompatibel, dan biodegradabel, hanya saja dalam bentuk gel bersifat rapuh
sehingga perlu dimodifikasi. Modifikasi kitosan dapat dilakukan baik secara
kimia maupun fisika dan berguna untuk meningkatkan sifat reologinya.
Modifikasi

kimia

kitosan

yang

pernah

dilakukan

adalah

dengan

menambahkan glutaraldehida sebagai agen penaut silang dan polimer alami


atau sintetis sebagai bahan saling tembus (interprenetrating agent).
Perumusan masalah yang akan dibahas adalah mengenai kinerja
membran kitosan termodifikasi tersebut melalui uji difusi memberikan
gambaran bahwa mekanisme pelepasan ketoprofen diawali dengan proses
pembengkakan (swelling) membran saat membran kontak dengan cairan,
selanjutnya pembukaan pori sehingga obat terlepas. Ukuran partikel
enkapsulasi yang telah diteliti selama ini sebagian besar berukuran mikro.
Penggunaan ukuran enkapsulasi ini tidak dapat mencapai sasaran yang
berukuran kecil atau spesifik seperti virus 20-450 nm, protein 5-50 nm, atau
gen (2 nm lebar dan 10-100 nm panjang).
Untuk mencapai sasaran tersebut diperlukan ukuran partikel yang lebih
kecil, yaitu dalam ukuran nano. Nanopartikel adalah dispersi butiran atau
partikel padat dengan kisaran ukuran 10-1000 nm. Nanopartikel telah
dipergunakan sebagai salah satu pendekatan fisika untuk mengubah dan
1

meningkatkan farmakokinetik dan farmakodinamik dari berbagai jenis


molekul obat. Hartig et al. (2007) melaporkan bahwa nanopartikel dapat
berpenetrasi di antara pembuluh kapiler dan sel di dalam tubuh sehingga obat
dapat lebih tepat sasaran. Oleh karena itu akan dilakukan penelitian tentang
pembuatan nanopartikel ketoprofen terjerat kitosan-alginat berdasarkan
pengaruh jenis dan konsentrasi surfaktan.
1.2 Tujuan Penelitian
1. Membuat nanopartikel ketoprofen dengan penjerat kitosan-alginat.
2. Menganalisis pengaruh dan konsentrasi surfaktan tween 80 terhadap
proses pemecahan nanopartikel ketoprofen.
1.3 Manfaat Penelitian
1. Memperoleh nanopartikel ketoprofen yang dapat mencapai sasaran
berukuran kecil.
2. Meningkatkan kinerja membran kitosan termodifikasi dengan
penambahan surfaktan.
3. Meningkatkan efektivitas obat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ketoprofen
2

Ketoprofen merupakan komponen aktif yang sering dijumpai dalam


obat rematik komersial. Komponen ini berfungsi sebagai analgesik, antiperadangan, dan antipiretik yang menghambat sintesis prostaglandin. Waktu
paruh eliminasinya sekitar 1-3 jam, sehingga obat ini harus sering dikonsumsi
(3-4 kali sehari). Penggunaan ketoprofen pada dosis tinggi dapat
menyebabkan iritasi pada lambung dan usus. Oleh karena itu, diperlukan
sistem pengantaran obat yang khusus agar kekurangan tersebut dapat
diminimumkan. Salah satu cara untuk mengatasi kelemahan tersebut ialah
dengan menyalut obat dalam bentuk mikrokapsul. Bentuk sediaan obat
tersebut disukai karena dapat menghasilkan efek terapetik (penyembuhan)
dalam jangka panjang, memperkecil efek samping akibat fluktuasi kadar obat
dalam plasma darah, dan mengurangi frekuensi pemberian obat [1].
2.2 Kitosan
Kitosan (Gambar 1) adalah produk terdeasetilasi dari kitin yang
merupakan biopolimer alami kedua terbanyak di alam setelah selulosa, yang
banyak terdapat pada serangga, krustasea, dan fungi [2]. Diperkirakan lebih
dari 109-1010 ton kitosan diproduksi di alam tiap tahun [3]. Sebagai negara
maritim, Indonesia sangat berpotensi menghasilkan kitin dan produk
turunannya. Kitosan sebagai salah satu produk turunan dari kitin masih
menjadi limbah yang dibuang dan menimbulkan masalah lingkungan. Data
statistik menunjukkan negara yang memiliki industri pengolahan kerang
menghasilkan sekitar 56.200 ton limbah. Kitosan juga merupakan salah satu
biopolimer alam yang merupakan salah satu agen pengkelat pertukaran ion
[4]. Kitosan memiliki kapasitas adsorpsi yang paling tinggi di antara
biopolimer alam yang lainnya. Hal tersebut dikarenakan kitosan memiliki
beberapa gugus fungsional yang berbeda seperti hidroksil dan amina yang
dapat mengikat ion logam melalui adsorpsi kimia maupun fisika.

Gambar 1. Struktur Kitosan


Kitosan dalam bentuk gel sangat rapuh sehingga biasanya diperlukan
modifikasi. Modifikasi kitosan dapat dilakukan baik secara kimia maupun
fisika dan berguna untuk meningkatkan sifat reologinya. Modifikasi kimia
kitosan yang pernah dilakukan adalah dengan menambahkan glutaraldehida
sebagai agen penautsilang dan polimer alami atau sintetis sebagai bahan
saling tembus (interprenetrating agent). Polimer alami yang ditambahkan
adalah sejenis hidrokoloid, diantaranya gom guar [5], alginat [6-8],
karboksimetilselulosa (CMC) [9] dan gom xantan [10], sedangkan polimer
sintetis diataranya poli(vinil alkohol) (PVA) [11]. Modifikasi kitosan dengan
penautsilang glutaraldehida yang telah diujicobakan untuk sistem pengantaran
obat ketoprofen baik melalui kajian disolusi secara in vitro maupun difusi
adalah kitosan-gom guar [12,13], kitosan- CMC [14], kitosan-alginat [15,16]
dan kitosan-gom guar-alginat [17]. Kinerja membrane kitosa termodifikasi
tersebut melalui uji difusi memberikan gambaran bahwa mekanisme
pelepasan ketoprofen diawali dengan proses pembengkakan (swelling)
membran saat membran kontak dengan cairan, selanjutnya pembukaan pori
sehingga obat terlepas.
Hasil pembahasan disolusi secara in vitro menunjukkan bahwa
membrane kitosan termodifikasi yang mampu menahan pelepasan ketoprofen
dalam medium asam (pH 1,2) sampai menit ke-180 berturut-turut adalah
kitosan-gom guar-alginat 2-13%, kitosan-alginat 7-17%, kitosan-cmc 11-14%
dan kitosan gom guar (pada menit ke-90, mikrokapsul hancur). Sementara
pelepasan ketoprofen maksimum dalam medium basa (pH 7,4) berturut-turut
adalah kitosan-alginat (73-100% sampai menit ke-360), kitosan gom guar
(52-74% sampai menit ke-90) dan kitosan-cmc (38-45% sampai menit ke120). Ukuran partikel enkapsulasi ketoprofen baik yang terjerat kitosanalginat 150 nm6 m [16], kitosan-gom guar (1-11 m) [12], dan kitosanCMC 312m [14] yang telah diteliti selama ini sebagian besar berukuran
mikro, bahkan ketoprofen yang terjerat rangkap kitosan-gom guar dengan
alginat mencapai milimeter 0,63- 2,0mm. Penggunaan ukuran enkapsulasi ini

tidak dapat mencapai sasaran yang berukuran kecil atau spesifik seperti virus
20-450 nm, protein 5-50 nm, atau gen (2 nm lebar dan 10-100 nm panjang)
[18]. Untuk mencapai sasaran tersebut diperlukan ukuran partikel yang lebih
kecil, yaitu dalam ukuran nano. Nanopartikel adalah dispersi butiran atau
partikel padat dengan kisaran ukuran 10-1000 nm [19,20]. Nanopartikel telah
dipergunakan sebagai salah satu pendekatan fisika untuk mengubah dan
meningkatkan farmakokinetik dan farmakodinamik dari berbagai jenis
molekul obat. Hartig et al. [19] melaporkan bahwa nanopartikel dapat
berpenetrasi di antara pembuluh kapiler dan sel di dalam tubuh sehingga obat
dapat lebih tepat sasaran.

BAB III
LANDASAN TEORI, HIPOTESIS, DAN
RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian

tentang

enkapsulasi

ketoprofen

dengan

kitosan-alginat

berdasarkan ragam konsentrasi dan lama pengadukan dengan span 80 telah


dilakukan oleh purwtiningsih sugita, dkk (2010). Dilakukan enkapsulasi
ketoprofen dengan kitosan-alginat karena ketoprofen memiliki waktu eliminasi
terlalu cepat, yaitu 1,5-2 jam, sehingga obat tersebut harus sering dikonsumsi.
Salah satu cara untuk mengatasi kelemahan tersebut ialah dengan cara
mengenkapsulasi ketoprofen tersebut. Ukuran enkapsulasi dibuat ukuran nano
agar dapat mencapai sasaranyang berukuran kecil atau spesifik seperti virus 20450 nm, protein 5-50 nm, atau gen (2 nm lebar dan 10-100 nm panjang).
Nanopartikel dipergunakan untuk mengubah dan meningkatkan farmakokinetik
dan farmakodinamik dari berbagai jenis molekul obat, sehingga obat dapat
bekerja lebih tepat sasaran.
Surfaktan merupakan molekul yang diadsorpsi oleh permukaan partikel
untuk mencegah terjadinya gumpalan. Span 80 merupakan surfaktan nonionik
yang bersifat tidak toksik. Pemecahan partikel dilakukan dengan memberikan
gelombang ultrasonik pada frekuensi 20 Hz dan lama pengadukan (15-60 menit).
Pada penelitian ini dianalisis pengaruh konsentrasi span80 dan lama pengadukan
terhadap persentase jumlah partikel nano yang dihasilkan. Konsentrasi span80
yang digunakan adalah 1-3% dan lama pengadukan 15, 30, dan 60 menit untuk
tiap konsentrasi yang memberikan hasil bahwa pada konsentrasi 1% dan lama
pengadukan 30 menit menghasilkan ukuran nano 100-500 nm maupun 501-1000
nm dengan persentase berturut-turut 7% dan 24% ketika mencampurkan larutan
kitosan dengan ketoprofen.
Berdasarkan penelitian tersebut, maka akan dilakukan penelitian yang
sama dengan metode yang sama tetapi dengan menggunakan tween 80. Dimana
tween80 juga merupakan surfaktan nonionik yang bersifat tidak toksik, dan
perbedaannya hanya pada nilai HLB-nya. Perbedaan nilai HLB ini akan

membedakan jenis sistem emulsinya. Nilai HLB yang tinggi akan stabil pada
sistem emulsi W/O (Water in Oil) karena didominasi oleh gugus hidrofobik. Pada
penelitian ini medium pendispersi matriks kitosan-alginat bersistem (W/O).
Berdasarkan landasan teori tersebut semakin tinggi konsentrasi surfaktan
yang digunakan maka semakin besar persentase ketoprofen terjerat kitosanalginat. Semakin rendah pemakaian surfaktan dan semakin tinggi lama
pengadukan maka semakin besar ukuran partikel nano yang dihasilkan.
Pada penelitian ini akan dilakukan suatu rancangan penlitian dengan bahan
penjerat yang digunakan adalah glutaraldehida 4,5% (v/v), alginat 0,62% (b/v),
dan kitosan 1,75% (b/v), sedangkan obat adalah larutan ketoprofen 0,8% (b/v)
dalam etanol 96% [13]. Variabel bebas yang dilakukan adalah penggunaan
konsentrasi surfaktan serta lamanya waktu pengadukan ketika pencampuran
larutan kitosan dengan larutan ketoprofen.

BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah produksi Bratachem yaitu
kitosan niaga yang memiliki berat molekul 3,5 x 105 g/mol, alginate,
tripolifosfat, Tween 80, larutan buffer fosfat (NaH 2PO4.H2O:Na2HPO4.12H2O
= 1:2,57) pH 7,2 dan senyawa aktif ketoprofen.
4.2 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah ultrasonic prosesor, spektrofotometer
UV-1700 PharmaSpec, pelapis ion Au IB-2, dan mikroskop electron susuran
(SEM) JEOL JSM-6360LA.
4.3 Cara Kerja
4.3.1 Enkapsulasi ketoprofen-kitosan alginat
Sebanyak 228,6 mL larutan kitosan 1,75% (b/v) dalam larutan
asam asetat 1% (v/v) ditambahkan dengan 38,1 mL larutan alginate
0,625% sambil diaduk. Kemudian sebanyak 7,62 mL tripoliposfat 4,5%
(v/v) ditambahkan ke dalam larutan kitosan-alginat sambil diaduk
hingga homogen. Sebanyak 250 mL larutan ketoprofen 0,8% (b/v)
dalam etanol 96% dicampurkan ke

dalam larutan kitosan-alginat

tersebut sehingga nisbah bobot kitosan:ketoprofen adalah 2:1. Setelah


itu ditambahkan 5 mL Tween 80 dengan ragam konsentrasi 1, 2, dan 3%
di dalam pelarut air ditambahkan dan campuran diberi gelombang
ultrasonic pada frekuensi 20 kHz dengan lama waktu pengadukan 15-60
menit. Nano partikel dibentuk menggunakan alat pengering semprot.
Mikroskop electron susuran (SEM) JEOL JSM-6360LA digunakan
untuk pencirian nanopartikel. Analisis SEM dilakukan baik pada
partikel kitosan-alginat kosong maupun yang terisi ketoprofen. Ukuran
partikel diukur secara manual dari data SEM.
4.3.2 Efisiensi Nanoenkapsulasi Ketoprofen
Sebanyak 50 mg kapsul ditimbang dan dilarutkan ke dalam 100
mL buffer fosfat pH 7,2. Campuran tersebut dikocok selama 24 jam
lalu disaring. Kemudian filtrate diencerkan sebanyak 50 kali dan
8

dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer UV pada panjang


gelombang () 260,1 nm. Absorbansi yang terbaca digunakan untuk
menentukan konsentrasi ketoprofen dengan bantuan kurva standar.

BAB V
JADWAL PENELITIAN
5.1 Tempat, Alamat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat

: Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Alamat

: Jurusan Kimia FMIPA UGM Sekip Utara


Yogyakarta

Waktu Pelaksanaan

55281

: 5 Mei 11 Juli 2014


9

5.2 Rincian Jadwal Penelitian


N
o
I

II

Jenis Kegiatan
I I
I

Mei
II
I

Waktu Pelaksanaan
Juni
Juli
I I I II I I I II
V
I I V
I I

I
V

Persiapan
1.Studi pendahuluan
2.Penyusunan
proposal
3.Konsultasi ke
pembimbing
4.Seminar proposal
5.Perbaikan proposal
Pelaksanaan
1.Pengumpulan data
2.Pengolahan data
3.Konsultasi ke
pembimbing
4.Seminar hasil
penelitian
5.Perbaikan hasil
seminar
6.Konsultasi ke
pembimbing
7.Ujian skripsi

DAFTAR PUSTAKA
[1]Sutriyo, Djajadisastra, J. & Novitasari, A. 2004. Mikroenkapsulasi propanol
Hidroklorida dengan penyalut etil selulosa menggunakan metode
penguapan pelarut. Majalah Ilmu Kefarmasian 1: 193-200.
[2]Sanford, P.A., dan Hutchings, G.P., 1987. Industrial polysaccharides di dalam:
Genetic Engineering, Structure/Property Relation and Application,
Amsterdam: Elsevier.
[3]Peter, M.G., 1997, Introduction Remarks, Carb. Eur. 19 (1), 9-15.
[4]Monser L, Adhoum, N., 2002, Modified Activated Carbon for The Removal of
Copper,Zinc, Chromium and Cyanide from Waste Water. Sep.Pur.Tech
26(2-3): 137-146.

10

[5]Sugita, P., Sjahriza, A., S.I. Lestari, J., 2006a, Sintesis dan Optimaasi Gel
Kitosan-gg, J.Nat 9:32-36.
[6]Sugita, P., Sjahriza, A., D. Wahyono, J., 2006b. Sintesis dan Optimalisasi Gel
Kitosan-Alginat. J.Sain dan Tek Indonesia Vol. 8(3): 133.
[7]Cardenas A, Mona, W.A., Goycoolea, F.M., Ciapara, I.H., Peniche, C., 2003.
Diffusion Through Membranes ofthe Polyelectrolyte Complex of Chitosan
andAlginate. Macromol Biosci 3:535-539.
[8]Tan, T.W., Hu, B., J. Xian-Hua, Z. Mu, 2003. Synthesis of Organometallic
Coordination Polymers, J.Bioac and Comp Pol, 18:207.
[9]Sugita, P., Sjahriza, A., Rachmanita, 2007a, Sintesis dan Optimalisasi Gel
Kitosan-Karboksimetilselulosa J. Alchemy. 6:57.
[10]Sugita P, A. Sjahriza, DW utomo. 2007b. Optimization Synthesis of ChitosanXanthan Gum Gel for Metal Ion Adsorption. International Conference on
Chemical Sciences : Innovation in Chemical Science for Better Life,
Presenter, Y ogyakarta Indonesia, 24-25 Mei 2007.
[11]Wang T, Turhan M, Gunasekaram S. 2004. Selected Properties of pHSensitive, Biodegradable Chitosanpoly(viny1 alcohol) Hydrogel. Society
of ChemicalIndustry. Polym Int 53: 911-918. [12] P. Sugita, B. Srijanto, F.
Amelia, B. Arifin, Seminar bersama ITB - UKM Malaysia,Bandung,
2007c.
[13]Nata, F., Sugita, P., Syahriza, A., 2007, Prosiding International Conference
and Workshop on Basic and Applied Science 2007, Surabaya-Indonesia,
2007, p. 297.
[14]Sugita, P., Achmadi, S.S., and Yundhana, Y., 2010, J. Nat. Indonesia, 13, 1,
2126.
[15]Sugita, P., Asnel, R.S., Arifin, B., and Wukirsari, T.,2010, Indo. J. Chem., 10,
3, 269275.
[16]Aryanto, B.D., 2010, Skripsi Sarjana, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Indonesia.
[17]Latifah, S., Sugita, P., and Srijanto, B., 2010, Stabilitas mikrokapsul
ketoprofen tersalut kitosanalginat, in Prosiding Seminar Nasional Sains
III, Fakultas MIPA Institut Pertanian Bogor, 13 November 2010, 248259.
[18]Morrish, A.H., 2001, The Physical Principles of Magnetism, IEEE Press,
Newyork.
[19]Hartig et al., 2007, Multifunctional nanoparticulate polyelectrolyte
complexes, Pharm Res. 24:12.
[20]Mohanraj, V.J., Chen, Y., 2006, Nanoparticles, Trop. J. Pharm Res, 5:561.

11

Anda mungkin juga menyukai